Anda di halaman 1dari 36

PANDUAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN

RSI SITI RAHMAH

2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmatNya Buku Panduan Penyelenggaraan Pelayanan dapat selesai disusun.
Buku Panduan ini merupakan konsep dan program peningkatan mutu
Penyelenggaraan Pelayanan RSI Siti Rahmah yang disusun sebagai acuan bagi
pengelola RSI Siti Rahmah dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu dan
keselamata pasien di rumah sakit.
Panduan ini akan dievaluasi kembali dan akan dilakukan perbaikan bila
ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kebijakan pelayanan di rumah sakit.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
Tim Penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam membantu
menyelesaikan penyusunan pedoman ini.
Semoga Buku Panduan ini bermanfaat untuk meningkatkan mutu pelayanan di
RSI Siti Rahmah

Padag,
Februari 2016
Direktur

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN......................................................................

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Latar Belakang.......................................................................
Defenisi..................................................................................
Tujuan....................................................................................
Ruang Lingkup......................................................................
Batasan Operasional..............................................................
Standar Pelayanan Kesehatan................................................
Landasan hukum....................................................................

1
2
3
4
4
4
5

KETENAGAAN........................................................................

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia........................................


B. Kewenangan dan Kewajiban Dokter Dalam Memberi Pelayanan

BAB II

Medik/Pelayanan

BAB III

BAB IV

BAB VI

Kedokteran

9
C. Distribusi Ketenagaan...........................................................
D. Pengaturan jaga.....................................................................

12
14

STANDAR FASILITAS.............................................................

15

A. Sarana dan Prasarana Pelayanan Medik...............................


B. Teknologi Kesehatan.............................................................

15
15

TATA LAKSANA PELAYANAN.............................................

16

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.

16
16
16
16
18
19
20
24
25
25
26
26
27
27
27
29

Praktik Kedokteran ...............................................................


Praktik Kedokteran................................................................
Tujuan....................................................................................
Asuhan Klinis........................................................................
Mempertahankan Praktik Kedokteran yang baik..................
Pelatihan, Pengajaran dan Penilaian......................................
Hubungan Dokter-Pasien.......................................................
Kerjasama Dengan Sejawat...................................................
Bekerjasama dengan sejawat.................................................
Bekerjasama dengan Tim......................................................
Memimpin Tim......................................................................
Mengatur Dokter Pengganti..................................................
Mematuhi Tugas....................................................................
Pendelegasian Wewenang......................................................
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan.................................
Kesehatan Dokter..................................................................

KEJUJURAN BERPROFESI/ETIKA KEDOKTERAN DAN


PENELITIAN

MEDIS

.....................................................................................................
.....................................................................................................
30
BAB VII

KESELAMATAN
PASIEN
.....................................................................................................
.....................................................................................................
33

BAB VIII KESELAMATAN


KERJA
.....................................................................................................
.....................................................................................................
34
BAB IX

PENGENDALIAN
MUTU
.....................................................................................................
.....................................................................................................
35

BAB X

PENUTUP
.....................................................................................................
.....................................................................................................
38

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ruma h sakit diakui merupakan institusi yang sangat kompleks dan
berisiko tinggi (high risk), terlebih dalam kondisi lingkungan regional dan global
yang sangat dinamis perubahannya. Salah satu pilar pelayanan medis adalah
clinical governance, dengan unsur staf medis yang dominan.
Upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan senantiasa dilakukan dari
waktu ke waktu oleh institusi pelayanan kesehatan, yang terutama dilaksanakan
oleh para pemberi pelayanan yang langsung berhadapan dengan pengguna jasa
pelayanan yakni pasien dan keluarganya. Salah satu unsur penting dalam sistem
pelayanan kesehatan yang berhasil guna adalah tersedianya asuhan klinis dan
asuhan medis oleh dokter dan dokter gigi yang dalam sistem tersebut untuk
melindungi masayarakat dengan memberikan asuhan medis yang aman. Makna
diterbitkannya Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
adalah untuk mengatur praktik dokter dan dokter gigi agar kualitasnya
terperlihara. Pengendalian kualitas dilakukan sejak dari pendidikan, memberi
kewenangan dokter dan dokter gigi untuk berpraktik dengan prasyarat teregistrasi
dan melakukan pembinaan lebih lanjut setelah berpraktik.
Keberadaan staf medis dalam rumah sakit merupakan suatu kebutuhan
karena kualitas pelayanan rumah sakit sangat ditentukan oleh kinerja para staf
medis di rumah sakit. Yang lebih penting lagi kinerja staf medis akan sangat
mempengaruhi keselamatan pasien di rumah sakit. Untuk itu rumah sakit
menyelenggarakan tata kelola klinis yang baik untuk melindungi pasien. Hal ini
sejalan dengan amanat peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
kesehatan dan perumahsakitan.
Pelayanan medik khususnya medik spesialistik merupakan salah satu ciri
dari Rumah Sakit yang membedakan antara Rumah Sakit dengan fasilitas
pelayanan lainnya. Kontribusi pelayanan medik / pelayanan kedokteran pada
pelayanan di Rumah Sakit cukup besar dan menentukan ditinjau dari berbagai
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 1

aspek, antara lain aspek jenis pelayanan, aspek keuangan, pemasaran, etika dan
hukum maupun administrasi dan manajemen Rumah Sakit.
Semakin meningkatnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi
masyarakat, maka sistem nilai dan orientasi dalam masyarakat mulai berubah.
Masyarakat mulai cenderung menuntut pelayanan kesehatan yang lebih baik,
lebih ramah dan lebih bermutu termasuk pelayanan medik / pelayanan kedokteran.
Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan medik
rumah sakit maka fungsi pelayanan medik RSI Siti Rahmah secara bertahap perlu
terus ditingkatkan agar menjadi lebih efektif dan efisien serta memberi kepuasan
kepada pasien, keluarga maupun masyarakat.
Agar upaya peningkatan mutu penyelenggaraan pelayanan medik /
pelayanan kedokteran RSI Siti Rahmah dapat seperti yang diharapkan maka perlu
disusun Panduan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan RSI Siti Rahmah
. Buku Panduan ini merupakan konsep dan program peningkatan mutu
penyelenggaraan pelayanan RSI Siti Rahmah , yang disusun sebagai acuan bagi
pengelola RSI Siti Rahmah dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu
pelayanan medik / pelayanan kedokteran rumah sakit. Dalam buku pedoman ini
diuraikan tentang prinsip upaya peningkatan mutu pelayanan medik / pelayanan
kedokteran, langkah-langkah pelaksanaannya dan dilengkapi dengan indikator
mutu pelayanan medik / pelayanan kedokteran. Keberadaan staf medis dan kinerja
staf medis dalam rumah sakit sangat menentukan kualitas pelayanan di rumah
sakit. Yang lebih penting lagi kinerja staf medis akan sangat mempengaruhi
keselamatan pasien di rumah sakit.
B. Defenisi
1. Standar Pelayanan Kedokteran adalah pedoman yang harus diikuti oleh
dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran.
2. Pelayanan Medis adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter
dan dokter gigi sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya, yang dapat
berupa pelayanan promotif, preventif, diagnostik, konsultatif, kuratif atau
rehabilitatif.

