Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN JIWA

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Oleh
KELOMPOK 3 :
No.

Nama

NIM

1.

Reny Listyawati

14612617

2.

Devi Tri Haryanti

14612622

3.

Whidi Risky S

146126

4.

Linda Carera

14612632

5.

Dita Nurmawati

14612640

6.

Tri Fendi

14612647

7.

Ahmad Fauzanul Fatin

14612648

8.

Masqut Jamaludin

146126

9.

Leila Maghfiroh

14612657

10.

Robby Dwiyanto

13612414

PROGRAM STUDI D3-KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa. Atas limpahan rahmat dan
taufik-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
yang dibina oleh Ririn Nasriyati,S.Kep.,Ns.,M.Kes.
Penulis yakin bahwa makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan pihak
lain. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
berikut ini:
1. Dekan Sulistyo Andarmoyo,S.Kep.,M.kes.
2. Kaprodi Yayuk Dwirahayu,S.Kep.,M.Kes.
3. Dosen Pembimbing Ririn Nasriati S.Kep M.Kep
4. Pihak lain yang tidak disebut satu per satu.
Penulis yakin bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan.
Semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.

Ponorogo,03 Oktober 2016


Penulis,
Kelompok 3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I

PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................3

BAB II

TINJAUAN TEORI.......................................................................
2.1 Konsep Teori.............................................................................
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...............................................................................
3.2 Saran..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan Kesehatan
sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata
keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi ini menekankan
kesehatan sebagai suatu keadaan sejahtera yang positif, bukan sekedar
keadaan tanpa penyakit. Orang yang memiliki kesejahteraan emosional,
fisik, dan sosial dapat memenuhi tanggung jawab kehidupan, berfungsi
dengan efektif dalam kehidupan sehari hari dan puas dengan hubungan
interpersonal dan diri mereka sendiri.
Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari
gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk,
2008). Sedangkan dari kasus kedaruratan psikiatrik, data yang paling
banyak ditemukan adalah bunuh diri dan perilaku kekerasan. Adapun
menurut Yosep (2009), perilaku kekerasan adalah suatu keaadan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik,
baik kepada sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah
atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor
dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol.
Peran perawat dalam membantu klien perilaku kekerasan adalah
dengan memberikan asuhan keperawatan perilaku kekerasan. Pemberian
asuhan keperawatan merupakan proses komunikasi terapeutik dan
penerapan SP yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan
klien, keluarga dan atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal (Vidico, 2009).
Berdasarkan standar yang tersedia, asuhan keperawatan pada klien
perilaku kekerasan dilakukan dalam lima kali pertemuan. Pada setiap
pertemuan klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih untuk mengatasi
masalah kedalam jadwal kegiatan. Diharapkan klien akan berlatih sesuai
jadwal kegiatan yang telah dibuat dan akan dievaluasi oleh perawat pada

pertemuan berikutnya. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan akan dinilai


tingkat kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya yaitu mandiri,
bantuan, atau tergantung. Tingkat kemampuan mandiri, jika klien
melaksanakan kegiatan tanpa dibimbing dan tanpa disuruh; bantuan, jika
klien sudah melakukan kegiatan tetapi belum sempurna, dan dengan
bantuan klien dapat melaksanakan dengan baik, tergantung, jika klien
sama sekali belum melaksanakan dan tergantung pada bimbingan perawat
(Keliat, 2010).
1.2

Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep teori perilaku kekerasan?
b. Bagaimana konsep asuhan keperawatan jiwa pada pasien resiko
perilaku kekerasan?

1.3

Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep teori perilaku kekerasan.
b. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan jiwa pada pasien resiko
perilaku kekerasan.

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP TEORI
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan
konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit
diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Sedangkan
menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana
individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya
sendiri ataupun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang
dirasakan sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta
mengungkapkan secara verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan
masalah dengan cara yang tidak adekuat (Rawlins and Heacoco, 1998).
Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan adalah perasaan
marah dan bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol
diri atau kendali diri.
Tanda dan gejala :
1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Jalan mondar-mandir
6. Bicara kasar

7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak


8. Mengancam secara verbal atau fisik
9. Melempar atau memukul benda atua orang lain
10. Merusak barang atau benda
11. Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan
oerilaku kekerasan
B. Rentang Respon

Rentang Respon
Rentang respon marah menurut Keliat (2005:21)

Asertif
Frustasi
Amuk

Pasif

Agresif

Dari rentang respon marah dapat berbentuk adaptif dan maladaptif:


a. Asertif
Kemarahan yang diungkap pada orang lain dengan kata-kata yang
tidak menyinggung sehingga memberikan kelegaan dan tidak
menimbulkan masalah baru.
b. Frustasi
Respon yang terjadi akibat individu gagal mencapai tujuan karena
tujuan tidak realistis hambatan dalam proses keinginan.
c. Pasif
Merupakan perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaanya sebagai usaha untuk mempertahankan
hak-haknya.
d. Agresif
Perilaku yang menyertai rasa marah dan merupakan dorongan
mental untuk bertindak (dapat konstruktif) dan masih terkontrol.
e. Amuk

Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai


kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri orang
lain dan lingkungan.
C. Penyebab
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri:
harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan gejala :
1. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri)
2. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
3. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
4. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai
harapan

yang

suram,

mungkin

klien

akan

mengakiri

kehidupannya.
D. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakantindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah
dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk
mencederai diri orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala :
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan
didapatkan melalui pengkajian meliputi :
Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah,
tanda-tanda marah yang diserasakan oleh klien.

1. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada


suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien
memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika
tidak senang.
E. Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan

Resiko Perilaku kekerasan

Gangguan Konsep diri Harga Diri Rendah

2.2 KONSEP ASKEP


2. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
a. Masalah keperawatan:
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan / amuk
c. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
d. Koping Individu Tidak Efektif
b. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
-

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

Klien suka membentak dan menyerang orang yang


mengusiknya jika sedang kesal atau marah.

Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :

Mata merah, wajah agak merah.

Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,


menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.

Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan


tajam.

Merusak dan melempar barang-barang.

b. Perilaku kekerasan / amuk


Data Subyektif :
-

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

Klien suka membentak dan menyerang orang yang


mengusiknya jika sedang kesal atau marah.

Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Obyektif ;
-

Mata merah, wajah agak merah.

Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.

Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan


tajam.

Merusak dan melempar barang-barang.

c. Gangguan harga diri : harga diri rendah


Data subyektif:
-

Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu


apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data obyektif:
-

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh


memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin
mengakhiri hidup.

3. Diagnosa Keperawatan
a.

Resiko Perilaku kekerasan

b.

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

4. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1 : Resiko Perilaku Kekerasan
TujuanUmum :
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.1.

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati,


sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

1.2.

Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

1.3.

Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.


Tindakan:
2.1.

Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

2.2.

Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.

2.3.

Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan


klien dengan sikap tenang.

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.


Tindakan :
4.1.

Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan


dirasakan saat jengkel/kesal.

4.2.

Observasi tanda perilaku kekerasan.

4.3.

Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang


dialami klien.

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.


Tindakan:
4.1.

Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa


dilakukan.

4.2.

Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan


yang biasa dilakukan.

4.3.

Tanyakan

"apakah

dengan

cara

yang

dilakukan

masalahnya selesai?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
5.1.

Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.

5.2.

Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang


digunakan.

5.3.

Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap


kemarahan.
Tindakan :
6.1.

Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.

6.2.

Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas


dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.

6.3.

Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau


kesal / tersinggung

6.4.

Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada


Tuhan untuk diberi kesabaran.

7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.


Tindakan:
7.1.

Bantu memilih cara yang paling tepat.

7.2.

Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.

7.3.

Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.

7.4.

Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai


dalam simulasi.

7.5.

Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat


jengkel / marah.

8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.


Tindakan :
8.1.

Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien


melalui pertemuan keluarga.

8.2.

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).


Tindakan:
9.1.

Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis,


frekuensi, efek dan efek samping).

9.2.

Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar


(nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).

9.3.

Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping


obat yang dirasakan.

Diagnosa II : Gangguan konsep diri: harga diri rendah


Tujuan Umum :
Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus :
1.

Klien dapat membina hubungan


saling percaya.
Tindakan:
1.4.

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati,


sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

1.5.

Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

1.6.

Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2.

Klien

dapat

mengidentifikasi

kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.


Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas
3.

Klien

mampu

menilai

kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga


Tindakan:
3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah


pulang ke rumah
4.

Klien

dapat

merencanakan

kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki


Tindakan :
4.1.

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan


setiap hari sesuai kemampuan.

4.2.

Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.

4.3.

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

5.

Klien dapat melakukan kegiatan


sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1.

Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah


direncanakan

5.2.

Beri pujian atas keberhasilan klien

5.3.

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6.

Klien

dapat

memanfaatkan

sistem pendukung yang ada


Tindakan :
6.1

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat


klien

6.2

Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

6.3

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

6.4

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Diagnosa II

: Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan
Tujuan umum :
-

Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan khusus :
-

Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya

Pasien mampu mengungkapkan perasaannya

Pasien mampu meningkatkan harga dirinya

Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang


baik

Tindakan :
-

Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri,


orang laain dan lingkungan

Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :


o Memberikan

kesempatan

pasien

mengungkapkan

perasaannya
o Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan
yang positif
o Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting
o Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri
oleh pasien
o Merencanakan yang dapat pasien lakukan
-

Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :


o Mendiskusikan

dengan

pasien

cara

menyelesaikan

masalahnya
o Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing
cara penyelesian masalah
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah
yang lebih baik

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan atau tindak kekerasan merupakan ungkapan
perasaan

marah

dan

bermusuhan

sebagai

respon

terhadap

kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang mengakibatkan


hilangnya kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau
melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
3.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang dapat kami buat yaitu untuk
lebih memperdalam lagi tentang asuhan keperawatan dengan resiko
perilaku kekerasan dan dalam makalah kami tentunya masih banyak
kekurangannya.
3.4

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
1999
Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th
ed.). St.Louis Mosby Year Book
Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.

