Laporan Kasus Ica KDK Paling Fix Super!
Laporan Kasus Ica KDK Paling Fix Super!
Oleh
dr. Putri Pertiwi
PEMBIMBING
dr. Widiyana
A. PENDAHULUAN
Laporan ini dibuat dengan mengambil data pasien Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD
Indramayu
B. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. R
Usia
: 4 Bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat
: Desa Bulak, Kec. Jatibarang
No. RM
: 276107
Masuk RS
: 26 Juli 2016
AYAH
: Nama
: Tn. S
Umur
: 27 tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Penghasilan : Rp 4.000.000/bulan
IBU
: Nama
Umur
: Ny. C
: 25 tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
C. ANAMNESIS
Keluhan utama : Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih satu jam sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami kejang yang
timbul mendadak sebanyak selama kurang lebih 5 menit. Kejang yang dialami
merupakan kejang yang ke-3 kalinya. Sejak pagi pasien mengalami kejang dirumah
sebanyak 2 kali. Saat tiba di Rumah Sakit, pasien mengalami kejang kembali. Kejang
1
diawali dengan kedua mata mendelik keatas dan gigi seperti menggigit disertai kedua
lengan dan tungkai kaku. Selama kejang pasien dalam keadaan tidak sadar. Sebelum dan
setelah kejang pasien dalam keadaan sadar.
Keluhan kejang disertai dengan keluhan panas badan yang hilang timbul sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai BAB Cair sejak 3 hari sebeleum masuk
rumah sakit sebanyak 3 kali dalam sehari. Tinja masih terdapat ampas, tidak disertai
darah dan lendir. Menurut keterangan keluarga, pasien telah melakukan pengobatan ke
D. PEMERIKSAAN FISIK
PENGUKURAN
Berat Badan
: 5,6 Kg
Panjang Badan
: 63 cm
KEADAAN UMUM
Kesan sakit
: Sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
TANDA VITAL
Nadi
Respirasi
: 24 x/menit.
Suhu
: 38,2 C
PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Kepala
Mata
Pupil
Hidung
Telinga
Bibir
Mulut
Gusi
Gigi
Faring
: Simetris, Normochepal
: Sklera
: Ikterik : -/Konjungtiva : Anemis : -/: Bulat, isokor
: PCH -/-, Rhinorea -/: Tidak ada kelainan
: Basah
: Lidah basah bersih
:Tidak ada kelainan
:Tidak ada kelainan
:Hiperemis -/-
2. Leher
Kelenjar Getah Bening
Kaku Kuduk
3.Thorax
a. Dinding Thorax/Paru
Depan
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Belakang
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
b.
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
4. Abdomen
Inspeksi
: Datar
Palpasi
: Lembut
Hepar : Tidak teraba
3
: Tympani
Auskultasi
5. Genitalia
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Kelainan
6. Anggota Gerak
Atas
Kulit
Sendi
Otot
Refleks
Bawah
Kulit
Sendi
Otot
Refleks
Ekstremitas
: akral hangat
7. Susunan Saraf
Refleks cahaya (pupil): + / + , Refleks kornea: + / +
Rangsang Meningen
: Kaku Kuduk
: tidak ada
Brudzinsky I/II/II
: (-)
Kernig
: (-)
Laseque
: (-)
Saraf Otak
Motorik
Sensorik
Vegetatif
Refleks Fisiologis
: APR : + / +, KPR : + / +
Refleks Patologis
: Babinsky
5
5
5
5
: (-/-)
Chaddock
: (-/-)
Gordon
: (-/-)
Oppenheim
: (-/-)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM DARAH RUTIN 23 APRIL 2016
-
Hb
: 11,3 gr/dl
Leukosit
: 11.900 /mm3
Hematokrit
: 35 %
Trombosit
: 321.000/mm3
Basofil
:2%
Eosinofil
Neutrofil batang
:0%
Neutrofil segmen
: 42%
Limfosit
: 42 %
Monosit
F.
G.
-
:1%
: 14 %
1. FOLLOW UP
26 Juli 2016
S : kejang (-)
O : Keadaan umum :
Kesadaran : Compos Mentis, GCS : E4V5M6
TTV
Kepala
Leher
Thorax
27 Juli 2016
S : kejang (-)
O : Keadaan umum :
Kesadaran : Compos Mentis, GCS : E4V5M6
TTV
Kepala
Leher
Thorax
Kepala
Leher
Thorax
H. RESUME
: 4 bulan
Berat badan
: 5,6 Kg
Tinggi badan
: 63 cm
Kesadaran
Kesan Sakit
: Sakit sedang
Nadi
Respirasi
: 27x/menit
Suhu
: 38.3 C
Hidung
: Rhinorrhea - / -
Faring
: Hiperemis -/-
Pemeriksaan neurologis :
Refleks cahaya (pupil): + / +
Rangsang Meningen : Kaku Kuduk
Refleks cornea: + / +
: tidak ada, Bruzkinsky I/II/II : (-)
Saraf Otak : N.I sulit dinilai, N.II N.XII dalam batas normal
Motorik
Vegetatif
5
5
5
5
Sensorik : t.a.k
Refleks Fisiologis
: APR : + / +, KPR : + / +
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
A. PERMASALAHAN
1. Penegakkan diagnosis kejang demam
2. Penatalaksanaan pada pasien kejang demam
3. Edukasi pasien kejang demam
B. PEMBAHASAN
1. Penegakkan Diagnosis
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada saat awal pasien
datang ke rumah sakit, pasien didiagnosis kejang demam kompleks. Keluhan utama yang
dikeluhkan pasien saat datang ke rumah sakit adalah kejang yang dialami sebanyak 3 kali,
selama 5 menit, setengah jam SMRS, kemudian kejang kembali terjadi sebanyak 1 kali saat
pasien tiba ke rumah sakit.
