Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
NAMA
: Mutholiatul Masyrifah
NIM
: 13670037
KELAS
:B
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
farmakokinetik
merupakan
model
matematika
yang
adalah
model
kompartemen
multimillion
(multikompartemen),
pada model tersebut ialah bahwa perubahan kadar obat di dalam darah
mencerminkan perubahan kadar obat di jaringan. Lalu eliminasi (metabolism dan
ekskresi) obat dari tubuh setiap saat sebanding dengan jumlah atau kadar obat
yang tersisa di dalam tubuh pada saat itu (Ritschel, 1992).
2.2 Jalur Intravaskuler dan Ekstravaskuler
Jalur pemberian obat ada 2 yaitu intravaskular dan ekstravaskular. Pada
pemberian secara intravaskular, obat akan langsung berada di sirkulasi sistemik
tanpa mengalami absorpsi, sedangkan pada pemberian secara ekstravaskular
umumnya obat mengalami absorpsi (Zunilda,.dkk, 1995).
Model farmakokinetika untuk obat yang diberikan dengan injeksi
IV
cepat. D: obat dalam tubuh; Vd: Volume distribusi; K: tetapan laju eliminasi.
Setelah ditentukan nilai Cp dan K, berbagai parameter farmakokinetik obat yang
berkaitan dengan cara pemberian obat secara bolus intravaskuler dapat dihitung,
seperti: (Hakim, L, 2014)
terlarut,
klirens (Cl),
waktu paruh eliminasi (t )
Luas di bawah kurva dalam plasma (AUC)
Bioavalaibilitas (ketersediaan hayati)
Vd = D/Cp
Cl = Vd.Ke
t = 0,693/K
AUC= (C1+C0) x (t1-t0)
2
Absorpsi sistemik suatu obat melalui saluran gastrointestinal atau tempat
absorpsi lain tergantung sifat fisiko kimia obat, bentuk sediaan, dan anatomi
fisiologi tempat absorpsi. Factor-faktor seperti luas permukaan saluran cerna,
kecepatan pengosongan lambung, motilitas gastrointestinal, metabolism oleh
mikroflora usus, dana aliran darah di tempat absorpsi, semuanya dapat
mempengaruhi kecepatan dan jumlah obat yang diabsorpsi (Shargel dkk, 2005).
Pada pemberian ekstravaskuler ini terdapat proses absorpsi obat, pada
waktu ke 0 tidak ada obat pada sirkulasi sistemik, dan setelah absorpsi konsentrasi
meningkat dan berkurang setelah eliminasi. Bentuk model yang menerangkan
kinetik obat setelah pemberian ekstravaskuler adalah: (Hakim, L., 2014)
Dev
Dari persamaan terebut dapat diketahui bahwa semakin cepat atau banyak
obat yang diabsorpsi masuk ke dalam sistem sirkulasi atau semakin besar dosis,
maka semakin cepat dan tinggi kadar obat di dalam darah. Demikian sebaliknya,
semakin banyak obat yang terdistribusi ke dalam jaringan, semakin rendah kadar
obat di dalam darah.
