Anda di halaman 1dari 11

FLOURIDE

1. CARA PENGGUNAAN FLUOR


Fluorida tersedia dalam berbagai produk dan pemberian. Tiga kategori dasar dari
penggunaan yang saat ini digunakan (1):

Sistemik: persediaan air, suplemen, atau makanan


Topical: aplikasi yang dapat digunakan sendiri di rumah dari pasta gigi, obat kumur,
atau gel. Tersedia dalam konsentrasi yang agak tinggi atau konsentrasi yang lebih

rendah.
Topical: aplikasi profesional produk fluor dengan konsentrasi yang lebih tinggi di
klinik gigi menggunakan metode sistemik (konsumsi) atau topikal (permukaan gigi).
Perlu dicatat bahwa fluoride sistemik juga memberikan beberapa manfaat topikal
ketika fluoride tertelan, beredar dalam darah dan muncul di tingkat yang sangat
rendah dalam air liur.
Pada awalnya fluoride dianggap bermanfaat pada masa anak-anak saja. Namun

dengan perkembangan zaman diketahui bahwa pengaplikasian fluoride memberikan manfaat


pada anak-anak hingga dewasa dengan konsentrasi fluor yang rendah yang merupakan
sumber utama untuk mengurangi terjadinya karies.
A. Pemberian Fluor Secara Sistemik
Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui pencernaan dan ikut
membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga memberikan perlindungan topikal karena
fluoride ada di dalam air liur yang terus membasahi gigi. Fluoride sistemik ini meliputi
fluoridasi air minum dan melalui pemberian makanan tambahan fluoride yang berbentuk
tablet, tetes atau tablet isap. Namun di sisi lain, para ahli sudah mengembangkan berbagai
metode penggunaan fluor, yang kemudian dibedakan menjadi metode perorangan dan
kolektif.
Contoh penggunaan kolektif yaitu fluoridasi air minum (biasa kita peroleh dari air
kemasan) dan fluoridasi garam dapur (2). Terdapat tiga cara pemberian fluor secara sistemik,
yaitu :
1. Fluoridasi air minum
Telah dibuktikan, apabila dalam air minum yang dikonsumsi oleh suatu daerah, atau
kota tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk di situ akan terlindung dari karies gigi.
Pemberian fluor dalam air minum ini jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per

million). Selain dapat mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping yang tidak baik
yaitu dengan adanya apa yang disebut mottled enamel pada mottled enamel gigi-gigi
kelihatan kecoklat-coklatan, berbintik-bintik permukaannya dan bila fluor yang masuk dalam
tubuh terlalu banyak, dapat

menyebabkan gigi jadi rusak sekali. Konsentrasi optimum

fluorida yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,71,2 ppm. Menurut penelitian Murray
and Rugg-gun cit. Linanof bahwa fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 4050%
pada gigi susu (3,9).

2. Pemberian fluor melalui makanan


Kadang-kadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor yang cukup
tinggi, hingga dengan makanan itu saja sudah mencegah terjadinya karies gigi. Jadi harus
diperhatikan bahwa sumber yang ada sehari-hari seperti di rumah, contohnya di dalam air
mineral, minuman ringan dan makanan sudah cukup mengandung fluoride. Karena itu
makanan fluoride harus diberikan dengan hati-hati. Makanan tambahan fluoride hanya
dianjurkan untuk mereka (terutama anak-anak) yang tinggal di daerah yang sumber airnya
rendah fluor atau tidak difluoridasi. Fluoride dapat berbahaya jika dikonsumsi secara
berlebihan. Apabila pemakaian fluoride tidak terkontrol dan tidak disiplin, maka tidak akan
mencapai sasaran dan dapat menyebabkan kerusakan gigi. Contohnya adalah fluorosis. (2,9).

3. Pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan


Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet,baik itu dikombinasikan dengan
vitamin-vitamin lain maupun dengan tablet tersendiri. Pemberian tablet fluor disarankan pada
anak yang berisiko karies tinggi dengan air minum yang tidak mempunyai konsentrasi fluor
yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari) (3).
Pemberian suplemen fluor pada anak harus mempertimbangkan usia anak dan kandungan
fluor pada air minum sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini ;

Hasil penelitian menunjukkan terjadi reduksi karies antara 18 - 87% pada pemberian
suplemen fluor.
4. Garam berfluor
Garam terbukti efektif sebagai media penambahan iod pada diet, sehingga dapat pula
dipakai sebagai pembawa fluor. Disarankan untuk menambahkan 200 -300 mg fluor pada 1
kg garam. Jika efek garam berfluor dibandingkan dengan efek air berfluor dalam hal
reduksi karies maka efek garam berfluor adalah setengah efek air berfluor (9).

5. Pemberian Fluor pada susu


Satu miligram fluor dalam bentuk sodium fluorida ditambahkan pada pint susu per
hari (1 pint = 0,568 liter). Hasil penelitian menunjukkan terjadi reduksi karies 80%. Hasil

penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian fluor pada susu sama efektifnya dengan
fluoridasi air minum dalam hal mereduksi karies(9).
B. Penggunaan Fluor Secara Topikal
Menurut Angela (2005), tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari
karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat
memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor
apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam. Reaksi kimia :
Ca10(PO4)6(OH)2+F Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan asam
sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi.
Remineralisasi adalah proses perbaikan kristal hidroksiapatit dengan cara penempatan
mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah kehilangan mineral tersebut (4).
Demineralisasi adalah proses pelarutan kristal hidroksiapatit email gigi, yang terutama
disusun oleh mineral anorganik yaitu kalsium dan fosfat, karena penurunan pH plak sampai
mencapai pH kritis (pH 5) oleh bakteri yang menghasilkan asam (4).
Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama dan telah
terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga
menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi dari
proses karies. Penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan
dengan beberapa cara (5):
1. Topikal Aplikasi
Yang dimaksud dengan topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung fluor pada
enamel. Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan selama 1 jam
tidak boleh makan, minum atau berkumur(6). Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk
yaitu NaF, SnF, APF yang memakainya diulaskan pada permukaan gigi dan pemberian
varnish fluor.
Sodium Fluoride (NaF) digunakan pertama kali sebagai bahan pencegah karies. NaF
merupakan salah satu yg sering digunakan karena dapat disimpan untuk waktu yang agak
lama, memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai gigi serta tidak mengiritasi gingiva.
Senyawa ini dianjurkan penggunaannnya dengan konsentrasi 2%, dilarutkan dalam bentuk
bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml (5,10).
Stannous fluoride (SnF) jarang digunakan karena menimbulkan banyak kesukaran,
misalnya rasa tidak enak sebagai suatu zat astringent dan kecenderungannya mengubah
warna gigi karena beraksinya ion Sn dengan sulfida dari makanan, serta mengiritasi gingiva.

SnF juga akan segera dihidrolisa sehingga harus selalu memakai sediaan yang masih baru
(4). Konsentrasi senyawa ini yang dianjurkan adalah 8%. Konsentrasi ini diperoleh dengan
melarutkan bubuk SnF 20,8 gram dengan air destilasi 10 ml. Larutan ini sedikit asam dengan
pH 2,4-2,8.
Acidulated phosphate fluoride (APF) lebih sering digunakan karena memiliki sifat
yang stabil, tersedia dalam bermacam-macam rasa, tidak menyebabkan pewarnaan pada gigi
dan tidak mengiritasi gingiva. Bahan ini tersedia dalam bentuk larutan atau gel, siap pakai,
merupakan bahan topikal aplikasi yang banyak di pasaran dan dijual bebas. APF dalam
bentuk gel sering mempunyai tambahan rasaseperti rasa jeruk, anggur dan jeruk nipis (5,10).
Pemberian varnish fluor dianjurkan bila penggunaan pasta gigi mengandung fluor,
tablet fluor dan obat kumur tidak cukup untuk mencegah atau menghambat perkembangan
karies. Pemberian varnish fluor diberikan setiap empat atau enam bulan sekali pada anak
yang mempunyai resiko karies tinggi. Salah satu varnish fluor adalah duraphat (colgate oral
care) merupakan larutan alkohol varnis alami yang berisi 50 mg NaF/ml (2,5 % sampai kirakira 25.000 ppm fluor). Varnish dilakukan pada anak-anak umur 6 tahun ke atas karena anak
dibawah umur 6 tahun belum dapat menelan ludah dengan baik sehingga dikhawatirkan
varnish dapat tertelan dan dapat menyebabkan fluorosis enamel (3,10).

