Anda di halaman 1dari 4

Salah satu dari ciri bangsa yang maju adalah bangsa memiliki tingkat kesehatan,

kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini berkaitan dan dipengaruhi oleh
keadaan gizi. Pola makan merupakan perilaku yang paling penting yang dapat mempengaruhi
keadaan gizi. Hal ini terjadi disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan juga
minuman yang dikonsumsi akan dapat mempengaruhi asupan gizi sehingga akan
mempengaruhi kesehatan individu dan juga masyarakat. Gizi yang baik dan optimal sangat
penting karena berpengaruh untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan juga
kecerdasan bayi, anak-anak, serta semua kelompok umur. Gizi yang baik membuat berat
badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja
dapat meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini. Agar tubuh tetap
berada dalam keadaan yang sehat dan terhindar dari berbagai jenis penyakit kronis ataupun
penyakit tidak menular yang terkait gizi, maka pola makan masyarakat sangat perlu
ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik nantinya dapat
membantu meningkatkan kesehatan individu dan juga masyarakat.
Keadaan gizi yang tidak optimal sangat berkaitan erat dengan kesehatan yang buruk,
dan meningkatkan risiko penyakit infeksi, juga penyakit tidak menular seperti penyakit
kardiovaskular (penyakit jantung dan juga pembuluh darah, serta hipertensi dan juga stroke),
DM serta juga kanker yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Kurang lebih
separuh dari semua kejadian kematian di Indonesia merupakan akibat penyakit degenerativ
atau tidak menular.
Riskesdas tahun 2007, 2010, dan 2013 menunjukkan bahwa Indonesia masih
mempunyai ataupun memiliki masalah kekurangan gizi, prevalensi kurus (wasting) pada anak
balita dari 13,6% turun menjadi 13,3% dan menurun kembali menjadi 12,1%. Sedangkan
prevalensi anak balita yang pendek (stunting) sebesar 36,8%, menjadi 35,6%, dan terakhir
menjadi 37,2%. Prevalensi gizi kurang (underweight) berturut-turut yaitu dari 18,4%, 17,9%
dan 19,6%. Prevalensi kurus pada anak sekolah sampai dengan remaja berdasarkan Riskesdas
2010 sebesar 28,5%. Pengaruh dari kekurangan gizi yang terjadi pada saat 1000 hari pertama
kehidupan yaitu dimulai dari sejak masih janin dan sampai anak berumur dua tahun, tidak
hanya terhadap perkembangan fisik, tetapi juga terhadap perkembangan kognitif yang pada
akhirnya berpengaruh terhadap kecerdasan dan ketangkasan berpikir serta juga terhadap
produktivitas kerja. Kekurangan gizi yang terjadi pada masa ini juga dikaitkan dengan risiko
terjadinya penyakit kronis pada usia dewasa nantinya, yaitu seperti kegemukan, penyakit
jantung dan pembuluh darah, hipertensi, stroke dan diabetes.

Pencegahan akan timbulnya masalah gizi tersebut, memerlukan kegiatan


sosialisasi pedoman Gizi Seimbang yang tentunya bisa dijadikan sebagai panduan makan,
beraktivitas fisik, hidup bersih dan sehat, serta memantau berat badan secara teratur untuk
mempertahankan berat badan normal. Dalam upaya untuk mengoptimalkan penyampaian
pesan Gizi Seimbang kepada seluruh aspek masyarakat, diperlukan komunikasi, informasi
dan juga edukasi yang tepat dan berbasis masyarakat.
Di Indonesia saat ini dikenal dengan prinsip Pedoman Gizi Seimbang.
perbedaan yang mendasar antara slogan 4 Sehat 5 Sempurna dengan Pedoman Gizi Seimbang
yaitu konsumsi makan sehari-hari harus lah mengandung zat gizi dalam jenis dan juga jumlah
(porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur. Konsumsi makanan
pun harus memperhatikan prinsip 4 pilar utama yaitu anekaragam pangan, perilaku hidup
bersih, aktivitas fisik dan selalu memantau berat badan secara teratur untuk mempertahankan
berat badan normal, Selain itu, gizi Seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah atau porsi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh,
dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, melakukan aktivitas fisik,
menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat serta selalu memantau berat badan secara teratur
dalam rangka untuk mempertahankan berat badan normal agar mencegah masalah gizi.
Pedoman Gizi Seimbang merupakan salah satu sarana pendidikan dan juga
penyuluhan gizi yang menuju kearah pola hidup sehat dan juga sadar gizi (perilaku gizi
seimbang). Pedoman Gizi Seimbang yang telah ada dan diimplementasikan di Indonesia
sejak dari tahun 1955 merupakan realisasi dari rekomendasi Konferensi Pangan Sedunia di
Roma tahun 1992, dan pedoman tersebut di buat untuk menggantikan slogan 4 Sehat 5
Sempurna yang telah diperkenalkan sejak tahun 1952, namun saat ini sudah tidak sesuai dan
sejalan lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam bidang
gizi

serta

masalah

dan

tantangan

yang

dihadapi.

