Nama Peserta
Nama Wahana
Topik
Tanggal (kasus)
Nama Pasien
Tanggal Presentasi
No. RM : 433954
Nama Pendamping : dr. Desi
Suzana
Tempat Presentasi
RSU Berkah Pandeglang
Obyektif presentasi
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Lansia
Bumil
Deskripsi
Nn. S, 16 tahun, sesak nafas terutama pada malam hari. Sesak nafas
disertai dengan suara mengi. Sesak di awali dengan batuk berdahak, pilek
Tujuan :
Bahan bahasan :
Cara membahas :
dan muntah.
Diagnosis dan penatalaksanaan asma bronkial
Tinjauan Pustaka
Riset
Kasus
Diskusi
Presentasi dan
Email
Audit
Pos
Diskusi
Data Pasien :
Nama Klinik :
Nama : Nn. S
Usia : 16 tahun
No Registrasi :
RSU Berkah Pandeglang
Telepon :
Terdaftar Sejak :
Pasien menderita asma sejak masa kanak-kanak, dan semakin progresif sejak 1 tahun
terakhir
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu pasien juga menderita penyakit dengan keuhan yang sama seperti pasien
5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien merupakan seorang pelajar
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (Rumah, Lingkungan, Pekerjaan)
Pasien tinggal bersama orang tua dan kedua adiknya anaknya dalam satu rumah. Ventilasi
cukup baik dan rumah rutin di bersihkan setiap hari.
7. Riwayat Alergi
Cuaca (+)
Debu (+)
Obat-obatan (-)
Zat kimia (-)
Lain-lain (Pemeriksaan fisik dan Penunjang)
Tanda Vital (UGD RSU Berkah 24/06/2016 pk 18:55)
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 110x/ menit
RR : 36x/ menit
Suhu : 36,4 C
GCS : E4M6V5 (15)
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/ Leher : tidak ada kelainan, JVP dbn
Paru :
inspeksi
supraclavicular (+)
Palpasi
Perkusi
: sonor
Auskultasi
Jantung : S1, S2 reguler, irama sinus, murmur -, gallop Abdomen : Datar lembut. Bising usus (+). Nyeri tekan epigastrium (-),
Hepatosplenomegali (-)
Ekstremitas : CRT < 2 detik, Edema -/-, akral dingin -/Status Lokalis : -
MCH :30 pg
MCHC : 36 g/dl
Hitung jenis
Basofil 0 %
Eosinofil 10 %
Neutrofil batang 0 %
Neutrofil segmen 60 %
Limfosit 25 %
Monosit 9 %
GDS 96 g/DL
Daftar Pustaka:
1. Rahajoe N, Supriyanto B, Setyanto, DB. Pedoman Nasional Asma Anak. Jakarta: UKK
Pulmonologi PP ikatan Dokter Anak Indonesia: 2004
2. Supriyanto, B. Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak. Jakarta: Majalah
Kedokteran Indonesia, Volume : 55, Maret: 2005.
3. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular, 2009.
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosa asma bronkial
2. Alur tatalaksana asma bronkial
3. Edukasi dan pencegahan asma bonkial
sak (Breathless)
Kesadaran
Ringan
Berat
Tanpa ancaman henti
Ancaman hen
nafas
Istirahat
Bayi : tidak mau minum /
makan
Sedang
Berjalan
Bayi : menangis keras
Berbicara
Bayi :
Tangis pendek
Kesulitan
menyusu
makan
Bisa berbaring
Lebih suka duduk
Kalimat
Penggal Kalimat
Mungkin irritable
Biasanya irritable
Tidak ada
Tidak ada
Sedang, sering hanya
Nyaring, sepanjang
pada akhir ekspirasi
inspirasi ekspirasi
/
Duduk bertopang lengan
Kata-kata
Ada
Sangat nyaring, terdengar
tanpa stetoskop sepanjang
rekuensi Nafas
Frekuensi Nadi
ulsus paradoksus
Biasanya tidak
Biasanya ya
Dangkal, retraksi
intercostal
Takipnea
Normal
Tidak ada
< 10 mmHg
Gerakan parado
Dangkal / hi
Tanda kelelahan
Pada kasus ini, Nn. S pada saat datang ke UGD dalam keadaan serangan sedang
karena sesak terjadi walaupun pasien dalam keadaan istirahat, memilih posisi duduk,
bicara kata perkata, wheezing terdengar sangat nyaring, terdapat penggunaan otot bantu
pernafasan, takikardia dan takipneu.
Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) mengklasifikasikan derajat asma menjadi :
asma episodic jarang, asma episodic sering dan asma persisten. Pasien tersebut termasuk
dalam asma episodic sering karena serangan timbul lebih dari 1 kali dalam sebulan,
terdapat periode bebas serangan, terkadang mengganggu aktivitas dan tidur.
