Gerak Harmonik
Gerak Harmonik
1. Gerak Periodik
Suatu gerak yang berulang pada selang waktu yang tetap disebut gerak periodik.
Beberapa contoh dari gerak periodic adalah gerak ayun bandul lonceng, getaran senar
biola, dan gerak ayun dari satu massa yang tergantung pada seutas tali.
Dalam kenyataannya, kebanyakan gerak diatas tidaklah betul-betul periodic karena
pengaruh gaya gesekan yang membuang energy gerak. Jafi benda berayun lama-lama
akan berhenti, dan senar biola tak lama kemudian akan berhenti bergetar. Jika gaya-gaya
gesekan ini dimasukkan dalam hitungan, maka gerak yang terjadi termasuk gerak
periodik teredam.
Pemecahan dari persamaan gerak periodik selalu dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi
sinus atau cosines. Fungsi seperti ini disebut fungsi harmonic. Gerak dengan persamaan
berupa fungsi sinus disebut gerak harmonic sederhana.
Setiap gerak yang berulang dalam selang waktu yang tetap adlah periodic. Jika geraknya
adalah bolak-balik pada gerak yang sama, gerak ini disebut osilasi atau getaran. Satu
getaran (vibrasi) atau satu osilasi adalah satu gerak pulang pergi. Perioda getaran, yaitu
T, adalah waktu yang diperlukan untuk satu getaran. Frekuensi gerak, f, adalah jumlah
getaran dalam satu stuan waktu. Jadi frekuensi adalah kebalikan dari perioda, atau
1
T= f
Posisi saat man aresultan gaya pada benda sama dengan nol, disebut posisi setimbang.
Simpangan (linier atau sudut) adalah jarak (linier atau sudut) dari partikel berosilasi dari
keadaan setimbang. Amplitude gerak yaitu A, adalah simpangan besar.
2. Osilator Harmonik Sederhana
Jika suatu partikel bergetar sekitar suatu posisi setimbang, sedangkan gaya pada partikel
sebanding dengan jarak partikel dari posisi setimbang, maka partikel tersebut dikatakan
melakukan gerak harmonic sederhana. Gaya itu selalu bermaksud mengembalikan
partikel kepada posisi setimbang, dan disebut gaya balik.
Suatu contoh dari osilator harmonic sederhana adalah gerak suatu partikel bermassa yang
diikat pada suatu pegas. Pegas mempunyai sifat elastic; jika ditarik dan kemudian
dilepaskan, pegas akan kembali pada panjang semula.
Sifat elastic ini tidak hanya terjadi pada pegas saja, akan tetapi pada hamper tiap benda,
dalam batas-batas tertentu. Jika sebatang kawat diregangkan dengan suatu gaya, mka
kawat akan bertambah panjang. Jika gaya yang dipergunakan untuk menarik kawat tidak
terlalu besar, maka perpanjangan kawat adalah sebanding dengan gaya yang bekerja.
Ini pertama kali ditemukan oleh Robert Hooke (1635-1703) seorang kenalan Newton.
Hukun hooke dapat dinyatakan sebagai berikut; jika sebuah benda diubah bentuknya,
maka benda itu akan melawan perubahan bentuk (deformasi) dengan gaya yang
sebanding dengan besar deformasi, asalkan deformasi ini tidak terlalu besar. Untuk
deformasi dalam suatu dimensi, atau perubahan panjang saja, maka hokum Hooke dapat
ditulis sebagai:
F=-kx (3-1)
Disini x adalah deformasi atau perubahan panjang, F adalah gaya balik oleh bahan, dan k
adlah suatu tetapan pembanding. Untuk pegas, k disebut tetapan pegas. Tanda negative
menyatakan bahwa gaya selalu melawan deformasi.
Hokum Hooke berlaku pada suatu bahan selama perubahan panjang tidak terlalu besar.
Daerah dimana hukum Hooke berlaku disebut daerah elastic. Jiak suatu benda
mengalami perubahan panjang melampaui daerah elastic, maka benda akan mengalami
perubahan bentuk permanen. Daerah deformasi diluar daerah elastic, disebut daerah
plastic. Dalam daerha plastic perubahan bentuk bersifat permanen. Jiak suatu benda
ditarik melebihi batas elastic, pegas tidak kembali lagi pada panjang semula, karena
struktur atom-atom dalam pegas telah mengalami perubahan.
