Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah ini. Karya ilmiah ini disusun untuk
melengkapi tugas mata pelajaran Kimia.
Penulis meyakini bahwa dalam menulis makalah ini banyak kesalahankesalahan dan kekurangan-kekurangan yang penulis buat, hal ini dikarenakan
keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis dalam tugas yang menjadi kewajiban
penulis.
Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak
kami harapkan agar dalam pembuatan makalah di waktu yang akan datang bisa
lebih baik lagi. Harapan kami semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang
membacanya.

Penyusun,

5 September 2016

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI
.
BAB I PENDAHULUAN

..

.
Latar Belakang

iii

Rumusan masalah 1
Tujuan .
Manfaat .

2
2

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA


.

2.1 Biodiesel
.

2.2 Minyak Jelantah


.

2.3 Proses yang Digunakan dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak


Jelantah

BAB 3 CARA KERJA


.

BAB 4 PEMBAHASAN
.

BAB 5 PENUTUP
.

5.1 Kesimpulan
.

5.2 Saran
.
DAFTAR PUSTAKA

9
..

10
LAMPIRAN
.

11

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia dikenal dunia memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah,
terutama minyak bumi dan gas alam. Hal ini yang menjadikan Indonesia
memanfaatkan sumber daya alam tersebut dalam jumlah yang besar untuk
kesejahteraan masyarakatnya. Dewasa ini kita kerap kali mendengar tentang
istilah krisis energi, hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya industri
yang memerlukan konsumsi bahan bakar minyak yang semakin banyak. Seperti
yang telah kita ketahui bahwa minyak bumi dan gas alam adalah salah satu
unrenewable resource, sehingga semakin lama persediaan minyak bumi dan gas
akan semakin menipis. Jadi sebagai solusinya kita harus memanfaatkan energi
yang sudah dipakai (bekas) menjadi energi yang terbarukan .
Dari permasalahan di atas menjadikan kita harus berpikir bagaimana
caranya untuk mengganti SDA tersebut dengan sumber daya yang lebih murah
dan tepat guna. Sebagai jawaban dari permasalahan tersebut adalah bioenergi.
Bioenergi sendiri merupakan sumber daya alternatif yang dapat digunakan
berulang-ulang, untuk mengganti sumber daya fosil yang banyak digunakan di
Indonesia saat ini. Biodiesel dapat terbuat dari minyak nabati maupun minyak
hewani. Pemanfaatan bahan dari minyak nabati salah satunya adalah limbah
minyak goreng atau minyak jelantah merupakan bahan alternatif yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar.
Keuntungan lain dari pemanfaatan minyak goreng bekas ini adalah
meminimalisir pencemaran lingkungan akibat pembuangan minyak goreng bekas
yang dapat dijumpai di setiap rumah-rumah, penjual gorengan dan tempat-tempat

lain pengahasil minyak jelantah. Jika tidak ditangani dan tidak diupayakan
pencegahannya maka akan terjadi tumpukan-tumpukan limbah minyak goreng
bekas. Karena minyak jelantah bersifat karsinogenik yang tidak baik untuk
kesehatan, akan mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan berbagai macam
penyakit, misalnya diarhea, pengendapan lemak dalam pembuluh darah, kanker
dan menurunkan nilai cerna lemak sehingga minyak jelantah lebih baik digunakan
maupun didaur ulang sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.

1.2 Rumusan Masalah


1.

Bagaimana reaksi pembuatan biodiesel dari minyak

jelantah?
2.

Apakah bahaya dari minyak jelantah?

3.

Bagaimana cara pembuatan biodiesel dari minyak jelantah?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah Pembuatan Biodiesel dari Minyak
Jelantah ini adalah sebagai berikut :
Mengenalkan sumber energi terbarukan biodiesel yang terbuat dari
limbah minyak jelantah.
Diharapkan dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan
akibat pembuangan limbah minyak goreng.
Mengetahui metode pembuatan biodiesel dari minyak jelantah.

1.4 Manfaat
Penulisan ini diharapkan mampu memberikan wawasan tentang
pemanfaatan limbah, dalam hal ini yaitu minyak goreng bekas/jelantah yang dapat
digunakan untuk pembuatan biodiesel. Sekaligus dapat memberikan pengetahuan
tentang pembuatan biodiesel dari minyak jelantah dan manfaat pembuatannya.

BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkil
ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan
bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur
atau lemak hewan.
Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah
minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas.
Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel
memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi,
dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, biodiesel lebih sering
digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar
diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.

Biodiesel merupakan kandidat yang paling dekat untuk menggantikan bahan


bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena ia merupakan
bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang
ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur sekarang ini.
Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di
Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil
saja dari penjualan bahan bakar. Pertumbuhan SPBU membuat semakin
banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan
kendaraan yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar.
2.2 Minyak Jelantah
Minyak jelantah (bahasa Inggris: waste cooking oil) adalah minyak limbah
yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung,
minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak
bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya. Minyak yang telah dipakai
untuk menggoreng menjadi lebih kental, mempunyai asam lemak bebas yang
tinggi dan berwarna kecokelatan. Selama menggoreng makanan, terjadi perubahan
fisiko-kimia, baik pada makanan yang digoreng maupun minyak yang dipakai
sebagai media untuk menggoreng, dapat digunakan kembali untuk keperluaran
kuliner akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah
mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama
proses penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang
berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker,
dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya.

Minyak jelantah juga dapat digunakan kembali sebagai minyak goreng yang
bersih tanpa kotoran, dengan cara minyak jelantah tersebut direndam bersama
dengan ampas tebu, maka nantinya warna coklat dan kotoran pada minyak
jelantah akan terserap oleh ampas tebu tersebut, sehingga minyak jelantah tersebut
akan kembali bersih dan dapat dipakai kembali.

Umumnya, minyak goreng digunakan untuk menggoreng dengan suhu


minyak mencapai 200-300 C. Pada suhu ini, ikatan rangkap pada asam lemak
tidak jenuh rusak, sehingga tinggal asam lemak jenuh saja. Risiko terhadap
meningkatnya kolesterol darah tentu menjadi semakin tinggi. Selain itu, vitamin
yang larut di dalamnya, seperti vitamin A, D, E, dan K ikut rusak. Kerusakan
minyak goreng terjadi atau berlangsung selama proses penggorengan, dan itu
mengakibatkan penurunan nilai gizi terhadap makanan yang digoreng. Minyak
goreng yang rusak akan menyebabkan tekstur, penampilan, cita rasa dan bau yang
kurang enak pada makanan. Dengan pemanasan minyak yang tinggi dan berulangulang, juga dapat terbentuk akrolein, di mana akrolein adalah sejenis aldehida
yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan, membuat batuk konsumen
dan yang tak kalah bahaya adalah dapat mengakibatkan pertumbuhan kanker
dalam hati dan pembengkakan organ, khususnya hati dan ginjal.
Minyak goreng yang telah dipakai secara berulang-ulang, akan mengalami
beberapa reaksi yang dapat menyebabkan menurunkan mutu minyak. Pada suhu
pemanasan sampai terbentuk akrolein. Minyak yang telah digunakan untuk
menggoreng akan mengalami peruraian molekul-molekul, sehingga titik asapnya

turun. Bila minyak digunakan berulang kali, semakin cepat terbentuk akrolein.
Yang membuat batuk orang yang memakan hasil gorengannya. Jelantah juga
mudah mengalami reaksi oksidasi sehingga jika disimpan cepat berbau tengik.
Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti kelapa, sawit,
kedelai, jagung dan lain-lain. Meski beragam secara kimia isi kandungannya
sebetulnya tak jauh beda, yakni terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (AL) dan
asam lemak tidak jenuh (ALT). Dalam jumlah kecil kemungkinan terdapat juga
lesitin, cephalin, fosfatida lain, sterol, asam lemak bebas, lilin, pigmen larut
lemak, dan hidrokarbon, termasuk karbohidrat dan protein. Hal yang
kemungkinan berbeda adalah komposisinya.
Selain itu, minyak jelantah juga disukai jamur aflatoksin sebagai tempat
berkembang biak. Jamur ini menghasilkan racun aflatoksin yang menyebabkan
berbagai penyakit, terutama hati/liver. Selanjutnya, proses dehidrasi (hilangnya air
dari minyak) akan meningkatkan kekentalan minyak dan pembentukan radikal
bebas (molekul yang mudah bereaksi dengan unsur lain). Proses ini menghasilkan
zat yang bersifat toksik (berefek racun) bagi manusia.
Jadi, penggunaan minyak jelantah secara berulang berbahaya bagi
kesehatan. Proses tersebut dapat membentuk radikal bebas dan senyawa toksik
yang bersifat racun. Pada minyak goreng merah, seperti minyak kelapa sawit,
kandungan karoten pada minyak tersebut menurun setelah penggorengan pertama.
Dan hampir semuanya hilang pada penggorengan keempat. Minyak jelantah
sebaiknya tidak digunakan lagi bila warnanya berubah menjadi gelap, sangat
kental, berbau tengik, dan berbusa.

Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini
dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia
dan lingkungan. Salah satu bentuk pemanfaatan minyak jelantah agar dapat
bermanfaat dari berbagai macam aspek ialah dengan mengubahnya secara proses
kimia menjadi biodiesel. Hal ini dapat dilakukan karena minyak jelantah juga
merupakan minyak nabati, turunan dari CPO (crude palm oil). Biodiesel dari
substrat minyak jelantah merupakan alternatif bahan bakar yang ramah
lingkungan sebagaimana biodiesel dari minyak nabati lainnya. Hasil uji gas buang
menunjukkan keunggulan FAME dibanding solar, terutama penurunan
partikulat/debu sebanyak 65%. Biodiesel dari minyak jelantah ini juga memenuhi
persyaratan SNI untuk Biodiesel.

2.3 Proses yang Digunakan dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak


Jelantah
Reaksi yang digunakan dalam pembuatan biodiesel dari minyak jelantah ini
adalah reaksi trans-esterifikasi.
Reaksi transesterifikasi mengubah trigliserida (96-98 %minyak) dan alkohol
menjadi ester, dengan sisa gliserin sebagai produk sampingnya. Hasilnya molekulmolekul trigliserida yang panjang dan bercabang diubah menjadi ester-ester yang
lebih kecil yang memiliki ukuran dan sifat yang serupa dengan minyak solar.
Alkohol yang digunakan adalah alkohol dengan rantai pendek, seperti
metanol, etanol dan butanol. Metanol dan etanol dapat dengan mudah dihasilkan
dari bahan nabati. Etanol menghasilkan etil ester yang lebih sedikit dan

meninggalkan sisa karbon yang banyak. Metanol selain harganya yang lebih
murah, juga adalah jenis alkohol yang paling umum digunakan. Katalis digunakan
untuk mempercepat jalannya reaksi (Encinar, 1999).
Metanol dan etanol adalah jenis alkohol yang banyak dipakai dalam
industri, karena kedua jenis alkohol ini memberikan reaksi yang relatif lebih
cepat. Reaksi dengan alkohol yang mempunyai titik didih lebih rendah
dilaksanakan pada suhu 60-65 C, sedangkan untuk reaksi dengan alkohol yang
mempunyai titik didih tinggi dilakukan pada suhu 200-250 C. Reaktor yang
dipakai diusahakan dalam keadaan kering dan kadar asam lemak bebas yang ada
dalam minyak atau lemak harus kecil. Konsentrasi katalisator akan berkurang
karena air dan asam lemak bebas akan bereaksi dengan katalisator yang sifatnya
basa dan membentuk sabun.

BAB 3
PEMBAHASAN

Energi alternatif adalah istilah yang merujuk kepada semua energi yang
dapat digunakan yang bertujuan untuk menggantikan bahan bakar konvensional
tanpa akibat yang tidak diharapkan dari hal tersebut.
Energi terbarukan adalah sumber energi yang cepat dipulihkan kembali
secara alami, dan prosesnya berkelanjutan. Energi terbarukan dihasilkan dari
sumberdaya energi yang secara alami tidak akan habis bahkan berkelanjutan jika
dikelola dengan baik. Energi terbarukan kerap disebut juga sebagai energi
berkelanjutan (sustainable energy).
Konsep energi terbarukan mulai dikenal di dunia pada era 1970-an.
Kemunculannya sebagai antitesis terhadap pengembangan dan penggunaan energi
berbahan fosil (batubara, minyak bumi, dan gas alam) dan nuklir. Selain dapat
dipulihkan kembali, energi terbarukan diyakini lebih bersih (ramah lingkungan),
aman, dan terjangkau masyarakat. Penggunaan energi terbarukan lebih ramah
lingkungan karena mampu mengurangi pencemaran lingkungan dan kerusakan
lingkungan di banding energi non-terbarukan.
Jenis sumber energi terbarukan (renewable energy) yang dimiliki Indonesia
cukup banyak. Jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik diyakini dapat
menggantikan energi fosil. Jenis sumber energy terbarukan yang akan dibahas
adalah mengenai biodiesel.
Biodiesel merupaan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl
ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatife bagi bahan

bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur
atau lemak hewan. Biodiesel merupakan kandidat yang paling baik untuk
menggantikan bahan bakar fosil sebgai sumber energi transportas utama dunia,
karena iodiesel merupan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel
petrol di mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan
infrastruktur zaman sekarang.
Berikut merpakan tahap-tahap untuk membuat Biodiesel menggunakan
minyak jelantah :
Alat dan Bahan
1 liter minyak goreng bekas
3,5 gram NaOH
200 mL metanol (spiritus putih/tak berwarna)
Aquades
Gelas ukur ukuran 250 mL
Gelas beker ukuran 1000 mL
Pengaduk
Kompor
Termometer

Panci stainless steels (jangan gunakan panci aluminium karena


dikhawatirkan akan terjadi reaksi lain)
Cara Kerja
Ukurlah 200 mL metanol menggunakan gelas ukur, lalu tuang ke
dalam gelas beker.
Campurkan 3,5 gram NaOH ke dalam cairan metanol, aduk hingga
NaOH larut (sekitar 30 menit).
Ambil minyak jelantah yang telah disaring sebanyak 1 liter, lalu
tuang ke dalam panci stainless steels.
Panaskan minyak bekas di atas pemanas listrik atau kompor sambil
diaduk hingga suhu minyak mencapai 60C.
Setelah suhu minyak mencapai 60C angkat minyak dari kompor
sambil terus diaduk, tuangkan larutan NaOH dan metanol yang telah
dibuat sebelumnya. Pencampuran dilakukan dengan cara menuangkan
sedikit demi sedikit larutan sambil tetap terus diaduk.
Setelah semua larutan tertuang habis, campuran harus tetap diaduk
dengan agak kuat. Setelah sekitar 20-30 menit pada campuran akan
berubah warna menjadi oranye. Perubahan warna ini menandakan telah
terjadi reaksi. Lakukan terus pengadukan hingga warna oranye menjadi
semakin tajam dan agak keruh. Jika warna sudah tidak berubah lagi , maka
menandakan reaksi telah selesai.

Diamkan campuran selama 24 jam hingga terbentuk 2 lapisan :


lapisan bagian atas yang berwarna oranye merupakan biodiesel, sedangkan
di bagian bawahh padat kuning keputihan merupakan campuran gliserol,
air dan sisa NaOH.
Pisahkan kedua campuran dengan cara menuangkan secara
perlahan lahan bagian atasnya (biodiesel) ke tempat lain.
Jika ingin hasil yang lebih baik, dapat dilakukan pemurnian dengan
menggunakan air.

Biodiesel salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, tidak
mempunyai efek terhadap kesehatan yang dapat dipakai sebagai bahan bakar
kendaraan bermotor dapat menurunkan emisi bila dibandingkan dengan minyak
diesel. Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah
minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas.
Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel
memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi,
dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, biodiesel lebih sering
digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar
diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi antara trigliserida dengan alkohol
membentuk metil ester asam lemak (FAME) dan gliserol sebagai produk samping.
Persamaan umum Reaksi transesterifikasi ditunjukkan seperti di bawah ini

CH2OCOR1

R1COOCH3 CH2OH

CHOCOR2 + 3CH3OH katalis

R2COOCH3 + CHOH

CH2OCOR3

R3COOCH3 CH2OH

Trigliserida

Metanol

Metil Ester

Gliserol

R1, R2, R3 adalah rantai karbon asam lemak jenuh maupun asam lemak tak
jenuh
Dalam penggunaannya, minyak goreng mengalami perubahan kimia akibat
oksidasi dan hidrolisis, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada minyak
goreng tersebut. Melalui proses tersebut beberapa trigliserida akan terurai menjadi
senyawa-senyawa lain, salah satunya Free Fatty Acid (FFA) atau asam lemak.
Kandungan asam lemak bebas ini lah yang kemudian akan diesterifikasi dengan
methanol menghasilkan biodiesel. Sedangkan kandungan trigliseridanya
ditransesterifikasi dengan metanol, yang juga menghasilkan biodiesel dan gliserol.
Katalis (dalam hal ini adalah NaOH) berfungsi untuk menurunkan energi
aktivasi sehingga kecepatan reaksi menjadi lebih tinggi pada suatu kondisi
tertentu. Semakin banyak katalis maka energi aktivasi suatu reaksi akan semakin
kecil, akibatnya produk akan semakin cepat terbentuk.

Biodiesel mengurangi pencemaran hidrokarbon yang tidak terbakar, karbon


monoksida, sulfur dan hujan asam. Menggurangi beban lingkungan karena
sampah/limbah biodiesel tidak menambah jumlah gas karbon dioksida, karena
minyak berasal dari tumbuhan/nabati. Energi yang dihasilkan mesin diesel lebih
sempurna dibandingkan solar sehingga mesin yang menggunakan biodiesel tidak
mengeluarkan asap hitam berupa karbon atau CO2, sedangkan mesin yang
menggunakan solar mengeluarkan asap hitam. Selain itu, biodiesel mengeluarkan
aroma khas seperti minyak bekas menggoreng makanan.
Bahan bakar yang berbentuk cair ini bersifat menyerupai solar, sehingga
sangat prosfektif untuk dikembangakan. Apalagi biodiesel memiliki kelebihan lain
dibanding dengan solar, yakni:
Bahan bakar ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh
lebih baik (free sulphur, smoke number rendah) sesuai dengan isu-isu global.

Cetane number lebih tinggi (>57) sehingga efisiensi pembakaran lebih


baik dibandingkan dengan minyak kasar.
Memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin dan dapat terurai
(biodegradable).
Merupakan renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat
diperbaharui.

Meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi


secara lokal.
BAB 5
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapata diambil :

Biodiesel merupakan salah satu alternative bahan bakar ramah lingkungan


yang berbahan dasar minyak jelantah (limbah penggorengan).
Pembuatan biodiesel dari minyak jelantah sangat sederhana baik berupa
alat, bahan dan pengolahannya dan dapat dipraktekkan oleh para pelajar.
Pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan bakar motor diesel merupakan
suatu cara pembuangan limbah (minyak jelantah) yang menghasilkan nilai
ekonomis serta menciptakan bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar solar
yang bersifat ethis, ekonomis, dan sekaligus ekologis.

Saran

Karena seiring berjalannya waktu persediaan energi dari fosil semakin


berkurang sehingga solar semakin menipis persediaannya dibandingkan dengan
kebutuhan terhadap solar yang semakin meningkat. Maka sekarang kita dapat
memaksimalkan penggunaan minyak jelantah sebagai penggantinya dan bahan
bakar biodiesel. Karena adanya alternatif ini kita menjadi tidak sangat tergantung
akan solar.
Membuang limbah minyak goreng atau minyak jelantah yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan yang bertentangan dengan prinsip green
chemistry, dan mengakibatkan penyakit apabila dipakai kembali, sebaiknya kita
dapat mendaur ulangnya seperti menjadi bahan bakar biodiesel.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber:
http://www.migasindonesia.com
http://titi-sindhuwati.blogspot.com/2012/01/limbah-minyak-goreng-tidaklagi-menjadi.html
http://greenchemistryindonesia.wordpress.com/
http://id.wikipedia.org

Djaeni, dkk., 2002, Pengolahan Limbah Minyak Goreng Bekas menjadi


Gliserol dan Minyak Diesel melalui Proses Trans-Esterifikasi, Universitas

Diponegoro, Semarang, Prosiding Seminar Nasional Kejuangan Teknik Kimia,


Yogyakarta

Tahar, A., 2003, Evaluasi Teknis Pembuatan Biodiesel dari Minyal Jelantah,
Institut Teknologi Bandung, Prosiding Seminar

Rekayasa dan Proses Kimia, UNDIP, Semarang

Herlina, Netti dan M. Hendra S. Ginting. 2002. Lemak dan Minyak. Medan:
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.

isekolah. org. 2008. Unand Temukan Teknologi Olah Minyak Jelantah

Encinar, Jose M., 1999, Preparation and Properties of Biodiesel from


Cynara Carduncus L. Oil. Industrial and Enfineering Chemistry Research, Vol. 38.

No.8, Ind. Chem. Res., Washington.

Ketaren, S., 1986, Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Universitas


Indonesia Press,

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai