2 - Oktober 2012
Abstract
Tourism is a major driver of the 21st century world economy, along with telecommunications and
information technology industries. This is because economic growth is getting better so that social welfare
increases. In addition to the holiday has become part of the psychosocial needs and
lifestyle.Tourism is a strategic industry that has a unique character. Tourism which has a character where
the tourists have come to the site to consume the product, provide opportunities and a very large
contribution to the development of the region, opening the isolation and poverty alleviation. Tourism is a
combination of goods and service. Trips made by tourists can have an impact not only for
tourists themselves but also for the destinations visited. Banten province as a gateway island of Java and
Sumatra, and adjacent to areas of Jakarta as the capital city, has many diverse attractions. Owned by the
tourism potential, able to make the province of Banten as one of the leading destinations in Indonesia. To
become a leading destination, Banten province should make improvements to infrastructure, human
resource development and increase tourism promotion. The limitations of this paper is present statistical
data. Further research requires wider coverage, by adding the criteria leading tourism destinations and
tourism stakeholders involved.
Key words: tourism, infrastructure, human resource, promotion
Abstrak
Pariwisata adalah penggerak utama ekonomi dunia abad ke-21, bersama dengan industri telekomunikasi dan
teknologi informasi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi semakin membaik sehingga mendorong
kenaikan kesejahteraan sosial masyarakat. Selain itu liburan telah menjadi bagian dari kebutuhan psikososial
dan gaya hidup. Pariwisata merupakan industri strategis yang memiliki karakter unik. Wisatawan yang
datang ke tempat wisata untuk mengkonsumsi produk wisata, memberikan kesempatan dan kontribusi yang
besar bagi pengembangan wilayah, membuka isolasi dan pengentasan kemiskinan. Pariwisata adalah
kombinasi barang dan jasa. Perjalanan yang dibuat oleh wisatawan dapat berdampak tidak hanya bagi
wisatawan sendiri, tetapi juga untuk tujuan dikunjungi. Provinsi Banten sebagai pintu gerbang Pulau Jawa
dan Sumatera, dan berdekatan dengan wilayah Jakarta sebagai ibu kota, memiliki beragam atraksi wisata.
Dengan beragam potensi yang dimiliki, mampu membuat Provinsi Banten sebagai salah satu destinasi wisata
unggulan di Indonesia. Untuk itu Provinsi Banten harus melakukan perbaikan infrastruktur, pengembangan
sumber daya manusia dan meningkatkan promosi pariwisata. Keterbatasan penelitian ini adalah kekinian
data statistik. Penelitian lebih lanjut memerlukan cakupan yang lebih luas, dengan menambah kriteria
penetapan destinasi pariwisata unggulan dan melibatkan pelaku pariwisata.
Kata kunci: pariwisata, infrastruktur, sumber daya manusia, promosi
177
Pertumbuhan
(%)
RataRata
Lama
Tinggal
(hari)
Rata-Rata
Pengeluaran Per
Orang (USD)
Per
hari
Per
Kunjungan
2007 5.505.759
13,02
9,02 107,70
970,98
2008 6.234.497
13,24
8,58 137,38
1.178,54
2009 6.323.730
1,43
7,69 129,57
995,93
2010 7.002.944
10,74
8,04 135,01
1.085,75
2011 7.649.731
9,24
7,84 142,69
1.118,26
Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2012)
178
Penerimaan Devisa
Jumlah
(Juta
USD)
5.345,98
7.347,60
6.297,99
7.603,45
8.554,39
Pertumbuhan
(%)
20,19
37,44
-14,29
20,73
12,51
Berdasarkan data di atas jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan pengeluaran per
orang mengalami peningkatan dari tahun 2007-2011. Hal ini pada akhirnya memengaruhi
penerimaan devisa negara.
Dalam lima tahun terakhir, wisatawan nusantara tumbuh signifikan seiring dengan
meningkatnya pendapatan dan kesejateraan ekonomi masyarakat yang didukung oleh
kebijakan-kebijakan yang secara positif mampu mendorong pergerakan wisatawan
nusantara lintas daerah dan provinsi. Kebijakan tersebut antara lain kebijakan yang
menyangkut LCC (low cost carrier) atau layanan penerbangan murah.
TABEL 2
Perkembangan Wisatawan Nusantara Tahun 2006-2011
Tahun
Wisnus
(ribuan orang)
Perjalanan
(ribuan)
Rata-Rata
Perjalanan (kali)
2006
114.270
204.553
2007
115.335
222.389
2008
117.213
225.041
2009
119.944
229.731
2010
122.312
234.377
2011*
89.112
172.917
*Angka sementara Triwulan I-III
Sumber: Pusdatin Kemenparekraf dan BPS (2012)
1,79
1,93
1,92
1,92
1,92
1,94
Pengeluaran Per
Perjalanan
(ribu Rp)
431,24
489,95
547,33
600,30
641,76
662,68
Total
Pengeluaran
(triliun Rp)
88,21
108,96
123,17
137,91
150,41
114,59
179
180
f. Musiman
Ada kalanya pariwisata mengalami musim ramai ketika jumlah orang yang melakukan
perjalanan mencapai titik puncak tetapi ada kalanya pula tidak seorang pun melakukan
perjalanan wisata.
g. Tidak bertuan
Wisatawan adalah pembeli. Namun uniknya wisatawan tidak dapat memiliki apa yang
telah dibeli dan dibayarkan.
Ciri dari pariwisata adalah sebagai berikut (Ismayanti, 2010):
a. Sarat dimensi manusia
Manusia sebagai pelaku utama dalam pariwisata. Ada wisatawan yang secara individu
bertindak sebagai inisiator atau pencetus ide perjalanan, ada yang berperan sebagai
pembeli, sebagai pengguna, sebagai pembuat keputusan, dan sebagai provokator dalam
arti positif. Namun ada kalanya wisatawan dalam kelompok bertindak sebagai penilai
dan mengesahkan. Inilah yang menjadikan keunikan wisata.
b. Pembedaaan antara konsumen dan pelanggan dalam layanan
Dalam pariwisata, dilakukan diskriminasi antara konsumen dan pelanggan karena hal
ini berdampak pada proses layanan yang diberikan. Setiap penyedia jasa cenderung
mendapatkan pelanggan yang sebanyak-banyaknya karena loyalitas yang tidak perlu
diragukan.
c. Partisipasi aktif konsumen
Keberadaan konsumen adalah penting karena tingginya interaksi antara pengguna jasa
dan penyedia jasa, antara hotel dan tamu, antara wisatawan dan pemandu wisata,
antara wisatawan dan pramugari, dan yang lain.
Arus pergerakan wisatawan secara umum akan beragam dikarenakan terdapat
daerah yang lebih banyak menghasilkan jumlah wisatawan tetapi di lain pihak terdapat
juga daerah yang lebih banyak dikunjungi wisatawan (Ismayanti, 2010). Menurut Leiper
(1995) dalam Cooper et al. (1998), wisatawan bergerak dalam tiga daerah geografis, yaitu
Daerah Asal Wisata (DAW) atau Traveller-Generating Region (TGR), Daerah Tujuan
Wisata (DTW) atau Tourist Destination Region (TDR), dan Daerah Transit (DT) atau
Transit Route Region (TR).
181
DTW
DT
DT
DAW
DT
DTW
182
Pariwisata
usaha mampu
membangkitkan dampak ekonomi multi ganda (multiplier effect) yang sangat signifikan
bagi tumbuhnya mata rantai usaha lintas skala, terutama UKM sehingga membantu
menciptakan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Dampak pariwisata
terhadap perekonomian bisa bersifat positif dan bisa bersifat negatif. Secara umum
dampak tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut (Cohen, 1984):
a. Dampak terhadap penerimaan devisa;
b. Dampak terhadap pendapatan masyarakat;
c. Dampak terhadap peluang kerja;
d. Dampak terhadap harga dan tarif;
e. Dampak terhadap distribusi manfaat dan keuntungan;
f. Dampak terhadap kepemilikan dan pengendalian;
g. Dampak terhadap pembangunan;
h. Dampak terhadap pendapatan pemerintah.