Dari hokum II newton kita peroleh hubungan
d2 x
d2 x
F=-kx=m dt 2
atau m dt 2 +kx=0
..(3-2)
3. Gerak Harmonik Sederhana
Sekarang marilah kita bahas penyeselaian dari persamaan gerak untuk osilator harmonic
sederhana yaitu
d2 x
m dt 2 +kx=0
(3-2)
Ingat bahwa untuk setiap system dengan massa m diman bekerja gaya F=-k.x, persamaan
ini berlaku. Untuk pegas, tetapan perbandingan k adalah tetapan pegas, dan bergantung
pada kaku tidaknya pegas. Untuk system osilasi yang lain, tetapan pembanding k
mungkin berhubungan dengan sifat-sifat fisis dari system yang bersangkutan.
Persamaan (3-2) diatas adlah suatu persamaan deferensial. Persamaan ini member
hubungan antara suatu fungsi waktu, dengan turunan kedua dari fungsi tersebut terhadap
waktu, yaitu
d2 x
dt 2
d
dt (cos t)=-sin t
d2
d
(cos
t)=dt 2
dt (sin t)=- cos t
dan
adlah ketetapan.
Jika persamaan (3-4) kita ambil deferensial dua kali, kita peroleh
d
d
x ( t )= A cos ( t + )=- A sin ( t + )
dt
dt
dan
d2
x (t )= A
dt 2
cos ( t + )
(3-5)
sedang
k
k
x ( t )= A cos ( t + )
m
m
(3-6)
Jelas bahwa persamaan (1-4) dipenuhi, jika
d2
k
x (t ) + A cos ( t + )=0 atau
dt 2
m
A
cos ( t + )
+k
A cos
( t + )=0
m
Jadi jika
k
= m , maka fungsi x(t)=A cos ( t + ) adalah penyelesaian dari persamaan
jadi masih dapat mempunyai nilai sebarang. Hal ini berarti bahwa untuk setiap nilai A
dan , fungsi
x ( t )= A
cos ( t + )
Sebetulnya ini adalah sifat umum dari persamaan differensial orde dua. Orde dari
persamaan ditentukan oleh turuna yang tertinggi dalam persamaan. Karena persamaan
differensial kita adalah orde dua, makan ada dua tetapan yang tidak tentu. Ini tidak lain
adalah dua tetapan integrasi yang timbul, karena kita harus melakukan integral dua kali,
agar kita memperoleh x(t). akan jelas kemudian, bahwa niali A dan untuk suatu
gerak harmnik ditentukan oleh keadaan partikel pada awal gerak, sekarang marilah kita
lihat apa arti fisis dari tetapan . Jika waktu t pada persamaan (6-4) kita tambah
dengan 2 / maka kita peroleh:
t+
+
x= A cos { 2
}
= A cos ( t + 2 + )
= A cos ( t + )
Jadi fungsi kembali pada niali semula setelah selang waktu 2 / , sehingga 2 /
adalah perioda gerak, yaitu T.
Karena 2=k/m, kita peroleh
m
T=2 / =2 ( k )
Jadi semua gerak yang memenuhi persamaan (6-3) mempunyai osilasi yang sama, dan ini
ditentukan oleh massa m dari pertikel yang bergetar dan tetapan pegas k.
Frekuensi osilator aalah banyaknya getaran penuh dalam satuan waktu, dan diberikan
oleh
1
1
2
k /m
= 2 f=
f= T = 2 = 2
dan
T
Besaran
disebut tetapan
fasa. Dua gerak mungkin mempunyai dua amplitude dan perioda yang sama akan tetapi
dengan fasa yang berbeda. Jika =- /2, misalanya,
x= A cos ( t + ) = A cos ( t +90o)
= A sin t
Sehingga perpindahan x mempunyai nilai sama dengan nol pada saat t=0. Jika nilai
X4(t) = A cos 2 t
Grafik x terhadap t untuk keempat persamaan gerak diatas dilukiskan pada Gb.3-3.
Gb. 3-3a menyatakan gerak harmonic sederhana untuk dua benda dengan persamaan
gerak X1(t) dan X2(t).
Kedua gerak ini berbeda fasa 180o. tampak bahwa jika pada gerak X1(t) benda mencapai
simpangan maksimum positif, benda kedua dengan gerak X2(t) selalu berada pada
simpangan maksimum negative.
Tiap saat simpangan kedua gerak ini selalu sama, hanya tandanya berlawanan.
Kedua benda mencapai titik nol (titik setimbang) selalu ada saat yang sama. Nyata bahwa
gerak kedua bneda ini berlawanan sehubungan dengan ini, dua benda yang bergerak
harmonic dengan dua fasa 180o f dikatakan berlawanan fasa.