Keluhan kejang tersebut diawali dengan adanya panas badan sejak 5 hari SMRS. Keluhan
tersebut tidak disertai batuk pilek. Riwayat kejang demam sebelumnya, riwayat epilepsi, dan
riwayat kejang demam pada keluarga tidak ada.
8
Pada pemeriksaan fisik, pasien dalam keadaan compos mentis, suhu tubuh 38,3 C, tidak
terdapat kelainan pada pemeriksaan neurologis.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu
rectal > 38 C ) yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium. Kejang demam terjadi pada
2-4% populasi anak. Tidak terdapat batasan usia spesifik, sering terjadi pada usia 6 bulan
hingga 3 tahun dengan puncaknya pada usia 18 bulan. Kejang demam terbagi menjadi dua,
yakni kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.
Kejang demam sederhana berlangsung singkat (kurang dari 15 menit). Sebagian kejang
demam merupakan kejang demam sederhana, sedangkan kejang demam kompleks hanya
terjadi berkisar 35%. Kejang demam kompleks menunjukkan gambaran kejang fokal atau
parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului kejang parsial dengan durasinya lebih dari
15 menit dan berulang (2 kali kejang dalam 24 jam).
Laki-laki lebih sering mengalami kejang demam dibanding perempuan dengan
perbandingan 1,4:1 sampai 1,2:1. Terdapat 2-4% anak pernah mengalami kejang demam
sebelum usia 5 tahun, di negara asia angka kejadian lebih tinggi (7% di Jepang).
Faktor risiko utama kejang demam adalah usia, demam, dan genetik. Panas pada kejang
demam sering disebabkan oleh ISPA, Otitis media, diare, dan ISK. Pada pasien ini terdapat
sumber fokal infeksi yaitu dari diare yang dialami pasien dan dari hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan peningkatan leukosit.
Dalam menegakkan diagnosis kejang demam harus disingkirkan kemungkinan infeksi SSP
seperti meningitis. Kejang juga dapat disebabkan oleh keadaan lain seperti sepsis atau
ensefalopati akut lain.
2. Penatalaksanaan
Pada kebanyakan kasus, biasanya kejang demam berlangsung singkat dan saat pasien
datang kejang sudah berhenti. Pemberian diazepam rektal pada saat kejang sangat efektif
untuk menghentikan kejang dan dapat diberikan oleh orang tua di rumah. Diazepam rektal
dapat digunakan dengan dosis 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan
diazepam rektal 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg.
Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB.
Jika kejang tetap belum berhenti, maka diberikan fenitoin intravena dengan dosis awal 15-20
mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Jika kejang
berhenti, maka dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kgBB/hari, dimulai 12 jam setelah dosis
awal. Jika dengan fenitoin kejang belum berhenti, maka pasien harus dirawat di ruang rawat
intensif. Jika kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung apakah kejang
demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.
Kejang fokal/parsial
Kejang berulang dua kali atau lebih dalam kurun waktu 24 jam.
10
Fenobarbital dan asam valproat efektif menurunkan risiko berulangnya kejang. Fenobarbital
4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis dan asam valproat 20-40 mg/kgBB/hr dibagi 2-3 dosis terus
menerus dapat digunakan untuk menurunkan risiko berilangnya kejang demam.
Antikonvulsan rumatan diberikan selama 1 tahun. Perlu dipertimbangkan keuntungan dan
kerugian pemberian obat antikonvulsan rumat. Efek samping yang harus diperhatika pada
pemakaian fenobarbital yaitu penurunan fungsi kognitif dan gangguan perilaku. Asam
valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang berat terutama bila diberikan pada
anak dengan usia dibawah 2 tahun, disamping harganya yang cukup mahal.
3. Edukasi
Orang tua perlu diyakinkan dan diberi penjelasan tentang risiko rekurensi serta petunjuk
dalam keadaan akut. Lembaran tertulis dapat membantu komunikasi antara orang tua dan
keluarga; penjelasan terutama pada:
Pemberian obat untuk mencegah rekurensi efektif, tetapi harus diingat risiko efek
samping obat.
11
DAFTAR PUSTAKA
Garna Herry, dkk. Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak; edisi 4. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Unpad/RSHS, 2012. Bandung
2. de Siqueira LFM. Febrile seizures: Update on diagnosis and management. Rev Assoc
Med Bras. 2010; 56(4): 489-92.
12
Nama Peserta
Dengan judul/topik
Nama Pendamping
: dr. Widiyana
Nama Wahana
: RSUD Indramayu
No
1
2
3
4
5
6
7
No
1
2
3
4
5
6
7
Tanda Tangan
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping
dr. Widiyana
13