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN


KEDOKTERAN

Page 2

3. Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


dokter atau dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya
kesehatan.
4. Standar Prosedur Operasional, selanjutnya disingkat SPO adalah suatu
perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan
proses kerja rutin tertentu, atau langkah yang benar dan terbaik
berdasarkan konsensus bersama dalam melaksanakan berbagai kegiatan
dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh fasilitas pelayanan kesehatan
berdasarkan standar profesi.
5. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan
dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi
baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah
Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan
baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter
gigi.
7. Kondisi adalah gambaran klinis yang berupa gejala dan/atau tanda yang
tampak pada pasien.
C. Tujuan
1. Memberikan pedoman pada dokter dan dokter gigi dalam menyiapkan dan
melaksanakan praktik kedokteran di RSI Siti Rahmah .
2. Memberikan jaminan kepada pasien untuk memperoleh pelayanan medik /
pelayanan kedokteran yang berdasarkan pada nilai ilmiah sesuai dengan
kebutuhan medis pasien.
3. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medik / pelayanan
kedokteran yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi.
4. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.

D. Ruang Lingkup
Manajemen Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit secara
sederhana adalah suatu pengelolaan yang meliputi perencanaan berbagai sumber
daya medik dengan mengorganisir serta menggerakkan sumber daya tersebut
diikuti dengan evaluasi dan kontrol yang baik, sehingga dihasilkan suatu
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 3

penyelenggaraan pelayanan medik / pelayanan kedokteran yang merupakan


bagian dari sistem pelayanan di RSI Siti Rahmah .
E. BATASAN OPERASIONAL
Dalam melaksanakan pelayanan medik / pelayanan kedokteran pada pasien
yang berkesinambungan, rumah sakit melaksanakan proses pelayanan yang
berkelanjutan dan koordinasi antara dokter yang memberikan pelayanan kepada
pasien di:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pelayanan Emergensi
Pelayanan Rawat Jalan
Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan Diagnostik
Pelayanan Pengobatan Khemoterapi
Pelayanan Hemodialisa
Pelayanan non bedah dan tindakan bedah

F. STANDAR PELAYANAN MEDIK


Standar

acuan

yang

digunakan

untuk

menyelenggarakan

pelayanan

medik/pelayanan kedokteran adalah acuan untuk menyamakan persepsi tentang


berbagai istilah sebagai berikut:
1. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
2. Pedoman Pelayanan RSI Siti Rahmah
3. Alur Klinis (clinical pathway)
Penjabaran rencana pelayanan pasien terstandar hari demi hari dalam suatu
lembaran kerja.
4. Algoritme
Merupakan format tertulis berupa flowchart pohon pengambilan
keputusan, dengan melihat algoritme dapat dilihat secara cepat apa yang
harus dilakukan pada situasi tertentu.
5. Protokol
Pedoman pelaksanaan kondisi/ tindakan tertentu.
6. Prosedur
Standar Prosedur Operasional adalah suatu perangkat instruksi / langkah
langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin
tertentu , dimana standar prosedur operasional memberikan langkah yang
benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 4

berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh saran pelayanan
keehatan berdasarkan standar profesi
G. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
4. Undang undang no 20 tahun 2013 tentang pendidikan kedokteran
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/MENKES/PER/IX/2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam Medis.
8. Surat Keputusan

Menteri Kesehatan RI

Nomor 244/MENKES/PER/

III/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUP H. Adam Malik.


9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1173/MENKES.PER/X/2004
tentang Standar Akreditasi RS.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/MENKES/SK/II/2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1069/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan.
12. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/MENKES/PER /IV/2011
tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1195/Menkes/SK/VII/2010
tanggal 23 Agustus 2010 tentang Lembaga/Badan akreditasi rumah sakit
yang telah diakreditasi oleh International Quality in Health Care (ISQUA)
dan Joint Commission International (JCI).
14. Hospital By Law RSI Siti Rahmah 2016
15. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 512 / MENKES
/PER/ IV /2007 tentang izin praktik dan pelaksanaan praktik kedokteran
16. Surat keputusan pengurus besar ikatan dokter indonesia no 221 / PB / A.
4 / 04/ 2002 tentang penerapan kode etik kedokteran indonesia .
17. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia no 4 tahun 2011 tentang disiplin
profesional dokter dan dokter gigi

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN


KEDOKTERAN

Page 5

BAB II
KETENAGAAN
A. KEWENANGAN DAN KEWAJIBAN DOKTER DALAM MEMBERI
PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN KEDOKTERAN
1) Untuk memperoleh kewenangan, dokter yang akan berpraktik harus
memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) yang dikeluarkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia. Untuk memperoleh STR diperlukan persyaratan:
a. ijazah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, atau dokter gigi spesialis
dari institusi pendidikan kedokteran yang terakreditasi. Khusus untuk
lulusan luar negeri harus melalui mekanisme evaluasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
b. surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter atau dokter
gigi di atas kertas bermaterai;
c. surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. sertifikat kompetensi melalui uji kompetensi; dan
e. surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan etika profesi.
2) Surat tanda registrasi berlaku selama 5 (lima) tahun. Registrasi ulang harus
memenuhi persyaratan. Bentuk uji kompetensi pada registrasi ulang akan
ditentukan oleh Kolegium.
3) Dokter yang telah memiliki STR mempunyai wewenang melakukan
praktik kedokteran sesuai dengan pendidikan dan kompetensi yang
dimiliki, yaitu:
a. mewawancarai pasien;
b. memeriksa fisik dan mental pasien;
c. menentukan pemeriksaan penunjang;
d.
e.
f.
g.
h.

menegakkan diagnosis;
menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;
melakukan tindakan kedokteran atau kedokterdan gigi;
menulis resep obat dan alat kesehatan;
menulis surat keterangan dokter atau dokter gigi;

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN


KEDOKTERAN

Page 6

4) Sehubungan dengan kewenangan melakukan praktik tersebut, maka


seorang dokter wajib melakukan hal-hal sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

mengutamakan kepentingan pasien;


memperlakukan pasien secara sopan dan penuh perhatian;
menghormati martabat dan privasi pasien;
mendengarkan pasien dan menghormati pandangan serta pendapatnya
memberikan informasi kepada pasien secara jelas;
memberikan edukasi untuk meningkatkan kesehatan;
menghormati hak pasien dalam pengambilan keputusan tentang

pelayanan yang akan diberikan;


h. mempertahankan dan memperbaharui pengetahuan serta keterampilan
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.

profesi
menyadari keterbatasan kompetensi profesi;
dapat dipercaya dan jujur;
menghormati dan menyimpan informasi rahasia pasien;
menghormati agama dan kepercayaan pasien;
senantiasa berusaha mengurangi risiko yang akan menimpa pasien;
menghindari penyalahgunaan wewenang sebagai dokter;
bekerja sama antarsejawat untuk memberi pelayanan kedokteran

terbaik;
p. melaksanakan praktik kedokteran sesuai dengan ketentuan yang
berlaku; dan
q. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali
jika ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.
r. Setiap dokter harus siap untuk mempertanggungjawabkan setiap
tindakan yang dilakukan.
DALAM MELAKUKAN PRAKTIK KEDOKTERAN DI RUMAH SAKIT
ISAM

