Disusun oleh:
dr. Medisiana Sukses S
Pendamping :
dr. Siti Ningsih
BAB I
PENDAHULUAN
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue
(DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (DEN). Virus ini
terdiri dari 4 serotipe yakni DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus ini
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.1
DHF menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak, tetapi lebih
banyak menimbulkan korban pada anak-anak di bawah 15 tahun. DHF yang
disertai dengan perdarahan dapat menimbulkan renjatan (syok) yang dapat
menyebabkan kematian. 2
DHF merupakan masalah kesehatan di Indonesia, hal ini tampak dari
kenyataan bahwa seluruh wilayah Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkit
penyakit demam berdarah dengue, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk
penularnya sudah tersebar luas di perumahan penduduk maupun fasilitas umum di
seluruh Indonesia. Sejak Januari sampai dengan 5 Maret 2004 total kasus DHF di
seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian
sebanyak 389 orang.
3,4
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama penderita
: An. C
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 11 thn
ANAMNESIS
Autoanamnesis dengan pasien
Tanggal
: 5 Januari 2016
Keluhan Utama
: Demam
Keluhan tambahan
menelan (+), batuk (+). Selain itu pasien juga sempat mengeluh sesak 3
hari yang lalu.
Riwayat Kesehatan/ Penyakit:
Keluhan serupa (-), asma (-), alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Serupa (+), kakak pasien baru sembuh dari penyakit DHF, asma (-).
Riwayat Lingkungan:
Banyak tetangga pasien yang mengalami DHF, pernah dilakukan fogging
di daerah tinggal pasien, rumah dengan ventilasi baik, genangan air (+),
selokan disekitar rumah (+)
PEMERIKSAAN FISIK
Vital sign
Keadaan umum
Kesadaran
GCS
Tekanan darah
Nadi
Nafas
Suhu
Status generalis
Kepala
: Normosefal
Mata
: Konjugtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
Hidung
: Sekret (-), epistaksis (+)
Telinga
: Cairan (-/-), darah (-/-), edem pada daun telinga D/S
Mulut
: Sianosis (-), deviasi lidah (-), edem (-)
Leher
: Pembesaran KGB (-), JVP (-), edem (-)
Thoraks
: Simetris kanan dan kiri
Jantung
Inspeksi
: Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
: Pulsasi iktus cordis teraba pada ICS V linea
midklavikula sinistra
5
Perkusi
Auskultasi
sinistra
: Bunyi jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Datar
: Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium (+)
Perkusi
: Timpani pada semua regio
Auskultasi
: BU (+) normal
Ekstremitas
: Akral hangat, refilling kapiler < 2, petekia (+), sianosis
(-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 08/1/2016 (06.22)
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Leukosit
1.800
4000-10000/mm3
Trombosit
41.000
100000 400000/mm3
Hemoglobin
