ABSTRAK
Di beberapa kota besar di Indonesia, termasuk di kota Yogyakarta, peningkatan volume kendaraan
semakin dapat dirasakan dampaknya yang semakin tinggi. Beberapa factor seperti jumlah dan
kepadatan penduduk, kecepatan pertumbuhan, kondisi geografis wilayah, menjadi dasar dari
berkembangnya suatu kota. Beberapa persimpangan di Kota Yogyakarta mengalami kemacetan,
terlebih pada jam-jam sekolah dan kantor. Banyak aktivitas yang dilakukan di hari kerja dan sekolah
melewati perkotaan yang berdampak kepada kapasitas jalanan yang semakin penuh. Peningkatan
penduduk juga diikuti dengan makin meningkatnya volume kendaraan yang digunakan untuk
menunjang aktivitas tadi. Dengan menggunakan faktor-faktor yang berkaitan, makalah ini
bermaksud untuk menganalisis beberapa peningkatan jumlah penduduk tadi beserta dampaknya
serta membandingkan hubungan antara peningkatan volume kendaraan dengan pengaruh yang
diakibatkannya.
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
a. Apa penyebab meningkatnya volume kendaraan?
b. Apa saja dampak dari peningkatan volume kendaraan terhadap kapasitas jalan?
c. Bagaimana dampak kemacetan dapat berpengaruh terhadap jalan?
Tujuan
a. Mengetahui permasalahan transportasi di Yogyakarta akibat peningkatan volume kendaraan
b. Menganalisis dampak dari kemaacetan di jalanan kota
PEMBAHASAN
Salah satu kota besar di Indonesia yang kini mulai tidak terlepas dari masalah kemacetan adalah
Yogyakarta. Kemacetan seringkali terjadi pada jam sibuk di persimpangan yang dekat dengan pusat
keramaian, seperti ruko, pertokoan, mal, hotel, dan wilayah kampus. Maraknya pembangunan di kota-kota besar
di Indonesia, termasuk Yogyakarta dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Dampaknya kota-kota tersebut akan
menjadi tujuan bagi penduduk kota lain untuk berdatangan mencari pekerjaan dan bertempat tinggal. Dengan
semakin bertambahnya penduduk pada suatu wilayah mengakibatkan pengguna kendaraan, baik motor atapun
mobil akan ikut bertambah juga.
Perencanaan transportasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan perkotaan.
Perencanaan kota tanpa mempertimbangkan keadaan dan pola transportasi akan menimbulkan masalah lalu
lintas di kemudian hari, yang dapat berakibat terjadinya kemacetan. Beberapa upaya dalam rangka penerapan
rekayasa dan pengelolaan lalu lintas, antara lain perbaikan sistem lampu lalu lintas dan jaringan jalan,
kebijaksanaan perparkiran, serta pelayanan angkutan umum. Melihat pertumbuhan penduduk dan semakin
meningkatnya volume kendaraan, perlu ada suatu perencanaan agar dapat mencegah terjadinya kemacetan di
jalanan.
Tabel 2. Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Kota Yogyakarta Hasil Sensus Penduduk dan SUPAS
Menurut Soedjito (2004), tingkat pelayanan terdiri atas 6 ( enam ) tingkatan, mulai dari A, B, C, D, E
dan F. Maksudnya A merupakan tingkat pelayanan tertinggi (arus bebas), sedangkan F merupakan tingkat
pelayanan terendah. Kondisi macet dapat diindikasikan oleh menurunnya kecepatan perjalanan sampai dengan
batas tertentu dan besaran kecepatan perjalanan tersebut berkisar antara 0 24 km dengan tingkat pelayanan
F (terendah). Kondisi macet dapat diindikasikan oleh menurunnya kecepatan perjalanan sampai dengan batas
tertentu.
Berdasarkan MKJI (1997), Kinerja jalan ditunjukan oleh tingkat pelayanan (level of service = LOS), yakni
ukuran kualitatif yang mencerminkan persepsi pengemudi tentang kualitas perjalanan. Tingkat pelayanan
tersebut sangat ditentukan oleh derajat kejenuhan dan kecepatan perjalanan ( travel speed ).
