Oleh Kelompok 6 :
Audia Jupri/14120130233
Nunu Purwati/14120130222
St. Asra Amir/14120130202
Kelas : B5
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
KELOMPOK 6
DAFTAR ISI
B.
C.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara
miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung
dengan masalah gizi kurang, hubungan dengan penyakit infeksi dan negara
maju cenderung dengan masalah gizi lebih (Soekirman, 2000).
Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan
pola makan, indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak
masalah gizi kurang yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi lebih yang
disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai
dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul,2004).
Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam
menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dimulai dengan cara
penanganan pertumbuhan anak sebagai bagian dari keluarga dengan asupan
gizi dan perawatan yang baik. Dengan lingkungan keluarga yang sehat, maka
hadirnya infeksi menular ataupun penyakit masyarakat lainnya dapat
dihindari. Di tingkat masyarakat faktor-faktor seperti lingkungan yang
higienis, ketahanan pangan keluarga, pola asuh terhadap anak dan pelayanan
kesehatan primer sangat menentukan dalam membentuk anak yang tahan gizi
buruk.
Secara makro, dibutuhkan ketegasan kebijakan, strategi, regulasi, dan
koordinasi lintas sektor dari pemerintah dan semua stakeholders untuk
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi gizi ?
2. Apakah definisi pendidikan ?
3. Bagaimana hubungan gizi dengan pendidikan ?
4. Contoh kasus gizi yang berhubungan dengan pendidikan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari gizi
2. Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan
3. Untuk mengetahui hubungan gizi dengan pendidikan
4. Untuk mengetahui contoh kasus gizi yang berhubungan dengan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Gizi
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan,
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan
makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Lebih luas, gizi
diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk
menghasilkan tenaga (Irianto, 2008,p.2).
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ
serta menghasilkan energi, (Supriadi dkk, 2001). WHO mengartikan ilmu gizi
sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup.
Dimana prosesnya yaitu pengambilan dan pengolahan zat padat dan cair dari
makanan yang diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan,
berfungsinya organ tubuh dan menghasilkan energi. (Yuniastuti,2008,pp.1-2).
pengertian gizi terbagi secara klasik dan masa sekarang yaitu :
1. Secara klasik :
Gizi hanya di hubungkan dengan kesehatan tubuh (menyediakan energi,
membangun, memelihara jaringan tubuh dan mengatur proses-proses
jaringan tubuh).
2. Sekarang :
pemahaman yang sama tentang pengertian gizi, masalah gizi, faktor penyebab
gizi, dan kebijakan dan program perbaikan gizi kepada masyarakat termasuk
semua pelaku program. Pendidikan gizi berperan memberikan pengetahuan,
menumbuhkan sikap dan menciptakan perilaku hidup sehat dengan gizi
seimbang. Dalam gizi seimbang tidak hanya mendidik soal makanan dan
keseimbangan komposisi zat gizi dan kebutuhan tubuh akan zat gizi
(karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, dan air), tetapi juga
kesimbangan dengan pola hidup bersih untuk mencegah kontaminasi makanan
dan infeksi.
tubuh, baik
pertama pada kondisi yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian
serius karena keadaan ekonomi ini relatif mudah diukur dan
berpengaruh besar terhadap konsumen pangan. Golongan miskin
menggunakan bagian terbesar dari pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan makanan, dimana untuk keluarga di negara berkembang
sekitar dua pertiganya (Suhardjo, 1996).
2. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi ibu merupakan
ibu.
kualitas dan kuantitas zat gizi yang dikonsumsi oleh anggota keluarga
( Soekirman,2000).
3.
Sanitasi lingkungan
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan
terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan,dan
infeksi saluran pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran
pencernaan, penyerapan zat-zat gizi akan terganggu yang
menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi. Seseorang kekurangan
zat gizi akan mudah terserang penyakit,dan pertumbuhan akan
terganggu (Supariasa dkk,2002).
D. Contoh Kasus
Kasus 1
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (DINKES) kota Surabaya, kasus balita
gizi buruk sepanjang tahun 2008 mencapai 2.068 balita atau sekitar 1,81% dari
jumlah seluruh balita sebanyak 114.108.
kurang gizi mencapai 7.047 balita atau sekitar 6,18%. Dari data itu juga
terungkap, kasus balita gizi buruk paling banyak terjadi di Kec.Semampir
yakni mencapai 269 balita dari 6.696 balita, Kec.Sukomanunggal mencapai
184 balita dari 4.072 balita, dan Kec. Tambaksari mencapai 118 balita dari
7.182 balita.
karena pola asuh yang keliru, kurang asupan makanan bergizi, rendahnya
tingkat pengetahuan (pendidikan) hingga masalah kemiskinan.
