Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

EKOSISTEM

Disusun Oleh :
Kelompok
Dian Novita

(15308141037)

Yuli Ana Dwi Handayani

(15308141055)

M. Luqmanul Hakim (15308144007)


Norma Fauziyah

(15308144008)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

EKOSISTEM

A. TUJUAN
1. Mengenali komponen penyusun ekosistem baik biotik maupun
abiotik
2. Mengklasifikasi komponen ekosistem yang teridentifikasi ke dalam
kelompok :
a. Edatik dan klimatik, organik dan anorganik untuk komponen
abiotik
b. Nama jenis dan tingkatan trofik, untuk komponen biotik
3. Mencari hubungan antara komponen penyusun ekosistem
4. Mengevaluasi
ekosistem
yang
dipelajarinya,
berdasarkan
kelengkapan komponen penyusunnya.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Ekologi yang merupakan suatu pengkajian ilmiah mengenai
ekosistem (Cambell, Reece, Mitchell, 2004), sedangkan ekosistem
merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
lingkungannya

(Resosoedarmo,

Kartawinata,

Soegiarto,

1985).

Terestrial merupakan wilayah daratan atau permukaan tanah.


Ekosistem

Terestrial

merupakan

hubungan

timbal

balik

antar

makhluk hidup dan lingkungannya di wilayah daratan.


Pada tingkatan inklusif, suatu ekosistem melibatkan dua
proses yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya pada tingkat yang
lebih rendah, yaitu aliran energi dan siklus kimia (Cambell, Reece,
Mitchell, 2004). Pada dasarnya ekosistem merupakan bagian dasar
dari suatu ekologi, dimana aliran energi dan siklus kimia masuk dan
berada pada dua komponen di dalam suatu ekosistem, yaitu
komponen

biotik

dan

komponen

abiotik

(Resosoedarmo,

Kartawinata, Soegiarto, 1985).


Ekosistem merupakan bagian dari tingkat organisasi, makhluk
hidup mempunyai tingkat organisasi dari tingkat yang paling
sederhana sampai tingkat yang paling kompleks. Sebuah ekosistem
terdiri atas semua organisme hidup (faktor biotik) dan lingkungan
abiotik (udara, tanah, air) yang mengelilinginya serta dapat

menompang semua kebutuhan hidupnya sendiri dengan bantuan


sinar matahari. Misalnya sebuah hutan, danau, padang rumput,
kolam. Dengan bantuan energi matahari, tumbuhan yang berklorofil
mampu mengubah senyawa anorganik (CO2 dan H2O) menjadi
senyawa organik (C6H12O6) melalui fotosintesis (Campbell, 2009).
Ekosistem

merupakan

kesatuan

interdependen

dari

masyarakat biotik dan lingkungan abiotiknya atau dapat juga


dikatakan sebagai interaksi antara populasi dalam suatu komunitas
biotik dengan faktor abiotiknya (Djarubito, 1989). Batas ekosistem
umumnya tidak dapat dipastikan dengan jelas. Ekosistem dapat
berawal dari mikrokosmos laboratorium, danau hingga hutan. Para
ahli

ekologi

menganggap

keseluruhan

biosfer

sebagai

suatu

ekosistem global yang merupakan gabungan seluruh ekosistem


yang ada di bumi. Faktor-faktor abiotik yang mempengaruhinya
adalah suhu, air, cahaya matahari,

iklim serta tanah dan batuan

(Campbell et al, 2004).


a. Faktor Abiotik
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor
fisik

dan

kimia.

Faktor

fisik

utama

yang

mempengaruhi

ekosistem adalah sebagai berikut :


1. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu
merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada
jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu
tertentu. Suhu lingkungan merupakan faktor penting dalam
ekosistem karena pengaruhnya pada proses fisiologis organisme
penghuni ekosistem. Naiknya suhu 10C pada suhu yang masih
dapat ditoleransi suatu organisme maka metabolisme tubuh naik
dua

kali

lipat.

Terlalu

tinggi

suhu

menyebabkan

enzim

terdenaturasi dan rendahnya suhu lingkungan menyebabkan


enzim organisme terkait tidak bekerja secara optimal (Isnaeni,
2006).
2. Cahaya Matahari

Cahaya

matahari

mempengaruhi

ekosistem

secara

global karena matahari menentukan suhu. Cahaya matahari juga


merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai
produsen untuk berfotosintesis. Matahari menjadi sumber energi
utama yang menggerakkan hampir seluruh ekosistem, meskipun
hanya

tumbuhan

dan

organisme

fotosintetik

lain

yang

menggunakan sumber energi ini secara langsung dengan


menyerap sekitar 400 700 nm ( Salisbury dan Ross,1995).
Cahaya juga penting bagi perkembangan dan perilaku banyak
tumbuhan dan hewan yang sensitif terhadap fotoperiode, yaitu
panjang relatif siang dan malam hari (Winarno dan Agustinah,
2007).
3. Air
Air
dibutuhkan

berpengaruh
untuk

terhadap

kelangsungan

ekosistem
hidup

karena

organisme.