SITIRAHMAH

SETIAP

DOKTER

DAN

DOKTER

GIGI

MEMENUHI :
1. Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik kedokteran
di RSI Siti Rahmah wajib memiliki SIP
2. Untuk memperoleh SIP , dokter dan dokter gigi mengajukan
permohonan

kepada

Kepala

Dinas

Kesehatan

kota

dengan

melampirkan ;
a. Fotocopi Surat Tanda Register ( STR ) dokter dan dokter gigi yang
diterbitkan dan dilegalisir asli oleh Konsil Kedokteran Indonesia ,
yang masih berlaku
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 7

b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik , atau surat keterangan


dari sarana pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya .
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi , sesuai tempat praktik.
d. Pas foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 3 ( tiga ) lembar dan 3x4
sebanyak 2 ( dua ) lembar.
3. SIP dokter dan dokter gigi paling banyak 3 ( tiga ) tempat dan untuk
memperoleh SIP kedua dan ketiga pada jam kerja , dokter dan dokter
gigi yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan pemerintah harus
melampirkan surat izin dari pimpinan instansi / sarana pelayanan
kesehatan dimana dokter dan dokter gigi bekerja.
4. SIP bagi dokter dan dokter gigi sebagai staf pendidik yang melakukan
praktik kedokteran atau praktik kedokteran gigi pada rumah sakit
pendidikan, berlaku juga untuk melakukan proses pendidikan
kedokteran dan kedokteran gigi di rumah sakit pendidikan lainnya
yang dijadikan jejaring pendidikannya .
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Dokter dan dokter gigi di Pelayanan medis/ pelayanan kedokteran spesialistik dan
subspesialistik yang ada di pelayanan medik/pelayanan kedokteran adalah:
1. Pelayanan Gawat Darurat
2. Pelayanan Spesialis Dasar
a. Pelayanan Penyakit Dalam
b. Pelayanan Kesehatan Anak
c. Pelayanan Bedah
d. Pelayanan Obstetri dan Ginekologi
3. Pelayanan Spesialis Penunjang
a. Pelayanan Radiologi
b. Pelayanan Rehabilitasi Medik
c. Pelayanan Laboratorium sentral yang terdiri atas pelayanan patologi
klinik, patologi anatomi dan mikrobiologi.
4. Pelayanan Medik Spesialistik
a. Pelayanan Spesialis THT
b. Pelayanan Spesialis Ortopedi
c. Pelayanan Spesialis Kesehatan Jiwa
d. Pelayanan Spesialis Penyakit Syaraf
e. Pelayanan Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin
f. Pelayanan Spesialis Jantung
g. Pelayanan Spesialis Anestesi
h. Pelayanan Spesialis Paru
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 8

i. Pelayanan Spesialis Urologi


j. Pelayanan Spesialis Bedah Syaraf
Pelayanan Medik/ Pelayanan Kedokteran di poliklinik sebagai berikut:
1. Poliklinik Saraf (Neurologi)
2. Poliklinik Penyakit Dalam
3. Poliklinik Bedah
4. Poliklinik Anak
5. Poliklinik THT
6. Poliklinik Mata
7. Poliklinik Kulit dan Kelamin
8. Poliklinik Jantung (Kardiologi)
9. Poliklinik Psikiatri
10. Poliklinik Obgin
11. Poliklinik Pulmonologi
12. Poliklinik TB
13. Poliklinik Gigi dan Mulut
14. MCU (Medical Check-Up)
15. Klinik Eksekutif
Untuk pelayanan medik / pelayanan kedokteran yang belum tersedia seperti
ahlinya yang tidak ada, akan diatasi dengan memanfaatkan mekanisme rujukan.
C. PENGATURAN JAGA
1) Jam Operasional di Instalasi Rawat Jalan
Senin s/d Kamis : Jam 7.45 16.15 WIB
Jumat
: Jam 7.45 17.00 WIB
2) Jam Operasional untuk Instalasi rawat Inap
Setiap hari kerja dan hari libur
3) Instalasi Gawat Darurat
Setiap hari kerja
: Jam 15.00 08.00 WIB
Hari libur/Minggu
: Shift 1 : Jam 08.00 20.00 WIB
Shift 2 : Jam 20.00 08.00 WIB

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN


KEDOKTERAN

Page 9

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Sarana dan Prasarana Pelayanan Medik yang meliputi :


Gedung rawat jalan, rawat inap, gedung pusat jantung terpadu, ruang
bedah, UGD, lain lain yang harus memenuh i syarat sesuai dengan
arsitektur rumah sakit yang berlaku.
Sarana dan prasarana alat kesehatan sederhana

maupun canggih untuk

terlaksananya pelayanan medik / pelayanan kedokteran yang bermutu.


B. Teknologi Kesehatan
Teknologi kesehatan adalah segala bentuk alat dan atau metode yang ditujukan
untuk membantu menegakkan diagnosa, pencegahan, dan penanganan
permasalahan kesehatan manusia.

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN


KEDOKTERAN

Page 10

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. PRAKTIK KEDOKTERAN BERDASARKAN PADA :
a. Nilai ilmiah
b. Asas manfaat
c. Asas keadilan
d. Asas kemanusiaan asas keseimbangan
e. Asas perlindungan dan keselamatan
B. PRAKTIK KEDOKTERAN BERDASARKAN PADA :
a. Menghormati martabat manusia ( respect for person )
b. Berbuat baik ( beneficence )
c. Tidak berbuat merugikan( non maleficence )
d. Keadilan ( justice )
C. TUJUAN
a. Memberi perlindungan kepada pasien
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medik
c. Memberi kepastian hukum kepada masyarakt dan dokter
D. ASUHAN KLINIS YANG BAIK
1. Menyediakan Asuhan Klinis yang Baik
Asuhan klinis yang baik meliputi:
a. Menilai keadaan pasien yang adekuat berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, apabila diperlukan juga melakukan pemeriksaan
tambahan yang sesuai;
b. Melakukan atau merencanakan pemeriksaan lanjutan, dan melakukan
terapi apabila diperlukan;
c. Melakukan tindakan yang tepat;
d. Melakukan tindakan segera apabila diperlukan; dan
e. Merujuk pasien kepada dokter lain yang sesuai, bila ada indikasi.
2. Beberapa sikap yang diperlukan dalam memberikan pelayanan
medik / pelayanan kedokteran, yaitu:
a. Mengenali dan bekerja di dalam batas-batas kompetensi profesi;
b. Senantiasa bersedia berkonsultasi dengan sejawat;
c. Meyakini dirinya senantiasa dalam keadaan yang kompeten (mampu
dan sehat baik fisik maupun mental) ketika menegakkan diagnosis,
merencanakan, dan memberikan terapi;
d. Menjaga agar rekam medis selalu jelas, akurat, dapat dibaca dan sesuai
dengan keadaan pasien waktu ditulis, serta berisi temuan klinis yang
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 11

