Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PEMODELAN LINGKUNGAN

Disusun Oleh:
Putri Nurjanah (14513073)
Kelas A

Program Studi Teknik Lingkungan


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia
2016

Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan karuniaNya, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini membahas mengenai jenis-jenis reaktor. Makalah ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Pemodelan Lingkungan.
Adapun makalah ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah. Untuk itu penulis
tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan
dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan kesalahan dalam penyusunan makalah
selanjutnya.
Demikian makalah ini dibuat, semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan
serta bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta,

Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....2
Daftar Isi .3
1. Continuous Stirred-Tank Reactor
1.1. Pengertian dan Konsep CSTR..4
1.2. Penerapan CSTR ..4
1.3. Gambar Contoh Model CSTR...5
2. Sequencing Batch Reactor
2.1. Pengertian dan Konsep SBR....6
2.2. Penerapan SBR6
2.3. Gambar Contoh Model SBR...7
3. Plug-Flow Reactor
3.1. Pengertian dan Konsep PFR8
3.2. Penerapan PFR.9
3.3. Gambar Contoh Model PFR...10
4. Perbandingan antara Batch Reactor dan Continuous Reactor..10
Daftar Pustaka

1.

Continuous Stirred Tank Reactor

1.1

Pengertian dan Konsep CSTR


Continuous Stirred-Tank Reactor (CSTR) adalah reaktor model berupa tangki

berpengaduk dan diasumsikan pengaduk yang bekerja dalam tangki sangat sempurna sehingga
konsentrasi tiap komponen dalam reaktor seragam sebesar konsentrasi aliran yang keluar dari
reaktor .
Reaktor CSTR beroperasi pada kondisi steady state dan mudah dalam kontrol
temperatur, tetapi waktu tinggal reaktan dalam reaktor ditentukan oleh laju alir dari feed masuk
dan keluar, maka waktu tinggal sangat terbatas sehingga sulit mencapai konversi reaktan per
volume reaktor yang tinggi, karena dibutuhkan reaktor dengan volume yang sangat besar.
Prinsip Kerja CSTR yaitu sebagai berikut:

Satu atau lebih reagen fluida dimasukkan pada tangki sebuah reaktor yang dilengkapi
dengan kipas atau impeller.

1.2

Impeller mengaduk cairan untuk memastikan cairan tersebut tercampur rata.

Ada waktu suatu cairan berada di dalam tabung tersebut sebelum keluar.
Penerapan CSTR

Tujuan
Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui efisiensi penghilangan warna (DE)
pada pewarna Azo dalam pengolahan air limbah menggunakan CSTR dengan sistem
bioelectrochemical (CSTR-BES).
Metode
Metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan enam kaca silinder identik
sistem bioelectrochemical (BESs) dengan masing masing volume kerja 750 mL . Serat
grafit digunakan sebagai anoda dan katoda.
Sampel yang diambil dari tempat sampling disentrifugasi pada 3000 rpm selama
10 menit pertama untuk mengendapkan lumpur dan pelet lumpur dikembalikan ke reaktor
yang sesuai. Cairan supernatan disaring melalui filter berukuran 0.45m. Konsentrasi
Alizarin Yellow R (AYR) diukur dengan spektrofotometer UV-vis pada panjang
gelombang 374 nm. PPD diukur dengan cairan kinerja tinggi kromatografi yang
dilengkapi dengan detektor UV-vis dan C18 column. Asetat dianalisis menggunakan gas
kromatografi yang dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala (FID) dan Stabilwax-DA

column (30 m 0.32 mm 0,5 mm) pada oven dan injektor dengan suhu masing masing
60oC dan 250oC. Gas dan N2 yang terbentuk digunakan untuk GC-FID.
Sumber: Jurnal Efficient azo dye decolorization in a continuous stirred tank reactor (CSTR)
with built-in bioelectrochemical system
https://ejournal.uii.ac.id/go/nph-uii.pl/id/00/http/ac.els-cdn.com/S0960852416311154/1-s2.0S0960852416311154-main.pdf=3f_tid=3d47f24d28-8c72-11e6-a679
00000aab0f6c=26acdnat=3d1475833494_aa482c555a05fb472c973c32f3bb94a4
1.3

Gambar Contoh Model CSTR

Gambar 1.1 Model CSTR 1

Gambar 1.2 Model CSTR 2

2.

Sequencing Batch Reactor (SBR)

