Anda di halaman 1dari 9

Pemakaian Alat Kontrasepsi dalam Rahim Postpartum

dan Sterilisasi Tuba Postpartum di Amerika Serikat


Obejektif: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkirakan tingkat pemakaian alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) postpartum dan sterilisasi tuba di Amerika Serikat
Design Penelitian: Data tahun 2001-2008 sampel nasional rawat inap (NIS) digunakan untuk
diidentifikasi kelahiran di rumah sakit dengan prosedur kode penggunaan AKDR atau
sterilisasi tuba.
Hasil: Memperkirakan tingkat pemakaian AKDR postpartum dan sterilisasi tuba postpartum
adalah 0.27 dan 770.67 per 10.000 kelahiran. Meskipun tingkat pemakaian AKDR mirip di
seluruh kelompok usia, tingkat sterilisasi tuba meningkat sesuai usia. Namun, 15% yang
melakukan sterilisasi tuba adalah wanita dengan usia 24 tahun. Pemakaian AKDR lebih
sering pada wanita yang melahirkan pada rumah sakit pendidikan (oods rasio, 3.02; CI 95%,
1.43-6.37); sterilisasi tuba lebih sering pada wanita tanpa asuransi swasta (oods rasio, 2.04;
CI 95%, 1.97-2.11).
Simpulan: Antara wanita postpartum di Amerika Serikat pemakaian AKDR terjadi lebih
sedikit dibandingkan dengan sterilisasi tuba, bahkan pada wanita muda dengan penyesalan
poststerilisasi
Kata kunci: Alat kontrasepsi dalam rahim, periode post partum, sterilisasi tuba, Amerika
Serikat.
Penggunaan kontrasepsi efektif pada periode postpartum merupakan strategi esensial
untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan memastikan jarak kehamilan yang
optimal. Diantara perempuan yang disurvei pada 2-9 bulan setelah kelahiran di 12 negara
bagian dan kota New York dari 2004-2006, hanya 62% wanita yang dilaporkan menggunakan
metode kontrasepsi yang efektif, dengan tingkat kegagalan < 10% penggunaan tipikal
(metode hormonal, sterilisasi wanita atau laki-laki, atau alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR). Kontrasepsi Awal sebelum pulang dari rumah sakit setelah melahirkan berpotensi
praktis dan strategi biaya yang efektif untuk meningkatkan efektifitas penggunaan
kontrasepsi postpartum, memberikan seorang wanita untuk siap dalam sistem health care dan
motivasi untuk kontrasepsi meningkat.
Sterilisasi tuba dan kedua jenis AKDR yang tersedia di Amerika Serikat (AKDR
copper dan AKDR-Levonorgestrel) mempunyai efektifitas kontrasepsi tinggi yang mungkin
dapat dimulai dengan aman langsung pada periode postpartum sebelum pulang dari rumah
sakit, terlepas dari status menyusui. AKDR sama dengan sterilisasi tuba dalam hal
efektifitasnya namun mudah reversibel. AKDR dapat dipakai kapan saja dalam periode
postpartum. Pemakaian postplasenta dihubungkan dengan tingkat rendah ekspulsi dari pada
pemakaian delayed postpartum (sampai 72 jam setelah kelahiran) tetapi berhubungan dengan
sedikit lebih tinggi ekspulsi dari pada pemakaian interval (tidak terkait kehamilan).