Pariwisata memiliki keterkaitan lintas sektor yang mampu membuka peluang
investasi sangat luas. Sistem keterkaitan produk dan jasa layanan dalam kegiatan
kepariwisataan akan melibatkan unsur-unsur jaringan maskapai penerbangan, transportasi,
hotel, biro perjalanan, industri jasa boga dan lainnya. Prospek ini menciptakan peluang
yang sangat besar bagi ketersediaan lapangan kerja dan tumbuhnya sektor-sekor usaha
yang terkait. Karakter lain dari pariwisata adalah tidak mengenal batas ruang dan wilayah
(borderless) sehingga dampak ekonomi dapat dirasakan secara lintas wilayah. Oleh karena
itu diperlukan sinergi, kerja sama dan keterpaduan pengembangan antar daerah untuk
mendorong tumbuhnya daya tarik dan daya saing kolektif yang lebih kuat untuk
meningkatkan nilai manfaat ekonomi pariwisata.
Destinasi Pariwisata
Destinasi
wisata
merupakan
bagian
dari
produk
wisata.
Menurut Suswantoro (2007) pengertian produk wisata adalah keseluruhan layanan yang
diperoleh, dirasakan atau dinikmati oleh wisatawan sejak meninggalkan tempat tinggalnya
sampai ke daerah tujuan wisata yang dipilihnya hingga kembali ke rumah dimana
183
185
g. Informasi lengkap tentang lokasi, tarif, jadwal, dan rute dan layanan pengangkutan
lokal.
h. Peta kota bagi penumpang.
5. Keramahtamahan
Wisatawan yang sedang berada dalam lingkungan yang belum mereka kenal akan
merasa tidak nyaman maka kepastian akan jaminan keamanan sangat penting,
khususnya wisatawan asing.
Rencana
Strategis
Pengembangan
Destinasi
Pariwisata
2010-2014
dari
187
Metodologi Penelitian
Peneliti menggunakan penelitian empiris (empirical research), yakni penelitian
terhadap fakta empiris yang diperoleh berdasarkan observasi dan pengamatan. Penelitian
empiris ini menekankan pada penyilidikan aspek perilaku terhadap opini. Obyek yang
diteliti lebih ditekankan pada kejadian sebenarnya daripada persepsi responden mengenai
kejadian (Sekaran dan Bougie, 2010).
Metode penelitian yang digunakan dalam studi identifikasi potensi pariwisata
Provinsi Banten adalah metode penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan suatu keadaan yaitu menjawab siapa, apa, dimana, kapan, dan
bagaimana keadaan unsur-unsur dasar suatu destinasi pariwisata, baik secara teoritis
maupun secara empiris. Sampling yang digunakan adalah sampling purposive, yaitu
pengambilan unit sampling berdasarkan pertimbangan tertentu. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis deskriptif-kualitatif dan analisis faktor, untuk menggambarkan
siapa, apa, di mana, kapan, dan bagaimana kondisi unsur-unsur dasar suatu destinasi dan
menentukan faktor utama dan faktor penunjang dari unsur-unsur destinasi.
Pembahasan
Profil Provinsi Banten
Provinsi Banten sebagai salah satu provinsi di Negara Kesatuan Republik
Indonesia ditetapkan berdasarkan UU No. 23 tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi
Banten. Secara geografis wilayah Provinsi Banten sebelah utara berbatasan dengan Laut
Jawa, sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda, sebelah timur berbatasan dengan
Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat serta di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera
Hindia. Luas wilayah Banten 9.662,92 km2 dengan populasi penduduk mencapai
10.632.166 jiwa berdasarkan sensus penduduk tahun 2010.