2. Pasta gigi fluor


Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung
fluor terbukti dapat menurunkan karies (3). Akan tetapi pemakaiannya pada anak pra sekolah
harus diawasi karena pada umunya mereka masih belum mampu berkumur dengan baik
sehingga sebagian pasta giginya bisa tertelan. Kebanyakan pasta gigi yang kini terdapat di
pasaranmengandung kira-kira 1 mg F/g ( 1 gram setara dengan 12 mm pasta gigi pada sikat
gigi) (4,9).

3. Obat kumur dengan fluor


Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies sebanyak 20-50%.
Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang berisiko karies tinggi atau selama terjadi
kenaikan karies (3.9). Berkumur fluor diindikasikan untuk anak yang berumur diatas enam
tahun karena telah mampu berkumur dengan baik dan orang dewasa yang mudah terserang
karies, serta bagi pasien-pasien yang memakai alat ortho (4,9).

2. MEKANISME KERJA FLUOR


Terdapat tiga macam mekanisme fluor dalam menghambat terbentuknya karies, yaitu:
1. Menghambat metabolisme bakteri
Beberapa peneliti telah mempelajari kemungkinan efek fluoride pada bakteri mulut.
Temuan paling signifikan yang dilaporkan adalah bahwa bentuk terionisasi fluoride, atau
F-, tidak dapat menyeberangi dinding sel dan membran namun dengan cepat dapat
melakukan perjalanan ke dalam sel bakteri kariogenik dalam bentuk HF (Ketika pH
dalam plak turun karena bakteri menghasilkan asam, sebagian dari fluoride hadir dalam
cairan plak kemudian bergabung dengan ion hidrogen untuk membentuk HF dan cepat
berdifusi ke dalam sel). Setelah masuk sel, HF berdisosiasi, sel dijadikan asam ( H+ ) dan
melepaskan ion fluoride (F) yang mengganggu aktivitas enzim dalam bakteri. Sebagai
contoh, fluoride menghambat enolase, suatu enzim yang diperlukan bagi bakteri untuk

metabolisme karbohidrat. Seperti fluoride yang terperangkap di dalam sel, proses


menjadi kumulatif.
Singkatnya, fluoride dari sumber topikal dikonversi sebagian dalam bentuk HF oleh
asam yang diproduksi bakteri dan berdifusi ke dalam sel, sehingga menghambat aktivitas
penting enzim (7).
2. Menghambat demineralisasi
Mineral di dalam gigi (email, sementum, dentin) dan tulang adalah karbonat
hidroksiapatit,

dengan

rumus

Ca10-x(Na)x(PO4)6-y(CO3)z(OH)2-u(F)u.

Pada

saat

perkembangan gigi, mineral pertama yang hilang adalah karbonat (CO3) yang
menyebabkan terbentuknya ruangan di dalam kristal. Saat demineralisasi, mineral yang
hilang adalah karbonat, tetapi selama remineralisasi karbonat tidak akan terbentuk
kembali melainkan digantikan oleh mineral yang baru. Pada kristal yang mengalami
defisiensi kalsium tetapi kaya karbonat, akan lebih rentan terhadap asam selama
demineralisasi. Karbonat hidroksiapatit (CAP) lebih larut dalam asam daripada
hidroksiapatit (HAP= Ca10(PO4)6(OH)2) dan fluorapatit (FAP= Ca10(PO4)6F2) dimana ion
OH pada hidroksiapatit digantikan oleh F- menghasilkan FAP yang sangat resisten
terhadap disolusi asam(7).
Fluor yang menyelubungi kristal CAP lebih efektif menghambat demineralisasi
daripada fluor yang tergabung di dalam kristal pada email. Fluor yang tergabung dalam
kristal pada dosis 20-100 ppm, tidak memberikan pengaruh pada solubilitas terhadap
asam. Namun, Fluor yang terkonsentrasi pada permukaan kristal yang baru selama
remineralisasi dapat mengubah solubilitas terhadap asam. Pada saat bakteri menghasilkan
asam, fluor dalam cairan plak akan masuk bersama asam ke bawah permukaan gigi yang
kemudian diadsorpsi lebih kuat ke permukaan Kristal CAP (mineral email) menyebabkan
mekanisme proteksi yang poten melawan disolusi asam pada permukaan kristal pada gigi
(7).
3. Mempertinggi remineralisasi
Ketika saliva mengenai plak dan komponen-komponennya, saliva dapat menetralisasi
asam sehingga menaikkan pH yang akan menghentikan demineralisasi. Saliva bersama

