Anda di halaman 1dari 11

Peningkatan penggunaan alat bantu nafas (ventilator dan sejenisnya) pada akhir-akhir ini

baik diunit perawatan intensif maupun kamar bedah menuntut banyak kemampuan khusus
baik dokter maupun paramedis dalam tehnik pemakaian ventilator.
Pemakaian satu jenis ventilator yang dikuasai dengan baik lebih bermanfaat dari segala
jenis ventilator yang hanya diketahui serba sedikit. Penggunaan ventilator yang sederhana
lebih di prioritaskan daripada ventilator yang dilengkapi banyak tombol yang rumit serta
membingungkan bagi yang kurang pengalaman.Yang paling penting bagi paramedis
minimal mengetahui dasar penggunaan ventilator dan apa yang harus dimonitor agar
sasaran yang diinginkan bisa dicapai.
Sama halnya dengan obat ,ventilator juga punya ukuran dan aturan pemberian dan indikasi
serta efek samping yang perlu dipertimbangkan sebelum menggunakannya.
Definisi

Ventilator/respirator adalah alat memberikan nafas buatan secara mekanik. Nafas yang
dibuat orang lain disebut nafas buatan sedangkan nafas dengan kemauan pasien sendiri
disebut pernafasan spontan.
Nafas buatan bisa dilakukan dalam beberapa cara :
A. Manual methode :
Holger Nielsen
Penderita tengkurap dilakukan penekanan pada punggungnya dan penarikan
lengan sebanyak 12x permenit.
Schafer :
Menekan punggung dan mengangkat pinggul penderita berganti-ganti 12 x per menit.

Silvester :
Penderita telentang lengan diangkat vertikal diatas kepala kemudian diletakkan diatas dada
lalu ditekan 12 x per menit.

B. Meniup udara expirasi:


mulut kemulut
mulut kehidung
Cara B lebih efektif mudah paling sering digunakan dari pada cara A.
C.Memberikan tekanan negatif diluar tubuh penderita sehingga dada,mengembang terjadi
inspirasi kemudian tekanan dijadikan positif terjadi expirasi.
Contoh-Cabinet respirator
Cuirass respirator.
D. Memberikan tekanan positif kejalan nafas:
Contoh Ventilator RCF,drager
Ini yang paling banyak digunakan belakangan ini.
Note: Yang dimaksud tekanan positif ialah tekanan diatas satu atsmosfer dalam hal ini
tekanan satu atsmosfer dianggap sama dengan nol,sedangkan tekanan negatif sama dengan
tekanan dibawah satu atsmosfer.
Prinsip dalam melakukan nafas buatan:
Time saving is live saving (waktu adalah nyawa). Jangan buang waktu,lakukan apa yang
mudah bagi anda jangan tunggu fasilitas ini dan itu,tenggang waktu hanya tiga menit bagi
penderita yang parunya sebelumnya normal. Lewat tiga menit apnoe cadangan oksigen
diparu habis terkuras, dan hipoksia otak diambang pintu. Bila fasilitas air viva
memungkinkan segera gunakan,tak perlu tergesa gesa mengintubasi apalagi belum trampil
melakukannya bisa berbahaya. Ingat rangsangan intubasi dalam kondisi hipoksia dan
hiperkarbia akan merangsang vagal reflex menyebabkan spamo laryng,bradikardi sampai
cardiac arrest.
Pemakaian airviva membutuhkan pelatihan khusus agar udara yang diperas benarbenar masuk keparu bukan keperut,sungkup muka yang sesuai dan posisi kepala yang tepat
(Sniffing position) merupakan syarat utama keberhasilan airviva.

