Laporan Tutorial
Laporan Tutorial
APORAN TUTORIAL
Pembimbing:
drg. Iin Eliana, M.Kes
Disusun oleh :
Kelompok tutorial V
Ketua
: Sixtine Agustiana F.
(111610101060)
Scriber meja
: Rifqi Afdila
(111610101026)
Scriber papan
(111610101038)
Anggota :
(111610101021)
(111610101022)
(111610101040)
(111610101041)
(111610101044)
(111610101045)
(111610101052
(111610101056)
(111610101058)
(111610101092)
(111610101094)
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
bimbingan dan petunjukNya, serta berkat rahmat, nikmat, dan karuniaNya
sehingga kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan tutorial oral
diagnosis penyakit mulut. Laporan tutorial yang kami buat ini sebagai salah satu
sarana untuk lebih mendalami materi tentang diagnosa pada bidang penyakit
mulut. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. drg. Iin Eliana, M.Kes yang telah memberi kami kesempatan untuk lebih
mendalami materi dengan pembuatan laporan tutorial ini.
2. Teman-teman Kelompok Tutorial V yang telah berperan aktif dalam
pembuatan laporan tutorial ini.
dentomaksilofasial ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ilmu Penyakit Mulut merupakan cabang dari Ilmu Kedokteran Gigi
yang mempelajari tentang berbagai kelainan atau penyakit yang ada di
rongga mulut dan dijaringan sekitarnya.
Pada blok oral diagnosa dan rencana perawatan, kami akan
mempelajari cara pemeriksaan pasien secara inta oral dan ekstra oral untuk
menegakkan diagnosa serta rencana perawatan. Penegakkan diagnosa
berdasarkan analisis hasil pemeriksaan riwayat penyakit, temuan
laboratoris, radiografis dan temuan alat bantu yang lain, selain meneptakan
rencana
perawatan
kami
juga
menetapkan
prognosis.
Pada tutorial minggu ke- tiga ini, kami mendapat skenario tentang
ilmu penyakit mulut, untuk hasil diskusi kelompok kami selanjutnya akan
kami bahan di bab pembahasan.
1.2 Rumusan masalah
3
1.
2.
3.
4.
nya?
5. Bagaimana prognosis dari kasus skenario?
1.3 Tujuan
1. Mampu memahami dan menjelaskan prosedur diagnosis pada
bidang penyakit mulut.
2. Mampu memahami dan menjelaskan diagnosis dan faktor etiologi
pada kasus skenario.
3. Mampu memahami dan menjelaskan rencana perawatan dari kasus
skenario
4. Mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang dan
pembacaan hasil lab nya.
5. Mampu memahami dan menjelaskan prognosis dari kasus skenario
SKENARIO III
ILMU PENYAKIT MULUT
Pak Rizal, usia 50 tahun, datang dengan keluhan sariawan pada
lidah yang tidak sembuh- sembuh tanpa diketahui penyebabnya,
sejak satu bulan yang lalu. Sudah diobati dengan albothyl tapi tidak
ada perbaikan. Sebelumnya penderita sering sariawan dengan
lokasi berpindah2 tanpa diketahui penyebabnya, kadang muncul
saat penderita kurang istirahat, namun yang muncul kali ini paling
parah.
Klinis:
- BMI : 17
- Lateral Lidah : ulser, single, diameter 15 mm, tengah putih, tepi
-
kemerahan, sakit
Mukosa pipi ki/ka : garis putih, setinggi oklusal gigi, tidak dapat
dikerok, tidak sakit
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PROSEDUR DIAGNOSIS
2.1.1
a. Keluhan.
Gaya penanyaan riwayat penyakit tergantung pada pribadi masing
masing klinisi, tetapi perlu diperhatikan bahwa dari awal
pemeriksaan sudah harus ditentukan apakah seorang penderita
mempunyai lebih dari 1 keluhan.
