Anda di halaman 1dari 25

SMART INOVATION OF WRITING

ENGINEERING PHYSICS WEEK 6th EDITION


Pengoptimalan Pengelolaan Limbah Rumah
Tangga dan Menciptakan Bangunan yang
Bertemakan Vertikal Garden pada Rumah
Susun Mahasiswa di Banjarbaru

Disusun Oleh :
(Samsul Rahman

H1F113019 / Angkatan 2013)

(Ahmad Sidiq Mujiono

H1F113008 / Angkatan 2013)

(Diaurahman

H1F113065 / Angkatan 2013)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


BANJARMASIN
2015

SMART INOVATION OF WRITING


ENGINEERING PHYSICS WEEK 6th
EDITION
Pengoptimalan Pengelolaan Limbah Rumah
Tangga dan Menciptakan Bangunan yang
Bertemakan Vertikal Garden pada Rumah
Susun Mahasiswa di Banjarbaru

Disusun Oleh :
(Samsul Rahman

H1F113019 / Angkatan 2013)

(Ahmad Sidiq Mujiono

H1F113008 / Angkatan 2013)

(Diaurahman

H1F113065 / Angkatan 2013)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


BANJARMASIN
2015

ii

LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini;
Nama Ketua

: Samsul Rahman

Tempat, Tanggal Lahir : Mahe Seberang, 15 Juni 1995


Jurusan/ Fakultas

: Teknik Mesin

Universitas

: Universitas Lambung Mangkurat

Nama Anggota 1

: Ahmad Sidiq Mujiono

Tempat, Tanggal Lahir : Sragen, 22 April 1995


Jurusan/ Fakultas

: Teknik Mesin

Universitas

: Universitas Lambung Mangkurat

Nama Anggota 2

: Diaurahman

Tempat, Tanggal Lahir : Ilung, 11 Mei 1996


Jurusan/ Fakultas

: Teknik Mesin

Universitas

: Universitas Lambung Mangkurat

Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul,


Pengoptimalan Pengelolaan Limbah Rumah Tangga dan Menciptakan Bangunan
yang Bertemakan Vertical Garden pada Rumah Susun Mahasiswa di Bnajarbaru.
adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat atau saduran
dari karya tulis orang lain serta belum pernah menjuarai di kompetisi serupa.
Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima
sanksi yang ditetapkan oleh panitia SNOW EPW 6th Edition berupa diskualifikasi
dari kompetisi.
Demikian surat ini dibuat dengan sebenar-benarnya, untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Banjarmasin, 07 Januari 2015

Samsul Rahman
H1F113019

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan
KaruniaNYA, maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul
Pengoptimalan Pengelolaan Limbah Rumah Tangga dan Menciptakan Bangunan
yang Bertemakan Vertical Garden pada Rumah Susun Mahasiswa di Banjarbaru
tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada temanteman yang telah memberikan dukungan moril dan material. Rasa terima
kasih penulis sampaikan juga kepada Dosen Pembimbing Bapak Akhmad
Syarief, S.T., M.T. serta berbagai pihak yang telah membantu, yang tidak bisa
penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh
dari

kesempurnaan.

Namun

demikian,

penulis

telah

berupaya

dengan

kemampuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya,
penulis dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima masukan, saran dan
kritik guna penyempurnaan laporan ini. Harapan penulis, semoga laporan ini
dapat bermanfaat.
Akhir kata semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua, terutama
kepada masyarakat dan para peneliti.

Banjarbaru, 07 Januari 2015

iv

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................iii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................ vi
BAB I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 1
1.3 Tujuan ................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Rumah Susun Mahasiswa...................................................... 3
2.2 Pengelolaan Limbah Rumah Tangga .................................... 3
2.2.1 Pengomposan Sampah ................................................ 4
2.2.2 Biodiesel...................................................................... 8
2.3 Vertikal Garden ..................................................................... 8
2.3.1 Pengertian Vertikal Gerden ........................................ 8
2.3.2 Tanaman pada Vertikal Garden .................................. 9
2.3.3 Media Tanam .............................................................. 9
BAB III. METODE PENULISAN
3.1 Prosedur Pengumpulan Data ............................................... 10
3.2 Pengolahan Data.................................................................. 10
3.3 Pengambilan Kesimpulan dan Saran ................................... 10
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengelolaan Limbah Rumah Tangga .................................. 11
4.1.1 Pengomposan Sampah dari Limbah Organik............ 11
4.1.2 Pembuatan Biodiesel dari Limbah Anorganik .......... 12
4.2 Menciptakan Bangunan Betemakan Vertical Garden ......... 12

