Anda di halaman 1dari 9

Home Analisa Putusan Wanprestasi PT. BUNGA TANJUNG RAYA dan PT.

CIPTA EKATAMA
NUSANTARA

Analisa Putusan Wanprestasi PT. BUNGA TANJUNG RAYA dan PT. CIPTA
EKATAMA NUSANTARA
By arsene lupin00.44No comments
Analisa Putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Nomor : 333/PDT.G/2012/PN.JKT.PST.-

Wanprestasi
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Hukum
Dosen : Ayang Utriza Yakin, DEA., PhD.
Oleh : Risris Bayanillah (1112048000035)
Download File Doc.

Download Putusan PDF.

Keputusan
Terkait :
Metode
:

Keputusan Pengadilan Negeri Jakarta


Pusat
Nomor.
333/PDT.G/2012/PN.JKT.PST.- mengenai
kasus Wanprestasi.
Menggunakan Metode Deskriptip dan
Explanasi
dari
sumber-sumber
literatur terkait

ABSTRAKSI
Putusan
Pengadilan
Negeri
Jakarta
Pusat
dengan
No.
333/PDT.G/2012/PN.JKT.PST.(terlampir)
merupakan
kasus
perdata
khususnya mengenai Sengketa Wanprestasi yang terjadi antara dua perusahan
yaitu PT. BUNGA TANJUNG RAYA sebagai Penggugat dalam hal ini diwakili
oleh Batara S sebagai Direktur Perseroan, dan PT. CIPTA EKATAMA
NUSANTARA sebagai tergugat yang sedang melakukan kerjasama dibidang
pembangunan unit rumah dengan type 38/38 di wilayah tajur halang,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
A. Mengenai Duduk Perkara
Kronologi
Penggugat telah mengajukan surat gugatan pada tanggal 20 juli 2012 yang
pada pokoknya menerangkan telah terjadi sebuah kesepakatan kerja antara
pihak Penggugat dan Tergugat dalam sebuah Adendum Perjanjian Pelaksanaan
Kontrak Kerja Sama (KKS 08) tertanggal 20 Mei 2010 dalam sebuah proyek
pembangunan rumah type 36/38 di tajur halang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat,
dimana dalam kesepakatan tersebut terdapat ketentuan bahwa :
1. Pembayaran hasil kerja adalah termyn dimana pihak pertam akan membayar
hasil kerja Pihak Kedua dengan Termyn I progres 50% dibayar 25% =
877.500.000- Termyn II Progres 100% dibayar 70% = Rp. 2.457.000.000,sistem pembayaran akan dibuktikan oleh pembuat berita acara bersama yang
dinyatakan sah setelah diperiksa oleh pengawas kedua belah pihak,
pembayaran akan dilakukan 14 hari setelah pengajuan Invoice (Pasal 5 butir 1
KKS).
2. Retensi Sebesar 5% = Rp. 175.500.000,- akan dibayarkan 90 hari kalender (3
bulan) setelah BAST (Berita Acara Serah Terima) pekerjaan 100%
ditandatangani oleh kedua belah pihak (pasal 5 butir 2 KKS).
Setelah kerjasama itu berjalan pihak Penggugat kemudian telah selesai
melaksanakan kewajibannya kepada Tergugat terkait Pelaksanaan Pekerjaan
Perumahan yang berlalokasi di tajur halang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara penuh oleh Penggugat sesuai
dengan BAST I (Bukti P-2) dan Invoice tanggal 26 Desember 2011 sebesar
Rp. 73.710.000, juga Berita Acara Pembayaran No. 009/BAP-II/CENBTR/XII/2011 (Bukti P-3) dan BAST II (Bukti P-4) dan Invoice tanggal 22
Februari 2012 Sebesar Rp. 93.040.000,- sesuai Berita Acara Pembayaran
No. 010/BAP III/CEN-BTR/II/2012 (Bukti P-5).
Dalam proses pembangunan sempat ada biaya pemotongan terhadap
Penggugat sebesar Rp. 8.750.000,- untuk biaya perbaikan rumah sebanyak 35
unit rumah, sesuai Berita Acara Potongan Biaya Perbaikan Rumah 21
Februari 2012 yang juga ditandatangani oleh kedua belah pihak perusahaan
selaku penanggung jawab proyek tersebut.
Duduk Perkara
Namun setelah semua proses kerjasama itu berjalan dan bahkan Penggugat
telah melaksanakan kewajibannya secara penuh. Pihak Tergugat masih belum
memenuhi Kewajibannya untuk membayar masa retensi sebesar 5% dari nilai
pekerjaan seluruhnya yaitu sebesar 175.500.000,- sesuai dengan tercantum
Pasal 5 butir 2 KKS 08 namun dikurangi sebesar Rp. 8.750.000 untuk biaya