air
Bagi

tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan,


dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan
sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi
bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik
lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut
dan

pelapuk.

organisme

Sifat-sifat

dan

air

yang

lingkungannya.

unik

Air

berpengaruh

sangat

penting

pada
bagi

kehidupan, tetapi ketersediaannya bervariasi secara dramatis di


berbagai habitat. Organisme air tawar dan air laut hidup
terendam di dalam suatu lingkungan akuatik, tetapi organisme
tersebut dapat menghadapi permasalahan keseimbangan air.
Organisme

di

lingkungan

terestrial

menghadapi

ancaman

kekeringan (Campbell et al, 2004).


4. Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis
tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup
didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur
penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.

Struktur fisik, pH, dan komposisi mineral batuan serta tanah


akan

membatasi

persebaran

tumbuhan

dan

hewan

yang

memakannya, sehingga menjadi salah satu penyebab timbulnya


pola

mengelompok

pada

area

tertentu

yang

acak

pada

ekosistem terrestrial. (Campbell et al, 2004).


5. Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan
juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu. Angin
juga dapat mempengaruhi suhu udara pada suatu ekosistem.
Angin memperkuat pengaruh suhu lingkungan pada organisme
dengan cara meningkatkan hilangnya panas melalui penguapan
(evaporasi) dan konveksi. Angin juga menyebabkan hilangnya air
di organisme dengan cara meningkatkan laju penguapan pada
hewan dan laju transpirasi pada tumbuhan. Empat faktor
pertama

yaitu

suhu,

air,

cahaya,

dan

angin

merupakan

komponen utama iklim (climate). Iklim adalah kondisi cuaca


yang dominan pada suatu lokasi (Campbell et al, 2004).
6. Kelembaban
Kelembaban merupakan salah satu komponen abiotik di
udara dan tanah. Kelembaban di udara berarti kandungan uap
air di udara, sedangkan kelembaban di tanah berarti kandungan
air dalam tanah. Kelembaban diperlukan oleh makhluk hidup
agar

tubuhnya

tidak

cepat

kering

karena

penguapan.

Kelembaban yang diperlukan setiap makhluk hidup berbedabeda. (Diah Aryulina,2004:269)


7. pH Tanah
Salah satu cara yang praktis untuk pengukuran pH di
lapangan adalah menggunakan soil tester yang banyak dijual di
toko peralatan pertanian. Cara penggunaannya adalah dengan
ditancapkan keseluruhan sensor (probe) soil tester ke dalam
tanah dan pH lansung dapat terbaca. Setelah dipakai, probe
segera dibersihkan bagian sensor dari bekas-bekas tanah
dengan air akuades.
b. Faktor Biotik

Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua


makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam
ekosistem, produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora,
karnivora,

dan

omnivora),

dan

dekomposer/pengurai

(mikroorganisme). Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan


organisme yang meliputi :
1. Individu
Individu merupakan organisme tunggal. Contohnya :
seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang
pohon kelapa, dan seorang manusia.
2. Populasi
Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup
pada suatu daerah dan waktu tertentu. Contohnya kumpulan
ikan lumba-lumba, kumpulan pohon karet dll.
3. Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang
hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling
berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Contohnya
komunitas ikan piranha di sungai Amazon.

C. METODE PRAKTIKUM
1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat Pelaksanaan : Kebun Biologi dan Hutan Biologi FMIPA UNY
Waktu Pelaksanaan
: Rabu, 14 September 2016
2. Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat yang digunakan :
- Tali rafia
- Lux meter
-Thermometer
- Higrometer
- Kantung plastik
- Soil tester
- Label

- pH stick
- Alat dokumentasi
- Anemometer - Alat Tulis
3. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mencari sebidang tanah yang akan digunakan untuk melakukan
pengamatan
3. Membuat plot dengan tali rafia sebesar 2 x 2 meter pada lokasi
yang diinginkan
4. Mengamati dan mendata species yang terdapat pada plot
tersebut
5. Mengamati dan mendata komponen biotik dan abiotik yang ada
pada plot
6. Identifikasi

tingkatan

setiap

komponen

biotik

dalam

plot

(termasuk produsen, konsumen maupun dekomposer)


