B
B
Rumusan Masalah
Terdapat dua pendekatan terkait dengan perilaku konsumen, yaitu pendekatan niali
guna (utility) kardinal dan pendekatan niali guna ordinal. Dalam pendekatan niali
guna kardinal dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang
konsumen dapat dinyatakan secara kualitatif. Nilai guna total dapat diartikan
sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejulah barang
tertentu. Sedangkan nilai guna marginal berarti penambahan (atau pengurangan)
kepuasan sebagai akibat dan pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu
unit barang tertentu.
1. Pendekatan Kardinal
Pendekatan konsumen Kardinal adalah daya guna dapat diukur dengan satuan uang
atau utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna tergantung kepada subyek
yang menilai. Pendekatan ini juga mengandung anggapan bahwa semakin berguna
suatu barang bagi seseorang, maka akan semakin diminati.
Pendekatan kardinal memberikan penilaian bersifat subyektif akan pemuasan
kebutuhan dari suatu barang, artinya tinggi rendahnya suatu barang tergantung
sudut pandang subyek yang memberikan penilaian tersebut, yang biasanya
berbeda penilain dengan orang lain.
Pendekatan ini merupakan gabungan dari beberapa pendapat para ahli ekonomi
aliran subyektif dari Austria seperti: Karl Menger, Hendrik Gossen, Yeavon, dan Leon
Walras. Menurut pendekatan ini daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau
util, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna bergantung kepada subyek yang
menilai.
Dalam pendekatan ini akan banyak didasari oleh suatu hukum dari tokoh terkenal,
Gossen, yaitu hokum Gossen.
a.Hukum Gossen I menyatakan bahwa jika kebutuhan seseorang dipenuhi terusmenerus maka kepuasanya akan semakin menurun.
b.Hukum Gossen II menyatakan bahwa orang akan memenuhi berbagai
kebutuhanya sampai mencapai intensitas yang sama. Intensitas yang sama itu
ditunjukkan oleh rasio antara marginal utility dengan harga dari barang yang satu
dengan rasio marginal utility dengan harga barang yang lain.
Hipotesis utama teori niali guna atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna
marginal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang
akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan satu barang akan menjadi
semakin sedikit apabila orang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya
pada barang tersebut.
Dalam hal pemaksimuman nilai guna total, syarat pemaksimuman nilai guna adalah
jika konsumen berada dalam keadaan sebagai berikut:
Konsumen Rasional
2.
Konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang yang disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya daya guna.
3.
4.
5.
Konsumen konsisten
6.
C.
1.
Teori Psikologis
Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang dipengaruhi
oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam
menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak dapat diamati secara
langsung.
3.
Teori Antropologis
Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok masyarakat
yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelas-kelas sosial dan
sebagainya[4].
D.
1.
Kelangkaan dan terbatasnya pendapatan. Adanya kelangkaan dan
terbatasnya pendapatan memaksa orang menetukan pilihan agar pengeluaran
senantiasa berada dianggaran yang sudah di tetapkan, meningkatkan konsumsi
suatu barang atau jasa harus disertai dengan pengurangan konsumsi pada barang
atau jasa yang lain.
2.
Konsumen mampu membandingkan biaya dengan manfaat. Jika dua
barang member manfaat yang sama konsumen akan memilih yang biayanya lebih
kecil. Disisilain, bila untuk memperoleh dua jenis barang dibutuhkan biaya yang
sama, maka konsumen akan memilih barang yang memberi manfaat lebih besar.
3.
Tidak selamanya konsumen dapat memperkirakan manfaat dengan tepat.
Saat membeli suatu barang bisa jadi manfaat yang di peroleh tidak sesuai dengan
harga yang harus di bayarkan: segelas kopi starsbuck, miasalnya, ternyata terlalu
pahit untuk harga Rp. 40.000,- percangkir. Lebih nikmat kopi tubruk di warung kopi
yang Rp. 3000,- pergelasnya. Pengalaman tersebut akan menjadi informasi bagi
konsumen yang akan mempengaruhi keputusan konsumsinya mengenai kopi di
masa yang akan dating.
4.
Setiap barang dapat di distribusi dengan barang lain. Dengan demikian
konsumen dapat memperoleh kepuasan dengan berbagai cara.
5.
Konsumen tunduk terhadap hukum berkurangnya tambahan kepuasan
(the law of diminishing marginal utility). Semakin banyak jumlah barang yang di
konsumsi, semakin kecil tambahan kepuasan yang dihasilkan. Jika untuk setiap
tambahan barang di perlukan sebesar harga barang tersebut (p), maka konsumen
akan berhenti membeli barang tersebut manakala manfaat tambahan yang di
perolehnya (MU) sama besar dengan tambahan biaya yang harus di keluarkan[5].