perbaikan rumah sebelumnya sesuai Berita Acara Pemotongan kewajiban


tergugat menjadi Rp/ 166.750.000,-.
Sampai gugatan a-quo Penggugat ajukan terhadap Tergugat, pihak Tergugat
belum juga melaksanakan kewaibannya tanpa adanya alasan yang jelas
padahal Penggugat telah memberikan surat peringatan Somasi II Our Ref
198/AA.XI/2012 pada 6 juni 2012.
Akibat perbuatan pihak Tergugat tersebut pihak Penggugat mengalami
kerugian materil berupa Nilai Pokok Kewajiban tergugat berdasarkan Perjanjian
dalam perkara a quo adalah sebesar 166.750.000,-, dan juga bunga sebesar
6% berdasarkan hukum perdata dan suku bungan Bank Indonesia perbulan
sejak jatuh tempo dalam perjanjian.
Setelah penggugat melakuakan Gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Penggugat menuntut selain agar tergugat membayar kerugian materil yang
dijelaskan sebelumnya juga pihak Penggugat memohon agar ada putusan
terlebih dahulu guna mencegah kerugian yang lebih besar bagi Penggugat, dan
memohon sita jaminan agar gugatan tersebut tidak sia-sia.
Pada hari persidangan yang telah ditetapkan dari pihak Penggugat telah hadir
kuasanya yaitu Daniel Alfredo SH dan Arthur Polnaja, SH serta dari Pihak
Tergugat diwakili oleh Irchammi Chabiburachman, SH.MH dan A. M. Amal
Tomagola, SH. Sebelum pemeriksaan perkara dimulai Majelis Hakim telah
berusaha untuk mendamaikan kedua pihak dengan Menunjuk Bpk. Dwi
Sugiarto, SH.Mh sebagai Mediator, namun usaha mediasi tersebut tidak
membuahkan hasil.
Ditengah persidangan berlangsung, Majelis Hakim menerima surat perihal
permohonan Intervensi dari Aldus Rompas yang dalam hal ini dikuasakan
kepada Kuasa Tergugat. Yang kemudian ditanggapi oleh pihak Pengugat agar
Majelis Hakim dimohon untuk menolak prmohonan Intervensi dalam perkara
tersebut dan menyatakan perkara tersebut dapat dilanjutkan kembali antra
pihak terkait yang berperkara. Mengingat mengenai adanya permohonan
Intervensi dalam perkara ini telah diputus oleh majelis dalam putusan sela 12
desember 2012 menolak permohonan Intervensi Aldus Romplas.
Atas gugatan yang dilayangkan oleh pihak Penggugat tersebut pihak Tergugat
kemudian menyampaikan jawaban pada 28 November 2013 yang pada
pokoknya menyangkal secara tegas dalil Penggugat, pihak tergugat juga
mengakui dalil gugatan kewajibannya menyatakan kewajibannya menjadi
sebesar Rp. 166.750.000,- namun menolak gugatan bahwa pihak tergugat
belum melaksanakan kewajibannya tanpa alsan yang jelas padahal telah
diperingatkan oleh surat Somasi. Pihak Tergugat mengatakan bahwa apa yang
dikatakan oleh pihak penggugat tersebut tidak benar, tergugat bukan tidak
berniat untuk tidak membayar kewajiban, akan tetapi Tergugat telah
berulangkali mengingatkan pihak Penggugat untuk segera memusyawarahkan
terlebih dahulu kepada Sdr. Aldus Romplas mengenai hutang Penggugat
yang telah selesai melaksanakan pembuatan Saluran air di proyek perumahan
tersebut yang notabene masih menjadi tanggung jawab dari pihak Penggugat
yang pada saat itu belum selesai pengerjaanya. Dan pihak Tergugat telah
mengundang pihak Penggugat untuk membicarakan hal tersebut namun tidak
pernah memenuhi undangan dari Tergugat. Dan bahkan menurut Tergugat,
Penggugat telah membuat surat pernyataan tertulis oleh Penggugat untuk
menyelesaikan permasalahan hutangnya dengan Sdr. Adlus Rompas sebesar
Rp. 77.515.000,-.