relevan, keputusan yang diambil sewaktu, penjelasan yang diberikan


kepada pasien, dan jenis obat atau tindakan yang direncanakan atau
dilakukan;
e. Senantiasa saling memberi informasi kepada sejawat tentang pasien
rawat bersama;
f. Memberikan terapi untuk mengurangi penderitaan atau rasa sakit
kepada pasien yang tidak mempunyai harapan sembuh;
g. Resep harus ditulis dengan tata cara yang benar, jelas dan terbaca.
h. Tidak boleh merekomendasikan kepada pasien tentang pemeriksaan,
terapi, atau melakukan rujukan, yang tidak bermanfaat bagi pasien;
i. Menjelaskan kepada pasien mengenai manfaat dan efek yang tidak
diinginkan dari obat/bahan dan atau tindakan, sebelum dan sesudah
terapi dan menuliskannya di dalam rekam medis;
j. Melaporkan hasil terapi, tindakan, dan/atau efek obat yang tidak
diinginkan kepada Komite Medik Rumah Sakit atau sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk kepentingan peningkatan mutu asuhan
klinis; dan
k. Memanfaatkan segala sumber daya yang ada secara efisien.
3. Apabila terdapat keterbatasan sarana dan prasarana, dokter menentukan
keputusan terapi atau tindakan secara bijak. Keputusan ini secara proporsional
disampaikan kepada pasien dan ditulis dalam rekam medis.
4. Jika dokter mempunyai alasan yang baik untuk berpendapat bahwa
kemampuannya untuk memberikan terapi secara tepat kepada pasien
terhambat secara serius karena kekurangan tempat bertindak, kekurangan
peralatan yang diperlukan atau kekurangan sarana lainnya, maka hal ini harus
disampaikan kepada yang berwenang untuk dapat memperbaikinya. Dokter
harus mencatat kekhawatirannya ini serta langkah-langkah yang sudah
dilakukan dalam catatan khusus.
5. Melaporkan ke komite medik dan komite keselamatan pasien Apabila terjadi
efek pengobatan / tindakan yang kurang baik .
6. Keputusan Memilih Asuhan Medis
a. Prioritas pemeriksaan harus diberikan berdasarkan penilaian keadaan
klinis pasien dan efektivitas pemeriksaan. Demikian juga dengan
keputusan penentuan terapi. Dalam melakukan hal tersebut tidak boleh
dipengaruhi oleh gaya hidup pasien, budaya, kepercayaan, ras, warna kulit,
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 12

jenis kelamin, cacat, umur, dan keadaan sosial ekonomi. Dokter tidak
boleh menolak atau menunda terapi yang diperlukan
b. Jika dokter merasa bahwa pasien tidak yakin akan saran atau terapi atau
tindakan yang akan diberikan, maka dokter harus menjelaskan sekali lagi
dengan lebih rinci atas saran, terapi dan tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien. Selanjutnya, dokter mengatakan kepada pasien tentang
haknya untuk pergi atau berobat ke dokter lain untuk memperoleh opini
kedua ( second opinion )
c. Dokter tidak boleh menolak untuk mengobati pasien penyakit menular
yang berisiko terhadap dirinya. Jika penyakit pasien berisiko terhadap
dirinya, maka dokter harus melindungi dirinya sebelum melakukan
pemeriksaan atau memberikan terapi.
E. MEMPERTAHANKAN PRAKTIK KEDOKTERAN YANG BAIK
1. Selalu Mengikuti Perkembangan
a. Dokter harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkini
selama berprofesi.
b. Setiap dokter yang berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan
pelatihan kedokteran yang diselenggarakan oleh institusi pendidikan
atau lembaga lain yang terakreditasi oleh organisasi profesi dalam
rangka penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran.
2. Mempertahankan Kualitas Asuhan Medis
a. Dalam mempertahankan dan memonitor kualitas asuhan medis
yang diberikan, dokter harus mempunyai kepedulian yang tinggi
terhadap keselamatan pasien dan harus bekerja sama dengan
sejawat dan/atau tenaga kesehatan lain. Untuk itu dokter harus:
b. Membuat rekam medik secara benar dan baik;
c. Mengikuti secara rutin dan sistematis audit klinis atau medis.
Dokter harus merespon atau menindaklanjuti hasil audit tersebut
untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan medik /
pelayanan kedokteran, antara lain dengan mengikuti pendidikan
dan pelatihan lanjutan; dan

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN


KEDOKTERAN

Page 13

d. Membuat laporan, catatan pribadi, dan melaporkan tentang


kejadian yang tidak menyenangkan pada forum audit internal atau
ke komite keselamatan pasien rumah sakit (KKPRS) untuk
membantu menurunkan risiko terhadap pasien.
F. PELATIHAN, PENGAJARAN DAN PENILAIAN
a. Pelatihan dan pengajaran
Bersedia untuk memberikan pelatihan dan pengajaran kepada calon
dokter dan calon dokter spesialis dalam mengembangkan pengetahuan
dan ketrampilan .
b. Penilaian dan rekomendasi
a) Memberi masukan ke manajemen
b) Mengajar harus jujur dan objektif
c) Penilaian terhadap sejawat jujur dan objektif

G. HUBUNGAN DOKTER PASIEN


Hubungan dokter- pasien merupakan pondasi dalam praktek kedokteran
dan juga etika kedokteran.
1. Komunikasi yang Baik
1)
Untuk mencapai pelayanan kedokteran yang efektif berdasarkan saling
percaya dan saling menghormati, perlu komunikasi yang baik antara
pasien dan dokter. Komunikasi yang baik meliputi:
a. Mendengarkan keluhan, menggali informasi, dan menghormati
pandangan serta kepercayaan pasien yang berkaitan dengan
keluhannya;
b. Memberikan informasi yang diminta atau yang diperlukan tentang
kondisi, diagnosis, terapi dan prognosis pasien, serta rencana
perawatannya dengan menggunakan cara yang bijak dan bahasa yang
dimengerti pasien. Termasuk informasi tentang tujuan pengobatan,
pilihan obat yang diberikan, cara pemberian serta pengaturan dosis
obat, dan kemungkinan efek samping obat yang mungkin terjadi; dan
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 14

c. Memberikan informasi tentang pasien serta tindakan kedokteran yang


dilakukan kepada keluarganya, setelah mendapat persetujuan pasien.
d. Apabila pasien tidak mampu menerima informasi jelaskan kepada
2)

keluarga pasien .
Jika seorang pasien mengalami kejadian yang tidak diharapkan selama
dalam

perawatan

dokter,

dokter

yang

bersangkutan

atau

penanggungjawab pelayanan kedokteran, harus menjelaskan keadaan


yang terjadi akibat jangka pendek atau panjang dan rencana tindakan
kedokteran yang akan dilakukan secara jujur dan lengkap serta
menunjukkan empati. Jika pasien adalah seorang dewasa yang tidak
mampu menerima penjelasan dokter, maka penjelasan harus diberikan
kepada mereka yang bertanggung jawab terhadap pasien, keluarga dekat
atau teman lainnya yang ikut terlibat dalam perawatan pasien tersebut.
Jika pasien adalah seorang anak, keadaan ini harus disampaikan kepada
orang yang bertanggung jawab secara pribadi atau kepada pasien jika
3)

dinilai sudah cukup matang untuk mengerti kejadian tersebut.