Bila ada lebih dari 1 keluhan, keluhan utama harus ditangani
terlebih dahulu, diikuti dengan keluhan lainnya berurutan ke bawah
sesuai dengan tingkat keseriusannya. Ada beberapa pertanyaan
dasar yang harus diajukan untuk memastikan ciri ciri keluhan :
1. Lokasi
2. Kapan pertama kali diketahui
3. Kapan kehadirannya
4. Faktor fakor yang mempercepat
5. Faktor faktor yang memperingan
b. Rasa sakit
Dalam kasus rasa sakit yang perlu diperhatikan adalah sifat,
kehebatan, serta kapan terasanya. Pasien harus ditanya apakah rasa
sakit timbul seriap hari, dan bila demikian, bagaimana rasa sakit
berubah dari waktu ke waktu dari bangun di pagi hari sampai
menjelang tidur dimalam hari.
c. Pembengkakan
d. Ulserasi/lesi
bila pasien mengeluh tentang adanya luka di RM (ulserasi/lesi).
Selanjutnya pasien ditanya tentang
- asal usul ulser tersebut
- apakah ulserasai baru terjadi untuk pertama kalinya atau apakah
sebelumnya sudah pernah timbul
-perkembangannya
-gejala nya
-riwayat sebelumnya (apa sudah pernah mengalami/ kekambuhan).
Dalam kasus ulserasi yang berulang, informasi yang harus
didapatkan dalah mengenai
-lokasi
-jumlah
-frekuensi, serta
5. Riwayat keluarga
Dijumpai ada beberapa kasus penyakit yang merupakan penyakit
keturunan atau ada hubungannya dengan keluarga
6. Riwayat dental
2.1.2
Selalu mulai dengan pemeriksaan ekstra oral kepala dan leher. Pada
beberapa kasus, informasi klinis yang diperoleh sangat berharga dalam
menentukan etiologi dan perjalanan penyakit mulut pada pasien yang
mencari perawatan. Sebagai contoh, manifestasi oral utama sindrom
hamartoma adalah adanya papiloma oral multipel. Pemeriksaan
histopatologi melalui spesimen biopsi pada pasien tersebut tidak
menunjukkan perubahan karakteristik mikroskopik tertentu; meski
demikian, adanya trikolemoma yang dikaitkan dengan sindrom
10
11
12
b. Pemeriksaan Intraoral
Klinisi harus menggunakan sarung tangan operasi untuk
melakukan pemeriksaan intraoral. Bila pasien
menggunakan gigi palsu maka gigi palsu ini harus dilepas
dan diperiksa apakah ada bagian yang rusak atau adanya
debris. Selanjutnya mintalah pasien untuk
memasangkannya kembali ke dalam mulut. Guna menilai
hubungannya dengan daerah abnomalitas mukosa.
Pemeriksaan intraoral yang sistemik harus dilakukan untuk
memastikan bahwa tidak ada daerah dimulut yang terlewati.
Bagian dalam bibir, palatum keras dan lunak, mukosa
bukal, dasar mulut, dan tepi dasar serta lateral dari lidah
juga diperiksa. Tepi lateral lidah harus diperiksa dengan
jalan ujung lidah dipegang dengan menggunakan sebuah
kasa. Jumlah gigi yang ada harus dicatat seiring dengan
evaluasi singkat mengenai distribusi karies atau restorasi
13
15
16
17
18
19
20
21
22
dapat menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam,
lidah, serta palatum dalam rongga mulut. Penyakit ini relatif ringan
karena tidak bersifat membahayakan jiwa dan tidak menular, namun RAS
sangat menganggu.
Klasifikasi
1. RAS Tipe Mayor
Stomatitis tipe mayor disebut juga Recurrent Scarring Aphthous
Ulser atau Periadenitis mucosa necrotica recurrens (penyakit Sulton).
Kira-kira berkisar 10-15% dari kasus SAR adalah stomatitis aftosa
tipe mayor. Pada stadium permulaan berupa nodul atau plak yang
kecil, lunak, merah dan sakit yang jika pecah akan menjadi ulser
tunggal, berbentuk oval dan sangat sakit. Lesi lebih besar 1 cm dan
dapat mencapai hingga 5 cm. SAR tipe mayor dapat terjadi pada
bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah
berkeratin. Lesinya berupa ulser yang besar, dalam, serta bertumbuh
dengan lambat, biasanya terbentuk dengan tepi yang menonjol atau
meninggi, eritematous dan mengkilat, yang menunjukkan bahwa
terjadi edema. Lesi berbentuk kawah warna abu-abu dan keras jika
dipalpasi. Tipe ini sering diragukan dengan squamus karsinoma.