Antara semua wanita usia reproduktif di Amerika Serikat, penggunaan AKDR telah
meningkat namun tetap rendah. AKDR digunakan sekitar 2% dari kontrasepsi yang
digunakan pada tahun 2002 dan kira-kira 5.5% pada tahun 2006-2008. Sampai saat ini,
sedikit informasi yang ada mengenai tingkat penggunaan AKDR postpartum atau faktor yang
berhubungan dengan prosedur yang dijalani di Amerika Serikat. Sebagai tambahan, informasi
terbaru mengenai sterilisasi tubal masih terbatas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memperkirakan tingkat pemakaian AKDR postpartum dan prosedur sterilisasi tuba dan
mendeskripsikan trend terbaru, memeriksa apakah maternal atau karakteristik rumah sakit
berhubungan dengan kemungkinan menjalani prosedur, dan membandingkan karakteristik
wanita yang menjalani pemakaian AKDR postpartum dengan yang menjalani sterilisasi
postpartum. Informasi ini akan memberikan dasar untuk memonitor trend kemudian dan
memfasilitasi perkembangan target intervensi atau program untuk meningkatkan efisien
penggunaan kontrasepsi postpartum yang mungkin tersedia selama proses rawat inap.
Bahan dan Metode
Kami menggunakan data sampel nasional pasien rawat inap (NIS) pada Healthcare
Cost and Utilization Project (HCUP) tahun 2001-2008. Healthcare Cost and Utilization
Project merupakan bagian dari database health care yang dikembangkan melalui industri
federal partnership disponsori agen healthcare research and quaility yang mana negara
berkontribusi dalam pendataan. Sampel nasional pasien rawat inap adalah data pembayaran
terbesar rawat inap di Amerika Serikat dan mengandung data 7-8 juta rumah sakit tetap dari
sekitar 1000 rumah sakit per tahun dari 2001-2008, yang sekitar 20% stratified sampel dari
rumah sakit Amerika Serikat. Kerangka sampel NIS berubah setiap tahunnya. Tahun 2001
NIS mencakup 33 negara bagian dan tahun 2008 NIS mencakup 42 negara bagian. Setiap
pencatatan termasuk besar discharge untuk memperhitungkan perbedaan-perbedaan ini dan
untuk perkiraan nasional.
Design NIS dideskripsikan dengan detail ditempat lain. Secara singkat NIS adalah
stratified probability sample dari komunitas rumah sakit di Amerika Serikat yang didasari
dengan kerangka menggunakan 5 strata: wilayah geografi (timur laut, barat tengah, barat dan
selatan), ukuran rumah sakit (didasari pada jumlah bed), lokasi (kota atau pedesaan), status
rumah sakit pendidikan dan kontrol (masyarakat umum, voluntair, atau propietary). Rumah
sakit masyarakat di Amerika Serikat termasuk semua rumah sakit yang buka selama hari
dalam kalender tahun yang ditetapkan sebagai rumah sakit masyarakat di American Hospital
Association Annual Survey of Hospitals. American Hospital Association mendefinisikan
komunitas rumah sakit sebagai semua nonfederal jangka pendek (rata-rata lama menginap 30
hari) rumah sakit umum dan khusus yang diakses oleh masyarakat umum. Data
dipertahankan 100% dari discharge untuk setiap sampel rumah sakit. Dalam NIS, pasien
rawat inap dicatat informasinya tentang karakteristik pasien, diagnosa medis, dan prosedur
bedah. NIS juga berisi data rumah sakit dari American Hospital Association Annual Survey of
Hospitals, yang meliputi rumah sakit geografis wilayah, lokasi dan rumah sakit pendidikan.