Jika seorang pasien dalam asuhan dokter meninggal,

sesuai

pengetahuannya, dokter harus menjelaskan sebab dan keadaan berkaitan


dengan kematian tersebut kepada orang tua, keluarga dekat, mereka yang
mempunyai tanggung jawab, atau teman yang terlibat dalam asuhan
pasien tersebut kecuali jika pasien berwasiat lain.
2. Memperoleh Persetujuan
Persetujuan yang berdasarkan pengetahuan merupakan salah satu konsep inti
etika kedokteran.
Dalam setiap tindakan kedokteran yang akan dilakukan, dokter harus
mendapat persetujuan pasien karena pada prinsipnya yang berhak memberikan
persetujuan atau penolakan tindakan medis adalah pasien yang bersangkutan.
Untuk itu, dokter harus melakukan pemeriksaan secara teliti, serta
menyampaikan rencana pemeriksaan lebih lanjut termasuk risiko yang
mungkin terjadi secara jujur, transparan, dan komunikatif. Dokter harus yakin
bahwa pasien mengerti tentang apa yang disampaikan sehingga pasien dalam
memberikan persetujuan tanpa adanya paksaan atau tekanan.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 15

3. Menghormati Rahasia Kedokteran


Dokter dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan catatan
medis pasien maupun segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien
tersebut sebagai rahasia kedokteran. Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya
untuk kepentingan kesehatan pasien, permintaan pasien sendiri maupun dalam
penegakan etik, disiplin, dan hukum berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Tugas dokter untuk menjaga kerahasiaan informasi pasien merupakan dasar
pokok dalam etika kedokteran.
Hak pasien terhadap kerahasiaan sebagai berikut:
1) Semua informasi yang teridentifikasi mengenai status kesehatan pasien,
kondisi medis, diagnosis, prognosis dan tindakan medis serta semua
informasi lain yang sifatnya pribadi, harus dijaga kerahasiaannya, bahkan
setelah kematian.
2) Informasi rahasia hanya boleh dibeberkan jika pasien memberikan ijin.
3) Semua data pasien harus dilindungi. Perlindungan terhadap data harus
sesuai dengan aturan yang berlaku selama penyimpanan.
4. Mempertahankan Kepercayaan Pasien
5. Hubungan yang baik antara dokter dengan pasien berdasarkan saling percaya
dan

saling menghormati.

Untuk mendapatkan

dan mempertahankan

kepercayaan ini, dokter harus :


a. bertindak sopan, hati-hati dan jujur;
b. menghormati privasi dan harga diri pasien;
c. menghormati hak para pasien untuk menolak berperan serta dalam proses
pendidikan atau penelitian dan memastikan bahwa penolakan mereka tidak
memberikan pengaruh yang buruk terhadap hubungan dokter dengan
pasien;
d. menghormati hak pasien untuk mendapatkan opini kedua; dan
e. selalu siap dihubungi para pasien dan/atau sejawat berkaitan dengan
penyakit pasiennya sesuai perjanjian.
6. Dokter tidak dibenarkan untuk menggunakan kedudukan profesionalnya untuk
memperoleh atau mengusahakan adanya hubungan seksual atau emosional
yang tidak senonoh, atau pelecehan seksual dengan seorang pasien atau
seseorang yang dekat dengan dokter.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 16

7. Mengakhiri Hubungan Profesional dengan Pasien


1) Dokter tidak boleh mengakhiri hubungan dengan pasien apabila pasien
mengeluh tentang pelayanan kedokteran yang diberikan. Termasuk apabila
pasien mengeluh tentang tagihan pembiayaan jasa layanan atau terapi yang
diberikan. Hubungan profesional dokter pasien dapat berakhir apabila
pasien melakukan kekerasan.
2) Dokter harus menjelaskan kepada pasien secara lisan atau tertulis, alasan
mengakhiri hubungan profesional dengan pasien tersebut. Walau demikian
dokter tidak boleh menerlantarkan pasien tersebut. Dokter bertanggung
jawab untuk mencarikan dokter penggganti. Selanjutnya ringkasan salinan
rekam medis pasien diberikan pada dokter pengganti.
8. Menyelesaikan Masalah dalam Praktik Profesi yang Terkait dengan
Perilaku Sejawat
1) Pasien harus dilindungi dari risiko cedera akibat dirawat dokter atau
tenaga kesehatan lain yang dalam pengaruh alkohol atau NAPZA. Bila
terdapat kekhawatiran yang serius akan hasil kerja atau perilaku seorang
sejawat, maka tindakan pencegahan harus dilakukan segera untuk
menyelidiki kekhawatiran tersebut. Pastikan apakah kekhawatiran itu
memang

beralasan

atau

tidak.

Setiap

dokter

harus

senantiasa

mendahulukan keselamatan pasien.


2) Apabila ada kasus, dan dokter ragu terhadap apa yang harus dilakukan
maka dokter harus meminta advis kepada atasan atau otoritas yang
berwenang antara lain organisasi profesi, MKDKI, atau KKI.
3) Jika dokter menjadi penanggung jawab (manajerial) institusi pelayanan
kedokteran maka dokter tersebut harus membuat dan menetapkan
mekanisme pencegahan, penyelidikan kekhawatiran, permintaan advis,
dan pelaporan.
9. Keluhan Pasien
Keluhan pasien tentang pelayanan kedokteran harus segera ditanggapi secara
terbuka, jujur, dan empati. Jelaskan kepada pasien apa yang sebenarnya
terjadi. Permintaan informasi formal dari pihak yang berkepentingan tentang
keluhan pasien harus ditanggapi secara konstruktif.
10. Permintaan Informasi Formal
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 17

1) Dokter harus memberikan semua informasi yang relevan kepada


mereka yang berhak guna penyelidikan yang dilakukan, terkait dengan
masalah etika profesi, disiplin kedokteran, maupun hukum.
2) Dokter harus membantu tugas Kedokteran Forensik dengan cara
menjawab pertanyaan, dan memberikan informasi yang relevan dalam
penetapan sebab kematian, penyelidikan atau penyidikan kematian
seseorang.