16,0
12 18 gr/dl
Hematokrit
47,1
36 55 %
Hasil
Nilai Normal
Leukosit
2.400
4000-10000/mm3
Trombosit
40.000
100000 400000/mm3
Hemoglobin
15,9
12 18 gr/dl
Hematokrit
46,9
36 55 %
Laboratorium 09/1/2016
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Leukosit
5.300
4000-10000/mm3
Trombosit
36.000
100000 400000/mm3
Hemoglobin
16,4
12 18 gr/dl
Hematokrit
47,0
36 55 %
Laboratorium 10/1/2016
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Leukosit
6.600
4000-10000/mm3
Trombosit
38.000
100000 400000/mm3
Hemoglobin
13,6
12 18 gr/dl
Hematokrit
38,0
36 55 %
Laboratorium 11/1/2016
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Leukosit
5.100
4000-10000/mm3
Trombosit
75.000
100000 400000/mm3
Hemoglobin
13,2
12 18 gr/dl
Hematokrit
37,0
36 55 %
PENATALAKSANAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
DIAGNOSIS
DHF Grade II
Subjek
Objek
Assesment
Plan
Demam (+)
Muntah (+)
Melena (+)
Mimisan (-)
Nyeri Kepala
Kes: CM
GCS: E4V5M6
II
(+)
Nyeri
T: 37C
N : 84x/menit
1. IVFD
RL
20
tetes/menit makro
2. Inj. Antrain 400 mg
RR: 20 x/ menit
(k/p)
3. Inj. Ondansentron 2
Perut
mg (k/p)
4. Inj. Ranitidin
(+)
2x1
amp
5. Progesic Syr 4x1,5
cth
6. Amoxicilin Syr 3x1
7/1/16
Demam (+)
Mual (+)
Muntah (+)
Melena (+)
Mimisan (-)
Nyeri Kepala
(-)
Nyeri
Kes: CM
cth
7. Sanmag Syr 3x1 cth
DHF Grade Th/:
GCS: E4V5M6
II
N : 90x/menit
1. IVFD
RL
20
tetes/menit makro
2. Inj. Antrain 400 mg
RR: 24 x/ menit
(k/p)
3. Inj. Ondansentron 2
T: 38,8C
mg (k/p)
4. Inj. Ranitidin
Perut
(+)
2x1
amp
5. Progesic Syr 4x1,5
cth
6. Amoxicilin Syr 3x1
cth
7. Sanmag Syr 3x1 cth
8/1/16
Demam (+)
Mual (+)
Muntah (+)
Melena (+)
Nyeri Perut
Kes: CM
GCS: E4V5M6
II
N : 100x/menit
RR: 24 x/ menit
1. IVFD
RL
20
tetes/menit makro
2. Inj. Antrain 400 mg
9
(+)
T: 37C
(k/p)
3. Inj. Ondansentron 2
mg (k/p)
4. Inj. Ranitidin
9/1/16
Demam (-)
Mual (+)
Muntah (+)
Melena (-)
Nyeri Kepala
Kes: CM
amp
5. Sanmol Tab 3x1 tab
6. Sanmag Syr 3x1 cth
DHF Grade Th/:
GCS: E4V5M6
II
(+)
Nyeri
T: 35,4C
1. IVFD
Asering
tetes/menit makro (4
RR: 24 x/ menit
jam)
lanjut
(k/p)
3. Inj. Ondansentron 2
mg (k/p)
4. Inj. Ranitidin
Demam (+)
Muntah (+)
Melena (+)
Mimisan (-)
Nyeri Kepala
2x1
Kes: CM
amp
5. Sanmol 3x1 tab
6. Sanmag Syr 3x1 cth
DHF Grade Th/:
GCS: E4V5M6
III
N : 102x/menit
1. IVFD
Asering
tetes/menit makro
2. Inj. Lasix 20 mg
RR: 28 x/ menit
(now)
3. Inj. Ondansentron 2
T: 36,8C
(+)
11/1/16
30
tetes/menit makro
2. Inj. Antrain 400 mg
Perut
Demam (-)
Muntah (+)
Melena (+)
Mimisan (-)
Sesak (+)
Nyeri Perut
54
N : 100x/menit
(+)
10/1/16
2x1
mg (k/p)
4. Inj. Ranitidin
2x1
Kes: CM
amp
5. Sanmol 3x1/2 tab
6. Sanmag Syr 3x1 cth
7. Omeprazol 1x1 tab
8. Supralisisn 1x1 tab
DHF Grade Th/:
GCS: E4V5M6
II
N : 84x/menit
RR: 20 x/ menit
1. IVFD
Asering
tetes/menit makro
2. Inj. Ondansentron 2
10
(+)
Nyeri
(+)
T: 37C
Perut
mg (k/p)
3. Inj. Ranitidin
4.
5.
6.
7.
8.