Masa penyembuhannya sekitar 3-6 minggu. Lesi yang sembuh akan
meninggalkan jaringan parut setelah sembuh dan jaringan parut
tersebut terjadi karena keparahan dan lamanya ulser.
24
25
setiap bentuk ulser SAR lainnya. Bentuk lesi ini ditandai dengan
ulser-ulser kecil, berbentuk bulat, sakit, penyebarannya luas, dan
dapat menyebar di rongga mulut. Seratus ulser kecil bisa muncul
pada satu waktu, dengan diameter 1-3 mm, bila pecah satu per satu
ukuran lesi menjadi lebih besar. Ulser akan sembuh dalam waktu 1014 hari tanpa meninggalkan bekas ulserasi herpetiformis. Istilah
herpetiformis digunakan karena bentuk klinis dari ulserasi
herpetiformis (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada satu
waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer, tetapi virusvirus herpes ini tidak mempunyai peran etiologi pada ulserasi
herpetiformis atau dalam setiap bentuk ulserasi aphtosa.
27
Etiologi
Etiologi dan patogenesis RAS belum diketahui pasti. Ulser pada RAS
bukan oleh karena satu faktor saja (multifaktorial) tetapi dalam
lingkungan yang memungkinkannya berkembang menjadi ulser. Faktorfaktor ini terdiri dari trauma, stres, hormonal, genetik, merokok, alergi,
dan infeksi mikroorganisme atau faktor imunologi .
Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat bicara, kebiasaan buruk
(brukism), atau saat mengunyah, akibat perawatan gigi, makanan atau
minuman yang terlalu panas. Trauma bukan merupakan faktor yang
berhubungan dengan berkembangnya RAS pada semua penderita tetapi
trauma dapat dipertimbangkan sebagai faktor pendukung
Pada beberapa wanita mengalami rekurensi RAS setiap bulan yang
berhubungan dengan perubahan hormon, selalu ditandai dengan
peningkatan kadar progesteron saat fase luteal siklus menstruasinya. Pada
wanit sekelompok RAS sering terlihat di masa pra menstrual bahkan
banyak mengalami berulang kali. Keadaan ini diduga berhubungan
dengan faktor homonal antara lain hormon estrogen dan progesteron
(Lewis & Lamey , 1998).
Beberapa mikroorganisme di dalam rongga mulut diduga juga berperan
penting dalam patogenesis RAS, terutama golongan Streptococcus.
28
Fakta
Adanya defisiensi zat besi, asam folat, vitamin B12,
atau B kompleks
Psikologis
Trauma
Endokrin
Alergi
Merokok
Herediter
Inunologi
Sumber : Lewis MAO, Lamey PJ. Tinjauan klinis penyakit mulut. Jakarta: Widya
Medika; 1998. p.48
Dari skenario didapatkan BMI penderita 17, BMI (body mass index) atau IMT
(indeks masa tubuh) adalah indikator status gizi untuk mengukur berat badan
29
Dari klasifikasi ini, BMI penderita, yaitu 17, tergolong underweight. BMI
underweight (dibawah normal), sehingga dapat disimpulkan penderita kurang gizi.
Oleh karena itu RAS yang terjadi pada penderita kemungkinan besar karena
defisiensi nutrisi, seperti Adanya defisiensi zat besi, asam folat, vitamin B12, atau
B kompleks
Faktor Etiologi Berdasarkan Defisiensi Nutrisi
Defisiensi hematinic (besi, asam folat, vitamin B1, B2, B6, B12) kemungkinan
dua kali lebih besar terkena SAR dibandingkan orang yang sehat. Pada penelitan
di Jepang ditemukan adanya hubungan SAR dengan menurunnya asupan makanan
yang mengandung zat besi dan vitamin B1. Akan tetapi, pada penelitian ini tidak
dilakukan pengujian hubungan antara asupan makanan dengan fakta-fakta
defisiensi haematologi.
30
Pada penelitian yang baru-baru ini dilakukan di India dilaporkan adanya korelasi
antara konsentrasi nitrat dalam air minum dengan timbulnya SAR, nitrat
mengakibatkan meningkatnya aktivitas cytochrome B5 reductase dalam darah dan
kerentanan terjadinya recurrent stomatitis. Penjelasan dari teori ini berhubungan
dengan adanya kelebihan oksidasi NADH yang mendukung timbulnya inflamasi
pada mukosa mulut.
Defisiensi vitamin B1, B2, dan B6 telah ditemukan pada 28% pasien yang
menderita SAR. Defisiensi vitamin tersebut menyebabkan menurunnya kualitas
mukosa sehingga bakteri mudah melekat pada mukosa, dan menurunnya sintesis
protein sehingga menghambat metabolisme sel.
b. Di mukosa pipi kiri kanan ditemukan garis putih, setinggi oklusal gigi,
tidak dapat dikerok, tidak sakit Linea alba
Linea alba merupakan variasi dari struktur dan penampakan dari mukosa rongga
normal. Lesi ini merupakan bentuk umum dari hiperkeratosisfisiologis yang
merupakan kondisi yang terdiri dari penebalan pada epitel mukosa sebagai respon
terhadap friksi atau gesekan secara berulang.Lineaalba merupakan garis putih
keabu-abuan yang terjadi di sepanjang mukosa bukal pada ketinggian occlusal
plane.
31
Lesi ini merupakan penemuan lazim, dan biasanya dihubungkan dengan tekanan,
iritasi friksional, atau suckingtrauma dari permukaan fasial gigi-geligi.
Coleman (1993) menyatakan bahwa linea alba dapat terjadi karena chronic
chewing serta sucking pada pipi yang pada akhirnya menghasilkan lapisan tipis
putih pada mukosa bukal.
Kelihatannya, linea alba tidak ada hubungannya dengan cusp yang kasar atau
horizontal overlap yang gigi-geligi yang tidak mencukupi.Apabila terdapat pada
suatu mukosa bukal, linea alba (garis putih) merupakan garis putih atau putih
keabu-abuan yang menonjol dan memanjang dari komisura bibir sampai dengan
daerah molar. Lesi ini memiliki demarkasi yang baik terhadap mukosa bukal
berwarna kemerahan yang ada di sekitarnya, lunak dan lembut dengan batas yang
relatif sulit dibedakan. Biasanya lineaalba terjadi secara bilateral. Khususnya
pada pagi hari, area ini akan terlihat sedikit terangkat dan menunjukkan indentasi
gigi-geligi.Linea alba tidak memiliki tanda-tanda patologis. Lesi ini benar-benar
jinak. Oleh karena itu, tidak diperlukan perawatan untuk lesi ini. Garis putih ini
dapat menghilang secara spontan pada sebagian orang.
32
Terapi rehabilitatif
Diagnosa sementara dari kasus di skenario adalag RAS dan linea alba
buccalis. Untuk Linea alba jika tidak parah dan tidak mengganggu pasien
tidak perlu di terapi, Untuk RAS berikut terrapi yang sering digunakan
Tabel Terapi yang digunakan untuk stomatitis aptosa rekren (RAS)
Vitamin
Thiamin
Pyridoxine
Obat Kumur
Klorexidin glukonat
Benzydamine hydrocloride
Carbenoxolone disodium
Kortikosteroid topikal
Hidrokortison hemisuksinat
Triamnicolone acetonide
Fluocinonide
Betamethasone sodium phospat
Bethametasone valerate
Beclomethasone dipropionate
Flumethasone pivalate
Antimikroba
Tetrasiklin secara topikal
Imunomodulator
33
Levamisole
Faktor transfer
Colchicine
Gammaglobulin
Dapsone
Thalimode
Lail lain
Inhibitor monoamin oksidase
Cromoglycate
Sumber : Lewis MAO, Lamey PJ. Tinjauan klinis penyakit mulut. Jakarta: Widya
Medika; 1998. p.49
Tidak semua obat diatas harus kita berikan untuk pasien RAS,kita harus
mampu memilah- milah obat mana yang harus segera diberikan kepada pasien,
ini tergantung kondisi pasien. Pada kasus di skenario, berikut rencana
perawatan yang yang kami berikan:
a.
b.
c.
d.