H. KERJASAMA DENGAN SEJAWAT


Dokter secara individu tidak bisa menjadi ahli untuk semua penyakit yang
diderita oleh pasien mereka dan perawatan yang harus diberikan sehingga
membutuhkan bantuan dari dokter spesialis lain.
1. Merujuk Pasien
a. Pada pasien rawat jalan
karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan fasilitas pelayanan,
dokter yang merawat harus merujuk pasien pada sejawat lain untuk
mendapatkan advis, pemeriksaan atau tindakan lanjutan. Bagi dokter
yang menerima rujukan, sesuai dengan etika profesi, wajib
menjawab/memberikan

advis

tindakan

atau

terapi

dan

mengembalikannya kepada dokter yang merujuk. Dalam keadaan


tertentu dokter penerima rujukan dapat melakukan tindakan atau
perawatan lanjutan dengan persetujuan dokter yang merujuk dan
pasien. Setelah selesai perawatan dokter penerima rujukan mengirim
kembali kepada dokter yang merujuk.
b. Pada pasien rawat inap
sejak awal pengambilan kesimpulan sementara, dokter dapat
menyampaikan kepada pasien kemungkinan untuk dirujuk kepada
sejawat lain karena alasan kompetensi. Rujukan dimaksud dapat
bersifat advis, rawat bersama atau alih rawat. Pada saat meminta
persetujuan pasien untuk dirujuk, dokter harus memberi penjelasan
tentang alasan, tujuan, dan konsekuensi rujukan , seluruh usaha
ditujukan untuk kepentingan pasien. Pasien berhak memilih dokter
rujukan sesuai dengan aturan rumah sakit, dan dalam rawat bersama
harus ditetapkan dokter penanggung jawab utama (DPJP Utama).
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 18

2. Dokter

yang

merujuk

dan

dokter

penerima

rujukan,

harus

mengungkapkan segala informasi tentang kondisi pasien yang relevan


dan disampaikan secara tertulis serta bersifat rahasia.
3. Jika dokter memberi pengobatan dan nasihat kepada seorang pasien
yang diketahui sedang dalam perawatan dokter lain, maka dokter yang
memeriksa harus menginformasikan kepada dokter pasien tersebut
tentang hasil pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan penting lainnya
demi kepentingan pasien.
I. Bekerjasama dengan Sejawat
1. Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membedakan jenis
kelamin, ras, kecacatan, agama/kepercayaan, usia, status sosial atau
perbedaan kompetensi yang dapat merugikan hubungan profesional
antar sejawat.
2. Seorang dokter tidak dibenarkan mengkritik teman sejawat melalui
pasien yang mengakibatkan turunnya kredibilitas sejawat tersebut.
Selain itu tidak dibenarkan seorang dokter memberi komentar tentang
suatu kasus, bila tidak pernah memeriksa atau merawat secara
langsung.
J. Bekerjasama Dalam Tim
Asuhan kesehatan selalu ditingkatkan melalui kerjasama dalam tim
multidisiplin. Apabila bekerja dalam sebuah tim, dokter harus:
1) Menunjuk ketua tim selaku penanggung jawab (DPJP Utama);
2) Tidak

boleh

mengubah

akuntabilitas

pribadi

dalam

perilaku

keprofesian dan asuhan yang diberikan;


3) Menghargai kompetensi dan kontribusi anggota tim;
4) Memelihara hubungan profesional dengan pasien;
5) Berkomunikasi secara efektif dengan anggota tim di dalam dan di luar
tim;
6) Memastikan agar pasien dan anggota tim mengetahui dan memahami
siapa yang bertanggung jawab untuk setiap aspek pelayanan pasien;

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN


KEDOKTERAN

Page 19

7) Berpartisipasi dalam review secara teratur, audit dari standar dan


kinerja tim, serta menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk
memperbaiki kinerja dan kekurangan tim;
8) Menghadapi masalah kinerja dalam pelaksanaan kerja tim dilakukan
secara terbuka dan sportif.

K. Memimpin Tim
Dalam memimpin sebuah tim, seorang dokter harus memastikan bahwa:
1) Anggota tim telah mengacu pada seluruh acuan yang berkaitan dengan
pelaksanaan dan pelayanan kedokteran;
2) Anggota tim telah memenuhi kebutuhan pelayanan pasien;
3) Angota tim telah memahami tanggung jawab individu dan tanggung
jawab tim untuk keselamatan pasien. Selanjutnya, secara terbuka dan
bijak mencatat serta mendiskusikan permasalahan yang dihadapi;
4) Acuan dari profesi lain dipertimbangkan untuk kepentingan pasien;
5) Setiap asuhan pasien telah terkoordinasi secara benar, dan setiap pasien
harus tahu siapa yang harus dihubungi apabila ada pertanyaan atau
kekhawatiran;
6) Pengaturan dan pertanggungjawaban pembiayaan sudah tersedia;
7) Pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut dari audit standar
pelayanan kedokteran dan audit pelaksanaan tim dijalankan secara
berkala dan setiap kekurangan harus diselesaikan segera; dan
8) Sistem sudah disiapkan agar koordinasi untuk mengatasi setiap
permasalahan dalam kinerja, perilaku atau keselamatan anggota tim
dapat tercapai.
9) Selalu mempertahankan dan meningkatkan praktik kedokteran yang
benar dan baik.
L. Mengatur Dokter Pengganti
1) Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan
dokter pengganti serta mengatur proses pengalihan yang efektif dan
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 20

komunikatif dengan dokter pengganti. Dokter pengganti harus


diinformasikan kepada pasien dan tercatat di rekam medis pasien.
2) Dokter harus memastikan bahwa dokter pengganti mempunyai
kemampuan,

pengalaman,

pengetahuan,

dan

keahlian

untuk

mengerjakan tugasnya sebagai dokter pengganti. Dokter pengganti


harus tetap bertanggung jawab kepada dokter yang digantikan atau
ketua tim dalam asuhan medis.
M. Mematuhi Tugas
1) Seorang dokter yang bekerja pada institusi pelayanan medik /
pelayanan kedokteran harus mematuhi tugas yang digariskan pimpinan
institusi, termasuk sebagai dokter pengganti.
2) Dokter penanggung jawab tim (DPJP Utama) harus memastikan bahwa
pasien atau keluarga pasien mengetahui informasi tentang diri pasien
akan disampaikan kepada seluruh anggota tim yang akan memberi
perawatan. Jika pasien menolak penyampaian informasi tersebut,
dokter penanggung jawab tim(DPJP Utama) harus menjelaskan kepada
pasien keuntungan bertukar informasi dalam pelayanan kedokteran.
N. Pendelegasian Wewenang
Pendelegasian wewenang kepada perawat, mahasiswa kedokteran, peserta
program pendidikan dokter spesialis, atau dokter pengganti dalam hal
pengobatan atau perawatan atas nama dokter yang merawat, harus
disesuaikan dengan kompetensi dalam melaksanakan prosedur dan
pemberian terapi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dokter yang
mendelegasikan tetap menjadi penanggungjawab atas pananganan pasien
secara keseluruhan.
O. Penyelenggaraan Pelayanan Medik / Pelayanan Kedokteran sebagai
Suatu Sistem
Dengan pendekatan sistem penyelenggaraaan pelayanan medik / pelayanan
kedokteran terdiri dari beberapa komponen yaitu :
1. Tenaga medik yaitu dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis,
DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan)
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 21