Kami membatasi analisis kami pada kelahiran terkait catatan discharge yang di
identifikasi dengan menggunakan kode Diagnosis-Related Groups dari kelahiran pervaginam
dan kelahiran sesar atau international classification of disease revisi ke sembilan, Clinical
modification (ICD-9-CM) kode prosedur caesar. Pemasangan AKDR diidentifikasi dengan
ICD-9-CM kode diagnosis V25.1 atau ICD-9-CM kode prosedur 69.7. Sterilisasi tuba
diidentifikasi dengan ICD-9-CM kode prosedur 66.2-66.3 atau ICD-9-CM kode diagnosis
V25.2 berhubungan dengan ICD-9-CM kode prosedur 65.6, 66.5, 66.63, atau 66.97. Kami
kecualikan catatan jika mengandung kode untuk histerektomi atau jika berisi kode untuk
kedua pemasangan AKDR dan sterilisasi tuba; catatan yang dikecualikan terdiri atas <1%
dari seluruh kelahiran terkait catatan discharge. Catatan discharge dengan komorbit
diidentifikasi oleh Healthcare Cost and Utilization Projects Comorbidity Software. Komorbit
(penyakit pembawa) yang dimaksud termasuk penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus,
HIV/AIDS, penyakit paru kronis, penyakit tiroid, kanker, obsesitas, anemia, gangguan
neurologis, gagal ginjal, gangguan liver, rheumatoid arthritis/ penyakit vaskular kolagen dan
gangguan koagulasi. Karena tidak ada pasien yang diidentifikasi oleh NIS, unit analisis
tipikal dianggap sebagai catatan discharge rumah sakit karena pasien dapat diterima berkalikali. Namun karena ini analisis yang termasuk long-acting dan metode permanen dari
kontrasepsi, kita asumsikan setiap rawat inap mewakili 1 wanita. Meskipun demikian,
mungkin beberapa wanita mengalami >1 prosedur postpartum (contoh: pemasangan AKDR
dan sterilisasi tuba) yang dikaitkan dengan jarak kehamilan selama periode 8 tahun.
SAS-Callable SUDAAN software (versi 9.2; research triangle institute, research
Triangle Park,NC) digunakan untuk account desain kompleks sampling di NIS. Tingkat
pemasangan AKDR postpartum dan sterilisasi tuba dihitung per 10.000 kelahiran. Kita
dianggap memperkirakan laporan jika didasari pada > 10 kasus unweighted dan memiliki
standar eror relatif < 30%. Untuk mendapat perkiraan laporan pemasangan AKDR
postpartum, tahun untuk semua trend analisis di kombinasi dalam interval 2 tahun. Kita
menggunakan prosedur SUDAAN PROC RASIO untuk tes linier dan quadratic tren selama
periode penelitian. Tingkat trend sterilisasi tuba postpartum dinilai keseluruhan dalam
subgrup yang terkait usia, wilayah geografis dan cara kelahiran. Sebagian kecil pemasangan
AKDR postpartum sedikit untuk dinilai trendnya dalam subgrup. Ras tidak diperiksa karena
sebagian besar catatan tidak mempunyai informasi mengenai ras.
Kami menggunakan prosedur SUDAAN PROC MULTILOG untuk membuat
polytomous model logistic reggression menggunakan data 2001-2008 untuk menilai faktor
yang mempengaruhi pemasangan AKDR postpartum atau sterilisasi tuba postpartum VS
prosedur lain. 3 tingkat nominal outcome digunakan dalam model (pemasangan AKDR
postpartum, sterilisasi tuba postpartum, dan tidak pemasangan AKDR postpartum, tidak juga
sterilisasi tuba untuk memperkirakan odds rasio (ORs) dan 95% Confidence intervals (CIs).
Sebuah model logistic reggression dibuat untuk membandingkan karakteristik wanita yang
menjalani pemasangan AKDR postpartum dengan wanita yang menjalani sterilisasi tuba.
Karena data NIS tersedia untuk umum dan tidak ada identitas personal, The Center for
Disease Control and Prevention menetapkan proyek ini tidak membutuhkan subjek
penelitian.

Hasil
Selama 2001-2008, kira-kira tingkat pemasangan AKDR yang dilakukan selama rawat
inap kelahiran di Amerika Serikat adalah 0.27 per 10.000 kelahiran. Sebaliknya tingkat
sterilisasi tuba postpartum adalah 770.67 per 10.000 kelahiran. Tingkat pemasangan AKDR
postpartum meningkat linier dari 0.10 per 10.000 kelahiran tahun 2001-2002 sampai 0.55 per
10.000 kelahiran pada 2007-2008. (P untuk trend <0,001). Quadratic tren dideteksi dari
tingkat sterilisasi tuba postpartum selama periode waktu (P untuk trend, <0,01) rata-rata
meningkat dari 743.58 per 10.000 kelahiran pada 2001-2002 menjadi 804.40 per 10.000
kelahiran tahun 2005-2006 dan menurun menjadi 743.48 per 10.000 kelahiran tahun 20072008.
Selama periode penelitian, linier dan Quadratic tren (P untuk trend, <0,01) dideteksi
pada tingkat sterilisasi tuba postpartum pada wanita 24 tahun, jumlahnya stabil dari 20012002 sampai 2005-2006 (340.39-332.74 per 10.000 kelahiran) dan kemudian menurun 288.66
per 10.000 kelahiran pada 2007-2008 (data tidak ditampilkan). Quadratic tren (p untuk trend,
<0,05) dideteksi pada tingkat sterilisasi tuba untuk wanita berusia 25-29 tahun dan 30-34
tahun. Rata-rata meningkat dari 2001-2002 sampai 2005-2006 kemudian menurun pada
2007-2008. Selain itu linear trend ( P untuk trend, <0,001 ) dideteksi pada tingkat sterilisasi
tuba postpartum antara wanita yang memiliki melahirkan pervagina; rata-rata menurun dari
431,97 per 10.000 kelahiran pada tahun 2001-2002 menjadi 316,24 per10.000 kelahiran pada
tahun 2007-2008. Quadrantic trend ( P untuk trend , <0,05 ) dideteksi dengan tingkat
sterilisasi tuba postpartum untuk wanita yang menjalani sesar; rata-rata meningkat dari 20012002 ke 2005-2006 kemudian menurun di 2007-2008. Tidak ada trend terdeteksi di tingkat
sterilisasi tuba postpartum dengan wilayah geografis.

Diantara semua rumah sakit bersalin pada sampel, kami menilai faktor yang
berhubungan dengan menjalani pemasangan AKDR postpartum atau sterilisasi tuba
postpartum VS tidak lakukan prosedur (tabel 1). Kemungkinan menjalani pemasangan
AKDR postpartum tidak bervariasi dengan usia, cara kelahiran, pembayar utama, lokasi

rumah sakit, atau wilayah geografis. Perempuan dengan setidaknya 1 komorbiditas lebih
mungkin dibandingkan mereka yang tanpa komorbiditas menjalani pemasangan AKDR
postpartum ( disesuaikan OR , 1,42 ; 95 % CI , 1,04 -1,94 ). Wanita yang melahirkan di
rumah sakit pendidikan 3 kali lebih mungkin untuk menjalani pemasangan AKDR
postpartum dibandingkan dengan mereka yang melairkan di rumah sakit bukan pendidikan
(OR , 3.02 ; 95 % CI ,1.43- 6.37 ) .
Tingkat sterilisasi tuba postpartum meningkat dengan peningkatan usia (tabel 1).
Sterilisasi tuba postpartum lebih disukai pada wanita dengan melahirkan sesar vs melahirkan
pervagina (disesuaikan OR , 4.56 ; 95 % CI , 4.42- 4,70 ) , dengan setidaknya 1 komorbiditas
vs tidak ada penyakit penyerta ( disesuaikan OR , 1,15 ; 95 % CI , 1,13-1,17 ) , dan sumber
pembayaran publik atau pembayaran sendiri vs asuransi swasta ( disesuaikan OR , 2.04 ; 95
% CI , 1,97-2,11 ). Wanita yang melahirkan di Midwest, South , atau Barat lebih mungkin
untuk menjalani sterilisasi tuba postpartum dibandingkan dengan mereka yang melahirkan di
Timur Laut. Selain itu, perempuan cenderung menjalani sterilisasi tuba postpartum jika
mereka melahirkan di rumah sakit kota vs rumah sakit pedesaan dan rumah sakit pendidikan
vs rumah sakit bukan pendidikan.

Kami membandingkan karakteristik wanita yang menjalani pemasangan AKDR


postpartum dengan wanita yang menjalani sterilisasi tuba postpartum (Tabel 2). Wanita yang
menjalani pemasangan AKDR postpartum cenderung lebih muda dari mereka yang menjalani
sterilisasi tuba postpartum. Rata-rata usia wanita yang menjalani pemasangan AKDR adalah
27,4 tahun, dibandingkan dengan 30,9 tahun di antara wanita yang menjalani sterilisasi tuba
(P < 0,001, uji t) dan lebih dari sepertiga dari wanita yang menjalani pemasangan AKDR
postpartum (35,0%) berusia 24 tahun, dibandingkan dengan 14,9% yg menjalani sterilisasi
tuba postpartum. Setelah penyesuaian untuk pembaur potensial, wanita-wanita yang berusia
24 tahun adalah > 5-kali lebih mungkin untuk menjalani pemasangan AKDR dari sterilisasi
tuba (OR, 5,54; 95% CI, 3,33-9,23). Wanita yang melahirkan dirumah sakit pendidikan lebih
mungkin untuk menjalani pemasangan AKDR vs sterilisasi tuba dibandingkan mereka yang
melahirkan di rumah sakit bukan pendidikan; wanita yang menjalani sesar sedikit
kemungkinan untuk menjalani pemasangan AKDR vs sterilisasi tuba.

Dibandingkan dengan wanita yang melahirkan di timur laut, orang-orang di Selatan sedikit
kemungkinan untuk menjalani pemasangan AKDR vs sterilisasi tuba. Status komorbiditas,
pembayar utama, dan lokasi rumah sakit yang tidak terkait secara signifikan dalam statistik
dengan menjalani pemasangan AKDR vs sterilisasi tuba.
Pembahasan
American College of Obstetricians dan Gynecologists baru ini menyatakan bahwa
periode langsung postpartum adalah waktu yang sangat menguntungkan bagi pemasangan
AKDR. Meskipun kami menemukan bahwa tingkat pemasangan AKDR postpartum di
Amerika Serikat meningkat dari 2001-2002 untuk 2007-2008, tetap jarang dilakukan dan
terjadi pada tingkat nyata lebih rendah dari sterilisasi tuba postpartum. Temuan ini
menunjukkan bahwa Pemasangan AKDR postpartum kurang dimanfaatkan, terutama untuk
beberapa sub kelompok.
Kami menemukan bahwa usia tidak dikaitkan dengan kemungkinan pemasangan
AKDR postpartum; Sebaliknya, kemungkinan sterilisasi tuba postpartum meningkat dengan
bertambahnya usia, yang konsisten dengan laporan sebelumnya. Antara wanita memilih
pemasangan AKDR postpartum atau sterilisasi tuba postpartum, kami menemukan bahwa
wanita yang lebih muda lebih mungkin dibandingkan perempuan yang lebih tua untuk
menjalani pemasangan AKDR daripada sterilisasi tuba. Namun, baik proporsi dari sterilisasi
tuba postpartum yang dilakukan antara perempuan 29 tahun (42,4%) dan besar perbedaan
antara tingkat pemasangan AKDR postpartum dan sterilisasi tuba postpartum di antara wanita
yang lebih muda tidak ada dalam tabel. Mengingat sebelumnya dilaporkan lebih tinggi
tingkat penyesalan poststerilization antara wanita yang lebih muda. Sebuah studi AS kohort
dilaporkan bahwa usia 14 tahun probabilitas kumulatif penyesalan adalah 20,3% di antara
perempuan usia 30 tahun pada saat sterilisasi tapi hanya 5,9% antara perempuan usia > 30
tahun. Sebagai hasil dari kekhawatiran atas penyesalan di kalangan wanita muda yang
menjalani sterilisasi, Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan bahwa "perempuan
muda, seperti semua wanita, harus diberi konseling tentang sterilisasi permanen dan
ketersediaan alternatif, jangka panjang, metode yang sangat efektif. Tingkat sterilisasi tuba
postpartum mengalami penurunan antara wanita yang lebih muda selama periode waktu
penelitian kami, yang mungkin mencerminkan peningkatan dalam penggunaan dan promosi
jangka panjang metode kontrasepsi reversibel. Meskipun demikian, hasil kami menunjukkan
bahwa pemasangan AKDR postpartum mungkin kurang dimanfaatkan di antara wanita yang
lebih muda, terutama orang-orang yang meminta sterilisasi.
Beberapa faktor tambahan dalam penelitian kami dikaitkan dengan kemungkinan
menjalani pemasangan AKDR postpartum atau sterilisasi tuba. Wanita yang melahirkan di
rumah sakit pendidikan yang lebih mungkin untuk menjalani pemasangan AKDR dan kurang
mungkin untuk menjalani sterilisasi tuba postpartum dibandingkan mereka yang melahirkan
di rumah sakit bukan pendidikan. Ini bisa menjadi refleksi dari beberapa faktor yang