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................... 14
5.2 Saran ................................................................................... 14
DAFTAS PUSTAKA ............................................................................... 15
LAMPIRAN ............................................................................................ 16

vi

PENGOPTIMALAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA DAN


MENCIPTAKAN BANGUNAN BERTEMAKAN VERTIKAL GARDEN
PADA RUMAH SUSUN MAHASISWA DI BANJARBARU
Samsul Rahman, Ahmad Sidiq Mujiono, Diaurahman
Unuversitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin
Abstrak:
Berbicara mengenai tempat tinggal bagi mahasiswa tidak terlepas dari
rumah, kontrakan, kos-kosan maupun rumah susun mahasiswa (rusunawa).
Rumah susun mahasiswa merupakan salah satu tempat tinggal yang sesuai bagi
mahasiswa, namun kurang matangnya perencanaan dalam pembangunan rumah
susun tersebut membuat rusunawa terlihat kurang nyaman bagi penghuni di
dalamnya, seperti suasana di dalam ruangan yang terasa panas karena sirkulasi
udara yang kurang baik. Selain itu, penampilan luarnya yang terlihat gersang
dikarenakan tidak adanya tanaman hijau menjadikan rumah susun mahasiswa
terlihat kurang menarik. Kondisi tersebut juga diperparah dengan pengelolaan
sampah yang kurang baik sehingga berdampak terhadap lingkungan serta
kesehatan penghuni di dalamnya. Agar dapat mengatasi masalah tersebut,
solusinya adalah dengan mengoptimalkan pengelolaan limbah rumah tangga dan
menciptakan bangunan yang bertemakan vertical garden. Agar metode tersebut
dapat terwujud, kami berencana untuk menerapkannya pada rumah susun
mahasiswa yang ada di Banjarbaru. Penerepan metode tersebut adalah dengan
mengelola limbah rumah tangga yaitu melakukan pemisahan antara limbah
organik dengan limbah anorganik. Untuk limbah organik dapat diolah menjadi
kompos yang akan digunakan sebagai pupuk untuk tanaman vertical garden.
Sedangkan sampah anorganik seperti gelas dan kantong plastik akan diproses
menjadi Biodiesel dengan metode destilasi. Biodiesel tersebut nantinya akan
digunakan untuk menyalakan mesin Generator-set (Genset). Sedangkan untuk
bangunan yang bertemakan vertical garden kita bisa memanfaatkan limbah
anorganik lainnya seperti botol plastik bekas minuman mineral menjadi pot
tanaman. Dengan konsep vertical garden diharapkan dapat mengurangi suasana
panas serta menciptakan suasana sejuk di dalam ruangan karena hawa panas dari
luar diserap oleh vertical garden pada dinding bangunan. Hasil yang diharapkan
pada penerapan metode tersebut adalah terbentuknya tempat hunian mahasiswa
yang nyaman, sehat dan asri serta melibatkan mahasiswa sebagai penghuni untuk
dapat mengelola sumber energi terbarukan secara mandiri.
Kata Kunci: Energi, Limbah, Vertikal Garden

vii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Jumlah penduduk dikota banjarnbaru bertambah banyak seiring dengan

bertambahnya mahasiswa imigran yang datang dari luar kota. Berdasarkan hasil
Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah rumah tangga di Kota Banjarbaru mencapai
55.897 dengan jumlah penduduk 199.627 orang yang terdiri dari 102.285 laki-laki
dan 97.342 perempuan atau dengan sex ratio 105 yang berarti jumlah lakilaki
lebih banyak dari pada jumlah perempuan. Dan dengan adanya Perguruan Tinggi
Negeri (PTN) Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM) di dearah kota
banjarbaru, menjadikan kota ini mendapat banyak tambahan pelajar imigran dari
kota kota yang ada di kalimantan, Unlam yang notabenya adalah universitas
terbaik dikalimantan

menjadi salah satu universitas yang paling banyak

peminatnya, hal ini terbukti dengan pendaftar di jalur SNMPTN Universitas


Lambung Mangkurat tahun 2014 sebanyak sebanyak 13.333 orang. Sedangkan
pelamar beasiswa Bidikmisi mencapai 1.838 orang. Hal ini tertunya berimbas
pada kebutuhan pemukiman untuk para mahasiswa yang ada. Namun hal ini sudah
berhasil terpecahkan dengan di bangunnya beberapa asrama mahasiswa dan
rusunawa di kota banjarbaru. Tapi ada masalah baru yang timbul yaitu kurang
matangnya perencanaan dalam pembangunan rumah susun tersebut membuat
rusunawa terlihat kurang nyaman bagi penghuni di dalamnya. Berkenaan dengan
masalah tersebut kami berusaha memberikan suatu solusi yaitu dengan
mengoptimalkan pengelolaan limbah rumah tangga dan juga menciptakan
bangunan yang bertemakan vertical garden pada rumah susun mahasiswa
Banjarbaru.