2x1
amp
Sanmol 3x1/2 tab
Sanmag Syr 3x1 cth
Omeprazol 1x1 tab
Supralisisn 1x1 tab
R/ foto thorax
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
DHF adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue tipe
I-IV dengan manifestasi klinis demam 2 7 hari disertai gejala perdarahan dan
bila timbul renjatan, angka kematiannya cukup tinggi. Pada keadaan yang lebih
parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan penderita jatuh dalam keadaan
syok akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut Dengue Shock Syndrome
(DSS).6
serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Virus ini ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda,
tergantung dari serotipe virus Dengue. 8
Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal. Struktur antigen ke-4
serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masingmasing serotipe tidak dapat saling memberikan perlindungan silang. Variasi
genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antar
serotipe, tetapi juga didalam serotipe itu sendiri, tergantung waktu dan daerah
penyebarannya. Pada masing-masing segmen codon, variasi diantara serotipe
dapat mencapai 2,6 11,0 % pada tingkat nukleotida dan 1,3 7,7 % untuk
tingkat protein. Perbedaan urutan nukleotida ini ternyata menyebabkan variasi
dalam sifat biologis dan antigenitasnya. 8
Virus Dengue yang genomnya mempunyai berat molekul 11 Kb tersusun
dari protein struktural dan non-struktural. Protein struktural yang terdiri dari
protein envelope (E), protein pre-membran (prM) dan protein core (C) merupakan
25% dari total protein, sedangkan protein non-struktural merupakan bagian yang
terbesar (75%) terdiri dari NS-1 NS-5. Dalam merangsang pembentukan
antibodi diantara protein struktural, urutan imunogenitas tertinggi adalah protein
E, kemudian diikuti protein prM dan C. Sedangkan pada protein non-struktural
yang paling berperan adalah protein NS-1. 9
Nyamuk mendapatkan virus ini pada saat melakukan gigitan pada manusia
(makhluk vertebrata) yang pada saat itu sedang mengandung virus dengue
13
didalam darahnya (viraemia). Virus yang sampai kedalam lambung nyamuk akan
mengalami replikasi (memecah diri/kembang biak), kemudian akan migrasi yang
akhirnya akan sampai di kelenjar ludah. Virus yang berada di lokasi ini setiap saat
siap untuk dimasukkan ke dalam kulit tubuh manusia melalui gigitan nyamuk. 9,10
Virus memasuki tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menembus
kulit. Setelah itu disusul oleh periode tenang selama kurang lebih 4 hari, dimana
virus melakukan replikasi secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah
virus sudah cukup, maka virus akan memasuki sirkulasi darah (viraemia), dan
pada saat ini manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala panas. Dengan
adanya virus dengue dalam tubuh manusia, maka tubuh akan memberi reaksi.
Bentuk reaksi tubuh terhadap virus ini antara manusia yang satu dengan manusia
yang lain dapat berbeda, dimana perbedaan reaksi ini akan memanifestasikan
perbedaan penampilan gejala klinis dan perjalanan penyakit.11,12
III. Epidemiologi
Sejak Januari sampai dengan 5 Maret 2004 total kasus DHF di seluruh
propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak
389 orang (CFR=1,53%). Kasus tertinggi terdapat di Propinsi DKI Jakarta (11.534
orang) sedangkan CFR tertinggi terdapat di Propinsi NTT (3,96%)1. KLB DBD
terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000
penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%,
namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000);
21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003)1. Tidak tertutup
kemungkinan peningkatan jumlah kasus dan angka kematian yang cepat
14
disebabkan oleh virus dengue jenis baru karena dengue adalah virus RNA (virus
yang menggunakan RNA sebagai genomnya). Virus RNA bermutasi jauh lebih
cepat dibanding dengan virus DNA. 13
IV. Mortalitas / Morbiditas
Morbiditas penyakit DHF menyebar di negara-negara Tropis dan
Subtropis. Disetiap negara penyakit DHF mempunyai manifestasi klinik yang
berbeda. Demam berdarah dengue termasuk self-limiting disease dengan angka
mortalitas yang sangat rendah. Dengan penanganan yang benar, angka mortalitas
DBD sebesar 5%, dan bila tidak dilakukan penangan maka angka mortalitas DHF
meningkat sampai dengan 50%. 10, 14
V. Patogenesa Dengue Hemorrhagic Fever
Menurut sejarah perkembangan patogenesis DHF kurun waktu hampir
seratus tahun ini dapat dibagi menjadi dua teori patogenesis, yaitu: pertama, virus
dengue mempunyai sifat tertentu, dan yang ke dua, pada manusia yang terinfeksi
mengalami suatu proses imunologi yang berakibat kebocoran plasma, perdarahan,
dan pelbagai manifestasi klinik. Dapat pula kemungkinan patogenesis campuran
dari kedua mekanisme tersebut. 8
Patogenesis DHF belum sepenuhnya dapat dipahami, namun terdapat dua
perubahan patofisiologis yang mencolok, yaitu : 14, 15
1)
15
Infeksi virus
dengue
Demam,
anoreksia,
muntah
Dehidrasi
Manifestasi
perdaraha
n
hepatomeg
ali
trombositopenia
Permeabilitas vaskular
naik
Kebocoran plasma:
hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi
pleura, dan asites.
