: Zahran Amir
NIM : A1C014157
Siklus Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah Daerah
Karakteristik Sistem Anggaran Pemerintah Daerah
Berdasarkan buku Panduan Analisis dan Advokasi Anggaran Pemerintah Daerah
di Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Asia (the Asia Foundation) dari Asian
Development Bank (ADB) pada awal tahun 2006, dalam merencanakan dan
mengelola keuangan daerah diperlukan pemahaman awal tentang Karakteristik
Anggaran pemerintah daerah yang mencakup antara lain: siapa-siapa saja
pelaku kunci (key person) yang terlibat; siklus dan kalender anggaran; dan
rincian proses anggaran yang merupakan siklus selama 30 (tigapuluh) bulan
atau dua setengah tahun.
Pelaku-pelaku kunci (key person) yang terlibat dalam penyusunan anggaran
pemerintahan kabupaten/kota adalah:
a) Pihak Eksekutif (Bupati/Walikota, Sekretaris Daerah, Tim Anggaran, SKPD,
Bappeda dan BPKD)
1) Bupati/Walikota
Bupati/Walikota adalah pengambil keputusan utama dalam menentukan
kegiatan dan pelayanan publik yang akan disediakan oleh pemerintah
daerah untuk suatu periode waktu tertentu. Dalam hal ini bupati/walikota
harus segera menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) paling lambat 3 (tiga) bulan setelah terpilih. Dokumen ini
nantinya akan menjadi rujukan dalam penyusunan rencana kerja
pemerintah daerah (RKPD).
Setelah selesai penyusunan APBD untuk suatu tahun anggaran tertentu,
bupati/walikota segera mengajukan Rancangan Perda tentang APBD
disertai dokumen pendukungnya kepada DPRD.
2) Sekretaris Daerah (Sekda)
Dalam kaitannya dengan penyusunan anggaran daerah, Sekretaris daerah
dalam suatu pemerintahan kabupaten/kota merupakan koordinator Tim
Anggaran Eksekutif yang mempunyai tugas antara lain menyampaikan
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) kepada DPRD. Kebijakan umum
anggaran adalah dokumen yang akan dijadikan landasan utama dalam
penyusunan RAPBD.
3) Tim Anggaran Eksekutif
Tim Anggaran Eksekutif yang diketuai oleh Sekretaris Daerah yang
bertugas
untuk
menyusun
Kebijakan
Umum
anggaran
dan
mengkompilasikan Rencana Kerja Anggaran setiap Satuan Kerja (RKASKPD) menjadi RAPBD.
4) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unit kerja pemerintahan
kabupaten/kota yang merupakan pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran dan mempunyai tugas untuk menyusun dan melaksanakan
anggaran pada unit kerja yang bersangkutan. Jumlah SKPD untuk suatu
pemerintahan kabupaten/kota dapat berbeda-beda antara satu dengan
Legislatif dengan Tim Anggaran Eksekutif dimana pada kesempatan ini pihak
legislatif berkesempatan untuk menanyakan dasar-dasar kebijakan eksekutif
dalam membahas usulan anggaran tersebut.
b. Pelaksanaan Anggaran (1 tahun saat tahun anggaran berjalan)
Pelaksanaan Anggaran adalah tahapan yang dimulai sejak APBD disahkan
melalui peraturan daerah pada setiap akhir tahun sebelum tahun anggaran baru
dimulai. Tahapan pelaksanaan berlangsung selama 1 (satu) tahun terhitung
mulai awal tahun anggaran baru pada bulan Januari setiap tahunnya. Tahapan
Pelaksanaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak eksekutif melalui
Satuan Kerja Perangkat Daerah.
c. Laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD (setengah tahun)
Tahapan ini mencakup antara penyiapan Laporan Semester pertama dan
Laporan tahunan termasuk penelaahan atas pelaksanaan anggaran untuk waktu
satu tahun anggaran yang bersangkutan. Tahapan pemeriksaan terdiri dari
pemeriksaan internal yang dilakukan oleh BAWASDA dan BPKP (untuk
pembelanjaan yang menggunakan APBN), serta pemeriksaan eksternal oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik:
1. Tahap persiapan anggaran.
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar
taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu
diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiranj pengeluaran, hendaknya
terlebih dahulu diulakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat. Selain
itu, harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran
pendapatan diestimasi pada saat bersamaan drengan pembuatan keputusan
tentang angggaran pengeluaran.