(http://mediakalimantan.com/artikel-659-pendaftar-snmptn-13333-

siswa.html#ixzz3Md7yvwD8
.

2
1.2

Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dari karya tulis ilmiyah inin adalah:


1. Bagaimana cara mengelola limbah rumah tangga yang ada di rumah susun
mahasiswa secara baik dan benar ?
2. Bagaimana cara menciptakan bangunan yang bertemakan vertical garden
pada rusunawa Banjarbaru ?
1.3 Tujuan
Program ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui cara mengelola limbah rumah tangga yang ada di
rumah susun mahasiswa secara baik dan benar.
2. Untuk mengetahui cara menciptakan bangunan yang bertemakan vertical
garden pada rusunawa kota banjarbaru.
1.1 Manfaat
Target luaran yang diharapkan adalah:
1.1 terciptanya rancang bangun Sustainable and Comfortable Eco Building
yang bertemakan vertical garden
2.1 Suasana hunian rusunawa kota banjarbaru akan lebih kondusif karena
berkurangnya pencemaran lingkungn dan ditambah dengan keasrian yang
terjadi di hunian tersebut

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Rumah Susun Mahasiswa


Pengertian Rusunawa yang tertuang dalam Peraturan Menteri Negara

Perumahan Rakyat No. 18/PERMEN/M/2007 adalah bangunan gedung bertingkat


yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi

dalam bagian-bagian

yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan
merupakan satuan-satuan yang masing-masing digunakan secara terpisah, status
penguasaannya sewa serta dibangun dengan menggunakan dana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah dengan fungsi utamanya sebagai hunian. Tujuan pembangunan rumah
susun seperti yang tercantum dalam UU No. 16/1985 antara lain: 1) Memenuhi
kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama golongan masyarakat
yang

berpenghasilan

rendah,

yang

menjamin

kepastian

hukum

dalam

pemanfaatannya; dan 2) Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah
pekotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan
lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi, dan seimbang.
2.2

Pengelolaan Limbah Rumah Tangga


Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi,

cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah
merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai

berbentuk cair, gas dan

padat.(Yulesta Putra, 2004)


Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
mengamanatkan perlunya perubahan yang mendasar dalam pengelolaan sampah
yang selama ini dijalankan. Sesuai dengan Pasal 19 Undang- Undang Nomor 18
Tahun 2008 tersebut, pengelolaan sampah dibagi dalam dua kegiatan pokok, yaitu
pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pasal 20 menguraikan tiga
aktivitas utama dalam penyelenggaraan kegiatan pengurangan sampah, yaitu

4
pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali
sampah.

Ketiga kegiatan tersebut merupakan perwujudan dari prinsip

pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan yang disebut 3R (reduce,


reuse, recycle). Dalam Pasal 22 diuraikan lima aktivitas utama dalam
penyelenggaraan kegiatan penanganan sampah yang meliputi pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
Berdasarkan pernyataan undang-undang diatas pengelolaan limbah rumah
tangga itu sangat penting, bisa berupa pengurangan sampah dan juga bisa berupa
penanganan sampah itu sendiri. Untuk pengurangan sampah itu contohnya seperti
pendauran ulang sampah, untuk penanganan sampah itu bisa dengan dua metode
yaitu proses pengomposan sampah atau pun menjadikannya energy konvensional
seperti biodiesel.
2.2.1 Pengomposan Sampah
Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan - bahan
hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat
proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa
ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea.(Wied, 2004)
Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka

pada

proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara
pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun. Kompos dapat
digunakan untuk tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah-buahan maupun
tanaman

padi disawah. Bahkan hanya dengan ditaburkan diatas permukaan

tanah, maka

sifat-sifat

tanah

tersebut

dapat dipertahankan atau

dapat

ditingkatkan. Apalagi untuk kondisi tanah yang baru dibuka, biasanya tanah yang
baru dibuka maka kesuburan tanah akan menurun. Oleh karena itu, untuk
mengembalikan atau mempercepat kesuburannya maka tanah tersebut harus
ditambahkan kompos.(Lilis Sulistyorini, 2005)
Menurut Unus (2002) banyak faktor yang mempengaruhi proses pembuatan
kompos, baik biotik maupun abiotik. Faktor -faktor tersebut antara lain:

