Anda di halaman 1dari 34

Pencemaran Lingkungan (Air, tanah, udara dan suara) & Sumber Daya Alam

Hayati

Cara Pengelolaan, Upaya Penanggulangan, Contoh Kasus, AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) dan Rekomendasi.

Oleh :
Nama

: Ahmad Julianto A.

Stambuk

: F1G1 14 066

Program Studi

: Teknik Geologi (B)

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKATA

Puji syukur bersama kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga mahasiswa dapat menyelesaikan penyusunan makalah berbasis
lingkungan ini sesuai mata kuliah Pengetahuan Lingkungan.
Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas dari dosen pengajar dan tentunya
menjadi tolak ukur pemberian nilai sesuai mata kuliah yang bersangkutan. Tugas ini pun
selambat-lambatnya dikumpulkan pada hari selasa tanggal 19 Mei 2015.
Selayaknya manusia biasa, penyusunan makalah pencemaran lingkungan ini jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, mahasiswa bersangkutan mengerjakan makalah ini bersamasama teman yang lain setidaknya untuk mengoptimalisasi tugas dan juga untuk menambah
keakraban.
Akhir kata semoga apa yang mahasiswa terkait kerjakan dapat memuaskan dosen
pengajar sesuai tuntutan dan harapan.

Kendari, 17 Mei 2015

Mahasiswa

MATERI I
PENGELOLAAN PENCEMARAN
1.1 Pencemaran Air
Pencemaran air adalah sesuatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti dana, lautan, sungai dan air tanah akibat aktivitas manusia. Menurut keputusan
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.02 / MENLH / I / 1998, yang
dimaksud dengan polusi/pencemaran air adalah masuk/dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energy dan atau komponen lain kedalam air/udara oleh kegiatan manusia dan oleh proses
alam, kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkannya.
Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik dan
ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum dan atau mengalami
pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik,
seperti ikan. Fenomena alam seperti gunung berapi, algae blooms, badai, dan gempa bumi
juga menyebabkan perubahan besar dalam kualitas air dan status ekologi air. Danau, sungai,
lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan
salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan
polutan. Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan
terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air
minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi
sebagai objek wisata. Di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, pencemaran air
merupakan penyebab utama gangguan kesehatan manusia/penyakit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa di seluruh dunia, lebih dari 14.000 orang meninggal dunia setiap hari
akibat penyakit yang ditimbulkan oleh pencemaran air.
Pengelolaan air termasuk pengelolaan perairan pantai dan ekosistem danau.
Pengelolaan air meliputi strategi sebagai berikut: (1) Melindungi perairan agar terjaga
kebersihannya sehingga dapat menjaga kelangsungan flora dengan menjaga perakaran
tanaman dari gangguan fisik maupun kimiawi, (2) Mengusahakan cahaya matahari dapat
menembus dasar perairan, sehingga proses fotosintesa dapat berjalan lancer, (3) Menjaga agar
fauna memangsa dan predator selalu seimbang dengan mempertahankan rantai makanan, (4)
Mempergunakan sumberdaya berupa air seefisien mungkin, sehingga zat hara yang ada dapat
tersimpan dengan baik yang juga berarti sebagai penimpan energi dan materi. Pada prinsipnya