Gb. 3-3b menunjukkan grafik x(t) untuk dua benda yang bergerak harmonic dengan fase
sama. Benda pertama bergerak dengan persamaan X 1(t) dan yang kedua dengan
persamaan gerak X3(t). nyata bahwa walaupun amplitude kedua gerak ini berbeda, kedua
benda selalu berada pada simpangan maksimum positif, titik setimbang, dan simpangan
maksimum negative pada saat yang sama. Gerak harmonic serempak seperti ini dikatakan
sefasa.
Gambaran fisis untuk gerak dua harmonic berbeda fasa sebarang tidaklah mudah
dilukiskan dengan kata-kata belaka. Satu cara untuk menggambarkan ini adalah dengan
melukiskan grafik x(t).
Sifat lain dari gerak harmonic sederhana dalah hubungan antara simpangan, kecepatan,
dan percepatan dari partikel yang berisolasi. Marilah kita bandingkan ketiga besaran ini
untuk gerak
X(t)= A cos
dx
Kecepatan v(t)= dt
d2 x
dt 2 , sehingga untuk gerak diatas kita
peroleh
dx
v(t)= dt = - A sin t
a(t)=
d2 x
cos t
dt 2 = - A
4. Ayunan Sederhana
Gerak osilas yang sering dijumpai adalah gerak ayunana. Jika simpangan osilasi tidak
terlalu besar, maka gerak yang terjadi adalah gerak harmonic sederhana.
Ayunan sederhana adalah suatu system yang terdiri dari sebuah massa titik yang
digantung dengan tali tanpa massa dan tak dapat mulur. Ini ditunjukkan pada Gb.3-8.
Jika ayunan ini ditarik kesamping dari posisi setimbang, dan kemudian dilepaskan, maka
massa m akan berayun dalam bidang vertical di bawah pengaruh gravitasi. Gerak ini
adalah gerak osilasi dan periodic. Kita ingin menetukan perioda ayunan.
Pada Gb.3-8, ditunjukan sebuah ayunan dengan panjang l, dengan arah sebuah partikel
bermassa m, yang membuat sudut terhadap arah vertical. Gaya yang bekerja pada
partikel adalah gaya berat mg dan gaya tarik T dlam tali. Kita pilih suatu system
koordinat dengan satu sumbu menyinggung lingkaran gerak (tangensial) dan sumbu lain
dengan arah radial. Kemudian kita uraikan gaya berat mg atas komponen-komponen pada
arah radial, yaitu mg cos , dan arah tangensial, yaitu mg sin .
Komponen radial dari gaya-gaya yang bekerja memberikan percepatan sentripetal yang
diperlukan agar benda bergerak pada busur lingkaran. Komponen tangensial adalah gaya
pembalik pada bagian m yang cenderung mengembalikan massa kepada posisi
setimbang. Jadi gaya pembalik adalah:
F= - mg sin .
akan tetapi
sederhana. Akan tetapi, jika sudut adalah kecil maka sin = (radial).
Simpangan sepanjang busur radial adalah x=l ,
dan untuk sudut yang kecil busur lintasan dapat dianggap sebagai garis lurus, jadi kita
perolehF= - mg sin = - mg = -mg
x
l , atau F= -
mg
l x
jadi untuk simpangan yang kecil , gaya pembalik adalah sebanding dengan simpangan,
dan mempunyai arah berlawanan. Ini bukan lain adalah persyaratan gerak harmonic
sederhana. Tetapan mg/l menggantikan tetapan k pada F= - kx.
Perioda ayunan jika amplitude kecil adalah
m
m
T=2 k = 2
mg /l
Atau T = 2
l
g
Jika kedua gerak ini tidak saling mempengaruhi, atau bebas, maka gerak resultan yang
dialami benda adalah superposisi dari kedua gerak harmonic diatas yaitu
t+
) + X2(t) = A2 cos (
t+
tetapan pegas k1, dan massa M, yaitu massa kereta M1 ditambah massa kereta M2.
Frekuensi 1 ini dapat diatur dengan menambah beban B. frekuensi osilasi kereta M 2
adalah
2=
k2
M2
Sekarang bagaimana kita membuat gerak X1(t) dan X2(t) bebas. Untuk menguji ini
misalkan pegas k1 kita biarkan kendor, pegas k2 ditekan kemudian dilepaskan. Jika kedua
gerak ini bebas maka waktu kereta M2 berisolasi, kereta M1 tetap ditempat. Untuk nilai M2
yang hamper sama dengan massa M1 ini sukar dicapai. Kereta M1 harus bergerak karena
gerak M2. Kita dapat usahakan agar pengaruh gerak M2 dan M1 sekecil mungkin dapat
membuat massa kereta M1 jauh lebih besar dari kereta M2.