PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dengan iklim tropis merupakan negara yang kaya keanekaragaman hayati dan
sumber daya alam. Salah satunya memiliki kekayaan jenis anggrek yang sangat tinggi.
Anggrek merupakan tanaman bunga hias yang bunganya indah. Anggrek sudah dikenal sejak
200 tahun lalu dan sejak 50 tahun terakhir mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia
(Yulianti,2013). Indonesia memiliki sekitar sepuluh ribu spesies anggrek. Kekayaan plasma
nutfah ini harus dimanfaatkan bagi pemuliaan tanaman anggrek. Kegiatan persilangan terus
dilakukan
sifat yang identik dengan induknya, mendapatkan tanamaan bebas penyakit, dengan cara ini
bisa dihasilkan tanaman bebas virus meskipun tanaman induknya terjangkit, mendapatkan
tanaman yang tahan terhadap stress tertentu (stres kekeringan, stres salinitas). Selain itu juga
untuk menyelamatkan tanaman langka agar tidak punah, kesehatan dan mutu bibit lebih
terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan
konvensional dan mampu menghasilkan bibit dengan jumlah banyak dalam waktu yang
singkat serta tidak memerlukan lahan yang luas (anynomous,2009).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disusun rumusan masalah, yaitu :
Bagaimana metode perbanyakan hibrida anggrek bulan (Phaleonopsis amabilis) melalui
kultur jaringan in vitro.
1.3 Tujuan
Secara umum kegiatan praktek kerja lapang ini bertujuan untuk mengetahui metode
perbanyakan hibrida anggrek bulan (Phaleonopsis sp) melalui kultur jaringan in vitro.
1.4 Manfaat
a. Sebagai sarana dalam penelitian pertumbuhan dan perkembangan berbagai organ tanaman.
b. Sebagai dasar untuk mengembangkan teknik in vitro dalam perbanyakan tanaman.
c. Memberikan informasi tentang teknik perbanyakan tanaman anggrek, khususnya anggrek
bulan (Phaleonopsis amabilis) melalui kultur jaringan in vitro.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Phalaenopsis amabilis atau yang lebih dikenal dengan nama anggrek bulan merupakan
salah satu jenis anggrek yang popular dibandingakn dengan jenis anggrek yang lain. Di
Indonesia,
anggrek Phalaenopsis
merupakan
salah
satu
anggrek
kebanggaan
nasional. Phalaenopsis adalah salah satu genus anggrek yang memiliki kurang lebih 40 60
spesies. Jumlah varietasnya sekitar 140 jenis, 60 diantaranya terdapat di Indonesia (Iswanto,
2001). Kekhasan dari jenis Phalaenopsis adalah bentuk bunganya yang lebih besar dengan
warna yang bervariasi dan mekar bunga yang lebih lama dibandingkan jenis anggrek lain
(Jenny et al. 2009).
Phalaenopsis amabilis atau puspa pesona adalah salah satu bunga nasional Indonesia
yang ditemukan oleh seorang ahli botani Belanda, bernama Dr. C.L. Blume. Di Indonesia,
anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) pertama kali ditemukan di Maluku. Anggrek bulan
memiliki beberapa nama daerah seperti anggrek wulan (Jawa dan Bali), anggrek terbang
(Maluku), dan anggrek menur (Jawa).
Tanaman anggrek bulan tersebar luas mulai dari Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua
hingga ke Australia. Cara hidupnya secara epifit dengan menempel pada batang atau cabang
pohon di hutan-hutan dan tumbuh subur hingga 600 meter di atas permukaan laut.
Anggrek bulan termasuk dalam tanaman anggrek monopodial yang menyukai sedikit
cahaya matahari sebagai penunjang hidupnya. Daunnya berwarna hijau dengan bentuk
memanjang. Akar-akarnya berwarna putih dan berbentuk bulat memanjang serta terasa
berdaging. Bunganya memiliki sedikit keharuman dan waktu mekar yang lama serta dapat
tumbuh hingga diameter 10 cm atau lebih.
Anggrek
bulan
(Phalaenopsis
amabilis
L.)
adalah
salah
satu
spesies
dari
genus Phalaenopsis yang cukup populer dan dianggap cukup penting karena peranannya sebagai
induk dapat menghasilkan berbagai keturunan atau hibrida. (Iswanto, 2001).