5
a. Pemisahan bahan: bahan-bahan yang sekiranya lambat atau sukar untuk
didegradasi/diurai, harus dipisahkan/diduakan baik yang berbentuk logam,
batu, maupun plastik. Bahkan, bahan-bahan tertentu yang bersifat toksik
serta dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus benar-benar
dibebaskan dari dalam timbunan bahan, misalnya residu pestisida.
b. Bentuk bahan: semakin kecil dan homogen bentuk bahan, semakin cepat
dan baik pula proses pengomposan. Karena dengan bentuk bahan yang
lebih kecil dan homagen, lebih luas permukaan bahan yang dapat dijadikan
substrat bagi aktivitas mikroba. Selain itu, bentuk bahan berpengaruh pula
terhadap kelancaran difusi oksigen yang diperlukan serta pengeluaran
CO 2 yang dihasilkan.
c. Nutrien: untuk aktivitas mikroba didalam tumpukan sampah memerlukan
sumber nutrien Karbohidrat, misalnya antara 20% - 40% yang digunakan
akan diasimilasikan menjadi komponen sel dan CO 2, kalau bandingan
sumber nitrogen dan sumber Karbohidrat yang terdapat di dalamnya (C/N resio) = 10 : 1. Untuk proses pengomposa nilai optimum adalah 25 : 1,
sedangkan maksimum 10 : 1.
d. Kadar air bahan tergantung kepada bentuk dan jen is bahan, misalnya,
kadar air optimum di dalam pengomposan bernilai antara 50 70,
terutama selama proses fasa pertama. Kadang-kadang dalam keadaan
tertentu, kadar air bahan bisa bernilai sampai 85%, misalnya pada jerami.
Disamping persyaratan di atas, masih diperlukan pula persyaratan lain yang
pada pokoknya bertujuan untuk mempercepat proses serta menghasilkan kompos
dengan nilai yang baik, antara lain, homogenitas (pengerjaan yang dilakukan
agar bahan yang dikomposkan selalu dalam keadaan homogen), aerasi (suplai
oksigen yang baik agar proses dekomposisi untuk bahan-bahan yang
memerlukan), dan penambahan starter (preparat mikroba) kompos dapat pula
dilakukan.

6
Proses pengomposan atau membuat kompos adalah proses biologis karena
selama proses tersebut berlangsung, sejumlah jasad hidup yang disebut mikroba,
seperti bakteri dan jamur, berperan aktif (Unus, 2002).
Dijelaskan lebih lanjut agar peranan mikroba di dalam pengolahan bahan
baku menjadi kompos berjalan secara baik persyaratan-persyaratan berikut harus
dipenuhi:
a. Kadar air bahan baku: daun-daun yang masih segar atau tidak kering, kadar
airnya memenuhi syarat sebagai bahan baku. Dengan begitu, daun yang
sudah kering, yang kadar airnya juga akan berkurang, tidak memenuhi
syarat. Hal tersebut harus diperhatikan karena banyak pengaruhnya
terhadap kegiatan mikroba dalam mengolah bahan baku menjadi kompos.
Seandainya sudah kering, bahan baku tersebut harus diberi air secukupnya
agar menjadi lembab.
b. Bandingan sumber C (Karbon) dengan N (zat lemas) bahan: bandingan ini
umumnya disebut rasio/bandingan C/N.

dengan bandingan tersebut

proses pengomposan berjalan baik dengan menghasilkan kompos bernilai


baik pula, paling tinggi 30, yang artinya

kandungan

sumber

berbanding dengan kandungan sumber = 30 : 1. Sebagai contoh, kalau


menggunakan jerami sebagai bahan baku kompos, nilai rasio C/N -nya
berkisar 15 25, jadi terlalu rendah. Karena itu, bahan ba ku tersebut
harus dicampur dengan benar agar nilai rasio C/N -nya berkisar 30.
Misalnya, lima bagian sampah yang terdiri atas daun-daunan dari
pekarangan dicampur dengan dua bagian kotoran kandang, akan mencapai
nilai rasio C/N mendekati 30, atau lima bagian sampah tersebut dicampur
dengan l umpur selokan (lebih kotor akan lebih baik) sebanyak tiga bagian,
juga akan mencapai rasio C/N sekitar 30. Sementara itu, untuk jerami, lima
bagian jerami harus ditambah dengan tiga bagian kotoran kandang, atau
kalau tidak ada dengan empat bagian Lumpur sedotan sehingga nilai rasio
C/N-nya akan mendekati 30.