pengelolaan sumber daya alam air ini, sangat bergantung pada bagaimana kita
mempergunakan dan memelihara serta memperlakukan sumber air itu menjadi seoptimal
mungkin, tetapi tanpa merusak ataupun mencemarinya dan juga mempertahankan keadaan
lingkungan sebaik-baiknya.
Upaya penanggulangan pencemaran air dapat dilakukan dengan beberapa praktisi
yakni:
(1) Mempertahankan sumber-sumber air bersih yang belum tercemar. Sumber air yang masih
bersih hendaknya tetap dipertahankan kebersihannya. Jangan sampai ikut tercemar, karena
jika sudah tercemar akan sulit membersihkannya.
(2) Menanam tanaman-tanaman berkayu tebal. Tanaman-tanaman yang berkayu tebal adalah
tanaman yang dapat menyerap air dengan baik. Dengan begitu, persediaan air tanah
mencukupi dan sumber air bersih dapat terjaga.
(3) Tidak membuang sampah ke sungai. Jika sampah yang dibuang dari satu rumah tangga
masuk ke sungai saja sudah mengotori sungai. Bagaimana halnya jika setiap rumah tangga
yang ada di Indonesia membuang sampah rumah tangga mereka ke sungai. Sungai menjadi
sangat kotor dan tercemar. Pendangkalan sungai pun terjadi yang akhirnya dapat
menyebabkan banjir. Banjir mengalirkan air tercemar ke kawasan pemukiman yang dapat
menyebabkan wabah penyakit, seperti diare, penyakit kulit, dan lain sebagainya.
(4) Mendaur ulang semua sampah yang bisa didaur ulang. Sampah yang bisa didaur ulang
usahakan untuk didaur ulang. Tidak membuangnya ke sungai atau got. Hal ini dilakukan agar
perairan di sekitar masyarakat tidak tercemar. Jika tercemar, biasanya menimbulkan bau tidak
sedap. Hal ini sangat menganggu masyarakat dalam menjalankan aktivitas mereka.
(5) Penyuluhan pembuangan limbah industri. Industri-industri yang mengeluarkan limbah
cair hendaknya diberi penyuluhan agar mereka melakukan pengolahan limbah sebelum
dibuang ke sungai. Ini perlu pengawasan ketat dari pemerintah karena sampai saat ini, masih
banyak Industri-industri yang membuang limbah cairnya begitu saja ke sungai. Mereka tidak
menghiraukan dampak yang akan timbul pada masyarakat yang hidup di area tersebut.
(6) Penyuluhan bagi pengguna transportasi laut. Bagi masyarakat pengguna transportasi
lautan hendaknya diberikan penyuluhan agar memastikan kendaraan mereka tidak bocor agar
tidak mencemari air laut.
(7) Peraturan yang tegas kepada para pengusaha minyak. Peraturan tersebut dibuat agar tidak
membuat kilang minyak dekat pemukiman penduduk. Kilang-kilang minyak hendaklah
didirikan sejauh mungkin dari kawasan pemukiman, agar tidak membahayakan masyarakat
sekitar. Jika terjadi kebocoran minyak yang mencemari laut, maka binatang-binatang laut
akan terganggu ekosistemnya.

(8) Pemerintah hendaknya membuat peraturan yang tegas untuk pembuangan limbah beracun.
Dengan peraturan yang ketat, maka para pengusaha akan berpikir berulang kali untuk
membuang limbah cairnya begitu saja. Pengolahan limbah yang mahal sudah menjadi risiko
mereka sebagai pengusaha. Maka jika Anda akan mendirikan sebuah industri, buatlah industri
yang ramah lingkungan. Selain lebih murah, Anda pun tidak akan dibenci oleh masyarakat
dan lembaga-lembaga pencinta lingkungan.
Contoh kasus pencemaran air
(1) Aliran sungai Citarum, Bandung.

Gambar di atas merupakan pencemaran air sungai citarum yang disebabkan oleh
limbah rumah tangga dan membuat sungai menjadi dangkal. Pencemaran air berdampak luas,
misalnya dapat meracuni sumber air minum, meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan
ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Di badan
air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan
pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi berlebihan). Ledakan pertumbuhan
ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan
air, menjadi berkurang.Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot lebih
banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas bakteri menurun.
(2) Aliran sungai Ciparungpung, Bandung.

Gambar di atas menunjukan bahwa sungai di Bandung sudah tercemar oleh sampah
dan limbah industri. Sungai Ciparungpung merupakan sungai yang sering digunakan untuk

sabagai cadangan air bersih di bandung. Sungai Cikapundung merupakan salah satu sungai
yang cukup terkenal di kota bandung. sungai ini melintasi bandung dari arah utara menuju ke
arah selatan sejak dataran tinggi bandung ada. selama itu pula cikapundung telah
menyaksikan bagaimana perlahan-lahan peradaban di kota bandung muncul. seringkali,
sungai Cikapundung pun jadi korban akan maju peradaban manusia di dataran tinggi
bandung. Gambar di atas memperlihatkan bagaimana gedung-gedung pencakar langit mulai
menghiasi langit biru kota Bandung. dari titik ini juga terlihat jelas penduduk Utara Bandung
sudah tidak memperhatikan keadaan sungai Cikapundung yang semakin lama, semakin rusak
saja diterjang gaya hidup manusia bandung yang tidak bertanggung jawab. Begitulah nasib
saksi bisu dari munculnya peradaban di dataran tinggi Bandung. kadang menyakitkan, dan tak
jarang menyedihkan melihat bandung yang telah berubah banyak.
AMDAL terhadap pencemaran air :
PERAN AMDAL DALAM PENANGGULANGAN PENCEMARAN AIR
AGUS SUDARGONO
Abstrak
Indonesia adalah negara yang terkenal dengan kesuburan tanah dan kekayaan alam yang
terkandung

di

dalamnya.