Mayoritas penduduk beragama Islam dengan mata pencaharian dari sektor
pertanian, perdagangan, industri dan jasa. Unit pemerintahan Provinsi Banten dibagi atas
empat kabupaten dan empat kota yaitu Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang,
Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Cilegon, Kota Serang
188
dan Kota Tangerang Selatan. Ibukota provinsi ini adalah Serang, walaupun kegiatan
perekonomian lebih terasa denyutnya di Kota Tangerang dan Tangerang Selatan, di mana
perkembangan infrastruktur dan perumahan sangat pesat di dua wilayah ini.
Terletak di ujung barat Pulau Jawa, memposisikan Banten sebagai pintu gerbang
Pulau Jawa dan Sumatera serta berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta sebagai
Ibu Kota Negara. Dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia) 2011-2025, Provinsi Banten memegang peranan penting sebagai
wilayah utama yang akan menyatukan antara Koridor II (Banten, Jakarta, Semarang,
Jogja, Surabaya) dan Koridor I Sumatera (Banda Aceh, Medan, Pakanbaru, Batam, Jambi,
Padang, Palembang, Bengkulu, Lampung, Pangkal Pinang). Perwujudan sarana
penghubung antara koridor II dengan Koridor I adalah dengan pembangunan Jembatan
Selat Sunda (JSS) yang dijadwalkan akan dimulai pada tahun 2013. Pembangunan JSS
akan menyatukan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa sehingga akan menimbulkan dampak
ekonomi yang positif, terhadap seluruh wilayah Banten, misalnya saja berkembangnya
kegiatan ekonomi utama pada masing-masing kaki jembatan, seperti resor pariwisata
Tanjung Lesung (1.500 ha), kawasan sekitar Peti Kemas Bojonegara (500 ha) dan
kawasan industri di Cilegon.
189
c.
Rawa Kucing
Pintu Air 10
Pecinan Kali Pasir
Rumah Si Pitung
Tari Kreasi
Pemandian Suka Sari
Sungai Cisadane
190
b. Wisata Budaya
c.
3.
a.
b.
5.
a.
6.
a.
Wisata Budaya
Kawasan Wisata Banten Kepulauan
Wisata Alam
Kawasan Wisata Tigaraksa
Wisata Alam
b.
Wisata Budaya
191
7.
a.
b.
Wisata Budaya
c.
8.
a.
b.
Wisata Budaya
c.
9.
a.
b.
Wisata Budaya
Topeng Tolay
Takata Golf Resort
Imperial Club Golf
Suka Praja Estetika Padang Golf
Seni Kriya
Situ Gintung
Situ Cihuni
Palagan Lengkong
Taman Makam Seribu
Pencak Silat
PUSPITEK
BSD City
Damai Indah Padang Golf
Driving Range Bintaro Jaya
Pondok Cabe Golf & Country Club
Jakarta Baru Golf
Bulakan Air Belerang
Air Panas Desa Pematang
Walantaka
Sumur Tujuh Belas
Debus
Ubrug
Syaman
Beluk
Terbang Gede
Wawacan
Wawalan (Qasidah)
Gacle
Pusat Perbelanjaan Royal
Pusat Perbelanjaan Borobudur
Pusat Perbelanjaan Roberta
Pusat Perbelanjaan Mitra
Pasar Lama
Taman Rekreasi Wulandira Purnama
Bendungan Irigasi Pamarayan
Kerajinan Gerabah
Kerajinan Tas Kulit
Kerajinan Anyaman Bambu
Situ Ranca Lentah
Situ Palayangan
Syaman
Terbang Rudat
192
b.
Wisata Budaya
c.
b.
Wisata Budaya
b.
Wisata Budaya
193
b. Wisata Budaya
17. Kawasan Wisata Leuwidamar
a. Wisata Budaya
18. Kawasan Wisata Sawarna
a. Wisata Alam
b.