7. Mengukur kelembapan udara plot dengan higrometer
a) Mengaktifkan alat
b) Menggantung alat didahan pohon sekitar plot dengan tali
c) Tunggu sampai stabil selama 30 menit
8. Mengukur kelembapan tanah dan pH tanah dengan soil tester
a) Menggali tanah kemudian disiram air
b) Tancap dan kubur soil tester sampai melewati ujung alat
yang berbentuk kerucut
c) Tunggu sampai angka pengukuran bergerak
d) Baca hasil pengukuran (jarum bagian atas untuk mengukur
kelembapan dan jarum bagian bawah untuk mengukur pH
9. Mengukur intensitas cahaya dengan lux meter
a) Mengaktifkan alat dengan menekan tombol power
b) Arahkan alat menghadang cahaya
c) Gunakan dengan skala lux
d) Satuan ukuran A karena satuan 1,000
10. Mengukur kecepatan angin dengan Anemometer
a) Terdapat 3 tombol : mode, fahrenheit, set
b) Untuk mengganti derajat tekan tombol mode dan ganti
celcius
c) Untuk mengubah satuan tekan tombol set
d) Arahkan menghadang arah angin
e) Untuk mematikan tekan tombol set tahan sampai alat mati
Satuan ukuran m/s
11. Mengukur suhu tanah dengan Termometer
a) Gali tanah yang lunak didalam plot
b) Masukan air sampai tergenang pada liang tanah tersebut
c) Masukan termometer
sampai skala
tertentu tanpa
memegang kacanya
d) Tunggu beberapa menit kemudian angkat dan catat
e) Ulangi hal tersebut sebanyak 3 kali

f) Jika ingin menetralkan termometer kibas termometer sambil


memegang ujung termometer dengan hati-hati.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil
Lokasi Plot 1 dan Plot 2: Kebun Biologi UNY
Tekstur tanah
: Padat Berpasir
Lokasi Plot 3 dan Plot : Hutan Bioloi UNY
Tekstur tanah
: Padat Liat
Edatif
No Faktor Abiotik

1
2

Klimatik
Tidak

Diolah
Plot

Plot

Diolah
Plot
Plot

Kelembaban

1
15

2
10

3
21

4
21

tanah

pH tanah

6,6

6,8

6,2

6,5

Tidak

Diolah
Plot

Plot

Diolah
Plot
Plot

No
.
1
2
3
4
5
6

Nama Flora dan Diolah


Plot 1
3 Fauna
Suhu tanah
300
310C
Biophytum sp.
18
C
Rumput Gajah
34
4
Kelembaban
Solanum torvum 4
udara hirta
Euphorbia
1
5 Blumea
Kecepatan
lacera
2
Ageratum
3
angin
6 conyzoider
Intensitas

Plot02
27 C
0
19
0
0
5
4

Tidak Diolah
Plot 3
Plot
270C
0
0
0
0
68
65
0
0
0
0
1,1
0,4
0
0
0
0
318
304

7
8

Acalypha
cahayaindica
Palicum

1
20

2
14

0
0

0
0

9
10

malataricum
Tumbuhan I
Solanum

6
2

0
0

0
0

0
0

11
12
13
14
15
16
17

melongena
Phaseolus sp.
Tumbuhan L
Tumbuhan M
Tumbuhan N
Tumbuhan O
Typhonium sp.
Cosmos

1
1
3
12
0
0
0

0
0
0
23
>30
7
1

0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0

18
19
20
21
22
23
24

caudatus
Tumbuhan R
Angsana sp.
Tumbuhan T
Tumbuhan U
Tumbuhan V
Tumbuhan W
Tumbuhan

0
0
0
0
0
0
1

3
6
0
0
0
0
0

0
0
1
1
1
0
0

0
0
2
1
5
1
0

25
26
27
28
29
30
31
32

Bayam
Rumput Teki
Tanaman Kelapa
Tanaman Cabe
Tanaman Sirsak
Rayap
Lalat Hijau
Semut Hitam
Semut
Hitam

7
0
0
0
1
1
17
0

5
1
1
11
0
1
0
6

0
0
0
0
0
1
24
0

0
0
0
0
0
0
19
0

33
34

Besar
Lebah Kecil
Anggang-

0
0

1
1

0
0

0
0

35

anggang
Hewan X

4
74
0,2
223

73
0,4
240

2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan pada hari
Rabu tanggal 14 September 2016 di Kebun Biologi dan Hutan
Biologi mengenai pengamatan
kita

lakukan

adalah

ekosistem, langkah pertama yang

mencari

area

lahan/

tanah

dengan

perbandingan diolah dan tidak diolah. Selanjutnya, menggunakan


tali atau rafia, kami membuat masing- masing 2 plot untuk lahan
yang diolah dan tidak diolah dengan ukuran 2x2 m. Menggunakan
alat tulis dan kamera, kami mendata semua komponen biotik
ekosistem yang ada di masing- masing plot tersebut. Setelah
semua tumbuhan dan hewan terdata, selanjutnya mengukur unsur
edafik masing- masing plot, seperti pH tanah, kelembaban udara,
kelembapan tanah, dan suhu tanah. Selain edafik, kita juga perlu
mendata unsur klimatik diantaranya intensitas cahaya, kecepatan
angin, dan kelembaban udara. Kami memperoleh hasil seperti
berikut :
A. Tanah Yang Diolah
a. Plot 1
Pada plot satu, dengan kondisi tanah yang padat
berpasir diperoleh macam- macam komponen biotik seperti
berikut :
No