DAFTAR PUSTAKA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
ABSORBANSI
0,0329
0,0799
0,1759
0,3758
0,5462
0,8978
ABSORBANSI
0,4627
0,4805
0,4535
0,3999
0,4383
0,4252
0,4229
0,4061
0,3981
0,3887
0,3634
0,3505
0,3628
0,3401
0,3405
KONSENTRASI
LOG KONSENTRASI
OBAT (ppm)
2,569078947
2,666666667
2,518640351
2,224780702
2,435307018
2,363486842
2,350877193
2,25877193
2,214912281
2,163377193
2,024671053
1,953947368
2,021381579
1,896929825
1,899122807
OBAT
0,40977745
0,425968732
0,401166157
0,347287209
0,38655372
0,373553189
0,371229943
0,353872382
0,345356531
0,335132247
0,306354474
0,290912861
0,305648304
0,278051265
0,278553049
ABSORBANSI
0,4627
0,4805
KONSENTRASI
LOG KONSENTRASI
OBAT (ppm)
2,569078947
2,666666667
OBAT
0,40977745
0,425968732
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
0,4535
0,3999
0,4383
0,4059
0,4383
0,4239
0,4082
0,4120
0,3990
0,3886
0,3853
0,3742
0,3608
2,518640351
2,224780702
2,435307018
2,257675439
2,435307018
2,356359649
2,270285088
2,291118421
2,219846491
2,162828947
2,144736842
2,083881579
2,010416667
0,401166157
0,347287209
0,38655372
0,353661508
0,38655372
0,372241577
0,356080397
0,360047537
0,346322943
0,335022174
0,331374012
0,318873036
0,303286076
4.2 Pembahasan
Dalam memahami permodelan farmakokinetika, dapat dilakukan simulasi
in-vitro. Model kompartemen satu terbuka merupakan model yang umumnya
digunakan untuk permodelan farmakokinetika. Pada praktikum kali ini dilakukan
simulasi in-vitro model kompartemen satu terbuka dengan reaksi orde kesatu.
Simulasi dilakukan baik dalam rute intravaskuler maupun rute ekstravaskuler.
Rute intravaskuler dimodelkan untuk obat-obat IV dan rute ekstravaskuler
dimodelkan untuk obat-obat yang biasanya melalui fase absorpsi, seperti obat
oral.
Sampel yang digunakan adalah rhodamine B. Rhodamine B dianggap
sebagai obat yang diberikan melalui rute IV maupun ekstravaskuler. Warnanya
yang merah akan mempermudah dalam pengamatan.
Berdasarkan analisis spektrofotometri dari larutan baku rhodamine B,
diketahui panjang gelombang maksimal yakni 554 nm. Selanjutnya analisis
dilakukan dalam panjang gelombang 554 nm. Panjang gelombang ini termasuk
dalam panjang gelombang visible merah, sesuai dengan penampakan rhodamine B
yang berwarna merah keunguan.
Larutan standar rhodamine B dibuat dalam konsentrasi 0,25; 0,5; 1; 2; 3; 5
ppm yang selanjutnya dianalisis dengan spektrofotometer. Hasil dari absorbansi
larutan kemudian dibuat kurva konsentrasi vs absorbansi sehingga didapatkan
persamaan garis y = 0,1824x 0,0059. Dari kurva tersebut dapat diketahui kadar
rhodamine B dalam cuplikan-cuplikan rute intravaskuler dan ekstravaskuler.
Rute intravaskuler merupakan rute yang diibaratkan tubuh sebagai satu
ruang. Jadi, ketika obat diinjeksikan ke dalam tubuh, maka secara perlahan-lahan
obat akan menyebar hingga merata dan terjadi kesetimbangan. Sedangkan rute
intravaskuler mengumpamakan tubuh sebagai satu bagian, yang meliputi jalur
absorpsi dan ekskresi. Sehingga, ketika obat dimasukkan dalam tubuh, obat
tersebut akan melalui proses absorpsi terlebih dahulu hingga mencapai
kesetimbangan baru diekskresikan secara bertahap. Masing-masing rute memiliki
perhitungan parameter farmakokinetika yang berbeda.
Vd = 0,97 L
t = 150,455927 menit
Cl = 0,00446782 L/menit
Secara teoritis juga dihitung parameter farmakokinetikanya, yakni K,
waktu paruh, konsentrasi plasma, dan AUC. Hasil perhitungan secara teoritis
adalah sebagai berikut:
K = 0,025 menit-1
CO = 2,5 ppm
t = 27,72 menit
justru
tidak
linier
sempurna.
Menyebabkan
perhitungan
rute intravaskuler. Hal demikian tentu saja menyebabkan perhitungan tidak valid.
Namun,
untuk
kepentingan
pembelajaran
perhitungan
masih
dilakukan
sebagaimana mestinya.