Wisata Budaya
Dogdog Lojor
Kawasan Pertambangan Emas Cikotok
Pantai Binuangeun
Pantai Tanjung Panto
Pantai Bagedur
Danau Talanca
Air Panas Citando
Pesta Laut
Masyarakat Baduy
Seba Baduy
Pantai Karang Songsong
Pantai Karang Taraje
Pantai Pulau Manuk
Pantai Pasir Putih Ciantir Legon Pare
Pantai Tanjung Layar
Pantai Ujung Bokor
Pantai Sawarna
Goa Sawarna
Curug Kanteh
Goa Sawarna
Curug Kanteh
Fasilitas Wisata
Provinsi Banten dilengkapi dengan ketersediaan akomodasi untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan. Jumlah hotel maupun kamar di Provinsi Banten cenderung
mengalami peningkatan.
TABEL 4
Jumlah Hotel, Kamar Dan Tempat Tidur Di Provinsi Banten Tahun 2000-2010
Tahun
Hotel
2000
132
2001
135
2002
141
2003
149
2004
150
2005
150
2006
224
2007
215
2008
226
2009
215
2010
228
Sumber: BPS Provinsi Banten (2011)
Kamar
4.771
4.816
4.811
5.036
5.070
5.070
7.730
5.522
5.860
5.789
6.167
194
Tempat Tidur
8.011
8.127
8.140
8.527
8.596
8.596
13.111
11.256
9.970
9.012
9.801
Selain akomodasi, fasilitas restoran dan rumah makan serta agen perjalanan banyak
tersebar di berbagai kota/kabupaten di Provinsi Banten.
TABEL 5
Jumlah Rumah Makan Dan Restoran Di Provinsi Banten Tahun 2011
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Kota/Kabupaten
Jumlah
Restoran dan Rumah
Makan
86
85
83
78
40
127
46
52
Kabupaten Serang
Kota Serang
Kota Cilegon
Kota Tangerang Selatan
Kabupaten Tangerang
Kota Tangerang
Kabupaten Lebak
Kabupaten Pandeglang
Agen
Perjalanan
2
21
16
26
15
43
4
4
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa jumlah fasilitas wisata di Provinsi Banten
tergolong mencukupi.
Jumlah
21
5
4
Jumlah prasarana pendukung pariwisata yang dimiliki oleh Provinsi Banten tergolong
lengkap dan mencukupi.
195
Feb 2011
821.619
807.722
225.581
1.099.019
Feb 2012
732.334
1.019.426
233.231
1.195.674
Pertumbuhan
-10,87%
26,21%
3,39%
8,79%
351.507
340.718
-3,07%
195.619
224.638
14,83%
910.458
993.351
9,10%
56.073
4.467.598
79.595
4.818.967
41,95%
7,86%
Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk yang berkerja di industri pariwisata pada bulan
Februari 2012 mengalami peningkatan sebesar 9% dibandingkan pada bulan Februari
2011. Penyerapan tenaga kerja di industri pariwisata tergolong besar pada bulan Februari
2012 yaitu sebesar 25% dari total angkatan kerja.
196
Potensi Pasar
Jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Banten sejak tahun
2008 hingga 2010 mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
TABEL 7
Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Provinsi Banten Tahun 2008-2010
Tahun
2008
2009
2010
Wisnus
2.878.000
3.022.000
3.202.158
Wisman
10.589
9.838
20.604
Jumlah ini kiranya akan terus mengalami peningkatan seiiring dengan kondisi
infrastruktur yang semakin baik di Provinsi Banten.
kondisi infrastruktur di Provinsi Banten masih sangat memprihatinkan. Meski sudah ada
daerah yang infrastrukturnya dinilai baik, tapi tidak sedikit pula daerah yang kerusakannya
sangat parah. Berdasarkan data di Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dan Dinas Bina Marga
di tingkat kabupaten/kota, kondisi infrastruktur yang paling memprihatinkan ada di
Pandeglang. Kondisi jalan yang rusak seperti antara Cilegon dan Pantai Anyer, antara
Pandeglang-Labuan-Panimbang-Tanjung Lesung dan Sumur akan menyurutkan minat
calon wisatawan untuk mendatangi obyek wisata tersebut.
Masalah lainnya adalah sumber daya manusia. Penyerapan tenaga kerja di industri
pariwisata di Provinsi Banten tergolong besar tetapi kenyataannya hampir semua obyek
wisata terkemuka di Banten, untuk posisi strategis lebih banyak mempekerjakan
pendatang. Jika dibiarkan berlarut-larut maka hal ini dapat memicu kecemburuan sosial,
sehingga lingkungan sosial pariwisata menjadi tidak kondusif. Provinsi Banten dapat
meniru
Bali
dan
Yogyakarta,
dimana
industri
pariwisata
setempat
banyak
mengikutsertakan sumber daya manusia lokal, sehingga nilai-nilai budaya lokal makin
mewarnai aktivitas kepariwisataan. Saat ini minat terhadap hal-hal yang bersifat lokal
makin menguat (Hidayat, 2011).
199
Australia yang menyukai destinasi yang banyak pilihan atraksi wisata alam. Promosi dapat
dilakukan dengan menawarkan beragam atraksi wisata alam unggulan yang banyak
terdapat di Provinsi Banten, sedangkan mengacu pada nilai historis, dapat dilakukan upaya
promosi pariwisata Banten di negara-negara Arab, Cina, India, Portugis, Spanyol dan
Inggris, karena beberapa abad yang lalu Banten pernah memiliki hubungan spesial dengan
negara-negara tersebut.
200
Daftar Pustaka
Anonim (2011). Masih Banyak Jalan Yang Rusak. Homepage Online. Available at
http://www.radarbanten.com/newversion/utama/5731-masih-banyak-jalan-yangrusak.html; Internet; accessed 2 April 2012.
Anonim (2011). Pariwisata Di Provinsi Banten. Homepage Online. Available at
http://datakesra.menkokesra.go.id/dataprov/banten/pariwisata-di-provinsi-banten;
Internet; accessed 2 April 2012.
Anonim (2012). Anggaran Promosi Pariwisata Banten Cuma Rp. 950 Juta.
http://indonesiatourismmonitor.blogspot.com/2012/01/anggaran-promosipariwisata-banten-cuma.html; Internet; accessed 2 April 2012.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pandeglang 2012. Kawasan
Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung. Homepage Online. Available at
http://bappedapandeglang.com/index.php?option=com_content&view=article&id=
128&Itemid=106; Internet; accessed 2 April 2012.
Badan Pusat Statistik (2011). Jumlah Angkatan Kerja Di Provinsi Banten Tahun 2010.
Homepage Online. Available at http://banten.bps.go.id/pop5.php; Internet;
accessed 2 April 2012.
Badan Pusat Statistik (2011). Jumlah Hotel, Kamar Dan Tempat Tidur Di Banten.
Homepage Online. Available at http://banten.bps.go.id/tour1.php; Internet;
accessed 2 April 2012.
Badan Pusat Statistik Provinsi Banten (2012). Keadaan Ketenagakerjaan Banten Februari
2012.
Homepage
Online.
Available
at
http://banten.bps.go.id/pdf/1221_Tenaker_070512.pdf; Internet; accessed 2 April
2012.
Care Tourism (2010). Visi Pengembangan Destinasi Pariwisat Indonesia. Homepage
Online.
Available
at
http://caretourism.wordpress.com/2010/06/27/visipengembangan-destinasi-pariwisata-indonesia/; Internet; accessed 2 April 2012.
Chandra, Aditiawan (2007). Bagaimana Mempromosikan Produk Wisata Daerah.
Homepage
Online.
Available
at
http://businessenvironment.wordpress.com/2007/04/30/bagaimanamempromosikan-produk-wisata-daerah/; Internet; accessed 2 April 2012.
Cohen, Erik. (1984). The Sociology of Tourism: Approaches, Issues, and Findings, Annual
Review of Sociology, 10:373-392.
Cooper, Chris., Fletcher, John., Gilbert, David., dan Wanhill, Stephen. (1998). Tourism
Principles and Practice, 2nd ed. London: Pitman Publishing.
201
203