Adneneksitis
akut,
karena
kemungkinan
pasien
tdk
mengalami
keterlambatan haid ( Kehamilan ) karena HPHT yang mash dalam batas
normal
12.
-
Informed konsen :
Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang sakit yang diderita sekarang ini
mulai dari temuan pada pemeriksaan fisik dan penunjang, tindakan yang
akan dilakukan dengan segala resiko yang terjadi keuntungan dan kerugian
jika dilakukan tindakan / tidak dilakukan tindakan.
13. Resiko negative pada laki laki adalah 9,3% dan wanita sebesar 22 % bila
hanya memakai data klinik.
Upaya untuk menurunkan resiko appendektomi negative yaitu dengan
dilakukan pemeriksaan fisik ulang pasien pada saat di kamar operasi sebelum
pasien dilakukan anestesi.
14. Protein C-reaktif adalah suatu protein yang dihasilkan oleh hati, terutama
saat terjadi infeksi atau inflamasi di dalam tubuh. Namun, berhubung protein
ini tidak bersifat spesifik, maka lokasi atau letak organ yang mengalami infeksi
atau inflamasi tidak dapat diketahui. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17038701
Tidak perlu dilakukan pemeriksaan ini karena pada pemeriksaan fisik sudah
jelas membuktikan untuk diambil diagnose pasti dan mengenai biaya terlalu
mahal untuk dilakukan pemeriksaan ini.
15. Appendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan
sebelumnya,
atau
neoplasma.
Obstruksi lumen yang tertutup disebabkan oleh hambatan pada bagian
proksimalnya dan berlanjut pada peningkatan sekresi normal dari mukosa
apendiks yang distensi. Obstruksi tersebut mneyebabkan mucus yang
diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut makin
banyak, namun elastisitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan
sehingga menyebabkan peningkatan intralumen. Kapasitas lumen apendiks
normal hanya sekitar 0,1 ml. Jika sekresi sekitar 0,5 dapat meningkatkan
tekanan intalumen sekitar 60 cmH20. Manusia merupakan salah satu dari
sedikit makhluk hidup yang dapat mengkompensasi peningkatan sekresi yang
cukup
tinggi
sehingga
menjadi
gangrene
atau
terjadi
perforasi.
Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami
hipoksia, menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri.
Infeksi menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan
semakin iskemik karena terjadi trombosis pembuluh darah intramural (dinding
apendiks). Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium. Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam,
tapi waktu tersebut dapat berbeda-beda setiap pasien karena ditentukan
banyak
faktor.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
menembus dinding. Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini
disebut
dengan
apendisitis
supuratif
akut.
Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa local yang disebut
infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses
atau
menghilang.
Infiltrat apendikularis merupakan tahap patologi apendisitis yang dimulai
dimukosa dan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48
jam pertama, ini merupakan usaha pertahanan tubuh dengan membatasi
proses radang dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau
adneksa sehingga terbentuk massa periapendikular. Didalamnya dapat terjadi
nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak
terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikular akan
menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.
Appendiks dipersarafi oleh parasimpatis dan simpatis. Persarafan parasimpatis
berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika superior
dan arteri appendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus
thorakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada appendisitis bermula di sekitar
umbilikus.
Pendarahan appendiks berasal dari arteri Appendikularis , cabang dari
a.Ileocecalis, cabang dari a. Mesenterica superior. A. Appendikularis merupakan
arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis pada
infeksi, appendiks akan mengalami gangren.
21.
22.
Persiapan laparoskopi
o Pasien di rawat minimal 12 jam pra-operasi dengan membawa hasil
pemeriksaan laboratorium
o Puasa selama 8 jam sebelum tindakan operasi
o Kulit bagian pusar di bersihkan dan di tutup dengan kain kassa yang telah di
bahasi dengan alkohol
o Di lakukan pengosongan usus besar untuk membuang sisa-sisa kotoran
o Di berikan obat pencahar, premedikasi , antibiotik profilaksis
PROSEDUR LAPAROSKOPI
Sebelum tindakan operasi, dilakukan pembiusan umum.
Dalam posisi terlentang, dokter memulai operasi dengan terlebih dahulu membuat
ruang rongga perut lebih besar dengan memasukkan gas CO2 melalui jarum yang
dimasukkan ke dalam rongga perut.
Selanjutnya dokter akan membuat sayatan kecil berukuran 5-10 mm di daerah
pusar dan dua hingga tiga buah sayatan berukuran 5 mm lainnya di daerah perut
bagian bawah.
Kamera teleskop biasanya dimasukkan melalui sayatan di pusar, sehingga dokter
dapat melihat seluruh organ di dalam perut melalui layar monitor.
selanjutnya instrumen operasi dimasukkan melalui sayatan yang dibuat di perut
bagian bawah dan tindakan dilakukan sesuai dengan penyakit yang didapatkan.
Langkah langkah Laparoskopi :
Dilakukan dengan membuat dua atau tiga lubang kecil (berdiameter 5-10mm)
pada dinding perut pasien
Satu lubang pada pusar digunakan untuk memasukkan sebuah alat yang
dilengkapi kamera untuk memindahkan gambar dalam rongga perut ke layar
monitor
Dua lubang yang lain untuk instrumen bedah yang lain
Selanjutnya di gunakan gas karbondioksida (CO2) untuk mengembangkan rongga
perut sehingga mudah melakukan tindakan
Teknik anestesi (pembiusan) yang digunakan umumnya anestesi umum
Schwartzs edisi 10 + Zolingers atlas of surgical operation
24. Rencana perawatan pasca bedah :
start low and go slow
1. Jumlah cairan
Maintenance
: 2x24jamx50kg
2. Elektrolit
= 2400 cc/hr