Oleh karena itu tergugat mengklaim bahwa pembayaran sisa tagihan kepada
pihak Penggugat adalah sebesar Rp. 89.235.000 yang sebelumnya
166.750.000 dikurangi tagihan Aldus Romplas sebesar 77.515.000,- jadi
kewajiban pelunasan Tergugat kepada Penggugat adalah sebesar Rp.
89.235.000,- . namun pihak Penggugat tidak pernah mau melakukan
kesepakatan atau merundingkan maslah tersebut yang menjadi sebab tergugat
menunda pembayaran kewajiban kepada Penggugat, jadi Tergugat menunda
membayar kewajiban dan menyebabkan masalah mejadi berlarut-larut adalah
atas kelakuakn dari pihak Penggugat sendiri, bukan kesalahan dari pihak
Tergugat. Bahkan dalam hal ini pihak Tergugat mencurigai sejak awal
Penggugat mempunyai niat tidak baik karena pemberian pekerjaan kepada Sdr.
Adlus Rompas tidak dibuatkan Surat Perintah Kerja (SPK) dan hanya merupakan
perjanjian gentlement Agreement saja, dan dengan ini memanfaatkan
kelemahan perjanjian ini untuk menghindari pembayaran kewajiban kepada
Sdr. Adlus Rompas.
Yang kemudaian berbagai hal tersebut, pihak Tergugat memohon kepada
Majelis Hakim untuk menolak gugatan Penggugat sebagian terutama yang
menyangkut suku bunga, pelaksanaan terlebih dahulu dan permohonan sita
jaminan. Serta ketetapan lain yang berkaitan dengan kewajiban Tergugat
kepada Penggugat berupa materil serta hutang Penggugat keapda Aldus
Romplas.
B. Keputusan
Masalah Pembuktian
Penggugat mengajuka Replik pada 19 Desember 2012 lalu kemudian disusul
dengan pengajuan duplik oleh tergugat pada 29 januari 2013, dalam tahap
pembuktian Penggugat menguatkan dalil gugatan dengan menyertakan
berbagai bukti seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Bukti (P-1, P-2, P-3,
P-4, P-5) dan menghadirkan dua orang saksi yaitu Hisar Sitanggang dan
Saksi Sukarno. Sama halnya dengan apa yang dilakukan oleh pihak Tergugat
yang juga melampirkan beberapa bukti (T-1, T-2, T-3, T-4) dan tiga orang
saksi yaitu Aldus Romplas, Sugeng dan H. Maulana Yusuf. Sampai pada
26 Maret 2013 kedua belah pihak telah mengajukan kesimpulannya masingmasing secara tertulis.
Pertimbangan Hukum
Melihat perkembangan dan jawab jinawab antara pihak Penggugat dan pihak
Tergugat selama persidangan serta adanya berbagai bukti dan keterangan
yang diberikan oleh saksi serta pada pokoknya Gugatan dari Penggugat adalah
bahwa Tergugat telah melakukan Wanprestasi maka Majelis Hakim menilai
bahwa pokok permaslahan ini ada pada apakah benar secara hukum
tergugat telah cidera janji/wanprestasi dengan tidak membayar
retensi sebesar 5% sebagaimana yang telah diperjanjikan dalam
adendum perjanjian pada 20 mei 2012 (Bukti P-1). Untuk menjawab ini
Majelis Hakim kemudian menggunakan dimensi yuridis apakah Tergugat
dapat dinyatakan secara hukum telah melakukan Wanprestasi dengan suatu
pihak, dapat dinyatakan melakukan Wanprestasi apabila ;
a. Tidak memenuhi prestasi
b. Terlambat memeuhi prestasi
c. Memenuhi prestasi secara tidak baik