Hasil dari perhitungan parameter farmakokinetika rute ekstravaskular
adalah sebagai berikut:
Ka = 0,0057575 menit-1
t = 200,6079027 menit
Ke = 0,0034545 menit-1
Vd = 0,97 L
h. T40
0,1824x = 0,4686
0,1824x = 0,412
x = 2,569078947 ppm
x = 2,25877193 ppm
b. T5
i. T45
0,1824x = 0,4864
0,1824x = 0,404
x = 2,666666667 ppm
x = 2,214912281 ppm
c. T10
j. T50
0,1824x = 0,4594
0,1824x = 0,3946
x = 2,518640351 ppm
x = 2,163377193 ppm
d. T15
k. T55
0,1824x = 0,4058
0,1824x = 0,3693
x = 2,224780702 ppm
x = 2,024671053 ppm
e. T20
l. T60
0,1824x = 0,4442
0,1824x = 0,3564
x = 2,435307018 ppm
x = 1,953947368 ppm
f. T25
m. T65
0,1824x = 0,4311
0,1824x = 0,3687
x = 2,363486842 ppm
x = 2,021381579 ppm
g. T30
n. T70
0,1824x = 0,4288
0,1824x = 0,346
x = 2,350877193 ppm
x = 1,896929825 ppm
o. T35
0,3405 = 0,1824x 0,0059
0,1824x = 0,3464
x = 1,899122807 ppm
2. Perhitungan Parameter Farmakokinetika Rute Intravaskular
Teoritis
1. Dosis
5. AUC
menit-1
3.
Waktu
Paruh
mgL/menit
Praktek
3. Volume Distribusi
K = 0,2303 x (-slope)
= 0,2303 x (0,002)
= 0,004606 menit-1
Vd = D/Cp
= 2,5 mg : 2,569078947 mg/L
= 0,973111396 L
= 0,97 L
2. Waktu Paruh
t = 0,693/K
= 0,693 : 0,004606 menit-1
= 150,455927 menit
4. Klirens
Cl = Vd x Ke
5. AUC
AUC = (C0+C5) x (T5-T0) + .. +
2
(C65+C70) x (T70-T65)
= 0,00446782 L/menit
= 156,6393 mgL/menit
3. Perhitungan Kadar Rute Ekstravaskular
Y = 0,1824x 0,0059
1. T0
f. T25
0,1824x = 0,4686
0,1824x = 0,4118
x = 2,569078947 ppm
x = 2,257675439 ppm
2. T5
g. T30
0,1824x = 0,4864
0,1824x = 0,4442
x = 2,666666667 ppm
x = 2,435307018 ppm
3. T10
h. T35
0,1824x = 0,4594
0,1824x = 0,4388
x = 2,518640351 ppm
x = 0,372241577 ppm
4. T15
i. T40
0,1824x = 0,4058
0,1824x = 0,4141
x = 2,224780702 ppm
x = 2,270285088 ppm
5. T20
0,4383 = 0,1824x 0,0059
j. T45
0,4120 = 0,1824x 0,0059
0,1824x = 0,4442
0,1824x = 0,4179
x = 2,435307018 ppm
x = 0,360047537 ppm
k. T55
m. T65
0,1824x = 0,3945
0,1824x = 0,3801
x = 0,335022174 ppm
x = 0,318873036 ppm
l. T60
n. T70
0,1824x = 0,3912
0,1824x = 0,3667
x = 0,331374012 ppm
x = 0,303286076 ppm
5. Volume Distribusi
Vd = D/Cp
= 2,5 mg : 2,569078947 mg/L
= 0,973111396 L
= 0,97 L
6. AUC
AUC = (C0+C5) x (T5-T0) + .. +
2
(C65+C70) x (T70-T65)
2
= 161,7859 mgL/menit
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai-nilai
parameter
farmakokinetika
rhodamine
untuk
rute
rhodamine
untuk
rute
parameter
farmakokinetika
BAB III
METODOLOGI
Bahan
4. Rhodamin B
5. Air suling
6. Sarung tangan
7. Masker