34
lewis, 1998
Pengujian
Peningkatan kadar
Penurunan kadar
Kehamilan, infeksi,
leukimia
obat, idiopatik,
beberapa infeksi,
penyakit sumsum
Polisitemia
Def b12, folat,
tulang
anemia
Kekurangan zat besi,
(MCV)
alkoholisme,
thalasemia
penyakithati
Rata- rata sel hb (MCH) Anemia pernisiosa
thalasemia
Reaksi obat,leukimia,
Mieloproliteratif
infeksi idiopatik
b. Pemeriksaan biokimia
Pada pemeriksaan biokimia yang diperiksa adalah
- kadar glukosa dalam plasama darah
- kortisol
- profil
- hormon pertumbuhan
- tiroid
c. Pemeriksaan imunologis
-imunoglobulin
-autoantibodi
-faktor antinukleardan reumatoid
-komplemen
d. Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus. Kultur
bakteri tidak secara rutin dilakukan pada lesi-lesi ronga mulut karena
masalah kontaminasi silang. Kultur virus dilakukan dengan frekuensi
yang lebih, terutama pada pasien imunosupresi dengan dugaan lesi oral
yang disebabkan oleh virus. Tes Tzanck digunakan untuk melihat
adanya akantolisis pada penyakit virus (misalnya herpes labialis) dan
35
36
sistemik bisa diminimalisir dengan kesehatan mulut yang baik dan mengikuti
terapi medis yang diresepkan dokter.
Prognosis bisa baik, sedamg, atau buruk, tergantung dari :
a. Keadaan OH,semakin baik keadaan OH seseorang,maka semakin cepat
terjadinya penyembuha
b. diameter ulkus,ulkus dengan diameter kecil lebih cepat sembuh
dibandongkan dengan ulkus berdiameter lebih besa.
c. Lokasi ulkus,ulkus yang terjadi pada mukosa bergerak lebih lama sembuh
dibandingkan pada mukos tak bergerak
d. Pengobatan,pengobatan yang cepat dan berkelanjutan akan mempercepat
terjadinya penyembuhan RAS
e. Nutrisi,kurangnya salah satu zat yang berperan penting dalam proses
penyembuhan seperti protein dan vitamin C
f. Mental dan fisik,karena salah satu penyebab RAS adalah stress,maka
upaya untuk mengurangi frekuensi kekambuhannya maka pasien harus
bermental sehat yang didukung dengan keadaan fisik yang sehat pula
g. Kooperatif ari pihak pasien, mau atau tidak mengikuti terapi
37
BAB III
KESIMPULAN
1. Prosedur diagnosis di bidang penyakit mulut
a. Pemeriksaan Subyektif (anamnesa)
1. Data (identitas) pribadi penderita
2. Riwayat kasus
b. Pemeriksaan Obyektif (klinis)
1. Pemeriksaan kesehatan umum
2. Pemeriksaan kesehatan rongga mulut dan sekitarnya
a. Pemeriksaan ekstra oral
b. Pemeriksaan intra oral
2.
3.
4.
38
b. Pemeriksaan biokimia
c. imunologi
d. mikrobio
e. histopatologi
f. imaging
Spesifik untuk kasus di skenario, pemeriksaan penunjang yang bisa
dilakukan untuk pasien dengan diagnosa sementara RAS adalah
histopatologi (biopsi)
5.
Prognosis pasien bisa dilihat dari beberapa faktor, seperti letak ulser, OH,
nutrisi dan kooperatif
39
DAFTAR PUSTAKA
Greenberg, Martin & Michael Glick. 2008. Burkets Oral Medicine Diagnosis &
Treatment eleventh edition. USA : BC Decker Inc
Laskaris, george. 2003. Color atlas of oral disease third edition. Athens, Greece :
Litsas Medical Publication
Lewis, Michael A O & Lamey PH. 1998. Tinjauan Klinis Penyakit Mukut ed 1.
Widya medika
Lewis, Michael & richard jordan. 2012. A colour handbook oral medicine second
edion. USA: Manson Publishing Ltd
40