d. Melakukan sesuatu menurut perjanjian tidak boleh dilakukan


dikaitakan dengan ketentuan hukum tentang perjanjian khususnya;
Pasal 1313 KUHPerdata
Pasal 1338 KUHPerdata dan,
Pasal 1320 KUHPerdata
Fakta Hukum
Maka Majelis Hakim mempertimbangkan, bahwa ditemukan fakta kedua belah
pihak telah mengikatkan diri dalam suatu adenduam kerjasama dan pihak
Penggugat telah melaksanakan kewajibannya secara penuh dibuktikan dengan
bukti (P-2, P-3, P-4, dan P-5) namun demikian pihak tergugat masih belum
melakuakn kewajibannya untuk membayar retensi sebesar 5% dari nilai
pekerjaan secara keseluruhan sesuai dengan bukti P-1 Psal 5 butir 2 KKS 08
dipotong dengan biaya perbaikan rumah yang seharusnya telah dilaksanakan
90 hari kalender setelah BAST II 22 februari 2012 atau selambat-lambatnya 22
mei 2012, hal ini juga diperkuat dengan berbagai keterangan dari para saksi
yang membenarkan adanya fakta hukum ini. Kemudian majelis hakim juga
menilai bahwa bukti yang diajukan tergugat (T-1 s/d T-4) tidak ada relevansinya
dengan perkara a quo maka harus dikesampngkan.
Putusan Majelis Hakim
Atas pertimbangan Majelis Hakim inilah maka Petitum 2 dan 3 dari
Penggugat harus dikabulkan namun terhadap tuntutan bunga sebesar
6% ditolak karna dinilai terlalu besar dan tidak memenuhi nilai keadilan, maka
agar penggugat tidak terlalu dirugikan dikenakan tambahan bungan menjadi
sebesar 1%/bulan. Atas dasar semua hal dan pertimbangan majelis hakim ini
maka gugatan Penggugat dinyatakan sebagian dikabulkan dan
sebagian lagi dinyatakan ditolak dan kemudian memberikan pembayaran
biaya perkara kepada pihak tergugat sebagai pihak yang kalah.

Pada hari Kamis tanggal 18 April 2013 kemudian Majelis Hakim yang diketuai
oleh Hakim Ahmad Rosidin, SH.MH dan Hakim anggota Amin Sutikno,
SH.MH dan Eddy Suwanto, SH.MH serta dibantu Penitera Pengganti Sri
Tasliyah, SH putusan sebagaiamana dijelsakan tadi dibacakan didalam
persidangan.

*kalimat yang di cetak tebal dan digaris bawah dinilai oleh penyusun mempunyai nilai penting
atau menunjukan alur yang terjadi dalam berjalannya persidangan