Diyakini

bahwa

dengan

mengimplementasikan PGS secara baik dan benar, semua masalah gizi dapat diatasi dengan
baik dan optimal. Prinsip Gizi Seimbang sendiri terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada
dasarnya merupakan rangkaian upaya dalam rangka untuk menyeimbangkan antara zat gizi
yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat badan secara teratur.
Beberapa penyakit defisiensi gizi di Indonesia antara lain yaitu Penyakit Defisiensi
Kurang Kalori Protein (KKP) dan salah satu gejala yang nampak dari penderita KKP adalah
hepatomegali yaitu pembesaran hati atau yang biasa disebut sebagai pembuncitan perut. Ada
berbagai

jenis

dan

bentuk

KKP

yaitu

penyakit

kwashiorkor,

marasmus,

dan

marasmikwashiorkor. Kwashiorkor adalah salah satu penyakit KKP dengan diagnosa

kekurangan protein sebagai penyakit dominan. Marasmus merupakan gambaran KKP dengan
defisiensi energi yang sangat ekstrem. Marasmikwashiorkor merupakan kombinasi defisiensi
kalori dan protein pada berbagai jenis. Penyebab langsung dari KKP yaitu karena konsumsi
kurang dan sebab tak langsungnya adalah hambatan absorbsi dan hambatan utilisasi zat-zat
gizi yang disebabkan berbagai hal, misalnya karena penyakit. Penyakti infeksi dan infestasi
cacing dimana keduanya dapat memberikan hambatan absorbsi (penyerapan) dan juga
hambatan utilisai zat gizi yang menjadi dasar timbulnya penyakit KKP, kedua yaitu Penyakit
Defisiensi Vitamin A, gejala-gejala pada penyakit defisiensi vitamin ini yang umumnya
menimbulkan kekhawatiran para ahli kesehatan dan gizi karena berhubungan langsung
dengan kondisi kesehatan mata, sedangkan gejala-gejala lainnya yang menyerang sistem
tubuh memberikan gambaran yang menggugah juga kekhawatiran lainnya. Gambaran tentang
defisiensi vitamin A yang menyangkut kondisi mata, disebut Xerophtalmia. Ternyata banyak
kasus mengenai Xerophthalamia yang akhirnya berakibat pada gangguan penglihatan yang
permanen bahkan sampai menjadi buta, terutama pada kelompok umur dewasa. Defisiensi
vitamin A primer disebabkan kekurangan konsumsi vitamin tersebut, sedangkan defisiensi
sekunder disebabkan karena absorbsi (penyerapan) dan juga utilitasnya terhambat. Konsumsi
vitamin A kurang adalah karena kebiasaan makan yang salah, tidak suka mengkonsumsi
sayur dan buah, atau karena daya beli yang rendah, dan tidak sanggup membeli bahan
makanan hewani maupun nabati yang kaya akan vitamin A dan karoten tersebut, yang ketiga
yaitu penyakit Defisiensi Yodium yang merupakan salah satu manifestasi gambaran dari
penyakit akibat kekurangan konsumsi zat gizi yodium gejala yang menonjol ialah
pembesaran kelenjar gondok yang disebut penyakit gondok oleh masyarakat awam atau nama
ilmiahnya struma simplex. Karena terdapat endemik di wilayah-wilayah tertentu yang
kekurangan yodium, dan disebut juga endemic goitre. Defisiensi yodium memberikan juga
berbagai gambaran klinik lainnya yang diketahui ada hubungan dengan kondisi kekurangan
zat gizi yodium itu, sehingga disebut Iodine Deficiency Diseases (IDD). Ada 4 jenis Iodine
Deficiency Diseases yaitu gondok endemic, hambatan pertumbuhan fisik dan mental yang
diebut dengan istilah cretinism, hambatan sistem neuromotorik, serta kondisi tuli disertai
bisu.
yang keempat atau terakhir yaitu Anemia Defisiensi Zat Besi yang berpengaruh pada
defisiensi Fe, khususnya melalui kondisi gangguan fungsi hemoglobin. Dikatakan bahwa
pada kondisi anemia, daya konsentrasi anak dalam belajar dapat menurun. Defisiensi Fe
dapat didiagnosis berdasarkan data klinik dan data laboratorium yang didukung juga dengan

data konsumsi pangan. Gambaran klinik yang memperlihatkan kondisi anemia adalah wajah
penderita terlihat pucat, juga selaput lendir yang pada kelopak mata, bibir, dan kuku.
Penderita terlihat dan merasa lemah, kurang semangat atau bergairah, serta cepat merasa
lelah, dan juga sering mengalami sesak napas. Data laboratorik memperlihatkan kadar
hemoglobin menurun yakni di bawah 11%, bahkan pada keadaaan yang berat ini penurunan
hemoglobin dapat menurun kembali hingga mencapai tingkat di bawah 10% atau lebih
rendah lagi, hingga sampai di bawah kisaran 4%. Data konsumsi juga memperlihatkan
hidangan yang kurang mengandung daging atau bahan makanan hewani lain seperti ayam dan
ikan, serta sayur atau daun yang berwarna hijau masih kurang tingkat konsumsinya.

Anda mungkin juga menyukai