kalsium dan fosfat akan menarik komponen yang hilang. Permukaan kristal yang
terdemineralisasi yang terletak antara lesi akan bertindak sebagai nukleatordan
permukaan baru akan terbentuk. Proses tersebut disebut remineralisasi, yaitu penggantian
mineral pada daerah-daerah yang terdemineralisasi sebagian akibat lesi karies pada email
atau dentin (termasuk bagian akar). Fluor akan meningkatkan remineralisasi yaitu
mengadsorpsi pada permukaan kristal dengan menarik ion kalsium diikuti dengan ion
fosfat untuk pembentukan mineral baru. Mineral yang baru terbentuk disebut veneer
yang tidak mengandung karbonat dan komposisinya memiliki kemiripan antara HAP dan
FAP. FAP mengandung sekitar 30.000 ppm fluor dan memiliki kelarutan terhadap asam
yang rendah. Mineral yang baru terbentuk memiliki sifat seperti FAP yang kelarutan
dalam asam lebih rendah daripada CAP. Terdapat dalam penelitian bahwa penggunaan
suplemen fluor pada gigi susu atau gigi yang belum erupsi Kurang memberikan efek
terhadap pencegahan karies. Tetapi penggunaan suplemen pada gigi permanen
memberikan efek yang signifikan pada pencegahan karies meskipun penggunaannya
dapat menyebabkan fluorosis (8).

3. METABOLISME FLUOR
Metabolisme fluor di dalam tubuh manusia penn untuk diketahui sebagai
pertimbangan untuk pembenan fluor secara aman. Berikut mi akan diuraikan tentang
absorpsi, distribusi, ekskresi, penyimpanan dan toksisitas fluor.
a. Absorpsi fluor
Di dalam tubuh manusia, absorpsi fluor berlangsung 30 sampai 90 menit setelah
ingesi. Absorpsi terutama melalui membran mukosa intestinum, hanya sebagian kecil
melalui lambung. Senyawa fluorida yang lebih soluble persentase absorpsi lebih besar.
b. Distribusi fluor
Distribusi fluor di dalam tubuh manusia berlangsung cepat, konsentrasi dalam darah
tercapai dalam waktu 1 jam. sesudah itu menurun dan dalam 4 jam kembali pada
konsentrasi fluor darah normal yaitu antara 0,1 - 0,15 ppm. Pada darah 75% fluor ada
pada plasma & sisanya pada sel darah merah. Pada plasma 90% fluor dalam bentuk
terikat. Konsentrasi normal fluor pada saliva dan air susu: 0,1 ppm. Pada ibu hamil
plasenta merupakan barier transfer fluor dan ibu ke fetus.
c. Ekskresi fluor
Ekskresi fluor terutama melalui urine (90 - 95 %), sisanya (5 -10 %) melalui feses.
Sejumlah kecil fluor diekskresikan melalui keringat. Ekskresi fluor berjalan dengan
cepat. Pada

orang dewasa normal yang

mengkonsumsi air minum yang telah

difluoridasi, ekskresi fluor akan tenjadi dalam waktu 3 jam. Setelah 24 jam 50 - 60%
fluor telah diekskresi. Jumlah ekskresi fluor melalui urine berhubungan langsung dengan
derajat aktif pertumbuhan tulang. Secara umum sekitar setengah dan dosis fluor yang
diabsorpsi diekskresikan melalui urine setiap han. Efisiensi ekskresi fluor melalui ginjal
dan afinitas struktur yang mengalami kalsifikasi terhadap fluor merupakan mekanisme
homeostatik untuk mempertahankan kadar fluor tetap rendah dalam janngan dan cairan
tubuh.
d. Penyimpanan fluor:
Di dalam tubuh fluor terutama tenikat pada tulang dan gigi ketika tulang dan gigi
pada tahap mineralisasi aktif. Kandungan fluor pada tulang secana bertahap meningkat
dengan bertambahnya usia, meskipun kecepatan dan jumlah deposisi fluor paling besar
adalah selama tahun-tahun pertumbuhan aktif. Mekanisme deposisi fluor pada tulang
adalah dengan cara pertukaran ion antara ion fluor dan cainan ekstraselular dengan ion
hidroksil dani molekul hidroksiapatit membentuk fluorhidroksiapatit atau fluorapatit.
Pada gigi-geligi yang belum erupsi, fluor dilaeposisikan meiaiui jalur sistemik. Pada
individu yang mengkonsumsi air minum

difluoridasi dengan konsentrasi 1 ppm,

kandungan fluor pada emailnya mencapai 800 - 900 ppm. Email gigi yang telah matur
e.

tidak dipengaruhi secara langsung oleh fluor yang diberikan secara sistemik.
Toksisitas
Toksisitas akut dan kematian akibat fluor mungkin terjadi karena ingesi dosis single
2,5- 5,0 gram sodium fluorida. Pemberian fluor yang tidak tepat dalam jangka panjang
dapat mengakibatkan penibahan fisik sebagai berikut:
2 - 8 ppm Fluor mottled tooth enamel
8 - 20 ppm Fluor osteosklerosis
50 ppm Fluor depresi pertumbuhan
5 - 10 gram Fluor kematian
Pada mottled enamel secara klinis karakteristiknya adalah adanya diskolorasi daan
kekasaran permukaan enamel. Resiko mottled enamel hanya terjadi pada gigi yang
sedang dalam tahap formative (pembentukan) yaitu ketika metabolisme ameloblas dapat
dipengaruhi. Jika gigi yang sedang dalam tahap pembentukan

ini

terpapar fluor

konsentrasi tinggi akan terjadi opasitas enamel. Hasil penelitian menunjukkan adanya
korelasi antara kadar fluor yang tinggi dalam air dengan endemik mottled enamel.

DAFTAR PUSTAKA
1. Heidi Emmerling Muoz, RDH, PhD, FAADH and Ellen Standley, RDH, BS, MA.
Current Fluoride Modalities for Reduction of Dental Caries. Academy Of Generel
Dentistry. RDH February 2013.
2. Ars Creation. 2010. Fluor dan Kesehatan Gigi. http://goldenpen007x.blogdrive.com/
archive/ 147.html (diakses 14 Mei 2010)
3. Angela, A. 2005. Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies Tinggi. Maj.
Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 3.
4. Putri, M.H, Eliza H, Neneng N. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGC. 2008.
5. Yanti, S. 2002. Topikal Aplikasi Pada Gigi Permanen Anak. USU e-Repository.
6. Lubis. S.L.A. 2001. Fluor dalam Pencegahan Karies Gigi. USU e-Repository.
7. Featherstone JD. The science and practice of caries prevention. J Am Dent Assoc.
2000 Jul;131(7):887-99
8. Ismail AI, Hasson H. Fluoride supplements, dental caries and fluorosis: A systematic
review. J Am Dent Assoc 2008;139:1457-1468
9. Guidelines on the use of fluoride in children: an EAPD policy document. European
Archives of Paediatric Dentistry // 10 (3). 2009.
10. Liaison with Other Groups Committee. Guideline on Fluoride Therapy. Merican
Academy of Pediatric Dentistry. Reference manual 2014; V 37 /NO 6 15 /16.

CARA PENGGUNAAN, MEKANISME DAN METABOLISME


FLUOR

Oleh :
Sindi Sativa Prasetyo
Muhsinah
Nina Annisa Hidayati

Dokter pembimbing:
drg. Ike Ratna Dewi, Sp.KGA

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016

Anda mungkin juga menyukai