Akibat

perkembangan

zaman

dan

majunya

teknologi

memungkinkan terjadinya kerusakan lingkungan. Perusakan lingkungan mempunyai kaitan


erat dengan perbuatan manusia. Perusakan lingkungan ditinjau dari peristiwa terjadinya dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) kerusakan itu terjadi dengan sendirinya, (2) disebabkan oleh
alam yang berupa pencemaran berasal dari air, udara, maupun tanah, dan (3) yang disebabkan
oleh perbuatan manusia baik yang disengaja ataupun tanpa disengaja. Salah satu pencemaran
yang berasal dari air terjadi di laut adalah pencemaran air laut. Pencemaran air perlu
mendapat perhatian dengan memperhatikan pembuangan limbah atau sampah-sampah ke
sumber air, khususnya di sungai atau di laut. Pencemaran yang terjadi di sungai disebabkan
oleh limbah pabrik dari pabrik-pabrik ataupun dari pembuangan sampai yang sembarangan
yang tidak pada tempatnya, seperti sampah di buang ke sungai. Adapun pencemaran air di
laut disebabkan oleh tumpahan minyak mentah di laut, dan penangkapan ikan yang
menggunakan pukat harimau atau bahan peledak. Pencemaran air sampai saat ini masih
merupakan problem yang perlu mendapat

perhatian penting dari pemerintah ataupun

masyarakat untuk melindungi air dari pencemaran. Banyak iklan atau slogan-slogan di temui
di media cetak atau elektronik yang diharapkan dapat menggugah mastyarakat untuk

mengupayakan sadar pada lingkungan akan bahaya dan akibat yang ditimbulkan pencemaran
air. Untuk itu perlu memelihara lingkungan dan dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya
keadaan lingkungan hidup bagi kepentingan manusia.
Keywords: Minat, siswa SMA, studi, Univet Bantara
Publisher : Majalah Ilmiah Widyatama, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
Volume: 2006
Pages: 1- 8
Rekomendasi terhadap pemerintah yakni lebih memperketat dan menjaga programprogram berbasis penanggulangan pencemaran air secara lokal maupun nasional, dimulai
dengan percontohan ibukota. Kepada masyarakat untuk sadar dan banyak belajar mengenai
lingkungan dan dampak jika membuang sampah di daerah perairan seperti sungai. Dan
kepada mahasiswa untuk berinovasi melakukan gerakan cinta daerah perairan secara massal,
sebagai contoh dan sugesti terhadap sesama.

1.2 Pencemaran Tanah


Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah
cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida, masuknya air
permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, kecelakaan kendaraaan
pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah, air limbah dari tempat penimbunan sampah serta
limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal
dumping). Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian
Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa: Tanah adalah salah atu komponen lahan berupa
lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta
mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Tetapi apa yang terjadi, akibat kegiatan manusia,
banyak terjadi kerusakan tanah. Di dalam PP No. 150 th. 2000 di sebutkan bahwa Kerusakan
tanah untuk produksi biomassa adalah berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui kriteria
baku kerusakan tanah. Ketika suatu zat berbahaya atau beracun telah mencemari permukaan

tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran
yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat
beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau
dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Pengelolaan tanah merupakan usaha untuk tidak menyebabkan terjadinya
pencemaran misalnya antara lain: (1) Membuang sampah pada tempatnya. Setiap rumah
tangga dapat memisahkan sampah atau limbah atas dua bagian yakni organik yang dapat
diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable) dan anorganik yang tidak dapat diuraikan
oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) dalam dua wadah yang berbeda sebelum diangkut
ketempat pembuangan akhir. (2) Mengolah sampah organik menjadi kompos. Sistem
pengomposan memiliki beberapa keuntungan, antara lain: Kompos merupakan jenis pupuk
yang ekologis dan tidak merusak lingkungan, Bahan yang dipakai tersedia (tidak perlu
dibeli), Masyarakat dapat membuatnya sendiri (tidak memerlukan peralatan yang mahal), dan
Unsur hara dalam pupuk kompos lebih tahan lama jika dibandingkan dengan pupuk buatan.
(3) Sampah organik yang mudah rusak dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak. (4) Untuk
bahan-bahan yang dapat didaur ulang, hendaknya dilakukan proses daur ulang, seperti kaca,
plastik, kaleng, dan sebagainya. (5) Mengurangi penggunaan bahan-bahan yang tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable). Misalnya mengganti plastik sebagai
bahan kemasan/pembungkus dengan bahan yang ramah lingkungan seperti dengan daun
pisang atau daun jati. (6) Melakukan proses pemurnian terhadap limbah industri sebelum
dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan.
Upaya penanggulangan pencemaran tanah berfungsi untuk mengurangi dampak
yang terjadi diantaranya adalah :
(1) Remidiasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua
jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan onsite adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian
tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman,
tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di
bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut.
Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi
pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

(2) Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan


mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi
zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan
air).
Contoh kasus pencemaran tanah
(1) Pencemaran tanah akibat penggunaan pestisida. Pencemaran tanah adalah keadaan dimana
bahan kimia buatan manusia masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini
biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas
komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan
sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air
limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah
secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

(2) Pencemaran tanah melalui limbah domestik. Limbah domestik yang bisa menyebabkan
pencemaran tanah bisa berasal dari daerah: pemukiman penduduk, perdagangan/pasar/tempat
usaha hotel dan lain-lain. Kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan
wisata, bisa berupa limbah padat dan cair. 1). Limbah padat berbentuk sampah anorganik.
Jenis sampah ini tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya
kantong plastik, bekas kaleng minuman, bekas botol plastik air mineral dan sebagainya. 2).
Limbah cair berbentuk tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak
kandungan air tanah dan bisa membunuh mikro-organisme di dalam tanah.

AMDAL terhadap pencemaran tanah :


PENILAIAN KUALITAS TANAH BERDASARKAN KANDUNGAN BAHAN
ORGANIK (KASUS DI KABUPATEN BIMA)
Ahmad Suriadi dan Moh.Nazam
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB

Abstrak
Kandungan bahan organik tanah merupakan faktor penentu kualitas tanah untuk tanah
mineral. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka kualitas tanah mineral
semakin baik. Penilaian kualitas tanah beradasarkan kandungan bahan organiknya telah
dilakukan di Kabupaten Bima dan Lombok Tengah. Sampel tanah di ambil pada top dan sub
soil pada titik-titik yang telah ditentukan melalui analisis terrain. Sampel tersebut dianalisis
kandungan bahan organiknya kemudian hasilnya dikelompokkan berdasarkan status sangat
rendah (<1%), rendah (1-2%), sedang (2-3), tinggi (3-5%) dan sangat tinggi (>5%) pada
berbagai tipe penggunaan lahan yaitu. Hasil pengelompokan tersebut dianalisis dengan
menggunakan metode deskriptif. Data hasil analisis untuk 150 contoh tanah menunjukkan
bahwa kandungan bahan organik tanah pada lapisan atas (0-20cm) berada pada status sangat
rendah sampai sangat rendah, 17,81% pada status sedang, dan hanya 9,81% dan 2,74% pada
status yang tinggi sampai sangat tinggi. Sedangkan untuk tanah lapisan bawah (20 40 cm),
sebagian besar berada pada status sangat rendah sampai rendah. Kualitas tanah yang masih
tinggi terdapat pada lahan hutan, sedangkan pada lahan sawah, kebun dan pesisir pantai
sebagian besar status bahan organik berada pada kisaran sangat rendah sampai rendah.
Implikasi dari hasil kegiatan ini adalah bahwa pemberian bahan organik ke dalam tanah
dalam bentuk pupuk organik sangat diperlukan untuk meningkatkan dan mempertahankan
kualitas tanah.
Kata kunci: kualitas tanah, bahan organik tanah, analisis terrain, status
Daftar Pustaka
Addiscott T.M. 2000. Tillage, mineralization and leaching. Soil and Tillage Research. 53:163
165.
Badan Pusat Statistik. 2000. Kabupaten Bima Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi
Nusa Tenggara Barat.