Nama

Jumla

Nama

Jumla

1
2

Tumbuhan
Biophytum sp.
Rumput Gajah

h
18
34

o
9
10

Tumbuhan
Tumbuhan I
Solanum

h
6
2
1
1
3
12
7
1

3
4
5
6

Solanum torvum
Euphorbia hirta
Blumea lacera
Ageratum

4
1
2
3

11
12
13
14

melongena
Phaseolus sp.
Tumbuhan L
Tumbuhan M
Tumbuhan N

7
8

conyzoider
Acalypha indica
Palicum

1
20

15
16

Rumput Teki
Tanaman Bayam

malataricum

Nama Hewan

Jumlah

o.
1.

Lalat Hijau

2.

Semut Hitam

17

3.

Rayap

Berdasarkan data yang telah didapat diatas maka dapat


ditarik pernyataan mengenai tingkat trofik ekosistem pada
plot 1 tanah yang diolah. Tingkat tropik pertama berupa
produsen ditempati oleh semua rumput dan tumbuhan di plot
1. Tingkat tropik II adalah Konsumen primer atau herbivora,
pada plot 1 yaitu semut. Tingkat trofik III adalah konsumen
sekunder yaitu lalat. Tingkat trofik IV berupa Dekomposer atau
Detritivor, pada plot 1 rayap sebagai detritivor dan makhluk
organisme

sebagai

dekomposer.

Produsen

yang

bersifat

autotrof selalu menempati tingkatan tropik utama, herbivora


menempati tingkat tropik kedua, dan seterusnya. Jumlah
produsen selalu lebih banyak dari pada konsumen dengan
tujuan untuk menjadikannya sebagai keseimbangan sebuah
ekosistem.
Rantai makanan merupakan proses aliran energi melalui
memakan dan dimakan antar organisme yang berlangsung
secara

teratur

dan

membentuk

suatu

garis

tertentu.

Sedangkan jaring-jaring makanan adalah kumpulan dari rantai


makanan yang saling berhubungan dan membentuk skema
mirip jaring. Pada plot satu terbentuk jaring-jaring makanan
dimana semua tumbuhan dan rumput berperan sebagai
produsen yang nantinya akan dimakan oleh konsumen tingkat
satu dalam hal ini yaitu semut. Setelah semut nanti mati, akan
diuraikan oleh dekomposer. Dalam hal ini detritivor (rayap)
juga berperan sebagai pengurai namun yang diuraikan adalah
tumbuhan yang telah mati. Maka dari itu, kita menyebutnya
sebagai jaring-jaring makanan bukan rantai makanan. Selain

itu, pada plot satu kami juga menemukan lalat hijau yang
hinggap sejenak kemudian terbang. Oleh karena itu kami tidak
memasukkannya ke dalam jaring-jaring makanan.
Pada plot 1 yang tanahnya padat berpasir dan diolah,
memiliki keanekaragaman tumbuhan tinggi. Selain karena
tanah tersebut telah diolah, juga didukung oleh faktor abiotik
yang baik untuk tumbuhan tersebut. Hal itu terbukti dari data
abiotik yang kita peroleh.
Data komponen abiotik yang kami dapat dari plot 1
meliputi , unsur edafik berupa kelembaban tanah dan ph
tanah menggunakan soil tester, suhu tanah menggunakan
termometer, dan unsur klimatik berupa intensitas cahaya
dengan

menggunakan

menggunakan

lux

meter,

anemometer,

dan

kecepatan

angin

kelembaban

udara

menggunakan higrometer adalah sebagai berikut :


No
1
2
3
4
5
6

Komponen Abiotik

Hasil

Kelembaban Tanah
Ph tanah
Suhu tanah
Intensitas cahaya
Kecepatan angin
Kelembaban udara

Pengamatan
68
6,6
15%
318
1,1
300C

b. Plot 2
Pada plot 2 dengan kondisi tanah berpasir, diperoleh
macam- macam komponen biotik sebagai berikut :
N

Nama Tumbuhan/Hewan

Jumlah

o
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Rumput Gajah
Solanum torvum
Ageratum conyzoider
Acalypha indica
Palicum malataricum
Tumbuhan N

19
5
4
2
14
23

7.
8.
9.
10

Tumbuhan O
Typhonium sp.
Cosmos caudatus
Tumbuhan R

>30
7
1
3

.
11 Angsana sp.