C. Analis Putusan
Penalaran/Alasan Hakim
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa Hakim dalam tugasnya
mencari keadilan seadil-adilnya dalam memutuskan sebuah perkara sengketa
melakukan pencarian hukum (rechfinding) dengan metode dan sudut pandang
Yuridis. Dimana setelah hakim melihat fakta-fakta hukum yang ada ia
kemudian mencari kriteria-kriteria seseorang yang melakukan Wanprestasi.
Karena itu Majelis Hakim kemudian dalam keputusannya menyatakan bahwa
Petitum 2 dan 3 dikabulkan yaitu tuntutan yang berisi (2) Menyatakan Tergugat
telah melakukan Wanprestasi dan (3) Menghukum tergugat untuk memenuhi
kewajibannya sesuai dengan Adendum Perjanjian sebesar Rp. 166.750.000,- (seratus
enam puluh enam juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) .
Dalam hal ini hakim benar-benar menilai bahwa setiap perjanjian yang disetujui dalam suatu
perjanjian akan menjadi Hukum yang mengikat bagi kedua belah pihak, tidak boleh merugikan
orang lain dan juga tidak boleh menguntungkan orang lain, serta hanya bisa gugur apabila kedua
belah pihak yang mengikatkan diri sepakat untuk melepasnya, sebagaimana dalam :
Pasal 1313 KUHPerdata ; Suatu Persetujuan adalah suatu perbuatan di mana suatu orang atau
lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih
Pasal 1338 KUHPerdata ; Semua Persetujuan yang dibuat sesuai dengan Undang-Undang
berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya, persetujuan ini tidak dapat
ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasaan-alasan yang
diatur oleh Undang-Undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Pasal 1340 KUHPerdata ; Persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya,
persetujuan tidak dapat merugikan pihak ketiga, persetujuan tidak dapat memberikan keuntungan
kapada pihak ketiga, selain ditentukan dalam pasal 1317.
Pasal 1320 KUHPerdata ; Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat: 1)
Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya, 2). Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. 3).
Suatu pokok persoalan tertentu, 4). Suatu sebab yang tidak terlarang.
sehingga hakim dalam memberikan keputusan cenderung kembali melihat apa isi dari perjanjian
tersebut, karena dalam isi perjanjian tersebutlah fakta hukum yang mengikat kedua belah pihak
berada, seperti keterikatan keduanya secara hukum dalam suatu perikatan perjanjian kerjasama
dalam Bukti (P-1) yang dibawa oleh penggugat.
Dikabulkannya petitum 2 dan 3
Dalam petitum 2 yang dikabulkan oleh Majelis Hakim disebutkan bahwa hakim menyatakan
Tergugat telah melakukan perbuatan wanprestasi terhadap Penggugat sehubungan dengan
kewajiban Tergugat berdasarkan Addendum Perjanjian Pelaksanaan Kontrak Kerjasama
Pembangunan unit rumah Type 36/84, Nomor : 08/PPKKS/Unit Rumah/CEN BTR/V/10 tertanggal

20 Mei 2010. Namun dalam putusan ini tidak dicantumkan sumber Hukum Hakim mengambil
keputusan bahwa tergugat telah melakukan Wanprestasi kecuali ciri-ciri yang disebutkan yaitu :
a. Tidak memenuhi prestasi
b. Terlambat memeuhi prestasi
c. Memenuhi prestasi secara tidak baik
d. Melakukan sesuatu menurut perjanjian tidak boleh dilakukan
Meskipun memang ciri-ciri ini pun memenuhi Kriteria mengenai Wanprestasi dalam tafsiran yang
lebih luas dan umum khususnya oleh para majelis hakim.
Sebenarnya dalam KUHPerdata telah disebutkan secara jelas bahwa sejak dalam keadaan
bagaimana seseorang dapat dikategorikan telah melakukan Wanprestasi atau Kelalaian, dalam Pasal
1238 KUHPerdata dikatakan debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah atau dengan akta
sejenis atau berdasarkan kekuatan dari perikatan itu sendiri. Yaitu apabila perikatan ni
mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang di tentukan.
Bunyi dari Pasal ini cukup jelas untuk menyatakan bahwa pihak Tergugat telah melakukan
Wanprestasi, yaitu tidak melakuakan kewajiban untuk memenuhi Prestasi sesuai dengan Adendum
perjanjian kerjasama pada waktu tempo yang telah disepakati.
Meskipun tergugat beralasan tidak melaksanakan kewajiban kepada Penggugat adalah karena ulah
penggugat sendiri yang tidak mau merundingkan terlebih dahulu permaslahan hutangnya terhadap
Sdr. Adlus Rompas yang menangani penyediaan saluran air dalam proyek yang saat itu masih
dalam tanggung jawab Penggugat, namun menurut hakim hal ini sama sekali tidak ada relvansinya
sama sekali. Sehingga tidak cukup beralasan untuk mengatakan bahwa Tergugat tidak melakukan
Wanprestasi. Karena prihal hutang Penggugat terhadap Sdr. Aduls Romplas atau pihak ketiga tidak
pernah diatur dalam adendum perjanjian kerja sama.
Sehingga alasan ini tidak bisa mengugurkan kewajiban Tergugat untuk memenuhi prestasinya
setelah Penggugat secara penuh telah menyelesaikan pekerjaan, yang dibuktikan oleh beberapa
bukti yaitu bukti BAST I (Bukti P-2) dan Invoice tanggal 26 Desember 2011
sebesar Rp. 73.710.000, juga Berita Acara Pembayaran No. 009/BAP-II/CENBTR/XII/2011 (Bukti P-3) dan BAST II (Bukti P-4) dan Invoice tanggal 22
Februari 2012 Sebesar Rp. 93.040.000,- sesuai Berita Acara Pembayaran
No. 010/BAP III/CEN-BTR/II/2012 (Bukti P-5) serta dibenarkan oleh saksi-saksi
dari kedua belah pihak.
Hakim melakukan pertimbangan hukum benar-benar dengan kaca mata Yuridis
dan Fakta yang muncul dalam persidangan baik dari jawab-jinawab para pihak
terkait, bukti, maupun keterangan para saksi yang memberikan benang merah
isu hukum yang ada, dimana ia melihat sebagaian besar kepada isi dari
Perjanjian yang mengikat kedua belah pihak yang bersengketa ditambah
dengan pertimbangan-pertimbangan yang di dapat dari fakta yang ada. Jadi
sampai pada langkah ini berdasarkan fakta hukum yang ada, hakim
memutuskan harus mengabulkan Petitum 2 dan 3 yang diajukan oleh
penggugat yaitu menyatkan tergugat telah melakukan Wanprestasi dan
menyatakan Tergugat berkewajiban untuk memberikan hak penggugat yang
harusnya mereka dapatkan sesuai dengan isi perjanjian.
Adapun mengenai tuntutan Penggugat dalam petitum 3 mengenai pembayaran suku bunga sebesar
6% perbulan tetap dikabulkan, namun tidak tidak sebesar suku bunga sebanyak 6% melainkan
hanya sebesar 1% perbulan. Dengan pertimbangan bahwa pembebanan suku pembayaran suku
bunga sebesar 6% dinilai terlalu berat dan tidak memenuhi nilai keadilan, sehingga diturunkan
menjadi 1% agar Tergugat juga tidak menderita kerugian terlalu banyak. Disinilah terlihat
bagaimana penalaran hakim sebagai pemangku jabatan untuk menjadi pihak ketiga dalam