E.
Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku
konsumen. Perusahaan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya,
subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari
keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar,
persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat
dari keluarga dan lembaga penting lainnya.
Setiap kebudayaan terdiri dari subbudaya subbudaya yang lebih kecil yang
memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya.
Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme,
kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya
membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering kali merancang produk dan
program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama
dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya
mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan
oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi
pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
2.
Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil,
keluarga serta peranan dan status sosial konsumen. Perilaku seseorang dipengaruhi
oleh banyak kelompok kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung.
Definisi kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai
sasaran individu atau bersama.
Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan
tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan
konsep diri pembeli.
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa
penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup
psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi
tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya. Pekerjaan mempengaruhi barang
dan jasa yang dibelinya. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompokkelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa
tertentu.
Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pemilihan produk. Situasi ekonomi
seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya,
stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk presentase yang
mudah dijadikan uang ).
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan,
minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan seseorang secara
keseluruhan yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan
sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.
Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berada dari setiap orang yang
memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian
dapat merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku
konsumen. Bila jenis- jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan memiliki korelasi
yang kuat antara jenis-jenis kepribadian tersebut dengan berbagai pilihan produk
atau merek.
4.
Faktor Psikologis
Pemilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh empat faktor
psikologis, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta kepercayaan.
Motivasi merupakan kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan
seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Beberapa
kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis
tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhankebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan
fisologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau
kebutuhan diterima.
Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih,
mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu
gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat memiliki persepsi yang berbedabeda dari objek yang sama karena adanya tiga proses persepsi:
a.
b.
c.
Barang
2.
Harga
3.
Periklanan
4.
Panah umpan balik mengarah kembali kepada organisasi pemasaran. Pemasar akan
mengiikuti rensponsi konsumen dalam bentuk saham pasar dan data penjualan.
Tetapi informasi ini tidak menceritakan kepada pemasar tentang mengapa
konsumen membeli atau informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari merek
pemasar secara relatif terhadap saingan. Karena itu penelitian pemasaran
diperlukan pada tahap ini untuk menentukan reaksi konsumen terhadap merek dan
kecenderungan pembelian dimasa yang akan datang. Informasi ini mengarahkan
pada manajemen untuk merumuskan kembali strategi pemasaran ke arah
pemenuhan kebutuhan konsumen yang lebih baik[6].
F.
1.
Lingkungan Eksternal Sistem Pemasaran. Lingkungan ini tidak dapat
dikendalikan perusahaan, misalnya kebebasan masyarakat dalam menerima atau
menolak produk perusahaan, politik dan peraturan pemerintah, keadaan
perekonomian, kependudukan serta munculnya pesaing.
2.
Variabel Internal Sistem Pemasaran. Variabel ini dapat dikendalikan oleh
perusahaan, terdiri atas dua kelompok, yaitu sumber bukan pemasaran
(kemampuan produksi, keuangan, dan personal) dan komponen-komponen bauran
pemasaran yang meliputi: produk, harga, promosi, dan distribusi.
Perilaku Konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat
dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya
proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan
tersebut (Swastha dkk., 1997).
Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan
bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merk tertentu.
Kesemuanya ini sangat membantu manajer pemasaran di dalam menyusun
kebijaksanaan pemasaran perusahaan. Proses pengambilan keputusan pembelian
suatu barang atau jasa akan melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran
masing-masing. Peran yang dilakukan tersebut adalah:
1.
Initiator, adalah individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang
tertentu.
2.
Influencer, adalah individu yang berpengaruh terhadap keputusan
pembelian. Informasi mengenai kriteria yang diberikan akan dipertimbangkan baik
secara sengaja atau tidak.
3.
Decider, adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa
yang akan dibeli, bagaimana membelinya.
4.
Buyer, adalah individu yang melakukan transaksi pembelian
sesungguhnya.
5.
User, yaitu individu yang mempergunakan produk atau jasa yang dibeli.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian terhadap
suatu produk.
Manajemen perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar program pemasarannya
dapat lebih berhasil. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor ekonomi,
psikologis, sosiologis dan antropologis.
Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa
membeli pada penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi
perusahaan dalam menentukan desain produk, harga, saluran distribusi, dan
program promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain dari program pemasaran
perusahaan[7].
G.
Keputusan Pembelian
Pengenalan Masalah
Pencarian informasi.
Seorang selalu mempunyai minat atau dorongan untuk mencari informasi. Apabila
dorongan tersebut kuat dan obyek yang dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia
maka konsumen akan bersedia untuk membelinya.