7
Tempat pengomposan tergantung kondisi serta luas lahan (pekarangan
rumah) yang dapat disiapkan untuk pembuatan kompos. (Wied, 2004). Dengan
demikian, bentuk tempat pengomposan dapat bermacam-macam, antara lain:
a. Berbentuk lubang dengan ukuran 100 x 75 x 50 cm atau 2,5 x 1 x 1 m
(panjang, lebar, dan tinggi), bisa lebih, bisa juga kurang, tergantung kepada
lahan yang dapat digunakan sebagai tempat pembuatan kompos, serta
bahan baku yang akan dibuat atau diproses. Bentuk lubang mudah
dibuat selain itu, setiap bahan baku yang akan dimasukkan hanya tinggal
dijatuhkan ke dalamnya. Namun, kejelekan dari tempat berbentuk lubang
ini ialah kalau musim hujan akan tergenang air sehingga proses
pengomposan akan terhambat. Tambahan

pula, bahan sukar untuk

dicampurkan sampai merata.


b. Berbentuk bak, baik dengan dinding yang terbuat dar i batu bata (tembok),
dari bambu, dari kayu ataupun dari bahan-bahan lainnya. Kebaikan dari
tempat ini ialah mudah untuk mencampurkan bahan, tidak tergenang air di
musim hujan. Adapun kejelekannya, memerlukan biaya yang cukup
mahal untuk membuat dinding.
c. Pada permukaan tanah saja, artinya timbunan bahan baku langsung
ditempatkan pada permukaan tanah tanpa lubang atau dinding. Dengan
cara ini pencampuran bahan baku agar rata mudah dilakukan. Selain itu,
tidak tergenang air, tetapi sangat mudah diganggu oleh binatang, misalnya
ayam, atau binatang lain, seperti tikus dan celurut yang senang berdiam
pada timbunan sampah.
Effective Microorganisms 4 (EM4) merupakan kultur campuran dalam medium
cair berwarna coklat kekuningan, berbau asam dan terdiri dari mikroorganisme
yang menguntungkan bagi kesuburan tanah. Adapun jenis mikroorganisme yang
berada dalam EM4 antara lain: Lactobacillus sp., Khamir, Actinomycetes,
Streptomyces. Selain memfermentasi bahan organik dalam tanah atau sampah,
EM4

juga

merangsang

perkembangan

mikroorganisme

lainnya

yang

menguntungkan bagi kesuburan tanah dan bermanfaat bagi tanman misalnya

8
bakteri pengikat nitrogen, pelarut fosfat dan mikroorganisme yang bersifat
antagonis terhadap penyakit tanaman.
EM4 dapat digunakan untuk pengomposan, karena mampu mempercepat
proses

dekomposisi

sampah

organik

(Sugihmoro, 1994). Setiap bahan

organik akan terfermentasi oleh EM4 pada suhu 40 500 C. Pada proses
fermentasi akan dilepaskan hasil berupa gula, alkohol, vitamin, asam laktat,
asam amino, dan senyawa organic lainnya serta melarutkan unsur hara yang
bersifat stabil dan tidak mudah bereaksi sehingga mudah diserap oleh tanaman.
Proses fermentasi sampah organik tidak melepaskan panas dan gas yang berbau
busuk, sehingga secara naluriah serangga dan hama tidak tertarik

untuk

berkembang biak di sana. Hasil proses fermentasi tersebut disebut bokashi.


