MAKALAH
PERKEMBANGAN MORAL REMAJA
DISUSUN OLEH :
NAMA
NIM
: 4143311033
KELAS
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pada zaman yang serba modern sebagai dampak dari kemajuan
teknologi dan ilmu pengetahuan telah membawa banyak perubahan bagi
kehidupan manusia. Perubahan yang diberikan seringkali mengandung
resiko bagi kehidupan, seperti munculnya nilai-nilai yang tidak jelas dan
membingungkan anak. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan nilai, moral, dan sikap individu mencakup aspek
psikologis, sosial, budaya, dan fisik kebendaan, baik yang terdapat dalam
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Masalah moral merupakan masalah yang sekarang ini sangat
banyak menyita perhatian, terutama bagi para pendidik, masyarakat dan
para orang tua. Begitu banyak terdengar kasus tentang kejahatan yang
dilakukan oleh anak dibawah umur. Bagi warga Ibukota bukan suatu hal
yang aneh apabila mendengar atau melihat anak-anak sekolah melakukan
tawuran (perkelahian antar pelajar) yang tidak sedikit menimbulkan
sejumlah korban. Ini tentu menimbulkan dampak yang tidak baik bagi
kehidupan dan perkembangan moral peserta didik. Tentunya diperlukan
waktu yang panjang dan upaya pendidikan yang sungguh-sungguh untuk
mengatasi kondisi ini.
Maka upaya pengembangan nilai, moral, dan sikap juga diharapkan
dapat dikembangkan secara efektif di lingkungan sekolah. Oleh karena itu,
sebagai calon pendidik kita harus bisa memahami pola-pola prilaku
masyarakat terutama remaja yang akan kita didik nanti agar kita tidak
kesulitan dalam mengajar, mendidik dan memahami kondisi peserta didik
yang akan kita hadapi.
1.2.
Rumusan Masalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.3.
1.
2.
3.
4.
Tujuan
Memahami pengertian Perkembangan moral
Mengetahui tahapan dalam Perkembangan moral
Memahami karakteristik tahapan dalam Perkembangan moral
Mengetahui faktor yang mempengaruhi Perkembangan moral
5.
6.
7.
2.1.
9.
BAB II
8.
ISI
Pengertian Perkembangan Moral
Sebelum membahas mengenai pengertian perkembangan moral,
akan dijelaskan terlebih dahulu apa itu perkembangan dan apa itu moral
Pengertian perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses
perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas
kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Secara etimologi istilah moral berasal
dari bahasa Latin mos, moris (adat, istiadat, kebiasaan, cara, tingkah laku,
kelakuan) atau mores (adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak). moral adalah
ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan
sebagainya.
10.
perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan
kendali dalam bertingkah laku. Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang
mengatur perilaku individu dalam kehidupannya dengan kelompok sosial dan
masyarakat. Moral merupakan standar baik-buruk yang ditentukan bagi individu
sebagai anggota sosial. Berdasarkan arti dari kedua suku kata yaitu perkembangan
dan moral tersebut maka selanjutnya yaitu kita mulai memahami arti dari
gabungan dua kata tersebut maka diperoleh Perkembangan moral adalah
perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain.
Perkembangan moral remaja adalah perubahan-perubahan perilaku yang terjadi
dalam kehidupan remaja berkenaan dengan tatacara, kebiasaan, adat, atau standar
nilai yang berlaku dalam kelompok sosial.
2.2.
11.
Keenam tahapan perkembangan moral dari Kolhlberg
dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan
pasca-konvensional
12.
Tingkat 1 (Pra-Konvensional)
14.
Tingkat 2 (Konvensional)
3) Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas
15.
( Sikap anak baik)
4) Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial
16.
( Moralitas hukum dan aturan)
17.
Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)
5) Orientasi kontrak sosial
6) Prinsip etika universal
18.
( Principled conscience)
19.
Pra-Konvensional
20.
Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada
anak-anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam
tahap ini. Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai
moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat prakonvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan murni
melihat diri dalam bentuk egosentris.
21.
Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada
konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai
contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang
melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin
salah tindakan itu. Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang orang
lain berbeda dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai
sejenis otoriterisme.
22.
Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku
yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap
dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai
tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri, seperti
kamu garuk punggungku, dan akan kugaruk juga punggungmu. Dalam tahap
dua perhatian kepada oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang
berifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat prakonvensional, berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan
dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua,
perpektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.
23.
Konvensional
24.
Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau
orang dewasa. Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan
Pasca-Konvensional
28.
Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat
berprinsip, terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan
bahwa individu-individu adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini
menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat sebelum perspektif
masyarakat. Akibat hakekat diri mendahului orang lain ini membuat tingkatan
pasca-konvensional sering tertukar dengan perilaku pra-konvensional.
29.
Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai memiliki
pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa
mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang tidak
dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai ditahan atau
dihambat. Kenyataannya, tidak ada pilihan yang pasti benar atau absolut 'memang anda siapa membuat keputusan kalau yang lain tidak'? Sejalan dengan
itu, hukum dilihat sebagai kontrak sosial dan bukannya keputusan kaku. Aturanaturan yang tidak mengakibatkan kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu
demi terpenuhinya kebaikan terbanyak untuk sebanyak-banyaknya orang. Hal
tersebut diperoleh melalui keputusan mayoritas, dan kompromi. Dalam hal ini,
pemerintahan yang demokratis tampak berlandaskan pada penalaran tahap lima.
30.
Dalam tahap
enam,
penalaran
moral
berdasar
pada
penalaran abstrak menggunakan prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila
berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap keadilan juga menyertakan
keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Hak tidak perlu sebagai
kontrak sosial dan tidak penting untuk tindakan moraldeontis. Keputusan
dihasilkan secara kategoris dalam cara yang absolut dan bukannya secara hipotetis
secara kondisional (lihat imperatif kategoris dari Immanuel Kant). Hal ini bisa
dilakukan dengan membayangkan apa yang akan dilakukan seseorang saat
menjadi orang lain, yang juga memikirkan apa yang dilakukan bila berpikiran
sama (lihat veil of ignorance dari John Rawls). Tindakan yang diambil adalah
hasil konsensus. Dengan cara ini, tindakan tidak pernah menjadi cara tapi selalu
menjadi hasil; seseorang bertindak karena hal itu benar, dan bukan karena ada
maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui sebelumnya. Walau
Kohlberg yakin bahwa tahapan ini ada, ia merasa kesulitan untuk menemukan
seseorang yang menggunakannya secara konsisten. Tampaknya orang sukar,
kalaupun ada, yang bisa mencapai tahap enam dari model Kohlberg ini.
31.
2.3.
32.
33.
Usia (Th)
35.
36.
0-2
34.
37.
Karakteristik
38.
41.
42.
45.
3-5
46.
47.
48.
50.
53.
6-8
56.
9-12
berkesusahan
Keyakinan bahwa masyarakat
59.
60.
61.
lebih sering berpikir entang isu moral dan bekerja keras mengatasi
72.
2.5.
perilaku prososial
Perlihatkan kepada siswa berbagai contoh perilaku moral
4.
5.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
3.1
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan moral remaja adalah perubahan-perubahan
perilaku yang terjadi dalam kehidupan remaja berkenaan
dengan tatacara, kebiasaan, adat, atau standar nilai yang
berlaku dalam kelompok sosial.
Tahapan perkembangan moral dikelompokkan ke dalam
tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pascakonvensional
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
moral yaitu : Perkembangan Kognitif Umum, Penggunaan
Rasio dan Rationale, Isu dan Dilema Moral dan Perasaan
Diri
Beberapa upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam
mengembangkan moral adalah : menciptakan komunikasi
Saran
99.
100.
101.
102.
103.
DAFTAR PUSTAKA
104.
105.
106.
107.
108.
https://id.wikipedia.org/wiki/Tahap_perkembangan_moral_Kohlberg
diakses pada tanggal 25 September 2016
109.
110.