Blair G.L, Chapman L.,Whitbread A.M., Coelho B.B., Larsen P and Tissen H.. 1998. Soil
carbon change resulting from sugarcane trash management at two locations in
Queensland, Australia and in North-East Brazil. Australian Journal os Soil Research.
36:871 881.
Cerri C.C., Volkoff B. and Andreaux F. 1991. Nature and behaviour of organik matter in soils
under natural forest, and after deforestation, burning and caltivation, near Manaus.
Forest Ecology Management. 38:247 257.
Elliott E.T. 1986. Aggregate structure and carbon, nitrogen, and phosphorus in native and
cultivated soils. Soil Science Society of America Jorunal. 50: 627 633
Heinonen R. 1985. Soil Management and Crop Water Supply. Swedish University of
Agricultural science. Uppsala. Sweden.
Hikmatullah, Nata Suharta dan Anny Mulyani. 2001. Petunjuk Teknis Metodologi
Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian skala 1: 50.000 Melalui Analisis
Terrain. Puslitbang Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Jastrow J.D., Boutton T.W., and Miller R.M.. 1996. Carbon dynamics of aggregate-associated
organic matter estimated by carbon-13 natural abundance. Soil Science Society of
America Jorunal. 60:801 - 807
Karama, A.S., Marzuki A.R. dan manwan, I. 1990. Penggunaan pupuk organik pada tanaman
pangan. Lokakarya Nasional. Efisiensi Pemupukan V. Cisarua 12-13 Nopember 1990.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian
Oades J.M.1989. An Introduction to organic matter in soils pp 89 159. in Minerals in Soils
Environments (Eds. Dixon J.B and Weed S.B.) (SSSA, Medison, Wisconsin, U.S.A.)
Puget P., Chenu C., and Balesdent J. 1995. Total and young organic matter distributions in
aggregate of silty cultivated soils. European Journal of Soil Science. 46:449 459.
Sitompul, S.M. dan Setijono, S.. 1990. Bahan organik dan efisiensi pemupukan nitrogen.
Lokakarya Nasional, Efisiensi Pemupukan V. Cisarua 12-13 Nopember 1990. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Six J., Elliott E.T., Paustion K., and Doran J.W.. 1998. Aggregation and soil organic matter
accummulation in native grassland soils. Soil Science Society of America Jorunal.
65:1367 1377.
Soegiman 1982. Ilmu Tanah (Terjemahan). Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Soepardi, G. 1980. Kesuburan Tanah Modal Pertanian Yang Perlu Dipertahankan.
Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB Bogor.
Stevenson F.J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reaction. (John Wiley &
Sons. New York).
Tisdall J.M and Oades J.M.. 1982. Organic matter and water stable aggregate in soils. Journal
of Soil Science. 33:141 163.

Rekomendasi terhadap pemerintah untuk meninjau kembali dan memperhitungkan


baik-baik atas penggunakan bahan-bahan bio-kimia yang lambat laut akan mempengaruhi
kandungan unsur tanah dan bahkan dapat mengubah sifat sejati tanah apabila tidak dalam
kontrol yang baik. Kemudian untuk masyarakat untuk mengurangi dan bahkan
menghilangkan kebiasaan membuang sampah anorganik tanah sekitar karena bahan demikian
tidak dapat diolah dengan baik oleh tanah atau tidak dapat terurai. Dan terakhir terhadap
generasi muda yakni mahasiswa, tak henti-hentinya mengingatkan teman, keluarga dan
masyarakat untuk bersama menjaga kondisi tanah dengan cara tidak membuang sembarangan
sampah diatasnya ataupun hasil laboratorium kimia (zat kimia) di tanah. Dengan mengadakan
seminar lokal di kampus ataupun mengajak masyarakat untuk memisahkan atau
membersihkan atau mensortir antar tanah dan sampah yang terjebak di dalamnya.
1.3 Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan
terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan
kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi di kota-kota besar dan juga
daerah padat industri yang menghasilkan gas-gas yang mengandung zat di atas batas
kewajaran. Rusaknya ata semakin sempitnya lahan hijau atau pepohonan di suatu daerah juga
dapat memperburuk kualitas udara di tempat tersebut. Semakin banyak kendaraan bermotor
dan alat-alat industri yang mengeluarkan gas yang mencemarkan lingkungan akan semakin
parah pula pencemaran udara yang terjadi. Untuk itu diperlukan peran serta pemerintah,
pengusaha dan masyarakat untuk dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran udara yang
terjadi.
Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, misalnya di dalam rumah, sekolah,
dan kantor. Pencemaran ini sering disebut pencemaran dalam ruangan. Sementara itu
pencemaran di luar ruangan berasal dari emisi kendaraan bermotor, industri, perkapalan, dan
proses alami oleh makhluk hidup. Sumber pencemar udara dapat diklasifikasikan menjadi
sumber diam dan sumber bergerak. Sumber diam terdiri dari pembangkit listrik, industri dan
rumah tangga. Sedangkan sumber bergerak adalah aktifitas lalu lintas kendaraan bermotor
dan tranportasi laut. Dari data BPS tahun 1999, di beberapa propinsi terutama di kota-kota
besar seperti Medan, Surabaya dan Jakarta, emisi kendaraan bermotor merupakan kontribusi
terbesar terhadap konsentrasi NO2 dan CO di udara yang jumlahnya lebih dari 50%.
Penurunan kualitas udara yang terus terjadi selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kita