3.
Evaluasi Alternatif
Konsumen akan mempunyai pilihan yang tepat dan membuat pilihan alternatif
secara teliti terhadap produk yang akan dibelinya.
4.
Keputusan Pembeli
Perilaku Pascapembelian
kebutuhan nutrisi. Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian yang lalu.
Sehingga, pencarian informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak penting
keberadaannya dalam konsumen memutuskan membeli merek yang sama.
3.
Banyak produk dibeli dengan kondisi rendahnya keterlibatan konsumen dan tidak
adanya perbedaan merek yang signifikan. Mereka pergi ke toko dan mengambil
merek tertentu. Jika mereka tetap mengambil merek yang sama, hal itu karena
kebiasaan, bukan karena kesetiaan terhadap merek yang kuat. Terdapat bukti yang
cukup bahwa konsumen memiliki keterlibatan yang rendah dalam pembelian
sebagian besar produk yang murah dan sering dibeli.
Konsumen kadang-kadang mengambil keputusan walaupun mereka tidak memiliki
keterlibatan kepentingan yang tinggi, mereka hanya memiliki sedikit pengalaman
masa lalu dari produk tersebut. Konsumen membeli barang mencoba-coba untuk
membandingkan terhadap makanan snack yang biasanya dikonsumsi. Pencarian
informasi dan evaluasi terhadap pilihan merek lebih terbatas dibanding pada proses
pengambilan keputusan yang komplek. Pengambilan keputusan terbatas juga
terjadi ketika konsumen mencari variasi. Kepitusan itu tidak direncanakan, biasanya
dilakukan seketika berada dalam toko. Keterlibatan kepentingan yang rendah,
konsumen cenderung akan berganti merek apabila sudah bosan mencari variasi lain
sebagai perilaku pencari variasi akan melakukan apabila resikonya minimal.
4.
Proses Inertia
I.
berorientasi implementasi (Peter dan Olson, 1999). Peran perilaku konsumen bagi
pemasar atau produsen adalah mampu:
1.
2.
Memahami konsumen dalam berperilaku, bertindak dan berpikir, agar
pemasar atau produsen mampu memasarkan produknya dengan baik.
3.
Memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan,
sehingga pemasar atau produsen dapat merancang strategi pemasaran dengan
baik.
Pentingnya Produsen Mengamati Perilaku Konsumen:
Produsen adalah orang yang melakukan kegiatan produksi untuk menghasilkan
suatu barang produksi yang akan dijual kepada konsumen dengan tujuan
mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dari barang yang diproduksinya.
Produsen mempelajari perilaku konsumen untuk mengetahui produk apa yang
sedang dibutuhkan konsumen, yang tidak disukai konsumen serta untuk
menentukan harga produksi yang mampu dibeli oleh konsumen. Produsen dapat
mengetahui tentang apa yang sedang diminati konsumen sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada. Sehingga produsen dapat memprediksikan berapa kuantitas
barang yang akan diproduksi sesuai dengan keadaan pasar agar produsen tidak
mengalami kerugian. Dengan demikian, strategi pemasaran yang diterapkan oleh
produsen menjadi lebih tepat. Pada saat ini, produk-produk yang beredar di pasaran
sangatlah banyak sehingga konsumen bebas memilih barang yang akan mereka
beli untuk memenuhi kebutuhannya.
Namun demikian, produsen tidak bisa mengendalikan konsumen dalam hal produk
yang harus dibeli oleh konsumen. Konsumen yang memegang kendali produk apa
yang seharusnya diproduksi oleh produsen. Oleh karena itu, produsen harus
berfokus pada konsumen karena konsumen adalah bagian terpenting dari
perusahaan. Untuk mempelajari semua hal tentang itu, maka diperlukan sebuah
studi tentang perilaku konsumen.Produsen harus mampu membujuk konsumen
untuk membeli produk yang ditawarkan atau dipasarkan.
Selain itu peran perilaku konsumen terhadap para produsen adalah bagaimana
produsen dapat memahami cara konsumen dalam mengambil keputusan sehingga
produsen dapat merancang strategi dengan baik. Dengan kata lain produsen harus
mengetahui keadaan pasar dan konsumen. Dimana konsumen selalu menginginkan
sesuatu yang murah tetapi nilainya efektif. Permintaan konsumen bermacammacam tergantung dengan kebutuhannya. Seorang produsen haruslah jeli
menentukan strategi apa yang tepat agar produknya dapat terjual. Tentunya produk
tersebut haruslah sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen. Seorang
produsen juga melihat keadaan pasar sehingga mengerti adanya persaingan dan
bisa menentukan bagaimana strategi produksinya. Kajian perilaku konsumen