Klasifikasi Ilmiah :
Klasifikasi tanaman anggrek bulan yang memiliki nama ilmiah Phaleonopsis ambilis adalah:
Kingdom: Plantae
Divisio: Spermatophyta
Subdivisi: Magnoliophyta
Kelas: Monocotyledonae
Famili: orchidaceae
Genus: Phalaenopsis
Spesies: Phalaenopsis sp
Pada tanggal 5 Juni 1990, anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis L.) resmi dinobatkan
sebagai bunga nasional, dengan sebutan Puspa Pesona. Anggrek tersebut memiliki ciri khas
bunga berwarna putih bersih dengan lidah kuning keemasan (Rukmana, 2000).
2.3 Perkembangbiakan dan Pemeliharaan Anggrek Phalaenopsis amabilis
Dibandingkan dengan jenis anggrek yang lain, Phalaenopsis memerlukan lebih sedikit
cahaya yaitu sekitar 20-60 % (Iswanto,2001). Sehingga diperlukan naungan shading paranet.
Anggrek phalaenopsis amabilis menyukai tempat yang sejuk dengan suhu antara 21-24 %
dengan kelembaban udara 50-60 %.
Untuk menjaga aliran udara didalam paranet agar tetap sejuk, diperlukan ventilasi atau
pemasangan kipas angin di sudut bagian atas sebagai pembantu sirkulasi dan penyejuk udara.
Karena bila anggrek phalaenopsis ditempatkan pada temperature tinggi anggrek akan mengalami
dehidrasi karena tingginya tingkat penguapan.
Waktu penyiraman anggrek bulan yaitu dua kali, pagi dan sore hari. Dan bila kondisi
mendung cukup disiram satu kali saja. Jangan menyiram terlalu pagi atau terlalu sore, karena
akan meningkatkan kelembaban yang berpotensi menjadi tumbuhnya jamur.
Untuk melindungi pertumbuhan anggrek bulan dari hama maupun jamur. Diperlukan
bahan kimia untuk mengatasinya, seperti fungisida untuk mengatasi jamur dan insektisida untuk
mengatasi serangga. Cara penggunaan insektisida dengan dilarutkan didalam air kemudian
disemprotkan ke daun. Dan untuk fungisida dioleskan di bagian bawah daun.
Selain itu untuk menghasilkan tanaman yang baik diperlukan pemupukan
dengan
maksud memperkaya nutrisi yang diserap anggrek agar menjadi subur yang dilakukan sekali
dalam seminggu. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik cair yang kaya akan unsur
nitrogen (N), phospor (P), dan kalium (K) (Suryanto,2009).
2.4 Media Tumbuh Anggrek Phalaenopsis amabilis
Salah satu syarat penting yang perlu diperhatikan adalah penggunaan media tumbuh.
Fungsi media media tumbuh pada tanaman anggrek sebagai tempat berpijak tanaman serta
penyimpanan hara serat air yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Media tumbuh yang
baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
lain: pakis, mos, atau arang. Tetapi mengingat media tersebut merusak lingkungan, maka
penggunaannya perlu dibatasi atau diganti dengan bahan lain. Jenis jenis media ang digunakan
sebagi ganti antara lain:
1. Pakis
Mempunyai daya mengikat air, aerasi dan drainase yang baik
Melapuk secara perlahan lahan dan hasil lapukan berupa hara yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman
Dijual dalam bentuk pakis tiang, pakis papan, pakis cincang, dan pakis bubuk
Dapat bertahan lebih dari 2 tahun
2. Arang
Tidak lekas malapuk
Tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri
Sukar mengikat air dan miskin zat hara
Hanya mengandung unsur karbon (C) saja sehingga penggunaannya harus
diimbangi dengan pemberian unsur hara lain
Daya tahan lebih dari 2 tahun
3. Mos
Mempunayi daya mengikat air, drainase dan aerasi yang baik
5
pada tabung reaksi atau botol botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan
dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
2. Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikiulturkan. Bagian
tanaman yang sering digunakan untuk kegiaatn kultur jaringan adalah tunas.
3. Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiaan dalam kultur harus dilakukan di tempat
yang steril, yaitu di laminar flow dan mnggunakan alat alatyang steril juga. Sterilisasi
juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara
meraat pada peralatan yang digunakan.teknisi yang melakukan kultur juga harus steril.