bahwa betapa pentingnya digalakkan usaha-usaha pengurangan emisi ini. Baik melalui
penyuluhan kepada masyarakat ataupun dengan mengadakan penelitian bagi penerapan
teknologi pengurangan emisi. Secara umum, terdapat 2 sumber pencemaran udara, yaitu
pencemaran akibat sumber alamiah, seperti letusan gunung berapi, dan yang berasal dari
kegiatan manusia, seperti yang berasal dari transportasi, emisi pabrik, dan lain-lain. Di dunia,
dikenal 6 jenis zat pencemar udara utama yang berasal dari kegiatan manusia, yaitu Karbon
monoksida (CO), oksida sulfur (SOx), oksida nitrogen (NOx), partikulat, hidrokarbon (HC),
dan oksida fotokimia, termask ozon. Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara
disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat
berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia
maupun

terhadap lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb), oksida nitrogen (NOx),

hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor
menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended particulate matter (SPM), 71-89%
hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir seluruh karbon monoksida (CO) ke udara Jakarta.
Sumber utama debu berasal dari pembakaran sampah rumah tangga, di mana mencakup 41%
dari sumber debu.
Pengelolaan udara dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : (1) Mengurangi
pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap serta gas-gas polutan lainnya
agar tidak mencemarkan lingkungan. (2) Melakukan penyaringan asap sebelum asap dibuang
ke udara dengan cara memasang bahan penyerap polutan atau saringan. (3) Mengalirkan gas
buangan ke dalam air atau dalam larutan pengikat sebelum dibebaskan ke air. atau dengan
cara penurunan suhu sebelum gas dibuang ke udara bebas. (4) Membangun cerobong asap
yang cukup tinggi sehingga asap dapat menembus lapisan inversi thermal agar tidak
menambah polutan yang tertangkap di atas suatu permukiman atau kota. (5) Mengurangi
sistem transportasi yang efisien dengan menghemat bahan bakar dan mengurangi angktutan
pribadi. (6) Memperbanyak tanaman hijau di daera polusi udara tinggi, karena salah satu
kegunaan tumbuhan adalah sebagai inikator pencemaran dini, selain sebagai penahan debu
dan bahan partikel lain.
Upaya penanggulangan pencemaran udara dapat dilakukan dengan beberapa
praktisi yakni sebagai berikut :
(1) Melakukan larangan kepada petani-petani, pengusaha-pengusaha perkebunan melakukan
pembakaran pada lahan pertanian yang akan mereka usahakan.

(2) Gas-gas buangan industri sebelum dilepaskan/dibuang keudara, terlebih dahulu harus
dinetralkan.
(3) Melakukan penghijauan, terutama di daerah-daerah industri dan perkotaan. Tujuannya
agar karbondioksida yang dihasilkan mesin-mesin industri dan kendaraan bermotor, dapat
diserap oleh tumbuh-tumbuhan. Demikian pula halnya dengan debu-debu yang berterbangan
di udara, bila bersentuhan dengan daun-daunan akan lengket pada daun, dan ketika hujan
turun akan dibawa oleh air hujan jatuh ke tanah. Dengan demikian, penghijauan dapat pula
mengurangi debu-debu yang berterbangan di udara.
(4) Mengurangi penggunaan minyak bumi sebagai sumber bahan bakar dan menggantikannya
dengan energi lain yang tidak menimbulkan pencemaran seperti energi panas matahari
(tenaga surya), tenaga air (hidroelektrik), tenaga angin, dan sebagainya.
(5) Penempatan daerah kawasan industri supaya berada jauh dari pemukiman, terutama
pemukiman yang padat penduduknya.
(6) Menciptakan mesin dari kendaraan bermotor yang hemat energi dan efek pencemarannya
kecil
Contoh kasus pencemaran udara
(1) Polusi udara di Jakarta
Pertama, dalam skala global, Jakarta adalah kota dengan tingkat polusi terburuk
nomor 3 di dunia (setelah kota di Meksiko dan Thailand). Kedua, masih dalam skala global,
kadar partikel debu (particulate matter) yang terkandung dalam udara Jakarta adalah yang
tertinggi nomor 9 (yaitu 104 mikrogram per meter kubik) dari 111 kota dunia yang disurvei
oleh Bank Dunia pada tahun 2004. Sebagai perbandingan, Uni Eropa menetapkan angka 50
mikrogram per meter kubik sebagai ambang batas tertinggi kadar partikel debu dalam udara.
Ketiga, jumlah hari dengan kualitas tidak sehat di Jakarta semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2002, Jakarta dinyatakan sehat selama 22 hari, sedangkan pada tahun 2003,
Jakarta dinyatakan sehat hanya selama 7 hari. Lebih lanjut, berdasarkan penelitian Kelompok
Kerja Udara Kaukus Lingkungan Hidup, pada tahun 2004 dan 2005, jumlah hari dengan
kualitas udara terburuk di Jakarta jauh di bawah 50 hari. Namun pada tahun 2006, jumlahnya
justru naik di atas 51 hari. Dengan kondisi seperti itu, tidak berlebihan jika Jakarta dijuluki
"kota polusi" karena begitu keluar dari rumah, penduduk Jakarta akan langsung berhadapan
dengan polusi.