2.2.2 Biodiesel
Nama biodiesel telah disetujui oleh Department of Energi (DOE),
Environmental Protection Agency (EPA) dan American Society of Testing
Material (ASTM), biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang menjanjikan
yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan, lemak binatang atau minyak bekas
melalui esterifikasi dengan alkohol (zgul dan Trkay 1993; Pamuji, dkk. 2004;
Gerpen 2004).
2.3

Vertikal Garden
2.3.1 Pengertian Vertikal Gerden
Taman Vertikal atau Vertical Garden dan kadang disebut Vertical

Landscape merupakan hasil kreasi inovatif untuk menumbuhkan tanaman tanpa


menggunakan tanah sebagai media pertumbuhan. Dengan keberhasilan sistem
pertumbuhan tersebut menyebabkan berkurangnya beban yang harus ditopang
pada sebuah dinding sehingga memudahkan dalam penataan desain taman vertikal
dalam skala dinding yang luas. Selain itu taman vertikal merupakan solusi bagi
pembuatan taman pada lokasi yang terbatas ketersedian lahannya.(Febi Puji
Mulyadi, 2012)

9
Menurut Arifin dkk. (2008); Febi Puji Mulyadi (2012), taman vertikal
merupakan penanaman yang dilakukan pada struktur vertikal seperti dinding atau
panel yang dilakukan dimana saja. Penanaman atau penghijauan ini selain
menjadikan dinding tampak lebih menarik tetapi juga dapat menjadi habitat bagi
berbagai satwa.
2.3.2 Tanaman pada Vertikal Garden
Menurut Sujayanto (2011); Febi Puji Mulyadi (2012), jenis tanaman untuk
pengisi taman vertikal nyaris tak terbatas. Tanaman berperan langsung dalam
memperbaiki kualitas lingkungan dengan menyerap berbagai polusi udara dan
mereduksi panas berlebih. Selain itu, tanaman juga dapat menambah nilai estetika
dari taman vertikal itu sendiri apabila disusun dan dikombinasikan dengan baik.
Tanaman yang akan digunakan biasanya diseleksi terlebih dahulu. Jenis tanaman
biasanya diseleksi berdasarkan toleransi dalam sistem pertumbuhan dan kondisi
lingkungan spesifik.
2.3.3 Media Tanam
Blanc (2008); Febi Puji Mulyadi (2012), menyatakan bahwa pada dasarnya
tanaman tidak membutuhkan tanah untuk hidup. Tanah hanyalah material
mekanis

yang berfungsi mengangkut mineral-mineral dan unsur hara yang

dibutuhkan dari akar sampai ke daun melalui kapilaritas. Selain itu, tanah
juga hanya dibutuhkan sebagai tempat berpijak tanaman itu sendiri.
Media tanam yang digunakan pada taman vertikal dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu media tanam organic dan anorganik. Media tanam yang
berasal dari bahan organic diantaranya kompos, sabut kelapa, arang, bata, pupuk
kandang, sekam , padi, humus, dan lain-lain. Sedangkan media tanam yang
berasal dari bahan bukan organic diantaranya gel, pasir, kerikil, spons, tanah liat,
gabus, dan lain-lain.(Febi Puji Mulyadi, 2012)

10

BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Prosedur Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data penulisan

karya

tulis

ini

menggunakan

metode studi pustaka berupa buku-buku, jurnal, artikel dan browsing data
dari internet yang berhubungan satu dengan yang lain, relevan dengan kajian
tulisan serta mendukung uraian atau analisis pembahasan.
3.2 Pengolahan Data
Dalam peulisan karya ilmiah ini digunakan metode deduktif, yaitu dengan
menganalisa situasi dan permasalahan yang terdapat di rumah susun mahasiswa
yang ada di Banjarbaru yang di arahkan pada pengoptimalan pengelolaan limbah
rumah tangga dan menciptakan bangunan yang bertemakan vertical garden.
Dalam perancangan eco-building ini sampah organic yang ada pada rumah susun
mahasiswa diolah menjadi kompos untuk tanaman pada vertical garden.
Sedangkan limbah anorganik berupa kantong plastik dan botol bekas minuman
yang berukuran kecil diolah menjadi biodiesel dangan metode digester. Dalam
perancangannya pembuatan vertical garden kami memanfaatkan limbah
anorganik berupa botol plastic yang berukuran besar sebagai media penempatan
untuk tanaman yang akan digantung pada dinding luar ruangan. Data yang
terdapat dalam

karya tulis ini adalah data sekunder dan merupakan hasil

penelitian. Dalam melakukan pengkajian, data yang telah

ada

dari

hasil

peneliti-peneliti lain dikumpulkan dan diseleksi sehingga diperoleh data yang


mendukung dalam karya tulis ini.
3.3 Pengambilan Kesimpulan dan Saran
Dalam menarik simpulan dan merumuskan saran digunakan kaidah deduktif
yakni dengan mengaitkan variabel yang bersifat umum ke variabel yang bersifat
khusus. Kemudian sesuai dengan hasil analisi dan sintesis (pembahasan) variabelvariabel tersebut dijadikan sebagai poin dalam mengambil kesimpulan dan saran.

11

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Pengelolaan Limbah Rumah Tangga


Dalam perancangan eco-building di Rumah susun mahasiswa. Pengelolaan

limbah rumah tangga di rumah susun mahasiswa sangat penting untuk


diperhatikan, karena jika tidak ditangani dengan serius hal yang sangat kecil ini
bisa menimbulkan masalah yang berdampak sangat besar bagi lingkungan
disekitarnya. Dalam hal ini terdapat dua jenis cara pengelolaan limbah rumah
tanga yaitu pengomposan sampah dari limbah organik dan pembuatan biodiesel
dari limbah anorganik.
4.1.1 Pengomposan Sampah dari Limbah Organik
Limbah organik seperti sisa sayuran dan sampah daun sebelum dimasukkan
ke wadah pengomposan terlebih dahulu dipotong kecil agar proses pembusukan
dapat berlangsung lebih cepat. Limbah organik tersebut kemudian ditumpuk ke
dalam bak penampungan, kemudian dicampur dengan tanah dan ditambah sedikit
Effective Microorganisms 4 (EM4) yang berfungsi mempercepat

proses

dekomposisi sampah organik. Limbah organik dimasukkan setiap hari sampai


bak penampungan penuh. Setelah itu tutup bak penampungan dengan tanah
sampai tertutup rapat. Selama proses pengomposan, secara berkala dilakukan
pengecekan kadar air, jika terlalu kering maka dilakukan penyiraman secara
merata agar bakteri dan mikroorganisme dapat hidup sehingga proses
pengomposan berjalan dengan baik. Setelah 3 bulan lakukan pengecekan terhadap
kematangan kompos. Kompos dinyatakan matang dan aman digunakan jika bau,
tekstur dan warnanya sudah menyerupai tanah. Jika sudah matang, kompos di
pindahkan dari bak penampungan dan siap digunakan sebagai pupuk organik
untuk tanaman pada vertical garden. Bak penampungan yang sudah kosong
kemudian dimasukkan limbah organic yang baru dan dilakukan proses
pengomposan seperti sebelumnya.

12

4.1.2 Pembuatan Biodiesel dari Limbah Anorganik


Limbah anorgani yang digunakan untuk pembuatan biodiesel ini adalah
sampah kantong pelastik dan botol bekas minuman yang berukuran kecil.
Pembuatan biodiesel dari limbah anorganik ini menggunakan metode destilasi.
Limbah anorganik yang akan didestilasi sebelumnya dibersihkan dahulu
kemudian dicacah sampai berukuran kecil sehingga saat proses pembakaran nanti
limbah anorganik terbakar dengan sempurna. Limbah anorganik yang sudah
dicacah tadi dimasukkan kedalam tabung pembakaran dan dibakar pada suhu
6000C. kemudian disuling dan dijernihkan. Uap hidrokarbon hasil pembakaran
itulah yang menjadi minyak dan digunakan sebagai bahan bakar.
4.2

Menciptakan Bangunan Betemakan Vertical Garden


Untuk menciptakan bangunan yang bersahabat dengan lingkungan,

pembuatan bangunan bertemakan vertical Garden merupakan salah satu metode


yang sangat pas digunakan karena sealain sebagai menurunkan suhu didalam
ruangan karena dedaunan tanaman dapat mereduksi efek panas dari radiasi
matahari, efek positifnya adalah dapat meperindah tampilan luar banguna rumah
susun mahasiswa tersebut. Secara garis besar pembuatan bangunan bertemakan
vertical garden sebagai berikut: dengan memanfaatkan limbah anorganik berupa
botol bekas minuman yang berukuran besar. Botol bekas minuman tersebut
pertama-tama dibersihkan, setelah itu pada bagian badan botol dibelah sedikit dan
pada bagian samping atas dan samping bawah botol diberi lubang, ini berfungsi
untuk memasang tali gantungan botol tersebut. Kemudian botol tersebut
dimasukkan tanah dan dimasukkan bibit tanaman.

13

Gambar 4.2 Desain Bangunan Bertemakan Vertical Garden.