2.1

Pengertian dan Konsep SBR


Sequencing Batch Reactor (SBR) adalah jenis proses lumpur aktif untuk pengolahan air

limbah. Reaktor SBR mengolah air limbah seperti sewage atau output dari digester anaerobik
atau fasilitas pengolahan mekanis biologis di dalam batch. Oksigen ditiupkan melalui campuran
air limbah dan lumpur aktif untuk mengurangi bahan organik (diukur sebagai BOD dan COD).
SBR atau Sequencing Batch Reactor merupakan teknologi Aerobic Reactor modern yang
terdiri dari rangkaian batch-process dalam proses reduksi kandungan organik dalam limbah cair.
Kelebihan sistem SBR dibandingkan dengan sistem kovensional aerobic reactor lainnya adalah
dimana seluruh rangkaian proses terjadi dalam satu reaktor tunggal sehingga menghemat space
area. Sistem SBR juga efektif dalam penguraian limbah cair dengan kadar COD yang tinggi
(high rate process) menjadi kelebihan utama sistem ini dibandingkan sistem lainnya.
Sistem operasional SBR terdiri dari 5 tahapan yaitu : pengisian (fill), reaksi (react),
pengendapan (settle), penuangan (draw) dan diam (idle). Umumnya fase idle hanya
digunakan untuk pembuangan lumpur atau pencucian aerator. Fase idle ini akan dimodifikasi
sebagai tempat stabilisasi lumpur (sebagai tangki stabilisasi pada sistem kontak stabilisasi).
Adanya stabilisasi dapat menghemat

kapasitas

total

volume

aerasi, sehingga

dapat

menghemat energi aerasi saat kondisi operasi penuh. Selain itu juga akan terjadi fenomena
biosorpsi yaitu adsorpsi materi organik ke dalam flok lumpur saat periode kontak (kontak antara
air limbah dan biomassa) yang akan digunakan sebagai cadangan materi organik ketika
kondisi tanpa substrat (famine).
2.2

Penerapan SBR
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh
waktu stabilisasi terhadap penurunan COD.
Metode
Penelitian dilakukan pada skala Laboratorium. Reaktor yang digunakan
berupa miniatur reaktor SBR berupa tabung dengan volume operasi 5 L. Air limbah yang
digunakan merupakan limbah buatan menggunakan makro nutrien (glukosa, urea dan
TSP) dilarutkan dalam air tanah. Variabel bebas yang digunakan yaitu waktu, reaksi

dan waktu stabilisasi, sedangkan variabel terikatnya adalah konsentrasi karbon


(COD). Pengambilan sampel COD dilakukan saat akhir fill, akhir reaksi dan influen
rata-ratanya sesuai dengan masingmasing variasi waktu dengan 3 x pengulangan.
Parameter yang terukur yaitu COD, MLSS, pH dan temperatur.
Kesimpulan
1. Pada variasi waktu reaksi dan stabilisasi 1

memberikan

efisiensi

penyisihan COD yang optimum yaitu sebesar 95,23%.


2. Proses

penyisihan

biosorpsi. Hal

ini

COD
dapat

yang

terjadi didominasi

diketahui

dari

adanya

fenomena

hasil perhitungan

COD

pengenceran yang ternyata lebih besar dari COD yang terukur.


3. Penyisihan COD yang sudah terjadi sejak tahap pengisian merupakan akibat
dari adsorpsi materi organik ke dalam flok biomassa yang terjadi dengan
cepat setelah mengalami tahap stabilisasi.
4. Waktu stabilisasi berpengaruh signifikan pada operasional SBR terhadap
penyisihan konsentrasi COD dengan signifikansi 0,000.
Sumber : Jurnal Pengaruh Waktu Stabilisasi pada Sequencing Batch Reactor Aerob Terhadap
Penurunan Karbon
http://eprints.undip.ac.id/508/1/hal_13-18.pdf
2.3

Gambar Contoh Model SBR

Gambar 2.1 Sequencing Batch Reactor

Gambar 2.2 Model SBR


3.

Plug Flow Reactor

3.1

Pengertian dan Konsep PFR


Plug flow reactor atau reaktor alir pipa (RAP) adalah suatu alat yang digunakan untuk

mereaksikan suatu reaktan dalam hal ini fluida danmengubahnya menjadi produk dengan cara
mengalirkan fluida tersebut dalam pipa secara berkelanjutan (continuous). Biasanya reaktor ini
dipakai untukmempelajari berbagai proses kimia yang penting seperti perubahan kimia senyawa,
reaksi termal, dan lain-lain. Di mana katalis diletakkan pada suatu pipa lalu dari sela-sela katalis
dilewatkan bahan baku seperti air melewati sela-sela pasir pada saringan.
Reaktor alir pipa merupakan reaktor di mana cairan bereaksi dan mengalir dengan cara
melewati tube (tabung) dengan kecepatan tinggi, tanpa terjadi pembentukan arus putar pada
aliran cepat. Reaktor alir pipa pada hakekatnya hampir sama dengan pipa dan relatif cukup
mudah dalam perancangannya. Reaktor ini biasanya dilengkapi dengan selaput membran untuk
menambah yield produk pada reaktor. Produk secara selektif ditarik dari reaktor sehingga
keseimbangan dalam reaktor secara kontinu bergeser membentuk lebih banyak produk.
Pada umumnya reaktor alir pipa dilengkapi dengan katalisator. Seperti sebagian besar
reaksi pada industry kimia, reaksinya membutuhkan katalisator secara signifikan pada suhu layak
(standar). Dalam RAP, satu atau lebih reaktan dipompakan ke dalam suatu pipa. Biasanya reaksi
yang digunakan pada reaktor ini adalah reaksi fasa gas. Reaksi kimia berlangsung sepanjang pipa
sehingga semakin panjang pipa maka konversi yield akan semakin tinggi. Namun tidak mudah
untuk menaikkan konversi karena di dalam RAP konversi terjadi secara gradien. Pada awalnya
kecepatan reaksi berlangsung secara cepat namun setelah panjang pipa tertentu atau pipa

bertambah panjang maka jumlah reaktan akan berkurang dan kecepatan reaksi berlangsung lebih
lambat dan akan semakin lambat seiring panjangnya pipa. Artinya, untuk mencapai konversi
100% panjang pipa yang dibutuhkan adalah tak terhingga.
3.2

Penerapan PFR
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kinerja reaktor alir
tangki berpengaduk dalam pengolahan effluent fermentor biogas secara aerobik serta
efektifitas EM4 dalam penyisian VSS.
Metode
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Departemen Teknik Kimia Fakultas
Teknik USU, dan Pusdiklat LPPM USU dengan menggunakan limbah cair hasil
pengolahan POME dari Pilot Plant LPPM USU dan Effective Microorganism.Dalam
pengolahan limbah secara aerobik, digunakan sebuah aerator guna menyuplai udara ke
dalam reaktor.
Prosedur pengaktifan Effective Microorganisms supaya dapat digunakan pada
penelitian ini yaitu mula mula dipanaskan air sebanyak 4 liter dan leburkan gula aren
100 gram dalam air. Campuran kemudian didiamkan sampai suhu kamar. Kemudian
ditambahkan sebanyak 40 mL Effective Microorganisms ke dalam campuran.Campuran
tersebut ditutup rapat dan disimpan dalam ruang sejuk dan gelap selama 72 jam.
Prosedur pelaksanaan penelitian ini yaitu mula mula campuran bakteri sebanyak 2
liter dimasukkan kedalam tangki. Kemudian ditambahkan sebanyak 2 liter campuran
limbah dan air dengan perbandingan 1:4 ke dalam tangkidan dihidupkan pengaduk
dengan kecepatan putaran sebesar 10 rpm pada tangki pertama dan 20 rpm pada
tangki kedua. HRT awal dimulai dengan HRT 40 hari. Prosedur diulang hingga
mencapai target HRT yaitu HRT 10 hari.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Semakin tinggi kecepatan putaran pengaduk yang digunakan, maka nilai VSS
yang diperoleh cenderung menurun.
2. Nilai VSS baik tanpa maupun dengan menggunakan EM4 cenderung menurun
seiring bertambahnya hari.

3. Nilai

VSS

yang diperoleh dengan penggunaan EM cenderung

lebih

rendah

daripada tanpa menggunakan EM4.


Sumber : Jurnal Pengolahan Effluent Fermentor Biogas Secara Aerobik Menggunakan Reaktor
Alir Tangki Berpengaduk
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jtk/article/viewFile/4300/2084
3.3

Gambar Contoh Model PFR

Gambar 3.1 Plug Flow Reactor

Gambar 3.2 Ilustrasi Sederhana Plug Flow Reactor

Gambar 3.3 Mekanisme Bagaimana Reaktan Berubah


Menjadi Produk di dalam PFR
4. Perbandingan antara Batch Reactor dan Continuous Reactor
Perbedaan antara Batch Reactor dan Continuous Reactor
Reaktor Batch
Mekanisme kerja umpan yang dimasukkan ke dalam reaktor diproses selama beberapa
waktu atau hari lalu dikeluarkan sebagai produkdengan catatan ketika proses terjadi tidak

ada umpan atau produk yang mengalir. Contoh penerapan pada fermentasi pembuatan
alcohol.

Reaktor Kontinyu
Reaktan yang diumpankan ke dalam suatu tangki berpengaduk lalu akan dilakukan
pengadukan dengan perangkat pengaduk dan menghasilkan produk

secara kontinyu.

Pada reaktor ini pengaduk dirancang sehingga campuran teraduk dengan sempurna
dan diharapkan reaksi berlangsung secara optimal. Biasanya untuk mendapatkan
konversi

yang

besar

maka

rekator

disusun

secara seri. Reaktor Alir Tangki

Berpengaduk sebenarnya sama dengan rekator batch namun yang membedakan adalah
pada reaktor ini terjadi masukan reaktan dan keluaran produk secara kontinyu. Contoh
penerapan yaitu pada pengolahan air limbah yang mengadung banyak hidrokarbon
(bioremediasi).

DAFTAR PUSTAKA
https://grinviro.wordpress.com/2012/11/09/sbr/
https://id.wikipedia.org/wiki/Reaktor_tangki_berpengaduk

https://www.scribd.com/document/229633769/Ringkasan-Materi-Plug-Flow-Reactor
https://en.wikipedia.org/wiki/Sequencing_batch_reactor
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jtk/article/viewFile/4300/2084
http://eprints.undip.ac.id/508/1/hal_13-18.pdf
https://ejournal.uii.ac.id/go/nph-uii.pl/id/00/http/ac.els-cdn.com/S0960852416311154/1-s2.0S0960852416311154-main.pdf=3f_tid=3d47f24d28-8c72-11e6-a679
00000aab0f6c=26acdnat=3d1475833494_aa482c555a05fb472c973c32f3bb94a4

Anda mungkin juga menyukai