(2) Polusi udara di Bandung

Polusi udara yang terjadi di Bandung dipengaruhi juga oleh topografinya. Bandung
terletak pada ketinggian kurang lebih 768 m di atas permukaan laut. Kota ini terletak sebuah
lembah yang dikelilingi pegunungan. Dengan kata lain, bentang alam Bandung merupakan
sebuah cekungan. Kondisi topografi seperti ini menyebabkan Bandung menjadi sangat
potensial terhadap pencemaran udara karena kondisi alam yang berupa cekungan akan
mengurangi daya pengenceran udara atau dengan kata lain menghambat pertukaran udara
atau sirkuasi udara. Seiring dengan perkembangannya menjadi kota yang multifungsi, Kota
Bandung kian lama kian padat. Selain karena laju pertumbuhan penduduk di Bandung yang
secara umum semakin meningkat, kepadatan ini juga dipengaruhi oleh tingkat mobilitas
penduduk ke Bandung yang cukup tinggi. Sebagai kota besar yang memiliki fasilitas yang
lengkap dalam berbagai bidang (pariwisata, pendidikan, kuliner, budaya, ekonomi, dsb), kota
Bandung menjadi tujuan banyak orang. Semakin banyak pergerakan penduduk, semakin
banyak media transportasi yang dibutuhkan dan akhirnya tingkat polusi pun semakin tinggi.
AMDAL terhadap pencemaran udara :
Abstrak
Ainun J., Reni. 2011. Bahan Bakar Nabati sebagai Upaya Pelestari Lingkungan Akibat
Pencemaran Udara. Lomba Karya Tulis Isu Lingkungan. Guru Pembimbing: Rumisih, S. Pd.
20 halaman. Ada tiga masalah yang diangkat dalam karya tulis ilmiah ini. Ketiga masalah
tersebut (1) sumber-sumber pencemaran udara kota, (2) efek pencemaran udara kota bagi
mahkluk hidup, (3) dan strategi untuk mengatasi pencemaran udara kota. Data diperoleh dari
buku-buku dan internet. Data dianalisis dengan membaca referensi yang ada dan
mengolahnya dengan metode deduksi. Penyimpulan dilakukan dengan cara membuat poinpoin yang penting. Dari data yang terkumpul diperoleh informasi bahwa Pencemaran udara

adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah
yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika
dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara bersumber dari pembakaran
sampah, pabrik-pabrik pengelolah limbah, proses-proses industri dan manufaktur, dry
cleaning, bahan-bahan bangunan, dan kendaraan bermotor. Adapun zat-zat yang berbahaya
bagi makhluk hidup antara lain CO, NO 2, SOx, O3, dan CH. Adapun efek pencemaran udara
bagi kesehatan dan lingkungan hidup antara lain penipisan ozon, pemanasan global,
menghambat fotosintesis tanaman, hujan asam, gangguan infeksi saluran pernapasan akut,
gangguan fungsi reproduksi dan penurunan tingkat kecerdasan anak. Solusi untuk mengatasi
pencemaran udara kota terutama ditujukan pada pembenahan sektor transportasi, tanpa
mengabaikan sektor-sektor lain yaitu bahan bakar nabati sebagai pengganti bahan bakar
minyak. Salah satunya adalah biodiesel. Manfaat utama dari biodiesel adalah mengurangi
ketergantungan pada energi fosil, menurunkan polusi udara, dan tentu saja energi ini tersedia
di alam serta dapat diperbaharui. Tujuannya adalah mensubstitusi bahan bakar fosil dan
menciptakan energi hijau yang ramah lingkungan. Adapun keuntungan menggunakan
biodiesel adalah tidak mengandung sulfur dan benzena, menambah pelumasan mesin yang
lebih baik daripada solar, dan mengurangi secara signifikan asap hitam dari gas buang mesin
diesel. Adapun kelemahan menggunakan biodiesel yaitu minyak nabati mempunyai
kekentalan yang lebih tinggi. Dari bab pembahasan dapat disimpulkan bahwa zat-zat
pencemar udara sangat membahayakan bagi kesehatan manusia maupun lingkungan. Untuk
mengurangi pencemaran lingkungan, maka dapat direalisasikan dengan mengganti bahan
bakar fosil menjadi bahan bakar nabati. Berdasar atas simpulan tersebut disarankan kepada
masyarakat untuk dapat menggunakan bahan bakar nabati demi menjaga bumi kita tetap
bersih dari pencemaran udara kota, dan bagi produsen untuk dapat menciptakan kendaraan
yang ramah lingkungan dengan bahan bakar nabati untuk mengurangi pencemaran udara.
Kata kunci: bahan bakar nabati, pencemaran udara
Rekomendasi terhadap pemerintah untuk memberikan kebijakan terhadap
kendaraan roda dua ataupun roda empat dimana ada sehari untuk bebas atas kendaraan
tersebut setidaknya untuk mengurangi dampak polutan yang marah terjadi. Kemudian
terhadap masyarakat agar sadar terhadap persoalan ini serta mencari ilmu (pembelajaran)
dalam penanganannya. Dan terakhir kepada mahasiswa untuk melakukan gerakan sosialisasi