Bila terjadi henti nafas (apnoe) langsung lakukan nafas buatan 3-4x berturut-turut
baru periksa deyut jantung (nadi carotis),bila negatif lakukan pijat jantung luar. Satu hal
yang paling penting jalan nafas harus bebas hambatan baik oleh sebab lidah yang jatuh
kebelakang maupun lendir atau benda asing.
Dalam peristiwa kegawatan selalu ingat 6B(breath,bleed,brain,bladder,bone) dimana gawat
nafas menempati urutan pertama oleh sebab itu pemberian nafas buatan didahulukan
daripada yang lain.
Bila

ada

obstruksi

yaitu membuat irisan

jalan
pada

nafas

bagian

membran

atas

crycothyroid

lakukan
yang

crycothyreodectomi,
anatomis

mudah

dikenal,superficial & sedikit pembuluh darah. Trachestomi hanya dilakukan setelah masa
kritis berlalu. Bila ada sumbatan pada trachea atau laryng coba lakukan pukulan
dipunggung atau back blow.
Mekanisme nafas spontan:
Pada nafas spontan inspirasi dimulai dari turunnya diaphragma kearah abdomen sehingga
rongga thorak semakin besar dan tekanannya semakin negatif (-10cmH2O) maka udara
luar akan masuk kedalam alveoli. Pada waktu expirasi diaphragma kembali keposisi
semula tekanan negatif dalam thorak menurun (-5 cm H2O) dan udara keluar ke atsmosfer.
Baik pada waktu inspirasi maupun expirasi tekanan dalam thorak tetap negatif maka dalam
keadaan normal pada akhir expirasi alveoli tetap mengembang dimana tekanan dalam
alveoli (0 cmH2O) tetap lebih besar dari tekanan dalam thorak (-5 cmH2O). Pada akhir
inspirasi maupun expirasi tekanan dalam alveoli tetap sama dengan udara luar (0
ccmH2O).
Adanya tekanan negatif ini banyak membantu menyedot darah vena kembali kejantung
tetapi sebaliknya tekanan positif(ventilator) menghambat sehingga venous return dan
akhirnya tekanan darah menurun.
Type nafas buatan yang diberikan ventilator :
a.Nafas terkendali (Controlled respiration)

Pernafasan pasien diambil alih sepenuhnya oleh ventilator dengan perkataan lain pasien
tak bernafas sama sekali (apnoe). Ventilator memberikan udara inspirasi sementara expirasi
berjalan pasif.
b.Nafas dibantu sebagian(Assisted ventilation/respiration):
Sebagian inspirasi pasien dibantu ventilator untuk mencukupinya. Dalam hal ini pasien
masih bernafas spontan hanya tak kuat lalu dibantuoleh ventilator dengan syarat usaha
inspirasi pasien masih bisa mentriger(stimuler) ventilator memberikan sejumlah udara
pernafasan, hal ini hanya mungkin kalau pernafasan pasien tak terlalu lemah atau cepat.
c. Nafas wajib (Intermittent mandatory ventilation)
Ventilator memberikan ventilasi dengan frekuensi tertentu tetapi tak setiap kali bernafas
seperti assisted ventilation. Dalam hal ini ventilasi yang diberikan ventilator bisa
berdasarkan pacuan atau trigger dari usaha inspirasi pasien seperti assisted ventilation
disebut synchronous intermittent mandatory ventilation)(SIMV) tetapi bisa langsung tanpa
trigger (controlled ventilation) disebut intermittent mandatory ventilation ( IMV).
Penggunaan SIMV sangat populer karena tak akan menimbulkan tabrakan antara
pernafasan pasien dan ventilator sehingga terjadinya peregangan alveoli minimal,atau
tersedotnya kembali udara expirasi bisa dicegah.
Pola nafas bantu :
a.Memberikan tekanan positif selama inspirasi sedangkan expirasi pasif. Dalam hal ini
tekanan pada akhir inspirasi positif sementara akhir expirasi tetap nol disebut dengan
IPPV(Intermittent Positive Pressure Ventilation) atau ZEEV (Zero End Expiratory
Pressure).
b.Bila

pada

akhir

expirasi

PEEP(Positive End Expiratory

juga

Pressure)

diberi

tekanan

positif

atau

CPPV(Continous

disebut
Positive

Pressure Ventilation) sebab baik pada inspirasi maupun expirasi tetap diberikan tekanan
positif.