.
12 Tumbuhan T

.
13 Rumput Teki

.
14 Pohon Kelapa

.
15 Tanaman Sirsak

11

.
16 Tanaman Cabai

.
17 Lebah Kecil

.
18 Anggang-anggang

.
19 Lalat Hijau

.
20 Semut Hitam Besar

Berdasarkan data yang telah didapat diatas maka dapat


ditarik pernyataan mengenai tingkat trofik ekosistem pada
plot 2 tanah yang diolah.Tingkat trofik pertama berupa
produsen ditempati oleh semua rumput dan tumbuhan.
Tingkat trofik II adalah Konsumen primer atau herbivora, pada
plot 2 yaitu semut hitam dan lebah kecil. Tingkat trofik IV
berupa Dekomposer, pada plot 2 yaitu mikroorganisme. Di plot
2 ini tidak ditemukan konsumen sekunder atau Tingkat trofik
III (Karnivora). Pada plot 2 terdapat berbagai macam jenis
tumbuhan yang bertindak sebagai produsen, beberapa hewan
sebagai

konsumen

dan

dekomposer.

Ketiga

komponen

tersebut saling berhubungan satu sama lain, dan berperan


dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Pada plot 2 yang tanahnya padat berpasir dan diolah,
memiliki keanekaragaman tumbuhan tinggi. Selain karena
tanah tersebut telah diolah, juga didukung oleh faktor abiotik
yang baik untuk tumbuhan tersebut. Hal itu terbukti dari data
abiotik yang kita peroleh.
Data komponen abiotik yang kami dapat dari plot 2
meliputi , unsur edafik berupa kelembaban tanah dan ph
tanah menggunakan soil tester, suhu tanah menggunakan
termometer, dan unsur klimatik berupa intensitas cahaya
dengan

menggunakan

menggunakan

lux

anemometer,

meter,
dan

kecepatan

angin

kelembaban

udara

menggunakan higrometer adalah sebagai berikut :

No
1
2
3
4
5
6

Komponen Abiotik

Hasil

Kelembaban Tanah
Ph tanah
Suhu tanah
Intensitas cahaya
Kecepatan angin
Kelembaban udara

Pengamatan
65
6,8
10%
304
0,4
310C

c. Plot 3
Pada plot tiga, dengan kondisi tanah yang padat berpasir
diperoleh macam- macam komponen biotik seperti berikut :
Komponen
Biotik
Flora

No Nama
1
2
3

Tumbuhan/Hewan
Tumbuhan T
Tumbuhan U
Tumbuhan V

Jumlah
1
1
1

Fauna

1
2

Lalat Hijau
Semut Hitam

1
24

Berdasarkan data yang telah didapat diatas maka dapat


ditarik pernyataan mengenai tingkat trofik ekosistem pada
plot 3 tanah yang tidak diolah. Tingkat tropik pertama berupa
produsen ditempati oleh semua rumput dan tumbuhan di plot
3. Tingkat tropik II adalah Konsumen primer atau herbivora,
pada plot 3 yaitu semut. Tingkat trofik IV berupa Dekomposer
atau Detritivor, pada plot 3 makhluk organisme sebagai
dekomposer. Pada plot ini tidak ditemukan konsumen tingkat II
atau

konsumen

ditemukan

sekunder

hewan

yang

(Karnivora).

belum

Dalam

teridentifikasi

plot
yang

ini
kita

namakan dengan hewan x. Karena belum teridentifikasi, maka


kami tidak memasukkannya ke dalam jaring-jaring makanan.
Produsen yang bersifat autotrof selalu menempati tingkatan
tropik utama, herbivora menempati tingkat tropik kedua, dan
seterusnya. Jumlah produsen selalu lebih banyak dari pada
konsumen

dengan

tujuan

untuk

menjadikannya

sebagai

keseimbangan sebuah ekosistem.


Rantai makanan merupakan proses aliran energi melalui
memakan dan dimakan antar organisme yang berlangsung
secara

teratur

dan

membentuk

suatu

garis

tertentu.