cinta lingkungan dan peduli udara dengan melakukan beberapa kegiatan seperti jalan santai
sepekan atau hari bebas polusi.
1.4 Pencemaran Suara
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup No. 4 Tahun 1982).
Bunyi atau suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang
merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas.
Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air, batu bara, atau udara.
Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara
teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz
(Hz) dan amplitudo atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel. Manusia
mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran di udara atau medium lain, sampai ke
gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia
kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam
kurva responsnya.
Jadi, pencemaran suara adalah gangguan pada lingkungan yang diakibatkan oleh
bunyi atau suara yang mengakibatkan ketidaktentraman makhluk hidup di sekitarnya.
Pencemaran suara diakibatkan suara-suara bervolume tinggi yang membuat daerah sekitarnya
menjadi bising dan tidak menyenangkan. Tingkat kebisingan terjadi bila intensitas bunyi
melampui 70 desibel (dB).
Pengelolaan suara dapat dilakukan dengan menjauhkan pemukiman dari lokasi
yang rawan memunculkan suara keras seperti daerah kereta api. Pengelolaan suara terhadap
orang yang memiliki suara keras sebaiknya diundang ke masjid untuk menjadi muadzin.
Kecuali terhadap kaum hawa sebaiknya diungsikan ke lokasi ungsian.

Upaya penanggulangan pencemaran suara menurut peneliti dan dosen pada


Departemen Teknik Elektron Institut Teknologi Bandung, Dr. Bambang Riyanto Trilaksono,
secara sederhana kebisingan suara eksklusif dapat diredam dengan memakai bahan-bahan
peredam. Alat peredam tersebut dapat ditempatkan pada dinding ruangan. Namun sayangnya,
peredam itu akan berdampak positif ketika meredam suara-suara nan frekuensinya tinggi.
Namun ketika sumber suara nan lebih rendah, bahan peredam nan dibutuhkan menjadi
berlipat sehingga akan menjadi pemborosan dalam sisi biaya.
Cara lain buat mengendalikan kebisingan ini ialah dengan cara pengendalian aktif.
Pengendalian aktif dimaksudkan dengan memberikan sumber suara nan dikendalikan sebagai
penyeimbang dari sumber pencemaran suara. Teori tentang pengendalian suara aktif ini
memang sederhana yaitu memberikan suatu frekuwensi suara eksklusif buat melakukan
interfensi destruktif pada suara bising nan dianggap sebagai sumber pencemaran suara.
Namun dalam praktiknya sungguh sangat tak sederhana, terutama sebab sumber bising
akustik dan lingkungan senantiasa berubah mengikuti frukensi, waktu, amplitude dan fasa.
Dalam kaitannya dengan meredam suara bising atau sumber pencemaran suara,
sejak 1999, Dirjen Bina Marga memberlakukan persyaratan eksklusif buat mencanangkan
bangunan peredam suara. Bangunan akan dapat menjadi peredam suara apabila tinggi
bangunan minimal 2,75 meter dengan tebal dinding 10 cm. Bahan bangunan nan dapat
meredam kebisingan di antaranya ialah beton ringan berupa konblok . