Kepala Desa yang dikuti, selalu bertingkah angkuh dan sombong. Dia suka ingin
menang sendiri. Kacak paling tidak senang melihat orang bahagia atau yang
melebihi dirinya. Kacak kurang disukai orang-orang kampungnya karena sifatnya
yang demikian. Beda dengan Midun, walaupun anak orang miskin, namun sangat
disukai oleh orang-orang kampungnya. Sebab Midun mempunyai perangai yang
baik, sopan, taat agama, ramah serta pintar silat. Midun tidak sombong seperti
Kacak
Karena Midun banyak disukai orang, maka Kacak begitu iri dan dengki
pada Midun. Kacak sangat benci pada Midun. Sering dia mencari kesempatan untuk
bisa mencelakakan Midun, namun tidak pernah berhasil. Dia sering mencari garagara agar Midun marah padanya, namun Midun tak pernah mau menanggapinya.
Midun selalu menghindar ketika diajak Kacak untuk berkelahi. Midun bukan takut
kalah dalam berkelahi dengan Kacak, karena dia tidak senang berkelahi saja. Ilmu
silat yang dia miliki dari hasil belajarnya pada Haji Abbas bukan untuk dipergunakan
berkelahi dan mencari musuh tapi untuk membela diri dan mencari teman.
Suatu hari istri Kacak terjatuh dalam sungai. Dia hampir lenyap dibawa arus. Untung
waktu itu Midun sedang berada dekat tempat kejadian itu. Midun dengan sigap
menolong istri Kacak itu. Istri Kacak selamat berkat pertolongan Midun. Kacak malah
balik menuduh Midun bahwa Midun hendak memperkosa istrinya. Air susu dibalas
dengan air tuba. Begitulah Kacak berterima kasih pada Midun. Waktu itu Midun
menanggapi tantangan itu. Dalam perkelahian itu Midun yang menang. Karena
kalah, Kacak menjadi semakin marah pada Midun. Kacak melaporkan semuanya
pada Tuanku Laras. Kacak memfitnah Midun waktu itu, rupanya Tuanku Laras
percaya dengan tuduhan Kacak itu. Midun mendapat hukuman dari Tuanku Laras.
Midun diganjar hukuman oleh Tuanku Laras, yaitu harus bekerja di rumah Tuanku
Laras tanpa mendapat gaji. Sedangkan orang yang ditugaskan oleh Tuanku Laras
untuk mengwasi Midun selama menjalani hukuman itu adalah Kacak. Mendapat
tugas itu, Kacak demikian bahagia. Kacak memanfaatkan untuk menyiksa Midun.
Hampir tiap hari Midun diperlakukan secara kasar. Pukulan dan tendangan Kacak
hampir tiap hari menghantam Midun. Juga segala macam kata-kata hinaan dari
Kacak tiap hari mampir di telinga Midun. Namun semua perlakuan itu Midun terima
dengan
penuh
kepasrahan.
Walaupun Midun telah mendapat hukuman dari Mamaknya itu, namun Kacak
rupanya belum puas juga. Dia belum puas sebab Midun masih dengan bebas
berkeliaran di kampung utu. Dia tidak rela dan ikhlas kalau Midun masih berada di
kampung itu. Kalau Midun masih berada di kampung mereka, itu berarti masih
menjadi semacam penghalang utama bagi Kacak untuk bisa berbuat seenaknya di
kampung itu. Untuk itulah dia hendak melenyapkan Midun dari kampung mereka
untuk selama-lamanya.
Untuk melaksanakan niatnya itu, Kacak membayar beberapa orang
pembunuh bayaran untuk melenyapkan Midun. Usaha untuk melenyapkan Midun itu
mereka laksanakan ketika di kampung itu diadakan suatu perlombaan kuda.
Sewaktu Midun dan Maun sedang membeli makanan di warung kopi di pinggir
gelanggang pacuan kuda itu, orang-orang sewaan Kacak itu menyerang Midun
dengan sebelah Midun pisau.
Tapi untung Midun berhasil mengelaknya. Namun perkelahian antar mereka
tidak bisa dihindari. Maka terjadilah keributan di dalam acar pacuan kuda itu.
Perkelahian itu berhenti ketika polisi datang. Midun dan Maun langsung ditangkap
dan
dibawa
ke
kantor
polisi.