menyelesaikan sengketa perdata, dimana putusan dikeluarkan berdasarkan fakta hokum yang ada
dari bukti dan pengakuan saksi untuk memenuhi tuntutan namun juga mempertimbangkan aspek
keadilan dari sudut tergugat guna mencapai makna keadilan yang seadil-adilnya. Dan selanjutnya
mengadili tergugat untuk membayar biaya pengadilan sebagai pihak yang kalah.
Karena inilah dalam kasus Wanprestasi ini dari seluruh gugatan yang layangkan oleh Penggugat,
Majelis Hakim memutuskan sebagian gugatan di terima dan sebagian lagi ditolak.
Dari semua alur yang telah dipaparkan diatas dapat kita lihat bagaimana hakim menjadi pihak
ketiga dalam menyelesaikan sengketa dan memberikan putusan seadil-adilnya. Dari proses awal
disediakannya mediator untuk melakukan mediasi, sampai tahap pencarian fakta hukum yang ada
dari berbagai bukti dan keterangan saksi dan pada akhirnya memutuskan mengadili perkara dengan
mengabulkan sebagian gugatan dan menolak sebagaian.
Beberapa Aspek
1. Aspek Yuridis
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa dalam kasus ini Majelis Hakim cenderung memutus perkara
dengan aspek Yuridis, dimana dalam penalarannya menmukan isu hokum yang ada Hakim mencari
fakta-fakta hokum melalui sumber-sumber hokum yang ada dalam persengketaan.
Hal ini memang sudah selazimnya dilakukan oleh seorang hakim untuk mencari fakta-fakta hukum
dan peraturan-peraturan hukum yang mengatur.
2. Aspek Filosopis
Aspek Filosopis meliputi aspek mendasar dari putusan yang diberikan oleh hakim terhadap sebuah
perkara, yang tentu dalam maslah hukum, aspek mendasar yang harus selalu diperhatiakan dalam
mengambil sebuah keputusan adalah nilai-nilai keadilan yang terkandung dalam sebuah putusan.
Meskipun keadilan selalu dimaknai secara meluas dan bahkan dikatakan tidak mungkin untuk
mencapai keadilan bagi kedua belah pihak yang bersengketa dalam suatu peradilan.
Namun dalam kasus ini saya melihat bagaimana hakim dengan etika hukumnya secara cermat
melihat inti permaslahan yang terjadi serta dalam menentukan fakta-fakta hukum yang ada selama
berjalannya persidangan, sampai pada akhirnya mengeluarkan putusan dengan maksud untuk
mengembalikan hak-hak pihak penggugat yang tidak diberikan oleh pihak tergugat sesuai dengan
fakta-fakta hukum yang ditemukan. Dalam hal ini menrut saya hakim sudah memenuhi aspek
filosopis yaitu dengan mengembalikan hak yang harusnya memang sejak awal dimilki oleh
penggugat dan meminta tergugat untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Walaupun tidak seadil
yang diidamkan oleh kedua belah pihak.
Kritik terhadap putusan
Hal yang menarik sekaligus menjadi pertanyaan saya dalam putusan ini adalah bahwa hakim sama
sekali tidak menyinggung mengenai hutang Penggugat kepada Sdr. Adlus Rompas sebesar Rp.
77.515.000,- pada putusannya, yang padahal menurut tergugat itu adalah
beban yang harus ditanggung oleh Penggugat terhadap Sdr. Adlus Rompas.
Bahkan yang membuat pihak tergugat tidak melaksanakan kewajibannya
adalah karena sempat diancam oleh Sdr. Adlus Rompas akan membongkar
kembali sistem perairan di perumahan tersebut, sehingga menurut tergugat
mengklaim bahwa pembayaran sisa tagihan kepada pihak Penggugat adalah
sebesar Rp. 89.235.000 yang sebelumnya 166.750.000 dikurangi tagihan Aldus
Romplas sebesar 77.515.000,- jadi kewajiban pelunasan Tergugat kepada