hipovolemi
a
syok
Perdarahan
saluran cerna
anoksia
meningg
al
16
DHF dapat terjadi apabila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali
mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Akibat
infeksi ke-2 oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang penderita dengan
kadar antibodi anti dengue yang rendah, respon antibodi anamnestik yang akan
terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi
17
limf osit imun dengan menghasilkan titer tinggi antibodi Ig G anti dengue.
15
Annamnestic antibody
response
Virus antibody
complex
Complement
activation
Anaphylatoxin (C3a
C5a
vascular
permeability
Leakage of
plasma
Complement
histamin level
in 24 hours
urine 18
Ht
Na+
cavities
Hypovolemia
SHOCK
Anoxia
Acidosis
19
Hematuria
20
Inisial kristaloid 6
cc/kgbb/jam
Membai
k
Tidak Membaik
Turunkan 3cc/kgbb/jam
Kristaloid selama 6-12
Membai
k
Tidak Membaik
Naikkan
10cc/kgbb/jam
Membai
k
Turunkan
Hentikan
6cc/kgbb/jam
cairan
kemudian
IV
3cc/kgbb/jam
21
Hematokrit naik
Hematokrit
turun
Transfusi
IV koloid
darahDextran 40
atau plasma
10cc/kgbb/jam
10cc/kgbb/jam
selama 1 jam
Membai
k
Ganti dengan kristaloid
Turunkan 10 ke 6 ke
3cc/kgBB/jam
22
2)
Ada tidaknya rekuren syok yang terutama terjadi dalam 6 jam pertama
setelah pemberian cairan parenteral dimulai.
3)
4)
Ada
tidaknya
tanda-tanda
penurunan
fungsi
serebral,
dimana
pembersihan pada sumber larva dan harus bekerjasama dengan sektor nonkesehatan seperti organisasi non-pemerintahan, organisasi swasta, dan kelompok
masyarakat, untuk memastikan pemahaman dan keterlibatan masyarakat dalam
pelaksanaannnya.10
Atas dasar itu maka dalam pemberantasan penyakit demam berdarah
dengue ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk
penularnya di tempat perindukannya dengan melakukan 3M, yaitu:10
1.
Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur sekurangkurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalmnya.
2.
3.
24
BAB IV
PEMBAHASAN
DHF adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue tipe
I-IV dengan manifestasi klinis demam 2 7 hari disertai gejala perdarahan dan
bila timbul renjatan, angka kematiannya cukup tinggi. Pada keadaan yang lebih
parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan penderita jatuh dalam keadaan
syok akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut Dengue Shock Syndrome
(DSS).6
Pada kasus ini seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang dengan
keluhan demam tinggi mendadak sejak satu hari yang lalu. Berdasarkan
anamnesa, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, sebagian besar
mengarah pada penyakit DHF. Berdasarkan kriteria WHO, anak memiliki klinis
demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, terdapat manifestasi perdarahan
(mimisan,
petekia,
dan
melena),
serta
terdapat
manifestasi
laboratoris
dan
BAB V
PENUTUP