c. Bila pada akhir expirasi diberi tekanan negatif disebut NEEP (Negative End Expiratory
Pressure).
Cara kerja ventilator :
a.Pressure cycled :
Tekanan inspirasi yang diberikan diatur ventilator, bila tekanan tersebut sudah dicapai
maka inspirasi berakhir tak soal apakah udara yang masuk keparu cukup atau tidak. Bila
ada gangguan di jalan nafas apa itu berupa lendir, odem, atau elastisitas paru berkurang
maka tekanan yang diatur cepat dicapai dan inspirasi cepat selesai akibatnya terjadi
hipoventilasi.
b.Volume cycled :
Volume udara yang diberikan diatur pada ventilator sesuai besarnya dengan tidal volume
pasien. Tidal volume adalah jumlah udara yang keluar masuk paru pasien pada pernafasan
spontan dalam satu kali bernafas.Bila volume yang diatur tercapai maka inspirasi berakhir.
Walaupun ada tahanan meningkat dijalan nafas atau elastisitas paru menurun jumlah udara
yang masuk ke paru tetap sesuai yang diatur hanya tekanan bisa sampai demikian
tingginya mengakibatkan pneumothorak tetapi ini bisa di cegah bila dilengkapi
denganvalv(klep) yang mengeluarkan kelebihan tekanan (pressure relieve valve).
c. Time cycled :
Lamanya inspirasi dan expirasi diatur pada ventilator bila waktu yang diatur tercapai maka
berakhirlah inspirasi atau expirasi. Bila ada hambatan dijalan nafas tentu diperlukan waktu
yang lebih lama agar udara cukup masuk keparu sehingga bila waktu sudah berakhir tentu
udara belum cukup masuk keparu, atau pada saat expirasi berakhir belum seluruh udara
yang diharapkan akan keluar dari paru.
Ventilator yang ideal adalah volume cycled time preset, dimana volume dan waktu diatur
pada ventilator sehingga tepat waktu inspirasi berakhir, volume udara yang masuk ke paru
sesuai dengan yang telah diatur, dengan dilengkapi system volume dan pressure limiter
(safety valv) maka setiap kenaikan volume dan tekanan dijalan nafas akan keluar dari klep
pengaman. Apalagi dilengkapi system alarm bisa diketahui gangguan ventilator sedini

mungkin, seperti terlepasnya konektor, kebocoran circuit, kehabisan oksigen dan lain-lain.
Apalagi kalau dilengkapi system baterai (AC-DC) sehingga bila listrik padam bisa diambil
alih accu selama satu jam.
Indikasi pemakaian ventilator :
1. Kegagalan nafas :
a. tak bernafas (apnoe)
b. tak kuat bernafas
2. Tak boleh bernafas
Ad.1. Bisa disebabkan faktor dalam paru : penyakit paru
sumbatan jalan nafas penekanan jalan nafas.
diluar paru : fraktur iga otot dada dan abdomen lemah
centrum pernafasan rusak
Ad 2. Untuk memberi istirahat paru pasien atau menjamin olsigenasi dan ventilasi yang
cukup seperti post thorakotomi atau craniotomi.
Pernafasan disebut gagal bila tak bisa menyedot oksigen atau mengeluarkan CO2 secara
sempurna. Parameternya turunnya tekanan partiel O2 dalam darah arteri (PaO2) atau
meningkatnya tekanan partiel CO2 dalam darah arteri (PaCO2) atau dengan kata lain
adanya hipoksia atau hiperkapnia. Dalam keadaan normal PaO2 80-90 mmHg dan PaCO2
35-45. Menurut Saphiro 1975 bila PaCO2 > 50 mmHg atau PaO2 < 50 mmHg merupakan
parameter adanya kegagalan pernafasan mendadak (akut), dikenal sebagai Rule of Fifty
(aturan 50).
Tetapi pemasangan ventilator lebih dini lebih baik untuk mencegah berkembangnya gagal
nafas.
Secara klinis bisa dikenal :

Frekuensi nafas < 10x atau > 35x per menit.