Sedangkan jaring-jaring makanan adalah kumpulan dari rantai


makanan yang saling berhubungan dan membentuk skema
mirip jaring. Pada plot 3 terbentuk jaring-jaring makanan
dimana semua tumbuhan dan rumput berperan sebagai
produsen yang nantinya akan dimakan oleh konsumen tingkat
satu dalam hal ini yaitu semut dan hewan x. Setelah semut
dan hewan x nanti mati, akan diuraikan oleh dekomposer.
Pada plot ini tidak ada detritivor sehingga tumbuhan yang
mati akan diuraikan pula oleh dekomposer. Selain itu, pada

plot 3 kami juga menemukan lalat hijau yang hinggap sejenak


kemudian

terbang.

Oleh

karena

itu

kami

tidak

memasukkannya ke dalam jaring-jaring makanan.


Pada plot 3 yang tanahnya padat liat dan tidak diolah,
memiliki keanekaragaman yang rendah. Selain karena tanah
tersebut telah diolah, juga didukung oleh faktor abiotik yang
baik untuk tumbuhan tersebut. Hal itu terbukti dari data
abiotik yang kita peroleh.
Data komponen abiotik yang kami dapat dari plot 3
meliputi , unsur edafik berupa kelembaban tanah dan ph
tanah menggunakan soil tester, suhu tanah menggunakan
termometer, dan unsur klimatik berupa intensitas cahaya
dengan

menggunakan

menggunakan

lux

meter,

anemometer,

dan

kecepatan

angin

kelembaban

udara

menggunakan higrometer adalah sebagai berikut :


No
1
2
3
4
5
6

Komponen Abiotik

Hasil

Kelembaban Tanah
Ph tanah
Suhu tanah
Intensitas cahaya
Kecepatan angin
Kelembaban udara

Pengamatan
74
6,2
21%
223
0,5
270C

d. Plot 4
Pada plot tiga, dengan kondisi tanah yang padat berpasir
diperoleh macam- macam komponen biotik seperti berikut :
Komponen

No Nama

Abiotik
Flora

Fauna

Jumlah

Tumbuhan/
1
2
3
4
1

Hewan
Tumbuhan T
Tumbuhan U
Tumbuhan V
Tumbuhan W
Semut Hitam

2
1
5
1
19

Berdasarkan data yang telah didapat diatas maka dapat


ditarik pernyataan mengenai tingkat trofik ekosistem pada
plot 4 tanah yang tidak diolah. Tingkat tropik pertama berupa
produsen ditempati oleh semua rumput dan tumbuhan di plot
4. Tingkat tropik II adalah Konsumen primer atau herbivora,
pada plot 4 yaitu semut. Tingkat trofik IV berupa Dekomposer
atau Detritivor, pada plot 4 makhluk organisme sebagai
dekomposer.

Produsen

yang

bersifat

autotrof

selalu

menempati tingkatan tropik utama, herbivora menempati


tingkat tropik kedua, dan seterusnya. Jumlah produsen selalu
lebih banyak dari pada konsumen dengan tujuan untuk
menjadikannya sebagai keseimbangan sebuah ekosistem.
Rantai makanan merupakan proses aliran energi melalui
memakan dan dimakan antar organisme yang berlangsung
secara

teratur

dan

membentuk

suatu

garis

tertentu.

Sedangkan jaring-jaring makanan adalah kumpulan dari rantai


makanan yang saling berhubungan dan membentuk skema
mirip jaring. Pada plot 4 terbentuk rantai makanan dimana
semua tumbuhan dan rumput berperan sebagai produsen
yang nantinya akan dimakan oleh konsumen tingkat satu
dalam hal ini yaitu semut. Setelah semut nanti mati, akan
diuraikan oleh dekomposer. Pada plot ini tidak ada detritivor
sehingga tumbuhan yang mati akan diuraikan pula oleh
dekomposer.
Pada plot 4 yang tanahnya padat liat dan tidak diolah,
memiliki keanekaragaman yang rendah. Selain karena tanah
tersebut telah diolah, juga didukung oleh faktor abiotik yang
baik untuk tumbuhan tersebut. Hal itu terbukti dari data
abiotik yang kita peroleh.

Data komponen abiotik yang kami dapat dari plot 1


meliputi , unsur edafik berupa kelembaban tanah dan ph
tanah menggunakan soil tester, suhu tanah menggunakan
termometer, dan unsur klimatik berupa intensitas cahaya
dengan

menggunakan

menggunakan

lux

anemometer,

meter,
dan

kecepatan

angin

kelembaban

udara

menggunakan higrometer adalah sebagai berikut :


No
1
2
3
4
5
6

Komponen Abiotik

Hasil

Kelembaban Tanah
Ph tanah
Suhu tanah
Intensitas cahaya
Kecepatan angin
Kelembaban udara