2. Tahap ratifikasi.
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan
cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill
namun juga harus mempunyai political skill, salesman ship, dan coalition
building yang memadai. Integritas dan kesioapan mental yang tinggi dari
eksekutif sangat penting dalam tahap ini. Hal tersebut penting karena dalam
tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab
dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan
dan bantahan- bantahan dari pihak legislatif.
3. Tahap implementasi/pelaksanaan anggaran.
Dalam tahap ini yang paling penting adalah yang harus diperhatikan oleh
manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan
sistem pengendalian manajemen.
4. Tahap pelaporan dan evaluasi.
Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap
implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian
manajemen yang baik, maka diharapkan tahap budget reporting and evaluation
tidak akan menemukan banyak masalah.
Alur Proses Perencanaan dan Penganggaran
b)
c)
d)
e)
pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik
yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh
dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada Rencana
Kerja Pemerintah Daerah dan RPJM-Desa.
Setiap
tahun
pada
bulan
Januari,
biasanya
didesa-desa
diselenggarakan musrenbang untuk menyusun Rencana Kerja Pembangunan
Desa (RKP Desa). Penyusunan dokumen RKP Desa selalu diikuti dengan
penyusunan dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa),
karena suatu rencana apabila tanpa anggaran sepertinya akan menjadi dokumen
atau berkas belaka. Kedua dokumen ini tidak terpisahkan, dan disusun
berdasarkan musyawarah dan mufakat. RKP Desa dan APB Desa merupakan
dokumen dan infomasi publik. Pemerintah desa merupakan lembaga publik yang
wajib menyampaikan informasi publik kepada warga masyarakat. Keterbukaan
dan tanggung gugat kepada publik menjadi prinsip penting bagi pemerintah
desa.
RKP Desa ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Desa dan disusun
melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) tahunan
atau biasa disebut musrenbang Desa. Dokumen RKPDesa kemudian menjadi
masukan (input) penyusunan dokumen APB Desa dengan sumber anggaran dari
Alokasi Dana Desa (ADD), Pendapatan Asli Desa (PA Desa), swadaya dan
pastisipasi masyarakat, serta sumber-sumber lainnya yang tidak mengikat.
Proses penyusunan dokumen RKP Desa dapat dibagi dalam tiga tahapan,
tahapan tersebut adalah :
1. Tahap Persiapan Musrenbang Desa,
Merupakan kegiatan mengkaji ulang dokumen RPJM Desa, mengkaji ulang
dokumen RKP Desa tahun sebelumnya, melakukan analisa data dan
memverifikasi data ke lapangan bila diperlukan. Analisis data yang dilakukan
seringkali disebut sebagai analisis kerawanan desa atau analisis keadaan
darurat desa yang meliputi data KK miskin, pengangguran, jumlah anak putus
sekolah, kematian ibu, bayi dan balita, dan sebagainya. Hasil analisis ini
dilakukan sebagai bahan pertimbangan penyusunan draft rancangan
awal RKP Desa dan perhitungan anggarannya.
2. Tahap Pelaksanaan Musrenbang Desa
Merupakan forum pertemuan warga dan berbagai pemangku kepentingan untuk
memaparkan hasil analisis keadaan darurat/kerawanan desa, membahas
draft RKP Desa, menyepakati kegiatan prioritas termasuk alokasi anggarannya.
Pasca Musrenbang, dilakukan kegiatan merevisi RKP Desa berdasarkan masukan
dan kesepakatan, kemudian dilakukan penetapan dengan Surat Keputusan (SK)
Kepala Desa.
3. Tahap Sosialisasi
tugasnya.
Bagi
desadesa
yang
sudah
mempunyai
RPJM
Desa,
penyusunan RKP Desa dilakukan dengan merujuk pada program dan kegiatan
indikatif yang sudah disusun dalam dokumen rencana 5 tahun tersebut. Sedang
bagi
desa
yang
belum
mempunyai
RPJM
Desa,
pada
tahap
pra musrenbang RKP Desa harus dimulai dari penggalian kebutuhan dan
permasalahan masyarakat melalui musyawarah dusun/RW.
Sumber/Referensi:
Bastian, Indra, 2006, Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintahan
Daerah di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 050-187/Kep/Bangda/2007 Tentang
Pedoman Penilaian Dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Menteri Dalam Negeri
http://www.banyumaskab.go.id/read/15540/siklus-anggaran-satuan-kerjaperangkat-daerah