STRATEGI PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN


A. Kondisi klien :
B. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan
C. Tujuan
1.Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2.Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3.Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
4.Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
5.Pasien

dapat

menyebutkan

cara

mencegah/mengontrol

perilaku

kekerasannya
6.Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
D. Tindakan
1.Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan
saling percaya adalah :
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Berjabat tangan
3. Menjelaskan tujuan interaksi
4. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

2.Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang
lalu
3.Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan :
1. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
2. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
3. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
4. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
5. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4.Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada
saat marah secara :
1. Verbal
2. Terhadap orang lain
3. Terhadap diri sendiri
4. Terhadap lingkungan
5.Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6.Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara :
1. Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
2. Obat
3. Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
4. Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7.Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik :
1. Latihan nafas dalam dan pukul kasur bantal
2. Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur bantal
8.Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :
1. Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
2. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9.Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual :
1. Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
2. Buat jadwal latihan sholat, berdoa
10.

Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat :

1. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar
(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar
waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna
obat dan akibat berhenti minum obat
2. Susun jadwal minum obat secara teratur
11.

Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi

Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan.

E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab
perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan
yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I
Orientasi :
Selamat Pagi pak, perkenalkan nama saya Agung Nugroho, panggil saya
Agung saya mahasiswa Keperawatan dari Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga yang akan praktek disini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi
dari pkl. 07.00-14.00. Saya yang akan merawat bapak selama Bapak di rumah
sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?
Bagaimana perasaan bapak saat

ini?, Masih ada perasaan kesal atau

marah?
Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah
bapak
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10
menit?
Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana
kalau di ruang tamu?
Kerja :
Apa yang menyebabkan Bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah
marah?
Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?.
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri
belum menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang
bapak rasakan?
Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?
Setelah itu apa yang bapak lakukan?. Apa kerugian cara yang bapak
lakukan? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik
tanpa menimbulkan kerugian?

Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah
dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah.
Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?
Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu
perlahan lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba
lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5
kali. Bagus sekali, bapak

sudah bisa melakukannya. Bagaimana

perasaannya?
Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya
Terminasi :
Oya Pak, karena sudah 10 menit, apakah perbincangan ini mau diakhiri atau
dilanjutkan?
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
bapak?
Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak
rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta
akibatnya ......... (sebutkan)
Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang
lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan
lupa latihan napas dalamnya ya pak. Sekarang kita buat jadual latihannya ya
pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja
pak?
Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain
untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua

Orientasi :
Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya
datang lagi
Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak
marah?
Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua
Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?
Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?

Kerja :
Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan
pukul kasur dan bantal.
Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak?
Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan
lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba
bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak
melakukannya.
Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.
Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah.
Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya
Terminasi :
Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?
Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!
Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul
kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik,
jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah

sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya
ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur dan bantal serta
tarik nafas dalam ini?
SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
sosial/verbal :
a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
Orientasi :
Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu
lagi
Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur
bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?
Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.
Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya
mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau
diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan
Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang
sama?
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?
Kerja :
Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan
bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat
kita marah. Ada tiga caranya pak: Meminta dengan baik tanpa marah dengan
nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin

Bapak bilang penyebab marahnya karena minta uang sama isteri tidak diberi.
Coba Bapat minta uang dengan baik:Bu, saya perlu uang untuk membeli
rokok. Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lainlain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.
Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang
ada kerjaan. Coba bapak praktekkan. Bagus pak
Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal bapak dapat mengatakan: Saya jadi ingin marah karena perkataanmu
itu. Coba praktekkan. Bagus
Terminasi :
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?
Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari
Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari
bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat,
uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!
Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?
Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak
yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik
sampai nanti.
SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa
Orientasi :

Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya
datang lagi Baik, yang mana yang mau dicoba?
Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa
marahnya
Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah
yaitu dengan ibadah?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?
Kerja :
Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik,
yang mana mau dicoba?
Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas
dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak
reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat.
Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.
Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana? Coba
sebutkan caranya
Terminasi :
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
ketiga ini?
Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus.
Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau
berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai
kesepakatan pasien).
Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak
merasa marah.
Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita
buat tadi.

Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa
pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?
Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?
SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang
sudah dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum
obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti
minum obat.
c. Susun jadual minum obat secara teratur.
Orientasi :
Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu
lagi
Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur
bantal, bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur? Coba kita lihat cek kegiatannya.
Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat
yang benar untuk mengontrol rasa marah?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat
kemarin?
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit
Kerja :
Bapak sudah dapat obat dari dokter?
Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam
berapa Bapak minum? Bagus!

Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye

namanya CPZ

gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan
tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa
marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi,
jam 1 sian g, dan jam 7 malam.
Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu.
Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan
beraktivitas dulu.
Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat
apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum,
jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah
benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar
obatnya!
Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.
Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.
Terminasi :
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum
obat yang benar?
Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara
minum obat yang benar?
Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?.
Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan
lupa laksanakan semua dengan teratur ya.
Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak
melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai
jumpa

Anda mungkin juga menyukai