Anda di halaman 1dari 3

HUKUM PACARAN DALAM AGAMA ISLAM

Dakwah Islam adalah salah satu bentuk media jihad yang terdapat di dalam
agama Islam. Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, menyebarkan
ilmu pengetahuan, menasehati sesama adalah beberapa aktivitas yang biasanya
terdapat di dalam dakwah Islam. Dakwah Islam adalah salah satu bentuk kewajiban
yang harus dipenuhi oleh setiap muslim, sebagaimana firman Allah swt berikut:
Serulah (manusia) ke jalan Rabb-mu dengan hikmah1 dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabb-mu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.QS. An Nahl (16) : 125
Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang mungkar1,
merekalah orang-orang yang beruntung. QS. Ali Imron (3) : 104
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang maruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. QS. Ali Imron (3) : 110
Lalu bagaimana kaitan antara dakwah Islam dengan pacaran? Ada segolongan
orang yang mengatakan bahwa pacaran itu dilarang menurut pandangan Islam.
Namun ada pula golongan yang mengatakan bahwa pacaran boleh-boleh saja asal
nggak kebangetan. Bahkan, ada pula seseorang yang mengaku sebagai aktivis
dakwah yang akhirnya menggunakan pacaran sebagai media dakwah. Ia berpendapat
bahwa dengan pacaran akan membuatnya lebih intensif dalam mendakwahi
pasangannya. Benarkah demikian?
Memang larangan mengenai pacaran di dalam Islam tidak dibahas secara eksplisit.
Mungkin itulah salah satu faktor yang mengakibatkan kebanyakan orang awam tidak
dapat menerima atas hukum pelarangan pacaran ini. Namun, dalam dunia dakwah
islam, larangan pacaran adalah hal yang sudah sangat dimengerti, maka aneh sekali
manakala ada seseorang yang mengaku sebagai aktivis dakwah islam, namun ia tetap
melakukan pacaran.
Meskipun tidak dijelaskan secara eksplisit, namun banyak sekali dalil yang dapat di
jadikan sebagai rujukan untuk pelarangan pacaran tersebut. Telah sama-sama kita
ketahui bahwa Islam adalah agama yang mengharamkan perbuatan zina, termasuk
juga perbuatan yang MENDEKATI ZINA.
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji dan sesuatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra [17] : 32).
Lalu, apa saja perbuatan yang tergolong MENDEKATI ZINA itu? Diantaranya adalah:
saling memandang, merajuk/manja, bersentuhan (berpegangan tangan, berpelukan,
berciuman, dll), berdua-duaan, dll. Karena unsur-unsur ini dilarang dalam agama
Islam, maka tentu saja hal-hal yang di dalamnya terdapat unsure tersebut adalah di
larang. Hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam hadits berikut:
Dari Ibnu Abbas r.a. dikatakan: Tidak ada yang kuperhitungkan lebih menjelaskan
tentang dosa-dosa kecil daripada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa
Rasulullah saw. bersabda, Allah telah menentukan bagi anak Adam bagiannya dari
zina yang pasti dia lakukan. Zinanya mata adalah melihat (dengan syahwat), zinanya
lidah adalah mengucapkan (dengan syahwat), zinanya hati adalah mengharap dan
menginginkan [pemenuhan nafsu syahwat], maka farji (kemaluan) yang
membenarkan atau mendustakannya (HR Bukhari & Muslim)

Dalil di atas kemudian juga diperkuat lagi oleh beberapa hadits dan ayat Al Quran
berikut:
Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali bersama
mahramnya. (Bukhori dan Muslim)
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah seorang laki-laki
sendirian dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena
sesungguhnya
yang
ketiganya
adalah
syaitan." (HR.
Ahmad).
Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik dari pada
menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (HASAN, Thabrani dalam Mu`jam Kabir
20/174/386)
"Demi Allah, tangan Rasulullah shallallahu alaihi wassallam tidak pernah menyentuh
tangan wanita sama sekali meskipun dalam keadaan membaiat. Beliau tidak
membaiat mereka kecuali dengan mangatakan: "Saya baiat kalian." (HR. Bukhori)
"Sesungguhnya saya tidak berjabat tangan dengan wanita." (HR Malik , Nasai,
Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)
Telah berkata Aisyah RA, "Demi Allah, sekali-kali dia (Rasul) tidak pernah menyentuh
tangan wanita (bukan mahram) melainkan dia hanya membaiatnya (mengambil
janji) dengan perkataaan." (HR. Bukhari dan Ibnu Majah).
"Wahai Ali, janganlah engkau meneruskan pandangan haram (yang tidak sengaja)
dengan pandangan yang lain. Karena pandangan yang pertama mubah untukmu.
Namun yang kedua adalah haram" . (HR Abu Dawud , At-Tirmidzi dan dihasankan oleh
Al-Albani)
Pandangan itu adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barangsiapa yang
memalingkan pandangannya dari kecantikan seorang wanita, ikhlas karena Allah,
maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai pada hari? Kiamat. (HR.
Ahmad)
Dari Jarir bin Abdullah r.a. dikatakan: Aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang
memandang (lawan-jenis) yang (membangkitkan syahwat) tanpa disengaja. Lalu
beliau memerintahkan aku mengalihkan pandanganku. (HR Muslim)
Janganlah kau terlalu lembut bicara supaya (lawan-jenis) yang lemah hatinya tidak
bangkit nafsu (syahwat)-nya. (QS al-Ahzab [33]: 32)
Sekarang pertanyaannya, Apakah di dalam pacaran terdapat unsur-unsur
sebagaimana yang telah disebutkan pada dalil-dalil diatas? Kalau memang ada, maka
jelas bahwa pacaran itu DILARANG di dalam Islam, dengan alasan apapun. Jika
dengan keterangan-keterangan yang sudah diuraikan secara jelas di atas ternyata
masih ada saja yang mengatakan bahwa pacaran itu BOLEH, maka patut
dipertanyakan, Apa atau yang mana dalilnya?.
Jangan mengatas namakan dakwah islam untuk menghalalkan pacaran!
Sebagai aktivis dakwah islam, tentunya kita tahu bahwa antara laki-laki dan
perempuan (ikhwan dan akhwat) itu sudah ada seksi dakwah islamnya masing-masing
(anggaplah
SEKSI
DAKWAH
ISLAM=penulis).
Maksudnya
adalah,
bagi
akhwat/perempuan, di sana ada murobbiyah yang khusus menangani dakwah islam
dikalangan akhwat, dan disana juga sudah disediakan murobbi yang menangani
dakwah islam khusus dikalangan ihkwan secara intensif. Diluar itu, ikhwan punya
rekan sesama ikhwan untuk sekedar bertanya atau konsultasi, begitu pula akhwat.
Selain itu, untuk dakwah islam atau talim lain yang lebih bersifat umum, yang dapat
dihadiri oleh ikhwan dan akhwat pun sudah ada, seperti seminar, dll. Seminar, bedah
buku, itu boleh dihadiri oleh ikhwan dan akhwat namun tetap menghindarkan adanya
percampuran ataupun berdua-duaan. Maka serahkan saja urusan akhwat ini kepada
akhwat juga atau kepada murobbiah-nya. Kalaupun ada kepentingan, sekedar
menyampaikan saran atau masukan, sampaikan saja melalui rekan akhwatnya,
bukannya kita yang harus turunlangsung. Atau silahkan saja sampaikan secara

langsung dengan tidak melalui media pacaran dan menghindari unsur-unsur yang
mengarah pada MENDEKATI ZINA, sebagaimana telah disampaikan di atas.
Kalau berbicara masalah ingin berdakwah islam lebih intensif, banyak cara lain yang
dapat kita lakukan. Kalau ingin mendakwah islami orang, ya pilih yang ikhwan juga
dong, jangan yang akhwat. Kalau yang akhwat, sampaikan saja kepada rekan akhwat
kita, bereskan?
Lagipula, andaipun kita hendak melakukan dakwah Islam kepada seluruh perempuan
yang ada di sekolah kita, di kampus kita, di kantor kita, atau di kampung kitaapakah
lantas kita juga akan menjadikan mereka sebagai pacar kita semua??? Tidak masuk
logikakan alasan semacam ini!
Kalau lantas kita mengatakan bahwa segala sesuatu itu bergantung kepada
niatnya (Pacaran yang niatnya untuk dakwah islam). Eittttunggu dulu! Niat
itu nggak berhenti sampai di situ aja. Niat itu harus diluruskan, LURUSKAN NIAT!
Maksudnya adalah, niat untuk melakukan kebaikan ya harus dilakukan dengan cara
yang lurus atau benar (sesuai dengan syariat), bukan dengan cara yang buruk atau
dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Kalau niat baik dilakukan dengan cara yang batil,
itu namanya melenceng! Sama aja seperti ini, apakah niat menyumbang ke Masjid
itu diperbolehkan manakala uangnya diperoleh dari hasil merampok?, ya jelas aja ga
boleh. Itu namanya mencampur adukkan antara yang hak dengan yang batil, dan
Allah swt telah melarang hal tersebut, sebagaimana firman Allah yang artinya:
"Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah
kamu sembunyikan yang hak itu sedang kamu mengetahui." (QS al-Baqarah [2] :
42).
Dari sini semakin jelas bahwa pacaran dilarang di dalam Islam. Dan tidak ada dakwah
Islam yang dilakukan dengan metode pacaran, karena nanti jatuhnya bukan dakwah
Islam lagi, melainkan MENDEKATI ZINA, dan Rasulullah saw pun tidak mencontohkan
cara-cara yang demikian.
Dakwah islam Islam adalah perkara suci yang ditujukan hanya untuk Allah swt. Maka
jalankanlah dengan cara-cara suci yang diridhoi oleh Allah swt, bukan dengan jalan
batil yang justru akan menodai nama dakwah Islam dan menimbulkan murka Allah
swt.

Anda mungkin juga menyukai