mencakup populasi pasien dan preferensi, penyedia pelatihan dalam pemasangan AKDR
postpartum di lembaga pelajaran, atau advokasi untuk peningkatan penggunaan AKDR
sebagai metode kontrasepsi, seperti yang dilaporkan di beberapa pusat universitas kesehatan.
Dalam penelitian kami, wanita dengan setidaknya 1 komorbiditas lebih mungkin
dibandingkan mereka yang tidak komorbiditas menjalani pemasangan AKDR dan juga lebih
mungkin menjalani postpartum sterilisasi tuba. Hal ini mungkin mencerminkan keinginan
antara wanita dengan penyakit penyerta atau penyedia mereka untuk kontrasepsi postpartum
sangat efektif untuk menghindari potensi ibu dan / atau risiko kesehatan bayi terkait dengan
beberapa penyakit penyerta yang mungkin menemani kehamilan berikutnya.
Beberapa faktor tambahan berhubungan dengan kemungkinan menjalani sterilisasi
tuba postpartum. Perempuan dengan kelahiran sesar lebih mungkin menjalani sterilisasi tuba
postpartum dibandingkan dengan melahirkan pervagina, yang konsisten dengan penelitian
sebelumnya yang menemukan bahwa wanita yang menjalani kelahiran pervagina sedikit
kemungkinan dibandingkan mereka yang menjalani sesar untuk menginginkan sterilisasi tuba
postpartum. Para penulis berspekulasi bahwa ini mungkin mencerminkan kurangnya motivasi
dari bagian penyedia atau pasien selama prosedur atau hambatan dalam sistem seperti tidak
tersedianya operasi kamar; ketersediaan staf yang mungkin menjadi hambatan.
Kami juga menemukan bahwa wanita dengan publik atau pembayaran nonprivate
lebih mungkin dibandingkan mereka dengan asuransi swasta untuk menjalani postpartum
sterilisasi tuba. Peneliti lain telah menemukan bahwa Medicaid adalah pembayar diharapkan
untuk proporsi yang lebih tinggi dari sterilisasi tuba postpartum daripada sterilizations tuba
Interval rawat jalan dan wanita tanpa atau asuransi umum lebih mungkin untuk menjalani
sterilisasi tuba (postpartum atau interval) dibandingkan dengan wanita dengan asuransi
swasta. Temuan ini dapat dijelaskan, sebagian, kendala dalam kehamilan menjadi cakupan
Medicaid, yang diperpanjang 60 hari setelah melahirkan; beberapa negara telah memperoleh
persetujuan untuk melanjutkan Cakupan Medicaid pelayanan KB untuk wanita yang akan
kehilangan Cakupan Medicaid setelah melahirkan, dengan kelayakan umumnya berlangsung
selama 2 years. Mengingat kendala dalam cakupan, perempuan yang ditutupi oleh Medicaid
mungkin memiliki insentif untuk mendapatkan kontrasepsi permanen ketika mereka memiliki
cakupan, daripada mengandalkan metode lain yang memerlukan pasokan berkelanjutan atau
provider visit.
Kami terbatas dalam analisis ini oleh beberapa faktor yang melekat pada discharge
data di rumah sakit. Data kami tergantung pada akurasi prosedur dan diagnosis yang
tercantum pada kesimpulan discharge rumah sakit. Beberapa kode diagnosis kita diperiksa
untuk menentukan keberadaan atau tidak adanya penyakit penyerta, seperti untuk obesitas
atau hipertensi, mungkin sensitivitas rendah. Hal ini juga mungkin bahwa pemasangan
AKDR mungkin lebih cenderung untuk di bawah dari sterilisasi tuba, yang dapat melibatkan
waktu ruang operasi dan staf tambahan dan peralatan. Oleh mengandalkan kode ICD-9, kami
tidak dapat untuk membedakan antara AKDR tembaga dan AKDR-LNG. Selain itu, kami
tidak memiliki informasi mengenai metode kontrasepsi lain yang mungkin perempuan
dimulai saat melahirkan di rumah sakit, seperti suntik atau kontrasepsi oral. Kami juga
kekurangan informasi pada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pilihan kontrasepsi