Bagian yang sangat penting dalam teknik in vitro adalah sterilisasi bahan tanaman dan
media serta menjaga kondisi aseptic yang telah dicapai. Bakteri dan jamur adalah dua
kontaminan yng paling banyak dijumpai dalam kultur. Spora jamur sangat ringan dtan
ada disekeliling lingkungan. Apabila spora jamur kontak dengan media kultur dan
kondisinya optimal untuk perkecambahan jamur, maka akan terjadi kontaminasi.
Sterilisasi ruang kultur dan ruang transfer
Sterilisasi ruang kultur yang paling baik adalah dilakukan dengan penggunaan
sinar ultraviolet (UV). Waktu sterilisasi bervariasi tergantung dari ukuran ruang
transferitu sendiri dan harus dilakukan apabila tidak ada kegiatan dalam ruang
tersebut. Radiasi uv sangat berbahay bagi mata dan kulit. Ruang transfer dapat
juga disterilisasi dengan mencuci atau mengepel 1-2 kali setiap bulandengan
bahan anti jamur (fungisida) komersial. Ruang kerja dalam laminar flow biasanya
sudah dilengkapi lampu UV, sehingga sterilisasi dilakukan dengan UV dan diikuti
dengan membasuh/melap permukaan tempat bekerja dalam laminar dengan
alcohol 95% sebelum mulai bekerja. Ruang kultur harus dibersihkan dengan
sabun kemudian dilap dengan Na-hypoklorit 2% (merek komersial seperti sunclin,
bayclin atau pembersih lantai lain yang mengandung disinfektan) atau alcohol
95%. Lantai ruangan dan dinding harus dibersihkan seminggu sekali dengan
dengan menggunakan autoclave tidak disarankan untuk bahan yang terbuat dari
metal karena akan menyebabkan karat.
Untuk peralatan diseksi yang akan digunakan pada ruang transfer atau laminar,
setelah disterilisasi dalam oven harus direndam dahulu dalam alcohol 96%
kemudian dibakar diaats lampu bunsen. Teknik ini disebut sterilisasi pembakaran
(flame sterilization). Teknik ini harus dilakukan dengan hati hati karena alcohol
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat PKL
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada bulan 2016, di
Laboratorium kultur jarinngan
3.2 Metode PKL
Untuk melakukan kegiaatan praktek kerja lapangan ini menggunakan metode observasi
berupa interview (wawancara) dengan staf atau karyawan, serta mempraktekkan secara langsung
teknik kultur in vitro tanaman anggrek bulan (Phaleonopsis sp).
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Persiapan
Pada persiapan PKL ini meliputi survey tempat untuk melakukan kegiatan pkl
3.3.2 Cara kerja
1. Wawancara dengan staf dan karyawan untuk mengetahui tentang tahap tahap yang harus
dilalui dalam perbanyakan anggrek Phaleonopsis sp melalui teknik kultur jaringan in vitro
dimulai dari penanaman biji aggrek hingga aklimatisasi.
2. Melakukan praktek langsung dimulai dari :
a. Sterilisasi
b. Pembuatan media
c. Penaburan biji anggrek Phaleonopsis sp pada media LAF
d. Sub kultur anggrek
e. Aklimatisasi
3. Mengambil foto foto dari tiap tahap pelaksanaan kultur jaringan in vitro anggrek
Phaleonopis sp.
10
DAFTAR PUSTAKA
Jenny, J., Rondonuwu, D.D. Pioh. 2009. Kebutuhan Hara Tanaman Hias Anggrek. Soil
Environment. 7(1):73-79
Iswanto, H. 2001. Merawat dan Membungakan Anggrek Phalaenopsis. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Rudhy, A. 2006. Anggrek. Di akses dari http://www.anggrek.org. sept 2016
Rukmana, R. 2000. Budidaya Anggrek Bulan. Yogyakarta: Kanisius.
Suryanto, 2009. Tips merawat anggrek. Di akses dari
http://wawaorchid.wordpress.com/2009/08/29/tips-merawat-anggrek-dendrobium/
Sutiyono, Y. 2009. Peluang Bisnis Anggrek. Jakarta: Penebar Swadaya.
Yulianti, E. 2013 http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/evy-yuianti-2013
msc/budidaya-tanaman-anggrek.pdf .sept 2016.
11