Biodiesel
Biodiesel
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah ini. Karya ilmiah ini disusun untuk
melengkapi tugas mata pelajaran Kimia.
Penulis meyakini bahwa dalam menulis makalah ini banyak kesalahankesalahan dan kekurangan-kekurangan yang penulis buat, hal ini dikarenakan
keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis dalam tugas yang menjadi kewajiban
penulis.
Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak
kami harapkan agar dalam pembuatan makalah di waktu yang akan datang bisa
lebih baik lagi. Harapan kami semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang
membacanya.
Penyusun,
5 September 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
.
BAB I PENDAHULUAN
..
.
Latar Belakang
iii
Rumusan masalah 1
Tujuan .
Manfaat .
2
2
2.1 Biodiesel
.
BAB 4 PEMBAHASAN
.
BAB 5 PENUTUP
.
5.1 Kesimpulan
.
5.2 Saran
.
DAFTAR PUSTAKA
9
..
10
LAMPIRAN
.
11
BAB 1
PENDAHULUAN
lain pengahasil minyak jelantah. Jika tidak ditangani dan tidak diupayakan
pencegahannya maka akan terjadi tumpukan-tumpukan limbah minyak goreng
bekas. Karena minyak jelantah bersifat karsinogenik yang tidak baik untuk
kesehatan, akan mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan berbagai macam
penyakit, misalnya diarhea, pengendapan lemak dalam pembuluh darah, kanker
dan menurunkan nilai cerna lemak sehingga minyak jelantah lebih baik digunakan
maupun didaur ulang sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
jelantah?
2.
3.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah Pembuatan Biodiesel dari Minyak
Jelantah ini adalah sebagai berikut :
Mengenalkan sumber energi terbarukan biodiesel yang terbuat dari
limbah minyak jelantah.
Diharapkan dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan
akibat pembuangan limbah minyak goreng.
Mengetahui metode pembuatan biodiesel dari minyak jelantah.
1.4 Manfaat
Penulisan ini diharapkan mampu memberikan wawasan tentang
pemanfaatan limbah, dalam hal ini yaitu minyak goreng bekas/jelantah yang dapat
digunakan untuk pembuatan biodiesel. Sekaligus dapat memberikan pengetahuan
tentang pembuatan biodiesel dari minyak jelantah dan manfaat pembuatannya.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkil
ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan
bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur
atau lemak hewan.
Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah
minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas.
Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel
memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi,
dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, biodiesel lebih sering
digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar
diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Minyak jelantah juga dapat digunakan kembali sebagai minyak goreng yang
bersih tanpa kotoran, dengan cara minyak jelantah tersebut direndam bersama
dengan ampas tebu, maka nantinya warna coklat dan kotoran pada minyak
jelantah akan terserap oleh ampas tebu tersebut, sehingga minyak jelantah tersebut
akan kembali bersih dan dapat dipakai kembali.
turun. Bila minyak digunakan berulang kali, semakin cepat terbentuk akrolein.
Yang membuat batuk orang yang memakan hasil gorengannya. Jelantah juga
mudah mengalami reaksi oksidasi sehingga jika disimpan cepat berbau tengik.
Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti kelapa, sawit,
kedelai, jagung dan lain-lain. Meski beragam secara kimia isi kandungannya
sebetulnya tak jauh beda, yakni terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (AL) dan
asam lemak tidak jenuh (ALT). Dalam jumlah kecil kemungkinan terdapat juga
lesitin, cephalin, fosfatida lain, sterol, asam lemak bebas, lilin, pigmen larut
lemak, dan hidrokarbon, termasuk karbohidrat dan protein. Hal yang
kemungkinan berbeda adalah komposisinya.
Selain itu, minyak jelantah juga disukai jamur aflatoksin sebagai tempat
berkembang biak. Jamur ini menghasilkan racun aflatoksin yang menyebabkan
berbagai penyakit, terutama hati/liver. Selanjutnya, proses dehidrasi (hilangnya air
dari minyak) akan meningkatkan kekentalan minyak dan pembentukan radikal
bebas (molekul yang mudah bereaksi dengan unsur lain). Proses ini menghasilkan
zat yang bersifat toksik (berefek racun) bagi manusia.
Jadi, penggunaan minyak jelantah secara berulang berbahaya bagi
kesehatan. Proses tersebut dapat membentuk radikal bebas dan senyawa toksik
yang bersifat racun. Pada minyak goreng merah, seperti minyak kelapa sawit,
kandungan karoten pada minyak tersebut menurun setelah penggorengan pertama.
Dan hampir semuanya hilang pada penggorengan keempat. Minyak jelantah
sebaiknya tidak digunakan lagi bila warnanya berubah menjadi gelap, sangat
kental, berbau tengik, dan berbusa.
Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini
dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia
dan lingkungan. Salah satu bentuk pemanfaatan minyak jelantah agar dapat
bermanfaat dari berbagai macam aspek ialah dengan mengubahnya secara proses
kimia menjadi biodiesel. Hal ini dapat dilakukan karena minyak jelantah juga
merupakan minyak nabati, turunan dari CPO (crude palm oil). Biodiesel dari
substrat minyak jelantah merupakan alternatif bahan bakar yang ramah
lingkungan sebagaimana biodiesel dari minyak nabati lainnya. Hasil uji gas buang
menunjukkan keunggulan FAME dibanding solar, terutama penurunan
partikulat/debu sebanyak 65%. Biodiesel dari minyak jelantah ini juga memenuhi
persyaratan SNI untuk Biodiesel.
meninggalkan sisa karbon yang banyak. Metanol selain harganya yang lebih
murah, juga adalah jenis alkohol yang paling umum digunakan. Katalis digunakan
untuk mempercepat jalannya reaksi (Encinar, 1999).
Metanol dan etanol adalah jenis alkohol yang banyak dipakai dalam
industri, karena kedua jenis alkohol ini memberikan reaksi yang relatif lebih
cepat. Reaksi dengan alkohol yang mempunyai titik didih lebih rendah
dilaksanakan pada suhu 60-65 C, sedangkan untuk reaksi dengan alkohol yang
mempunyai titik didih tinggi dilakukan pada suhu 200-250 C. Reaktor yang
dipakai diusahakan dalam keadaan kering dan kadar asam lemak bebas yang ada
dalam minyak atau lemak harus kecil. Konsentrasi katalisator akan berkurang
karena air dan asam lemak bebas akan bereaksi dengan katalisator yang sifatnya
basa dan membentuk sabun.
BAB 3
PEMBAHASAN
Energi alternatif adalah istilah yang merujuk kepada semua energi yang
dapat digunakan yang bertujuan untuk menggantikan bahan bakar konvensional
tanpa akibat yang tidak diharapkan dari hal tersebut.
Energi terbarukan adalah sumber energi yang cepat dipulihkan kembali
secara alami, dan prosesnya berkelanjutan. Energi terbarukan dihasilkan dari
sumberdaya energi yang secara alami tidak akan habis bahkan berkelanjutan jika
dikelola dengan baik. Energi terbarukan kerap disebut juga sebagai energi
berkelanjutan (sustainable energy).
Konsep energi terbarukan mulai dikenal di dunia pada era 1970-an.
Kemunculannya sebagai antitesis terhadap pengembangan dan penggunaan energi
berbahan fosil (batubara, minyak bumi, dan gas alam) dan nuklir. Selain dapat
dipulihkan kembali, energi terbarukan diyakini lebih bersih (ramah lingkungan),
aman, dan terjangkau masyarakat. Penggunaan energi terbarukan lebih ramah
lingkungan karena mampu mengurangi pencemaran lingkungan dan kerusakan
lingkungan di banding energi non-terbarukan.
Jenis sumber energi terbarukan (renewable energy) yang dimiliki Indonesia
cukup banyak. Jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik diyakini dapat
menggantikan energi fosil. Jenis sumber energy terbarukan yang akan dibahas
adalah mengenai biodiesel.
Biodiesel merupaan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl
ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatife bagi bahan
bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur
atau lemak hewan. Biodiesel merupakan kandidat yang paling baik untuk
menggantikan bahan bakar fosil sebgai sumber energi transportas utama dunia,
karena iodiesel merupan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel
petrol di mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan
infrastruktur zaman sekarang.
Berikut merpakan tahap-tahap untuk membuat Biodiesel menggunakan
minyak jelantah :
Alat dan Bahan
1 liter minyak goreng bekas
3,5 gram NaOH
200 mL metanol (spiritus putih/tak berwarna)
Aquades
Gelas ukur ukuran 250 mL
Gelas beker ukuran 1000 mL
Pengaduk
Kompor
Termometer
Biodiesel salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, tidak
mempunyai efek terhadap kesehatan yang dapat dipakai sebagai bahan bakar
kendaraan bermotor dapat menurunkan emisi bila dibandingkan dengan minyak
diesel. Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah
minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas.
Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel
memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi,
dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, biodiesel lebih sering
digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar
diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi antara trigliserida dengan alkohol
membentuk metil ester asam lemak (FAME) dan gliserol sebagai produk samping.
Persamaan umum Reaksi transesterifikasi ditunjukkan seperti di bawah ini
CH2OCOR1
R1COOCH3 CH2OH
R2COOCH3 + CHOH
CH2OCOR3
R3COOCH3 CH2OH
Trigliserida
Metanol
Metil Ester
Gliserol
R1, R2, R3 adalah rantai karbon asam lemak jenuh maupun asam lemak tak
jenuh
Dalam penggunaannya, minyak goreng mengalami perubahan kimia akibat
oksidasi dan hidrolisis, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada minyak
goreng tersebut. Melalui proses tersebut beberapa trigliserida akan terurai menjadi
senyawa-senyawa lain, salah satunya Free Fatty Acid (FFA) atau asam lemak.
Kandungan asam lemak bebas ini lah yang kemudian akan diesterifikasi dengan
methanol menghasilkan biodiesel. Sedangkan kandungan trigliseridanya
ditransesterifikasi dengan metanol, yang juga menghasilkan biodiesel dan gliserol.
Katalis (dalam hal ini adalah NaOH) berfungsi untuk menurunkan energi
aktivasi sehingga kecepatan reaksi menjadi lebih tinggi pada suatu kondisi
tertentu. Semakin banyak katalis maka energi aktivasi suatu reaksi akan semakin
kecil, akibatnya produk akan semakin cepat terbentuk.
Saran
Tahar, A., 2003, Evaluasi Teknis Pembuatan Biodiesel dari Minyal Jelantah,
Institut Teknologi Bandung, Prosiding Seminar
Herlina, Netti dan M. Hendra S. Ginting. 2002. Lemak dan Minyak. Medan:
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
Jakarta.