Pernafasan cuping hidung ditambah cyanosis.
Aktifnya otot-otot nafas bantu
Retraksi supra sternal atau intercostalis.
Tachycardi atau bradicardi.
Cara penggunaan ventilator :
Meliputi:
a. persiapan
b. pengawasan
c. penyapihan
a. Persiapan :
Pasien bebaskan jalan nafas dari obstruksi pasang pipa tracheal yang sesuai
(intubasi) untuk ini perlu perlengkapan :
*pipa trachea (endotracheal tube) segala ukuran
*laryngoscope segala ukuran
*pipa oropharyng (Guedel airway) segala ukuran
*Magil forceps membantu memasukkan pipa tracheal ke glottis.
*Syring 10 cc untuk memompa cuff endotracheal tube.
*Jelly (pelumas ) mengurangi trauma pipa trachea.
*Suction aparat untuk menghisap lendir dan benda asing.
*Bila pemakaian ventilator diperkirakan jangka panjang > 7 hari, tracheostomi.

-Ventilator
*Periksa oksigen apakah cukup.
*Test ventilator apakah bisa bekerja.
*Test sistem monitoring bila ada.
*Bila ada paru buatan ditest apakah volume yang dipompakan cukup.
*Tentukan volume tidal = berat badan x 10 cc.
*Frekuensi pernafasan diantara 12 -20x per menit.
*Konsentrasi oksigen (FiO2) antara 40-100% tergantung kebutuhan.
*Bila ada inspiratory flow atur antara 30-40 L/menit.
*Bila pasien apnoe atau dibikin apnoe gunakan controlled ventilation.
*Bila masih bernafas spontan tapi tak adekuat tapi masih mampu mentriger ventilator
gunakan assisted ventilation.
*Kalau frekuensi pernafasan terlalu cepat sehingga tak sempat mentriger ventilator
gunakan intermittent

mandatory

ventilation

(IMV),

bila

ada

SIMV lebih

baik,

tetapi sebagian menganjurkan lumpuhkan total pernafasan pakai control ventilasi. Biasanya
SIMV digunakan untuk menyapih ventilator dari pasien agar tak menimbulkan
ketergantungan pasien pada ventilator. Bila keadaan paru masih baik bisa digunakan pola
IPPV tetapi kalau terjadi atelectase atau meningkatnya tahanan jalan nafas sebaiknya
dicoba PEEP agar dengan oksigen konsentrasi rendah cukup memberikan PaO2 normal
yang tak mungkin dicapai dengan IPPV, Sekaligus keracunan oksigen bisa diminimalisir.
Biasanya PEEP diatur mulai dari 5 cmH2O dan tak lebih dari 15 cmH2O agar tak
terganggu circulasi. Tetapi pada penderita trauma kepala akan menambah bendungan di
otak memperberat odem otak. Untuk membantu venous return bisa digunakan NEEP
diatur antara -1 sampai -5 cmH2O, tekanan negatif > -5 cmH2O bisa menyebabkan
atelectase atau airtrapping (terperangkapnya udara dibelakang penyempitan saluran nafas).

Pada beberapa ventilator dilengkapi sarana Sigh yaitu ventilasi yang lebih panjang dari
normal (80-100)% diatas tidal volume normal, biasanya diberikan satu kali setiap 100x
pernafasan untuk mengembangkan alveoli yang akan collaps sehingga bisa dicegah
microatelectase.
Humidifier : Harus sudah dipersiapkan sebelum ventilator dipasang agar udara yang
diberikan benar-benar fisiologis dimana suhu 37-40 derajat C, Kelembaban nisbi 100%.
Dalam keadaan normal hidung berfungsi sebagai humidifier tetapi setelah intubasi
fungsinya hilang oleh sebab itu humidifier diperlukan untuk mencegah lendir tak
mengental yang bisa menyumbat jalan nafas terutama pada bayi.
Pengawasan (monitoring) :
Sasaran penggunaan ventilator adalah tercapainya oksigenasi yang cukup dimana PaO2
antara 100-150 mmHg, kecuali pada RDS(Respiratory Distress Syndrome) kita cukupkan
sekitar 80mmHg, dan ventilasi cukup sekitar 35-40 mmHg. Untuk itu 30 menit post pasang
ventilator diperiksa analisa gas darah(AGD).
Perhatikan kembang kempis dada cukup dan simetris.;Bersihkan jalan nafas secara intensif
agar jalan nafas lancar dan tercegah dari infeksi. Hati-hati penghisapan lendir yang keliru
malah terjadi penyedotan oksigen cadangan diparu, sampai terjadi collaps alveoli.
Prinsip penggunaan pengisap lendir :
pengisap harus steril
harus ditekuk waktu memasukkan kejalan nafas
sebelum pengisapan diberi oksigen 100%.
pengisap ditarik secara spiral tak boleh lebih dari 15 detik.

setelah

pengisapan

diberi

ventilasi

oksigen

100%

lagi.

Awasi kesadaran, tekanan darah, nadi (denyut jantung) serta ada tidaknya pernafasan
spontan dan udara expirasi ditera dengan spirometer apakah sesuai dengan yang
diinginkan.

Penyapihan

(weaning):

Cara konvensional dengan melepaskan ventilator dari pasien bila diduga telah mampu
bernafas spontan selama 5 menit, perhatikan frekuensi nafas, cyanosis, nadi dan tekanan
darah kemudian hubungkan kembali selama 55 menit.
Bila jam pertama tak ada problem coba lepaskan lagi 10 menit, Ini dilakukan pada periode
jam berikutnya dengan periode lepas 2x sebelumnya dengan syarat tanda vital baik.
Prinsipnya waktu lepas ditambah sedangkan hubungan dengan ventilator dikurangi. Bila
selama 4-6 jam telah mampu bernafas spontan tanpa kelelahan ventilator tak diperlukan
lagi.
Bila ada sarana SIMV cara ini lebih baik hanya dengan mengurangi frekuensi 2x per menit
secara bertahap tanpa melepas ventilator dapat dicegah ketergantungan pasien pada
ventillator sementara tiap tahap dimonitor tanda-tanda vital dan AGD. Setelah 1 jam bila
normal turunkan lagi.
Kesimpulan :
Telah dikemukakan prinsip umum, tujuan, indilaksi, tehnik pemakaian ventilator secara
sederhana sebagai pedoman penatalaksanaan pasien dengan ventilator. Masalah perawatan
dan hal lain dibahas dalam mata kuliah yang lain. Untuk kelengkapan pengetahuan agar
dibaca buku lain yang berkenaan ventilator
Kepustakaan :
1. Brawn H, Introduction to Respiratory Physiology; 2nd edit, Little Brawn and Company,
Boston, 1980.
2. Mushin W, Automatic Ventilation of the Lung, 3rd edit,Blackwell Scientific Publication,
Oxford, London, Edinburg, Melbourne.
3. Raharjo E, Anestesi untuk pembedahan darurat, Kursus Penyegar Anestesi II, Surabaya
1984

4. Tommy S, Beberapa cara pengelolaan nafas mendadak, Simposium gawat nafas I,


Surabaya 1984.
5. Wiraatmaja, Beberapa pengalaman pada respiratory care, di RS Sutomo Surabaya, 1977.
6. Raharjo E, Pernafasan buatan dengan respirator, Simposium gawat nafas I, Surabaya,
1984.
7. Sunaryo cs, Penggunaan ventilator jangka lama, Kursus Penyegar Anestesi III,
Semarang 1984.

Anda mungkin juga menyukai