postpartum seperti paritas, perkawinan, status, menyusui, kontrasepsi sebelumnya, atau


kontraindikasi metode kontrasepsi tertentu. Selain itu, kami tidak dapat memeriksa ras atau
etnis, karena informasi itu tidak ada pada sebgaian besar catatan.
Studi kami merupakan yang pertama yang melaporkan tingkat postpartum
pemasangan AKDR di Amerika Serikat dan menunjukkan bahwa, meskipun rata-rata telah
meningkat, Pemasangan AKDR postpartum sangat jarang dilakukan, bahkan dalam beberapa
tahun terakhir, terjadi rata-rata >1000 kali lebih rendah dari sterilisasi tuba postpartum.
Temuan ini menunjukkan perlunya untuk mempertimbangkan pemasangan AKDR
postpartum sebagai pilihan kontrasepsi postpartum pada wanita terutama mereka yang
berisiko tinggi untuk poststerilization menyesal atau yang tidak mungkin untuk kembali
untuk kunjungan postpartum. Meskipun baik AKDR dan sterilisasi tuba aman, sangat efektif,
dan pengguna independen metode yang dapat dimulai segera setelah melahirkan, AKDR ini
mudah reversibel, tidak melibatkan tambahan prosedur bedah, dan mungkin biaya lebih
efektif, terutama bagi perempuan yang berisiko tinggi untuk penyesalan poststerilization
penggunaan dibantu reproduksi teknologi. Meskipun analisis efektivitas biaya belum
dilakukan secara khusus untuk wanita postpartum, pada umumnya, baik AKDR tembaga dan
AKDR levonorgestrel lebih hemat biaya dari sterilisasi tuba.
Meskipun keuntungan dari Pemasangan AKDR postpartum, ada beberapa potensi
trade-off. Segera pemasangan postpartum dikaitkan dengan tingkat lebih tinggi dari ekspulsi
daripada dengan pemasangan interval; Namun,banyak wanita yang menginginkan AKDR
tidak kembali untuk pemasangan dengan interval, dan bagi banyak perempuan, manfaat
pemberian kontrasepsi efektifitas tinggi sebelum discharge rumah sakit mungkin
meningkatkan resiko ekspulsi. Ada juga tantangan terkait dengan penyediaan AKDR
postpartum yang meliputi asuransi, penggantian kebijakan, dan kebutuhan untuk memastikan
ketersediaan baik staf yang terlatih dan pasokan yang diperlukan. Selain itu, banyak penyedia
keliru percaya bahwa wanita segera postpartum tidak cocok untuk AKDR. akhirnya, untuk
memaksimalkan dampak pada kehamilan yang tidak diinginkan di Amerika Serikat, berbagai
pilihan kontrasepsi postpartum harus ditawarkan, dan barrier sangat efektid sebagai metode
kontrasepsi postpartum, seperti AKDR, seharusnya diminimalkan.

Anda mungkin juga menyukai