Pengamatan
73
6,5
21%
240
0,4
270C

Dalam hal ini kita dapat mengidentifikasi bahwa ekosistem


yang berbeda memiliki komponen biotik dan abiotik yang berbeda
pula. Bahkan jika itu dalam kategori ekosistem yang sama namun di
plot yang berbeda pun komponen biotik dan abiotik nya juga
berbeda. Jika kita analisis dari pemaparan data diatas, dapat
diketahui bahwa pada plot 1 ekosistem tanah yang diolah memiliki
keanekaragaman flora yang tinggi bahkan dapat dikatakan memiliki
keanekaragaman tumbuhan paling tinggi daripada di plot yang
lainnya.
Diketahui pula terdapat beberapa tumbuhan di plot 1 yang
terdapat di plot 2, tumbuhan tersebut adalah rumput gajah, Blumea
lacera, Ageratum conyzoider, Acalypha indica, Palicum malataricum,
dan Tumbuhan N. Dan fauna yang terdapat pada plot 1 juga lebih
banyak ditemukan daripada di plot 2. Perbedaan keanekaragaman
flora maupun fauna pada kedua plot ini dikarenakan pada ekosistem
tanah yang diolah ini kami membuat plot yang saling berjauhan.
Plot 1 berada di sebelah paling barat tanah yang diolah dan plot 2
berada di bagian paling timur tanah yang diolah. Saat mengamati

plot 2 ditemukan bekas pembakaran sampah di sekitar plot, adanya


sekam-sekam

dan

beberapa

ranting

yang

sudah

hangus

mengindikasikan adanya sisa-sisa pembakaran. Hal tersebut tentu


saja mempengaruhi komponen-komponen ekosistem di dalamnya.
Selain

itu,

terdapat

faktor

lain

yang

mengakibatkan

perbedaan komponen biotik pada plot 1 dan plot 2, diantaranya


kelembaban tanah. Pada plot 1, kelembapan tanahnya 5% lebih
tinggi dari pada di plot 2. Kelembapan tanah sendiri merupakan
kandungan jumlah air yang terdapat dalam pori- pori tanah
sehingga apabila kelembapan tanah terlalu rendah atau tinggi maka
dapat mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan tersebut.Selain
kelembaban tanah faktor abiotik lain yang mempengaruhi yaitu
kelembaban udara,suhu,kecepatan angin dan intensitas cahaya.
Sehingga
kondisi

apabila

yang

komponen-komponen

seimbang

maka

abiotik

mendukung

tersebut

pertumbuhan

pada
dari

berbagai macam jenis tumbuhan pada daerah tersebut.


Intensitas cahaya yang diperoleh pada plot 1 dan plot 2 yaitu
sebesar 318 luxmeter dan 304 luxmeter. Intensitas cahaya sangat
mempengruhi pertumbuhan tanaman karena peran dari cahaya
matahari itu sendiri sebagai energi untuk melakukan proses
fotosintesis, akan tetapi apabila intensitas cahaya yang terlalu tinggi
maka dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan tersbut. Adapun
pengaruh cahaya dapat dilihat pada hasil pengamatan yang
dilakukan pada plot 1 dan 2. Pada plot 1 tumbuhan yang diperoleh
beranekaragam akan tetapi morfologi daunnya sedikit menguning.
Hal ini berbeda dengan plot 2 dimana intensitas cahaya lebih
rendah sehingga warna dauunya lebih hijau. Akan tetapi intensitas
cahaya dari kedua plot tersebut dapat dinyatakan sedang atau tidak
terlalu tinggi sehingga menyebabkan tumbuhan yang berada pada
kedua plot tersebut dapat beradaptasi.
Plot 3 dan 4 letaknya berdekatan, oleh karena itu komponen
biotik dan abiotiknya tidak jauh berbeda. Pada plot 3 ditemukan

tumbuhan T, U, dan V. Pada plot 4 pun juga ditemukan tumbuhan T,


U, dan V. Namun bedanya pada plot 4 ditemukan tumbuhan W
sedangkan pada plot 3 tidak ditemukan tumbuhan W. Dan hewan
yang ditemukan pada plot 3 yaitu semut, hewan x, dan lalat hijau.
Sedangkan pada plot 4 hanya ditemukan semut. Dari paparan
tersebut maka dapat dikatakan bahwa antara plot 3 dan plot 4 tidak
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada komponen
biotik penyusun ekosistemnya. Hal tersebut terjadi karena letak
antar plot yang berdekatan.
Pada plot 3 dan 4 keanekaragaman yang rendah disebabkan oleh berbagai
faktor abiotik diantaranya Kelembaban udara, PH tanah, kelembaban tanah,Intensitas
cahaya,kecepatan angin dan suhu. Pada plot 3 dan 4 suhu tanah sebesar 27 C, hal ini
berbeda dengan suhu tanah pada plot 1 dan 2 sebesar 30C. Perbedaan suhu tersebut
juga disebabkan oleh faktor abiotik lain seperti kelembaban udara. Kelembaban udara
pada plot 3 dan 4 lebih besar yaitu sebesar 73 dan 74 sedangkan pada plot 1 dan 2
lebih rendah. Kelembaban udara pada tanah yang tidak diolah lebih besar dikarenakan
pada area tersebut, tumbuhan yang tumbuh cendrung berbentuk pohon yang tinggi
dengan dedaunan yang berwarna hijau sehingga transpirasi dari tumbuhan tersebut
mempengaruhi kelembaban udara pada plot 3 dan 4. Sedangkan untuk faktor abiotik
(PH tanah) pada plot 3 diperoleh PH tanah sebesar 6,2 sedangkan pada plot 4
diperoleh PH tanah sebesar 6,5. Ph tanah pada plot tersebut sedikit asam, hal ini
dikarenakan banyaknya dedaunan yang gugur ke tanah sehingga mempengaruhi
keasaman tanah pada area atau plot yang diamati. Sedangkan untuk intensitas cahaya
pada tanah yang tidak diolah memiliki intensitas cahaya yang lebih rendah, sehingga
warna dedaunan pada plot tanah yang tidak diolah lebih hijau dan cenderung
ditumbuhi oleh pepohonan yang tinggi.
Berdasarkan penjabaran plot 1, 2, 3, dan 4, maka kita dapat
membandingkan komponen abiotik dan biotik ekosistem tanah yang
diolah dan tidak diolah. Tanah yang diolah lebih dirawat dan
diusahakan oleh manusia agar cahaya dapat masuk lebih banyak ke
dalam ekosistem tersebut. Sehingga jarang ditemui tumbuhan
berukuran tinggi yang menaungi tanah dibawahnya. Oleh karena

banyak cahaya yang masuk, maka pada tanah yang diolah


umumnya

tumbuhan

yang

tumbuh merupakan jenis

rumput-

rumputan (berukuran pendek) dan beraneka ragam. Berbeda


dengan kondisi tanah yang tidak diolah, tumbuhan yang terdapat
didalamnya lebih banyak tumbuhan berukuran tinggi dan rimbun,
sehingga cahaya matahari yang masuk lebih sedikit intensitasnya.
Mengakibatkan

tanah

dibawahnya

ternaungi,

dan

tumbuhan

berukuran pendek (rumput-rumputan) sukar atau jarang tumbuh.


Selain intensitas cahaya, faktor abiotik yang mempengaruhi adalah
pH. Pada tanah yang diolah pH tanah yang didapatkan cenderung
mendekati netral. Karena netral, maka keseimbangan ekosistemnya
jauh lebih baik. Sedangkan pada kondisi tanah yang diolah pH
tanahnya mendekati asam sehingga keseimbangan ekosistemnya
lebih rendah.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan
bahwa :
a. Komponen penyusun biotik pada tanah yang diolah lebih
beranekaragam daripada komponen penyusun

biotik pada

tanah yang tidak diolah, begitu juga komponen abiotiknya, pada


tanah yang diolah komponen abiotiknya lebih mendukung
komponen biotik yang lebih beranekaragam daripada tanah
yang tidak diolah.
b. Pada tanah yang diolah, lebih mendukung terjadinya jaringjaring makanan yang lengkap.
c. Komponen abiotik sangat berpengaruh terhadap komponen
biotik penyusun ekosistem
d. Ekosistem tanah yang diolah dan tidak diolah komponen
penyusunnya sudah lengkap, karena pada keduanya telah
terjadi rantai maupun jaring-jaring makanan yang terdiri dari
produsen, konsumen, dan dekomposer, meskipun konsumennya
kurang beranekaragam
2. Saran

Saran untuk pembaca : Dianjurkan untuk melakukan pengamatan


lebih lanjut dan mendetail untuk memperoleh data yang lebih
lengkap
Saran untuk praktikan : Hendaknya lebih dapat memanage waktu,
agar pelaksanaan praktikum lebih efisien sehingga data yang
didapat lebih lengkap dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Aryulina, Diah. 2004. Biologi 1. Jakarta : Erlangga.
Brotowidjojo, Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.
Campbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Jakarta : Erlangga.
Campbell, Neil A. 2009. Biologi Jilid 1 Edisi Delapan. Jakarta : Erlangga.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius.
Resosoedarmo,S.,K. Kartawinata, dan A Soegiarto. 1985. Pengantar
Ekologi. Bandung : Remadja Rosda Karya.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W.. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung :
ITB Press.
Winarno, FG. Agustina, W.. 2007. Pengantar Bioteknologi (Revised
Edition). Jakarta : Mbrio Press.

Anda mungkin juga menyukai