Kasus 2
Dinas kesehatan kota kendari bagian UKM dan gizi, mengatakan jumlah
kasus gizi buruk pada balita di kota Kendari pada wilayah kerja puskesmas
mata tahun 2006 yaitu 107 kasus balita yang mengalami gizi buruk dan
mengalami peningkatan menjadi 139 balita yang mengalami gizi buruk pada
tahun 2007, serta terjadi penurunan pada tahun 2008 yaitu 108 balita yang
mengalami gizi buruk.
Kasus 3
Sebanyak enam anak balita di Tawangsari, Kecamatan Pengasih,
Kulonprogo, dilaporkan menderita gizi buruk. Sementara 46 anak balita
lainnya dari 300 balita di tawangsari, masuk katagori kelompok gizi kurang.
Sayangnya, sejak Januari hingga Oktober 2011 dinas kesehatan hanya mampu
menekan kasus gizi buruk 0.05% saja.
Kepala bidang kesejahteraan sosial pemerintah desa Tawangsari,
Kecamatan Pengasih, Muryadi menjelaskan, masalah gizi buruk masih terjadi
di wilayahnya. Menurut dia, masih adanya kasus gizi buruk disebabkan
banyak faktor. Selain masalah ekonomi dan pendidikan, kesadaran warga juga
masih perlu dipupuk lagi.
Kasus 4
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan di Magetan pada Tahun 2010,
penderita gizi buruk dari bulan Januari sampai Desember berjumlah 257 orang
dan meninggal satu, sedangkan tahun 2011 dari bulan Januari sampai Mei
jumlah penderita gizi buruk menjadi 261 orang dan meninggal satu.
Kasus gizi buruk di Magetan meningkat karena pola asuh orang tua yang
salah sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan (pendidikan) ibu. Mayoritas
penderita gizi buruk tidak hanya dari kalangan orang tidak mampu saja.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pendidikan merupakan salah satu bentuk pertolongan atau bimbingan yang
diberikan orang yang mampu, dewasa dan memiliki ilmu terhadap
perkembangan orang lain untuk mencapai kedewasaan dengan tujuan
supaya pribadi yang dididik memiliki kecakapan yang cukup dalam
melaksanakan segala kebutuhan hidupnya secara mandiri.
2. Tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi karena dengan
meningkatnya pendidikan seseorang, kemungkinan akan meningkatkan
pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan bergizi dan
juga dengan peningkatnya pendidikan maka dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang akan pentingnya nilai gizi sehingga dapat
mengkonsumsi zat gizi dengan baik. Begitupun sebaliknya, gizi sangat
berhubungan dengan pendidikan karena dengan mengkonsomsi zat-zat gizi
yang baik maka akan meningkatkan kecerdasan otak. Gizi merupakan salah
satu penentu kualitas sumber daya manusia.
B. Saran
1. Status gizi masyarakat Indonesia yang buruk harus segera ditemukan jalan
keluarnya. Tidak hanya pemerintah saja tetapi seluruh elemen masyarakat
berkewajiban membantu sesama manusia yang mengalami gizi buruk.
Agar permasalahan ini tidak menimbulkan gangguan dalam tatanan
kehidupan bernegara.
2. Sebaiknya masyarakat meningkatkan pendidikannya (pengetahuannya)
tentang gizi agar dapat mengetahui pentingnya nilai gizi sehingga dapat
mengkonsumsi gizi dengan baik dan menciptakan perilaku hidup sehat.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.researchgate.net/publication/
50843300_hubungan_tingkat_pendidikan_ibu_pengetahuan_gizi_pendapatan_kel
uarga_dan_konsumsi_kalori_dengan_status_gizi
h t t p : / / w w w . a c a d e m i a . e d u / 5 2 4 3 2 4 4 /
hubungan_pendidikan_dan_pengetahuan_gizi_ibu_dengan_tingkat_konsumsi_en
ergi_dan_protein
http://digilib.unimed.ac.id/hubungan-pendapatan-keluarga-pendidikan-danpengetahuan-gizi-ibu-terhadap-pola-konsumsi-dalam-menanggulangi-gizi-buruk
http://www.budidarma.com/2012/01/peran-keluarga-dalam-pencegahan-dan.html