Tanpa gejala
Tidak terganggu
Normal (tidak ada
kelainan)
Tidak perlu
ntara serangan
r dan aktivitas
eriksaan fisik diluar
Sering
Hampir sepanjang tahun,
remisi
Gejala siang dan ma
Sangat terganggu
Tidak pernah norm
asilitas tersedia
Dari anamnesis didapatkan keluhan pasien yaitu sesak nafas yang muncul secara
hilang timbul disertai dengan batuk berdahak dan rasa berat di dada sehingga sulit
bernafas. Factor pencetus keluhan ini adalah factor debu dan cuaca dingin terutama pada
malam hari. Terdapat factor genetic yaitu riwayat asma pada ibu pasien.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien datang dengan kondisi tampak sesak nafas,
gelisah. Frekuensi nafas meningkat yaitu 36 x/menit (takipneu), nadi meningkat yaitu 110
x/menit (takikardi). Terdapat usaha pernafasan yaitu retraksi suprasternal, intercostal.
Pemeriksaan thoraks didapatkan suara wheezing yang terdengar sangat jelas di kedua
lapangan paru. Maka diagnose dari kasus ini adalah asma bronkial serangan sedang
dengan episodik sering.
Alur Tatalaksana Serangan Asma pada Anak
Pasien asma dalam keadaan serangan, langsung dinilai derajat serangannya. Dalam
panduan GINA ditekankan bahwa pemeriksaan uji fungsi paru (spirometer) merupakan
bagian integral penilaian tatalaksana serangan asma. Tatalaksana awal terhadap pasien
adalah pemberian 2 agonis dengan penambahan garam fisiologis secara nebulisasi.
Nebulisasi serupa dapat diulang selang 20 menit. Pada pemberian ketiga nebulisasi
ditambahkan obat antikolinergik. Jika dengan penilaian awal pasien datang jelas dalam
serangan berat, langsung diberikan nebulisasi 2 agonis kerja cepat dikombinasikan
dengan antikolinergik.
Serangan Asma Ringan
Jika dengan sekali nebulisasi pasien menunjukkan respon yang baik, maka derajat
serangannya ringan. Pasien diobservasi selama 1 jam, jika tetap baik, pasien dapat
dipulangkan dengan dibekali obat 2 agonis kerja cepat (hirupan atau oral) yang
diberikan tiap 4 6 jam.
Serangan Asma Sedang
Jika dengan pemberian nebulisasi dua kali, pasien menunjukkan respons parsial,
kemungkinan derajat serangannya sedang. Perlu diobservasi dan ditangani di RRS,
kemudian diberikan steroid sistemik (oral) metilprednisolon dengan dosis 0,5 1
mg/kgBB/hari selama 3 5 hari.
Serangan Asma Berat
Bila dengan nebulisasi tiga kali berturut-turut pasien tidak menunjukkan respons, maka
harus di rawat di Ruang Rawat Inap. Oksigen 2 4 L/menit diberikan sejak awal
termasuk saat nebulisasi. Pasang jalur parenteral dan lakukan foto thoraks.
4. Planning :
Diagnosis
- Spirometri
- Rontgen thorax
Medikamentosa
- O2 nasal 2-3L/menit
- Nebu Ventolin 2,5 mg + NaCl 2cc
- Salbutamol tab 2 mg, 2x1
Pada dasarnya obat-obat anti-asma dipakai untuk mencegah dan mengendalikan gejala
kortikosteroid
hirup
adalah
obat
yang
paling
efektif
sebagai
terkontrol akan tetap terjaga sedangkan pada anak dapat menggunakan olahraga seperti
berenang.
Pencegahan
Upaya pencegahan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
Pencegahan primer
Pencegehan sekunder
Pencegahan tersier
Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah sensitisasi pada bayi dengan resiko asma
(orang tua asma) dengan cara :
o Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan masa
perkembangan bayi/anak
o Diet hipoalergenik ibu hamil, asalkan / dengan syarat diet tersebut tidak
mengganggu asupan janin
o Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan
o Diet hipoalergenik ibu menyusui
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamasi pada anak yang telah
tersensitisasi dengan cara menghindari pajanan asap rokok, serta allergen dalam ruangan
terutama tungau debu rumah
Pencegahan tersier ditujukan untuk mencegah manifestasi asma pada anak yang telah
menunjukkan manifestasi penyakit alergi. Sebuah penelitian multisenter (early treatment
of atopic children) mendapatkan bahwa pemberian setirizin selama 18 bulan pada anak
atopi dengan dermatitis atopi dan IgE spesifik terhadap serbuk rumput (Pollen) dan
tungau debu rumah menurunkan kejadian Asma sebanyak 50%. Perlu ditekankan bahwa
pemberian setirizin pada penelitian ini bukan sebagai pengendali asma (controller).
Konsultasi
Pasien diharapkan berkonsultasi kepada dokter spesialis paru untuk penetapan dosis obat
dalam pengobatan jangka panjang dengan mempertimbangkan derajat asma dan efek
samping yang mungkin timbul.
Rujukan
Rujukan direncanakan bila terjadi efek samping dari pengobatan jangka panjang, seperti
sindrom chusing