14

BAB V
PENUTUP

5.1

Kesimpulan
Berdasrkan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagi berikut:

1. Pengelolaan limbah rumah tangga di rumah susun mahasiswa dapat


dilakukan dengan dua jenis cara, yaitu: pengomposan sampah dari limbah
organik dan pembuatan biodiesel dari limbah anorganik. Dimana sampah
organic yang ada pada rumah susun mahasiswa diolah menjadi kompos
untuk tanaman pada vertical garden. Sedangkan limbah anorganik berupa
kantong plastik dan botol bekas minuman yang berukuran kecil diolah
menjadi biodiesel dangan metode digester.
2. Menciptakan bangunan yang bertemakan vertical garden pada rusunawa
kota banjarbaru dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan limbah anorganik
berupa botol plastic yang berukuran besar sebagai media penempatan untuk
tanaman yang akan digantung pada dinding luar ruangan.
5.2

Saran
Diperlukan peranan pemerintah dan mahasisiwa dalam pengelolaan limbah

rumah tangga dan menciptakan bangunan yang bertemakan vertical garden ini di
rumah susun mahasiswa yang ada di Banjarbaru. Karena tanpa adanya sinergi
antara keduanya gagasan ini tidak mungkin akan terlaksana.

15

DAFTAR PUSTAKA

Badan Statistika Banjarbaru. 2010.


Dyah, Sintawati. 2011. Produksi Biodiesel dari Mikroalga Chlorella Sp Dengan
Metode Esterifikasi IN-SITU. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro.
Mulyadi, Febi Puji. 2012. Proses Perancangan Taman Vertikal Singapore Air
Traffic Control (Satc) (Kegiatan Magang di Greenology Pte. Ltd., Singapura.)
Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Penjelasan Atas Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Putra, Yulesta. 2004. Pengelolaan Limbah Rumah Tangga (Upaya Pendekatan
Dalam Arsitektur). Medan: Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Sumatra Utara.
Sulistyorini, Lilis. Pengelolaan Sampah Dengan Menjadikannya Kompos.
Surabaya: FKM Universitas Airlangga.
Undang-Undang. (1985). Undang-Undang No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah
Susun.
Unus, Suriawiria. (2002). Pupuk Organik Kompos dari Sampah, Bioteknologi
Agroindustri. Bandung : Humaniora Utama Press.
Wied, Hary Apriaji. (2004). Memproses Sampah. Jakarta : Penebar Swadaya.

16

LAMPIRAN

1.

Biodata Ketua dan Anggota Kelompok


Biodata Ketua
a. Nama

: Samsul Rahman

b. Tempat dan tanggal lahir

: Mahe Seberang, 15 Juni 1995

c. Pengalaman organisasi

:
-

Anggota

HMTM

UNLAM

periode

HMTM

UNLAM

periode

2013/2014
-

Anggota
2014/2015

d. Karya Ilmiah Yang pernah dibuat

:-

e. Penghargaan yang pernah diraih

:-

Biodata Anggota Kelompok 1


a. Nama

: Ahmad Sidiq Mujiono

b. Tempat dan tanggal lahir

: Sragen, 22 April 1995

c. Pengalaman organisasi

:
- Rohis SMANSA Sragen angkatan 2013
- Anggota

HMTM

UNLAM

periode

2014/2015
d. Karya Ilmiah Yang pernah dibuat
-

:
PKM-T Tahun 2014 PEMBUATAN
BIOGAS DARILIMBAH ORGANIK DAN

17

CAIRAN

DOMESTIK

BAUNTUNG

KOTA

SEBAGAI

PASAR

BANJARBARU

BAHAN

GENERATOR-SET

BAKAR

MOTOR

BENSIN

DALAM UPAYA MENJADIKAN PASAR


BAUNTUNG MANDIRI ENERGI
-

LKTI Tahun 2014 KOMUNITAS CINTA


SUNGAI

MARTAPURA

BANJARMASIN

KOTA

SEBAGAI

UPAYA

PEDULI TERHADAP LINGKUNGAN


ALIRAN SUNGAI
Penghargaan yang pernah diraih

: -

Biodata Anggota Kelompok 2


e. Nama

: Diaurahman

f. Tempat dan tanggal lahir

: Ilung, 11 Mei 1996

g. Pengalaman organisasi

:
- Wakil

Ketua

Himpunan

teknik

mesin

Universitas

mahasiswa
Lambung

Mangkurat
h. Karya Ilmiah Yang pernah dibuat
-

:
Pembuatan biogas dari limbah organik
dan cairan domestik di pasar bauntung
kota banjarbaru sebagai bahan bakar
generator-set motor bensin dalam upaya
menjadikan
energi.

Penghargaan yang pernah diraih

: -

pasar

bauntung

mandiri

Anda mungkin juga menyukai