Adalah seorang dokter spesialis/dokter sub spesialis dan dokter gigi


spesialis yang memberikan asuhan medis lengkap (paket) kepada satu
pasien dengan satu patologi/penyakit sesuai dengan kewenangan klinis
yang diberikan rumah sakit, dari awal sampai dengan akhir perawatan
di rumah sakit, baik pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
Asuhan medis lengkap artinya melakukan asesmen medis sampai
dengan implementasi rencana serta tindak lanjutnya sesuai kebutuhan
pasien. Residen tidak diperbolehkan menjadi DPJP.
2. Organisasi
a. Staf Medik Fungsional adalah staf medis yang dikelompokkan
berdasarkan Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktek
(SIP), terdiri dari kelompok staf medis dokter umum, dokter gigi,
dokter spesialis, dokter gigi spesialis yang bekerja di bidang medis
yang dikoordinasi oleh kepala SMF yang bertanggung jawab
kepada Wakil Direktur Pelayanan.
b. Komite Medik adalah perangkat rumah sakit yang menerapkan
tata kelola klinis (clinical governance) agar staf medis di rumah
sakit terjaga porfesionalismenya melalui mekanisme kredensial,
pejagaan mutu profesi medis serta pemeliharaan etika dan
disiplin profesi medis dan juga bertugas membantu memonitor
dan mengembangkan SMF ditinjau dari aspek teknis medis
termasuk hukum dan etika profesi maupun etika Rumah Sakit
(Permenkes no. 755 tahun 2011 tentang Komite Medik).
c. Wakil Direktur Pelayanan mengelola sistem pelayanan medik
sehingga dihasilkan suatu pelayanan medik yang bermutu sesuai
dengan visi dan misi rumah sakit sesuai dengan Pasal 29
Permenkes 983/1992.
Tugas Wail Direktur Pelayanan meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap,
rawat darurat, bedah sentral, perawatan intensif, radiologi, rehabilitasi medis,
patologi klinis, patologi anatomi, kegiatan bidang penunjang, bidang pelayanan
medik dan bidang keperawatan .

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN


KEDOKTERAN

Page 22

Tugas Bidang Pelayanan mengkoordinasikan semua kebutuhan pelayanan


medis, melaksanaka n

, pemantauan dan pengawasan

kegiatan

pelayanan

medis, pengawasan dan pengendalian semua kegiatan pelayanan medis sesuai


dengan kebutuhan pasien.
RSI Siti Rahmah sebagai rumah sakit memiliki kemampuan pelayanan yang
meliputi:
a. Penjamin mutu pelayanan dan keselamatan pasien serta kedokteran berbasis
b.
c.
d.
e.
f.

bukti.
Penerapan Metode Penatalaksanaan Terapi terbaru
Teknologi kedokteran yang bertepat guna
Hari rawat yang lebih pendek untuk penyakit yang sama
Hasil pengobatan dan survival rate yang lebih baik
Tersedianya konsultasi dari Staf Medis selama 24 jam

BAB VI
KEJUJURAN BERPROFESI/
ETIKA KEDOKTERAN DAN PENELITIAN MEDIS

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN


KEDOKTERAN

Page 23

Etika merupakan dan akan selalu menjadi komponen yang penting dalam
praktek pengobatan. Prinsip-prinsip etika seperti menghargai orang, tujuan yang
jelas dan kerahasiaan merupakan dasar dalam hubungan dokter-pasien. Etika juga
penting dalam hubungan dokter dengan masyarakat dan kolega mereka serta
dalam melakukan penelitian kedokteran.
Praktisi medik dan asosiasi profesi mempunyai tugas etis dan tanggung jawab
profesional untuk selalu bertindak berdasarkan kepentingan terbaik pasien dan
mengintegrasikan kewajiban tersebut dengan kepedulian dan keterlibatan dalam
promosi dan memastikan kesehatan masyarakat.
1. Memberikan Informasi tentang Pelayanan
a. Jika dokter mempublikasikan informasi tentang pelayanan yang diberikan,
informasi tersebut sesuai dengan kompetensi dan bidang tugasnya dan
harus berdasarkan fakta dan dapat dibuktikan kebenarannya.
b. Informasi yang dipublikasikan oleh dokter tidak boleh memuat pengakuan
yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Informasi tersebut tidak boleh,
dengan

cara

apapun,

memberikan

jaminan

kesembuhan

dengan

memanfaatkan ketidakberdayaan para pasien atau ketidaktahuan mereka


atas pengetahuan medis.
c. Informasi yang dokter berikan kepada pasien tentang pelayanan
kedokteran tidak boleh membuat pasien terpaksa untuk menggunakan jasa
dokter. Misalnya,

dengan

menumbuhkan

rasa

ketakutan

tentang

penyakitnya dan masa depan kesehatan mereka.


d. Selain itu, dokter tidak boleh mengiklankan asuhan kedokteran yang
dilakukan dengan berkunjung atau menelepon para calon pasien, melalui
perorangan, media massa atau suatu lembaga.

2. Laporan Tertulis, Memberikan Bukti, dan Menandatangani Dokumen


Dokter harus jujur dan bisa dipercaya ketika menulis laporan, melengkapi dan
menandatangani formulir/borang, dan menyampaikan bukti dalam perkara di
pengadilan atau permintaan formal dari pihak lain yang berkepentingan.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 24

Dokter juga tidak boleh menulis atau menandatangani laporan yang


menyesatkan karena menghilangkan informasi yang relevan. Dokter yang
sudah menyetujui untuk membuat suatu laporan harus segera mengerjakannya
berdasarkan data pengunjung.
3. Konflik Kepentingan
a. Seorang dokter tidak boleh menerima bujukan atau hadiah yang mungkin
berpengaruh atau mempengaruhi penilaiannya. Seorang dokter tidak boleh
memberi bujukan dalam bentuk apapun kepada rekan kerja. Seorang
dokter harus bertindak atas kepentingan pasien ketika menulis resep dan
mengatur/menetapkan asuhan medis.
b. Seorang dokter atau keluarganya yang memiliki saham, investasi, atau
aspek-aspek komersial lain pada rumah sakit, sarana pelayanan
kedokteran,

kefarmasian,

atau

laboratorium

klinik

tidak

boleh

mempengaruhi dokter dalam penulisan resep dan penentuan pemeriksaan


penunjang.
c. Pemecahan Konflik ;
a) Konflik harus diselesaikan seinformal mungkin seperti melalui
negosiasi langsung antar orang tidak setuju. Penyelesaian melalui jalur
yang lebih formal hanya dilakukan jika cara informal memang sudah
tidak bisa lagi.
b) Pendapat dari orang-orang yang terlibat langsung harus diperoleh dan
dihargai.
c) Pilihan pasien yang berdasarkan pemahaman, atau dari wakil pasien
yang sah untuk mengambil keputusan terhadap perawatan harus
menjadi pertimbangan utama.
d) Jika memang pilihan harus ditawarkan kepada pasien maka lebih baik
menawarkan pilihan dengan lingkup yang lebih luas dari dapa yang
sempit. Jika terapi yang dipilih tidak tersedia karena keterbatasan
sumber maka pasien harus diberi tahu mengenai hal tersebut.
e) Jika memang setelah usaha yang maksimal persetujuan atau kompromi
tidak dapat dicapai melalui dialog, keputusan dari orang yang
mempunyai hak atau bertanggung jawab dalam membuat keputusan
harus diterima.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 25

BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah
sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa
berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 26

(green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan


keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah
sakit. Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di
setiap rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat
berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas
utama untuk dilaksanakan, dan hal tersebut terkait dengan mutu dan citra rumah
sakit.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat dan
berdasarkan atas latar belakang itulah maka pelaksanaan program keselamatan
pasien di RSI Siti Rahmah perlu dilakukan. Untuk dapat meningkatkan mutu
pelayanan medik RSI Siti Rahmah terutama didalam melaksanakan keselamatan
pasien maka bidang pelayanan medik mengacu kepada pedoman keselamatan
pasien RSI Siti Rahmah. Sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang Undang
Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Pasal 29.
Asas perlindungan dan keselamatan adalah penyelenggaraan praktik
kedokteran tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi harus
mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan dengan tetap memperhatikan
perlindungan dan keselamatan pasien. Walaupun seorang dokter tidak dapat
menjamin kessembuhan pasien, namun setiap dokter senantiasa berupaya untuk
meringankan penderitaan pasien.

BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dilaksanakan untuk mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal, yang meliputi pelayanan kesehatan kerja,
pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat-syarat kesehatan kerja. Rumah sakit
termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 27

bekerja di rumah sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung rumah sakit,
sehingga rumah sakit menerapkan upaya-upaya untuk menghindari keadaan yang
berpotensi menimbulkan dampak yang tidak diinginkan..
Potensi bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga
berpotensi untuk terjadinya kecelakaan ( peledakan, kebakaran, radiasi,
terkontaminasi bahan beracun dan gas). Semua potensi bahaya tersebut jelas
mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan, pasien bahkan pengunjung
di rumah sakit, dari berbagai potensi bahaya tersebut maka diperlukan suatu upaya
untuk mengendalikan, meminimalisasikan bila mungkin meniadakannya oleh
karena itu perlu dikekola upaya K3 dengan baik.

BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
Defenisi Mutu Pelayanan Medik / Pelayanan Kedokteran RSI Siti Rahmah
adalah derajat kesempurnaan pelayanan medik / pelayanan kedokteran untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya
yang tersedia di RSI Siti Rahmah secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 28

secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio
budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan RSI Siti Rahmah .
J

Undang- undang Praktik Kedokteran merupakan terobosan dalam

memperbaiki mutu pelayanan medik / pelayanan kedokteran. Undang-undang ini


memberikan pemahaman kepada setiap dokter, bahwa dalam menyelenggarakan
praktek kedokteran diperlukan adanya acuan tertentu yang harus depenuhi
sehingga masyarakat akan mendapatkan pelayanan medik secara profesional dan
aman.
Mutu Pelayanan Medik / Pelayanan Kedokteran Rumah Sakit berorientasi pada
aspek keamanan pasien, efektifitas tindakan, kesesuaian dengan kebutuhan pasien,
serta efisiensi biaya. Penerapan sistem kendali mutu pelayanan jaminan kesehatan
dilakukan secara menyeluruh meliputi pemenuhan standar mutu fasilitas
kesehatan, memastikan proses pelayanan medik / pelayanan kedokteran berjalan
sesuai standar yang ditetapkan, serta pemantauan terhadap luaran kesehatan
peserta.
A. Dimensi Mutu
Dimensi atau aspeknya adalah :
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek Sosial Budaya
Mutu Terkait dengan Input, Proses, Output dan Outcome
Pengukuran mutu pelayanan medik dapat diukur dengan menggunakan 4 variabel,
yaitu :
1) Input, ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan,
bahan, teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain.

Pelayanan

medik yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula.


PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 29

Hubungan struktur dengan mutu pelayanan medik adalah dalam


perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan medik.
2) Proses, merupakan aktivitas dalam bekerja, adalah merupakan
interaksi profesional antara pemberi pelayanan medik dengan
konsumen (pasien/masyarakat).

Proses ini merupakan variabel

penilaian mutu yang penting.


3) Output, ialah jumlah pelayanan medik yang dilakukan oleh unit
kerja/rumah sakit.
4) Outcome, ialah hasil
merupakan

perubahan

pelayanan
yang

medik/pelayanan
terjadi

kedokteran,

pada

konsumen

(pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.


RSI Siti Rahmah adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang
kompleks, padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena
pelayanan di RSI Siti Rahmah menyangkut berbagai fungsi pelayanan, serta
mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Rumah Sakit harus mampu
melaksanakan fungsi pelayanan medik/pelayanan kedokteran, serta mencakup
berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar RSI Siti Rahmah mampu
melaksanakan fungsi yang demikian kompleks, harus memiliki sumber daya
manusia yang profesional.
B. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Medik / Pelayanan Kedokteran
RSI Siti Rahmah
Upaya peningkatan mutu pelayanan medik / pelayanan kedokteran dapat
diartikan keseluruhan upaya dan kegiatan secara komprehensif dan integratif
memantau dan menilai mutu pelayanan medik RSI Siti Rahmah , memecahkan
masalah-masalah yang ada dan mencari jalan keluarnya, sehingga mutu pelayanan
medik/pelayanan kedokteran RSI Siti Rahmah akan menjadi lebih baik.
Upaya peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan mutu asuhan atau
pelayanan dengan penggunaan sumber daya secara tepat dan efisien. Walaupun
disadari bahwa mutu memerlukan biaya, tetapi tidak berarti mutu yang lebih baik
selalu memerlukan biaya lebih banyak atau mutu rendah biayanya lebih sedikit.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 30

RSI Siti Rahmah mempunyai upaya peningkatan mutu penyelenggaraan


pelayanan medik dan kegiatan yang bertujuan memberikan asuhan pelayanan
sebaik-baikya

kepada

pasien.

Upaya

peningkatan

mutu

pelayanan

medik/pelayanan kedokteran RSI Siti Rahmah akan sangat berarti dan efektif
bilamana upaya peningkatan mutu menjadi tujuan sehari-hari dari setiap unsur di
RSI Siti Rahmah termasuk pimpinan dan pelaksana pelayanan langsung. Sesuai
dengan UU No 44/2009 pasal 29 bahwa membuat, melaksanakan, dan menjaga
standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani
pasien.

BAB X
PENUTUP
RSI Siti Rahmah saat ini menghadapi perubahan tata nilai sebagai
konsekuensi berlakunya UU 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit. Untuk
peningkatan mutu pelayanan medis/ pelayanan kedokteran, RSI Siti Rahmah akan
menyelenggarakan Akreditasi rumah sakit.
Akreditasi rumah sakit merupakan landasan terwujudnya tata kelola rumah
sakit dan tata kelola klinis yang baik, sehingga kewajiban hukum rumah sakit
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN
KEDOKTERAN

Page 31

dilaksanakan dengan baik. Untuk menjawab tantangan globalisasi, akreditasi RSI


Siti Rahmah ke depan akan menggunakan standar internasional untuk mendorong
rumah sakit berorientasi pada standar internasional.
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Medik/Pelayanan Kedokteran RSI
Siti Rahmah ini disusun untuk memenuhi amanah Pasal 3 Undang-Undang Nomor
29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran mengenai tujuan pengaturan Praktik
kedokteran dan pedoman ini masih jauh dari sempurna, maka setiap waktu perlu
perbaikan dan penyempurnaan untuk selalu dapat mewujudkan penyelenggaraan
pelayanan medik / pelayanan kedokteran yang baik dan terhindar dari pelanggaran
disiplin.

Direktur

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN MEDIK / PELAYANAN


KEDOKTERAN

Page 32

Anda mungkin juga menyukai