Kapasitas lalu lintas merupakan volume lalu lintas maksimum yang dapat didukung pada ruas jalan pada
keadaan tertentu seperti geometri, komposisi dan distribusi lalu lintas serta faktor lingkungannya. Arus lalu
lintas dapat dipandang sebagai kelompok kendaraan yang homogen dan diperlukan sebagai aliran fluida,
sehingga perlu dianalisis agar diperoleh kapasitas jalan, dari hubungan antara kecepatan dan kepadatan lalu
lintas dan system lalu lintas. Sistem lalu lintas ini dipengaruhi oleh tiga elemen, yaitu : elemen manusia
(human), elemen jalan (road) dan elemen kendaraan (vechicle). Variabel aliran lalu lintas sebagai pengukur
besarnya lalu lintas digunakan istilah aliran lalu lintas yaitu jumlah kendaraan yang melewati titik pengamatan
pada jalan raya per satuan waktu (kendaraan / jam), apabila terdapat kendaraan yang lewat di depan titik
pengamatan selama beberapa waktu, maka arus lalu lintas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Kerapatan (jumlah kendaraan per satuan panjang) secara tidak langsung merupakan pengukuran sepanjang jarak
yang tidak mungkin diamati secara setempat, tetapi perkiraan kerapatan dapat dicari dari pengukuran
setempat yakni :
Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio volume terhadap kapasitas dan nilai DS tersebut
menunjukkan apakah suatu ruas jalan mempunyai masalah kapasitas atau tidak, rumusannya :
DS = Q / C , dengan
Satuan mobil penumpang (smp) adalah satuan arus lalu lintas, mengingat arus berbagai tipe kendaraan
diubah menjadi arus kendaraan ringan (termasuk mobil penumpang) dengan menggunakan ekivalen mobil
penumpang (emp), yaitu faktor yang menunjukkan perngaruh berbagai tipe kendaraan dibandingkan kendaraan
ringan terhadap kecepatan kendaraan ringan dalam arus lalu lintas.
Klasifikasi jalan di Indonesia menurut Bina Marga dalam Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota (TPGJAK) No. 038 / T / BM / 1997, jalan dibagi berdasarkan fungsi yakni Jalan utama , Jalan Sekunder,
Jalan Penghubung. Volume lalu lintasnya dengan satuan mobil penumpang dapat menunjukan klasifikasi fungsi
jalan sebagai berikut :
1.Jalan kelas I = > 20.000 smp
2.Jalan kelas II a = 8.000 20.000 smp.
3.Jalan kelas II b = 2.000 8.000 smp
4.Jalan kelas II c = 1.000 2.000 smp
5.Jalan kelas III = < 1000 smp
KESIMPULAN
Masalah kemacetan di kota-kota besar tidak dapat sepenuhnya diatasi. Pertambahan penduduk yang
semakin tinggi melewati jalanan perkotaan yogyakarta yang tidak dikuti dengan pertambahan kapasitas jalan
akan menyebabkan kemacetan di beberapa titik di jalan kota Yogyakarta.
Beberapa hal yang berkaitan dalam analisis peningkatan volume kendaraan dan pengaruhnya pada
kapasitas jalan perkotaan yogyakarta adalah jumlah penduduk, luas wilayah perkotaan, pengklasifikasian jalan
yang ada di Yogyakarta, volume lalu lintas di titik tertentu, dan beberapa hal lainnya. Dengan hal-hal tadi kita
dapat menganalisis lebih lanjut beberapa masalah transportasi yang ada di kota Yogyakarta ini.
Perencanaan dan penataan yang baik diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengurangi dampak dari terus
meningkatnya volume kendaraan yang semakin hari terus memenuhi jalanan kota
DAFTAR PUSTAKA
Ansusanto, J. D., Munawar, A., Priyanto, S., & Wibisono, B. H. (2014). Pola Perjalanan di Perkotaan Yogyakarta.
Jurnal Teknik Sipil, 12(4), 249258.
Kristen, U., Surabaya, P., Sipil, T., Atma, U., Sipil, T., & Atma, U. (2009). Evaluasi dan penanganan simpang empat
tak bersinyal menggunakan manual kapasitas jalan indonesia, (November), 15231533.
Yogyakarta, E. P. (2004). Evaluasi kinerja jalan sebagai parameter kemacetan simpang empat pingit yogyakarta, l.
Anonim, 1997, Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK), Direktorat Jendral Bina
Marga, Depertemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Anonim, 1997, Manual Kapasitan Jalan Indonesia, Direktorat Jendral Bina Marga, Depertemen Pekerjaan Umum,
Jakarta.
Anonim, 1998, Daerah Istimewa Jogjakarta Dalam Angka, Balai Pencatatan Statistik, Jogjakarta.