Penggugat adalah sebesar Rp. 89.235.000,- dan hal ini dibuktikan dengan
bukti T(-2) Surat dari Sdr. Aldus Rompas kepada Tergugat Bpk. Irwan Sucipto Adi, selaku
Direktur Utama PT. Citra Ekatama Nusantara pada tertanggal 22 Oktober 2012.
Namun rupanya dimata hakim hal ini tidak dinilai penting, dan bahkan menyatakan bahwa semua
bukti yang diberikan oleh tergugat tidak relevan dan harus dikesampingkan, dan menarik kembali
semua perkara pada isu hukum utama, yaitu Wanprestasi. Sehingga hakim pada awalnya mencari
fakta hukum apakah benar pihak tergugat telah melakukan Wanprestasi.
Prilaku hakim dalam menambil keputusan yang menitikberatkan pada pembuktian gugatan isu
Wanprestasi tergugat dan mengesampingkan alasan tergugat yang pada alasannya juga berada
dalam tekanan karena diancam system perairan diperumahan tersebut akan di cabut kembali oleh
Sdr. Adlus Rompas yang notabene merupakan tanggung jawab Penggugat menggambarkan bahwa
hakim dalam kasus ini condong pada literatur hukum yang ada dan memperioritaskan pada isu yang
utama dalam menyelesaikan permaslahan, yaitu Wanprestasi. sihingga dalam sudut pandang saya
ini mengurangi nilai keadilan secara filosopis, karena hutang yang harusnya menjadi tanggung
jawab penggugat yang dapat merugikan tergugat sama sekali tidak disinggung.
D. Penutup
Pada kesimpulannya setelah melihat bagaimana hakim mengambil keputusan dalam perkara
Wanprestasi ini, saya melihat bahwa seorang hakim atau Majelis Hakim dalam menyelesikan
sebuah perkara sebenarnya mempunyai banyak cara dan metode yang boleh digunakan, selama itu
sesuai dengan yuridiksi hukum yang ada. Penyelesian dengan menitikberatkan pada hukum yang
mengatur, ataupun dengan memperhatikan aspek-aspek lain seperti sosiologis, antropologis,
filosopis, tergantung kembali pada kemampuan atau nalar hakim dalam mengolah semua peraturan
Nasional yang berlaku disesuaikan dengan isu yang ada dalam sebuah perkara (rechfinding) untuk
mencapai nilai hukum dan memutus seadil-adilnya.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Anda mungkin juga menyukai