Berbagai posisi pada setiap tahapan persalinan, Vaginal birth after Casserian,
Water birth, lotus birth
KELAS: 2C
DISUSUN OLEH:
1. Astrida Herta Anggraini
2. Hafifatul Haini
3. Rizki Amaliyah
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
berbagai posisi pada setiap tahapan persalinan, water birth, lotus birth, VBAC.Dan juga
kami berterima kasih kepada Ibu Erika Yulita, SST, M.Keb selaku dosen mata kuliahmetode
alamiah yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan,
kami Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga
makalah
sederhana
ini
dapat
dipahami
bagi
siapapun
yang
membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
BAB I...................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN....................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 5
1.2 Rumusan masalah........................................................................................... 5
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 5
BAB II..................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN........................................................................................................ 6
2.1
2.2
Water birth................................................................................................... 9
2.2.1
Definisi...................................................................................................... 9
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.3.3
2.3.4
2.3.5
2.3.6
Indikasi VBAC.......................................................................................... 22
2.4.3
Kontraindikasi VBAC................................................................................ 23
2.4.4
Komplikasi............................................................................................... 23
BAB III.................................................................................................................. 24
PENUTUP.............................................................................................................. 24
3
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 24
3.2. Saran............................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada abad 21 ini rasa sakit pada saat melahirkan memang sudah merupakan kodrat
wanita. Diawali dari kekhawatiran akan rasa sakit saat melahirkan normal, pada tahun 2002
Liz Adianti seorang ibu yang kini dicatat sebagai orang pertama di Indonesia yang
melahirkan di air mencari informasi hal apa yang dapat mengurangi rasa sakit tersebut. Pada
saat memasuki proses persalinan, seorang ibu hamil boleh memilih posisi yang paling
nyaman sambil menunggu pembukaan lengkap. Ada beberapa posisi yang direkomendasikan
dengan berbagai macam manfaat dan efektivitas selama proses persalinan.
Akhirnya ia mendengar mengenai proses melahirkan di air atau waterbirth ini. Pasangan
suami istri ini pun segera mencari tahu seperti apa prosesnya dari internet dan mendapat
banyak referensi termasuk penjelasan ilmiah seorang dokter di Moskow melalui klip video
mengenai melahirkan di air. Dari referensi-referensi tersebut mereka mengetahui bahwa cara
ini telah cukup lama dipraktekkan di luar negeri seperti Eropa, dan Rusia.
1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Berbagai Posisi Pada Setiap Tahapan Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Dalam persalinan ada beberapa tahapan yaitu kala satu sampai kala empat. Secara
singkat dapat dijelaskan, kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10
cm). Kemudian memasuki kala II, persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkp (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Selanjutnya kala III yaitu dimulai setelah
lahirnya bayi dan berakhir dengan lahiirnya plasenta dan selaput ketuban. Selanjutya kala IV
yaitu 2 jam setelah plasenta lahir.
Pada saat memasuki proses persalinan, seorang ibu hamil boleh memilih posisi yang
paling nyaman sambil menunggu pembukaan lengkap. Ada beberapa posisi yang
direkomendasikan dengan berbagai macam manfaat dan efektivitas selama proses persalinan.
1. Posisi litotomi.
Pada posisi ini seorang ibu hamil berbaring terlentang sejajar tempat tidur
dengan kepala dibantu di sangga oleh suami, atau bidan dan kedua tangan ibu
merangkul pelipatan paha di dekatkan ke arah perut dengan bimbingan bidan. Atau
dapat pula kedua kaki diletakkan pada penopang kaki yang didesain pada tempat tidur
ibu bersalin.
Posisi ini memudahkan pemantauan pembukaan jalan lahir, kepala bayi untuk
diarahkan dan dipegang mengikuti putaran saat proses lahirnya kepala, serta
6
memudahkan pembebasan bila terdapat lilitan tali pusat pada leher bayi dengan
mengarahkan kepala bayi mendekati perut ibu. Penahanan pada perineum antara anus
dan vagina dapat dilakukan dengan mudah agar tidak terjadi robekan perineum yang
luas.
Kelemahan pada posisi ini adalah suplai oksigen pada janin kurang lancar. Hal
ini berkaitan dengan letak pembuluh darah yang besar ibu yang mengaliri palsenta
dengan oksigen tertekan oleh berat badan janin. Selain itu pada ibu yang pertama kali
mengalami proses melahirkan tak jarang mengalami kelelahan akibat kesulitan
mengejan secara efektif berkaitan dengan bentuk jalan lahir yang mengarah ke atas
dari dasar panggul.
2. Posisi jongkok
Pada asuhan persalinan normal, posisi jongkok ini dapat menjadi pilihan.
Kelebihan pilihan dengan posisi jongkok ini adalah ibu memanfaatkan secara
maksimal gaya gravitasi. Bayi secara perlahan akan lebih mudah turun ke dasar
panggul, mengikuti bentuk rongga pintu panggul seiring dengan upaya mengejan ibu.
Pada posisi jongkok bayi lebih lancar melewati pintu panggul.Selama proses
persalinan dengan posisi jongkok, dokter atau bidan lebih ketat memantau proses
turunnya kepala agar tidak meluncur dengan cepat dan mencegah terjadinya cedera.
Namun demikian untuk mengantisipasi bila terjadi kemacetan pada saat proses
persalinan yang membutuhkan tindakan dan bantuan dokter atau bidan, maka posisi
ini kurang menguntungkan sehingga harus segera kembali pada posisi litotomi.
Posisi ini yang paling sering diambil untuk pertolongan persalinan. Dalam
posisi ini ibu hamil tidur terlentang dengan bantal mengganjal punggung atau bisa
juga dipangku oleh suami. Posisi ini selain aman untuk pemantaun proses turunnya
kepala juga memberi kesempatan dukungan mental bagi ibu bersalin dengan
kehadiran suami. Suami bisa sambil memeluk dan memberi support selama dalam
proses persalinan. Posisi ini tidak dianjurkan untuk persalinan yang mengalami
perpanjangan kala II Selain akan menimbulkan rasa lelah karena telentang terus
menerus, ibu bersalin juga merasa tidak nyaman pada punggung, akibat penekanan
pembuluh darah besar dari ibu ke plasenta maka dapat mengurangi kelancaran suplai
oksigen dari ibu ke bayi.
menyulitkan untuk memonitor proses keluarnya kepala bayi dari dasar panggul dan
menyulitkan tindakan pengguntingan jalan lahir (episiotomi).
2.2.1
Definisi
Waterbirth merupakan salah satu metode persalinan pervaginam, dimana ibu
hamil tanpa komplikasi bersalin dengan jalan berendam dalam air hangat (yang
dilakukan pada bathup atau kolam) dengan tujuan mengurangi rasa nyeri kontraksi
dan memberi sensasi rasa nyaman (bayuninngrat, 2008).
Adapun resiko-resiko yang dapat timbul antara lain:
a. Infeksi
Water birth dapat menyebabkan resiko infeksi karena berendam dalam air yang
tidak steril dan ibu dapat mengeluarkan kotoran saat mengejan dalam kolam air.
b. Perdarahan postpartum
Resiko perdarahan pada ibu dan bayi juga harus dipertimbangkan
c. bayi menelan air. Maka dari itu, air kolam dibuat steril sehingga walaupun
tertelan bayi tidak membahayakan. Bayi juga mengalami temperatur shock jika
suhu air tidak sama dengan suhu ibu saat dilahirkan, yaitu 36-37 celcius. Resiko
pada ibu adalah hiportemia(suhu tubuh terlalu rendah) akibat proses melahirkan
yang lebih lama dibandingkan waktu yang diperkirakan.
2.2.2
memasuki pembukaan ke-6. Tujuannya agar kulit vagina menjadi tipis dan lebih
elastis sehingga akan lebih mudah untuk meregang saat kepala bayi keluar melewati
vagina.
Pada persalinan dalam air ini, suami juga memiliki peran penting yaitu
melakukan pemijatan pada punggung ibu, bertujuan untuk memberikan rasa nyaman
pada ibu saat persalinan dilakukkann di dalam air. Persalinan dengan water birth ini
berlangsung 1-2 jam setelah pembukaan ke-6, dimana pada persalinan biasanya
membutuhkan waktu 8 jam.
Kemudian setelah bayi lahir angkat bayi ke permukaan air untuk dilakukan
IMD. Kebanyakan ibu merasa khawatir bayi mereka akan tersedak, tetapi sebenarnya
hal tersebut tidak akan terjadi karrena pada saat bayi sudah berada diluar, bayi
tersebut masih bernafas melalui tali pusat yang masih tersambung ke perut ibu,
sehinggan tidak akan mejadi masalah.
2.2.3
Beberapa manfaat melahirkan di dalam air
(water birth)
10
a. Bagi Ibu
penggunaan air hangat, wanita yang merasakan adanya pengurangan nyeri. Air hangat
juga mengurangi pelepasan hormon stress, sehingga ibu mengeluarkan hormon
endorfin yang berfungsi sebagai penghambat rasa sakit. Menurut penelitian yang
membandingkan water birth dengan cara yang konvensional menunjukkan water birth
ini dapat menurunkan penggunaan analgesik, dimana pada persalinan secara
konvensional, analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri terutama pada kala I
persalinan.
di air hangat, yang disebabkan karena air hangat dapat meningkatkan aliran darah
sehingga perineum bisa merenggang dengan lebih mudah. Hal ini dapat mengurangi
terjadinya trauma perineum. Dikatakan bahwa wanita yang melakukan water birth,
perbandingannya 1,5 kali lebih sering mengalami robekan perineal, akan tetapi 5 kali
lebih jarang dilakukan tindakan episiotomi. Perbedaan disebabkan karena kesulitan
dalam menjangkau perineum ibu selama berada dalam air yang menghasilkan robekan
atau trauma perineum, tetapi hal ini melindungi ibu dari tindakan episiotomi.
b. Bagi Bayi
11
2.2.4
Yang harus diperhatikan dalam persalinan
water birth
Berikut adalah beberapa kriteria calon ibu
2.2.5
tahapan-tahapan dalam persalinan dengan
metode water birth
A. Selama persalinan
12
1. Ibu mulai masuk untuk berendam dalam air itu direkomendasikan saat fase
aktif pembukaan sudah 5 cm dengan kontraksi uterus yang baik. Pada fase ini
biasanya dibutuhkan waktu sebentar saja kira-kira 1-2 jam untuk menunggu
kelahiran bayi.
2. Biasanya begitu ibu masuk ke dalam kolam air, maka ibu akan merasa lebih
nyaman, rileks, dan rasa sakitnya berkurang. Sehingga ibu lebih fokus pada
persalinannya.
3. Observasi dan monitoring:
a. Fetal heart rate seharusnya diauskultasi dengan menggunakan Doppler
atau fetoskop. Auskultasi dilakukan sebelum, selama, dan setelah
kontraksi. Pemeriksaan ini dilakukan selama satu menit penuh segera
setelah akhir kontraksi setiap 15 menit.
b. Penipisan dan pembukaan servik. Pada saat ini juga dilakukan
pemeriksaan terhadap posisi janin.
c. Pemeriksaan ketuban, jika ketuban telah pecah, periksa fetal heart rate, dan
periksa juga apakah ada prolaps tali pusat
d. Tanda-tanda vital ibu diperiksa tiap jam. Hal ini penting untuk mengetahui
bagaimana status vital dari ibu
e. Pemeriksaan ibu terhadap gejala-gejala dehidrasi yang ditandai dengan
takikardi dan suhu ibu meningkat.
4. Managemen kala II:
a. Mengedan seharusnya dilakukan secara fisiologis. Dengan membiarkan
ibu untuk mengedan secara spontan, maka risiko ketidakseimbangan
antara oksigen dan karbondioksida pada sirkulasi ibu dan janin akan
berkurang.
b. Pada proses persalinan, bila mungkin metode lepas tangan (hand off) dapat
dilakukan. Hal ini akan meminimalkan stimulasi untuk bayi yang muncul.
13
c. Tidak diperlukan palpasi atau meraba tali pusat ketika kepala bayi telah
lahir, karena tali pusat lepas dan melonggar ketika bayi lahir. Jangan
melakukan pengkleman dan pemotongan tali pusat di dalam air.
d. Bayi harus dilahirkan penuh dalam air. Setelah lahir, bayi dibawa ke
permukaan air sesegera mungkin. Namun hanya kepala bayi yang dibawa
ke permukaan air, sedangkan badan bayi masih berada di dalam air untuk
mencegah terjadinya hiportemia. Saat kepala bayi telah di permukaan air,
jangan merendamnya kembali.
5. Managemen kala III:
a. Managemen aktif dan fisiologi harus tetap diberikan sampai ibu keluar dari
kolam
b. Saat managemen kala III, syntometrine dapat diberikan
c. Estimasi dari hilangnya darah 500 ml d. Penjahitan perineum yang robek
dapat ditunda sedikitnya 1 jam untuk menghilangkan retensi air dalam
jaringan. Hal ini dapat dilakukan jika terjadi pendarahan yang tidak
berlebihan.
Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah praktek meninggalkan
tali pusat yang tidak diklem dan lahir secara utuh, daripada ikut menghalangi proses
fisiologis normal dalam perubahan whartons jelly yang menghasilkan pengkleman
internal alami dalam 10-20 menit pasca persalinan. Tali pusat kemudian kering dan
15
akhirnya lepas dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah
lahir.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan pentingnya penyatuan atau
penggabungan pendekatan untuk asuhan ibu dan bayi, dan menyatakan dengan jelas
(dalam Paduan Praktis Asuhan Persalinan Normal:, Geneva, Swiss, 1997)
Penundaan Pengkleman (atau tidak sama sekali diklem) adalah cara fisiologis dalam
perawatan tali pusat, dan pengkleman tali pusat secara dini merupakan intervensi
yang masih memerlukan pembuktian lebih lanjut.
Lotus Birth jarang dilakukan di rumah sakit tetapi umumnya dilakukan di
klinik dan rumah bersalin, sehingga proses bonding attachment antara ibu dan bayi
dapat dilakukan, hal ini tentunnya bermanfaat bagi ibu dan bayi yang baru lahir.
Sementara penolong persalinan segera melakukan penilaian agar dan hal lain
yang diperlukan oleh bayi seperti suction atau rangsang taktil, sedangkan prosedur
yang lebih lanjut ditunda terlebih dahulu sampai satu jam setelah melahirkan. Tali
pusat bayi
dipegang dengan tangan ibu, atau dipegang oleh ayah atau asisten
plasenta dilakukan dalam berbagai cara yang berbeda. Beberapa orang lebih memilih
untuk menyimpan plasenta sehingga dapat menguburkannya dengan anak di akhir
kehidupan annak tersebut. Sedangkan yang lainnya membiarkan plasenta sampai
mengerut dan mengering secara alami dan kemudian dikuburkan. Salah satu
contohnya adalah orang-orang Igbo di Nigeria, mereka menguburkan plasenta setelah
lahir dan sering menanam pohon diatas kuburan plasenta tersebut.
Pada Lotus Birth, kelebihan cairan yang dikeluarkan plasenta disimpan dalam
mangkuk atau waskom terbuka atau dibungkus kain, lalu didekatkan dengan bayi.
Kain yang digunakan untuk menutupi plasenta attau wadah yang digunakan harus
memungkinkan terjadinya pertukaran udara, sehingga plasenta mendapatkan udara
dan mulai mengering serta tidak berbau busuk. Garam laut sering digunakan untuk
mempercepat proses pengeringan plasenta. Kadang-kadang minyak esensial, seperti
16
2.3.2
Amerika merupakan negara perintis Lotus Birth, hal tersebut tercantum dalam
catatan tertulis. Didalamnya disebutkan bahwa Lotus Birth sebagai langkah
pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang terbuka.
Meskipun merupakan suatu fenomena alternatif baru, penundaan pemotongan
tali pusat, sudah ada dalam budaya bali dan budaya orang aborigin. Oleh karena itu,
keputusan untuk dilakukannya Lotus Birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi
karena Lotus Birth merupakan tanggung jawab dari klien yang telah memilih dan
membuat keputusan tentang tindakan tersebut.
17
2.3.3
Penghormatan terhadap plasenta di berbagai
budaya negara
Beda bangsa, daerah dan suku beda pula penanganannya terhadap keberadaan
ari-ari atau plasenta yang hadir ketika persalinan terjadi. Dalam dunia pengobatan
barat, plasenta dianggap tidak lebih dari sekedar buangan rumah sakit, tetapi mereka
mengakui adanya penanganan khusus yang diberlakukan di berbagai belahan dunia
terhadap plasenta ini.
Diantara suku Navajo Indian barat daya, menjadi suatu kebiasaan untuk
menguburkan plasenta bayi di keempat sudut kuburan keluarga yang dianggap mulia,
sebagai suatu pengikat tanah leluhur dan masyarakat. Sementara suku Maori di
Selandia Baru memiliki tradisi yang sama yaitu menguburkan plasenta di tanah yang
masih belum tercemar. Dalam bahasa asli Maori kata untuk tanah dan plasenta
tersebut adalah : whenua (baca: venua).
Suku pedalaman Bolivian Aymara dan Queche meyakini bahwa plasenta
memiliki spirit tersendiri. Karenanya seorang suami atau ayah dari bayi harus
memperlakukan plasenta tersebut dengan mencuci dan menguburkannya pada tempat
18
yang terlindung dan tersembunyi. Jika ritual tersebut tidak dilakukan secara benar,
keyakinan mereka adalah ibu atau bayi akan menjadi sakit atau bahkan bisa mati.
Suku Ibo di Negiria dan Ghana memperlakukan plasenta sebagai kembaran
dari bayi yang hidup, sementara plasenta tersebut adalah kembaran yang mati.
Sehingga harus dikuburkan dengan ritual tertentu. Lain lagi di Filipina, plasenta
dikuburkan dengan berbagai macam buku oleh ibunya. Ini suatu pengharapan bahwa
kelak bayinya akan tumbuh menjadi anak yang pintar. Kondisi Filipina ternyata tidak
berbeda jauh dengan beberapa masyarakat yang ada di Indonesia, dimana mereka
menguburkan plasenta dilengkapi dengan buku, pensil dengan maksud agar kelak
anak yang dilahirkan tersebut menjadi anak yang pintar.
Ironis lagi di Vietnam dan China plasenta disiapkan untuk dikonsumsi oleh ibu
yang habis melahirkan. Masyarakat china dan Vietnam mempercayai, bahwa ibu yang
baru melahirkan seharusnya merebus sendiri plasenta bayinya, kemudian dijadikan
kaldu dan meminumnya untuk memperbaiki kualitas ASI nya.
Sementara di nusantara Indonesia, Ari-ari atau plasenta sering dianggap
sebagai saudara bayi yang memeliharanya selama kehamilan berlangsung, bahkan
tidak jarang plasenta mendapat perhatian khusus sesuai dengan adat kebiasaaan
masyarakat yang berlaku. Sebagian masyarakat memperlakukan plasenta (ari-ari)
dengan tata laksana khusus, sebagai ungkapan terimakasih karena telah memelihara
bayi sampai cukup bulan serta lahir ke dunia.
2.3.4
Perlakuan masyarakat Bali (beragama Hindu)
terhadap plasenta
1. Setelah dibersihkan dimasukkan ke dalam kelapa yang telah di belah, sebagai
lambang dunia dan isinya.
2. Di isi dengan duri-duri, sehingga terhindar dari gangguan, ditambahkan rempahrempah, dan diberi wewangian agar harum dan tidak berbau.
3. Di bungkus kain putih dan di tanam di depan rumah, dengan ketentuan sebelah
kanan untuk laki-laki, sedangkan sebelah kiri untuk perempuan.
4. Selama 42 hari selalu di pasang lilin (malam hari), setiap hari plasenta tersebut
diberikan susu juga.
2.3.5
2.3.6
Perlakuan masyarakat Nusa Tenggara Timur
terhadap plasenta
1. Ditaruh sekitar 3 bulan di atas perapian sampai kering.
2. Selanjutnya di tanam di sertai doa dan alat-tulis.
2. Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benarbenar dapat mulai bernafas sendiri.
3. Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah lahir.
4. Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya
waktu yang lebih lama untuk bounding attachment.
5. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk terlepasnya tali pusat bila tali pusat
dipotong segera ketika lahir adalah 8-9 hari, ketika berhenti berdenyut 6-7 hari,
dan jika dibiarkan secara alamai 3-4 hari.
6. Dr Sarah Buckley mengatakan : bayi akan menerima tambahan 50-100 ml darah
yang dikenal sebagai transfusi placenta. Darah transfuse ini mengandung zat besi,
sel darah merah, keping darah dan bahan gizi lain, yang akan bermanfaat bagi bayi
sampai tahun pertama kehidupannya. Hilangnya 30 ml darah ke bayi baru lahir
adalah setara dengan hilangnya 600 ml darah untuk orang dewasa. Asuhan
persalinan umum dengan pemotongan tali pusat sebelum berhenti berdenyut
memungkinkan bayi baru lahir kehilangan 60 ml darah, yang setara dengan
1200ml darah orang dewasa.
2.3.9
1.
2.
3.
4.
21
2. Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan
penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat.
3. Penghormatan terhadap bayi dan plasenta pada sebagian kebudayaan.
4. Asumsi ibu bahwa dapat menjamin bayi mendapatkan volume darah optimal dan
spesifik yang diperlukan bagi bayi.
5. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum
sebagai masa pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian dan kasih sayang
penuh.
6. Mengurangi angka kesakitan bayi akibat infeksi nosokomial dari pengunjung
yang ingin bertemu bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk
menunggu hingga plasenta telah lepas.
7. Alasan rohani atau emosional.
8. Tradisi budaya yang harus dilakukan.
9. Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali
pusat.
10. Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem tertutup
antara plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)
11. Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut bayi (adanya
luka membutuhkan waktu untuk penyembuhan. sedangkan jika tidak ada luka,
waktu penyembuhan akan minimal.
22
2.4.2
Indikasi VBAC
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) pada tahun
1999 dan 2004 memberikan rekomendasi untuk menyeleksi pasien yang direncanakan
untuk persalinan pervaginal pada bekas seksio sesarea.
Menurut Cunningham FG (2001) kriteria seleksinya adalah berikut :
1.
2.
3.
4.
Riwayat 1 atau 2 kali seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim.
Secara klinis panggul adekuat atau imbang fetopelvik baik
Tidak ada bekas ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus
Tersedianya tenaga yang mampu untuk melaksanakan monitoring, persalinan dan
3.
4.
5.
6.
Kehamilan kembar
Letak sungsang
Kehamilan lewat waktu
Taksiran berat janin lebih dari 4000 gram
2.4.3
Kontraindikasi VBAC
2.4.4
Komplikasi
Ruptura uteri merupakan komplikasi langsung yang dapat terjadi pada
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Pada saat memasuki proses persalinan, seorang ibu hamil boleh memilih posisi yang
paling nyaman sambil menunggu pembukaan lengkap. Ada beberapa posisi yang
direkomendasikan dengan berbagai macam manfaat dan efektivitas selama proses persalinan
yaitu: posisi litotomi, posisi jongkok, posisi setengah duduk atau semi fowler dan Posisi
miring ke salah satu sisi tubuh ( kanan atau ke kiri ).
Waterbirth merupakan salah satu metode persalinan pervaginam, dimana ibu hamil
tanpa komplikasi bersalin dengan jalan berendam dalam air hangat (yang dilakukan pada
bathup atau kolam) dengan tujuan mengurangi rasa nyeri kontraksi dan memberi sensasi rasa
nyaman (bayuninngrat, 2008). Adapun resiko-resiko yang dapat timbul antara lain: Infeksi,
Perdarahan postpartum, bayi menelan air.
Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah praktek meninggalkan tali
pusat yang tidak diklem dan lahir secara utuh, daripada ikut menghalangi proses fisiologis
normal dalam perubahan whartons jelly yang menghasilkan pengkleman internal alami
dalam 10-20 menit pasca persalinan. Tali pusat kemudian kering dan akhirnya lepas dari
umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah lahir.
Persalinan pervaginam setelah seksio sesarea atau dikenal juga dengan Vaginal Birth
After Cesarean (VBAC)adalah proses persalinan pervaginam yang dilakukan terhadap pasien
yang pernah mengalami operasi seksio sesarea pada kehamilan sebelumnya.
3.2. Saran
25
1. Diharapkan kepada dosen pembimbing dapat memberi kritik dan sarannya agar
terciptanya makalah ini yang lebih baik.
2. Diharapkan bagi penulis, agar lebih bias mengaplikasikannya kepada pasien dengan
baik dan sesuai.
3. Diharapakan kepada pembaca agar lebih menambahkan wawasan tentang posisi pada
saat persalinan, water birth, lotus birth, VBAC ini sehingga tema ini lebih dapat
berkembang dan bermanfaat
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/4/jtstikesmuhgo-gdl-dyahastuti-163-1teknikp-r.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23239/4/Chapter%20II.pdf
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82569&val=970
http://www.lotusfertility.com/Lotus_Birth_Q/Lotus_Birth_QA.html
http://www.purebirth-australia.com/lotusbirth/lotusbirth.html
26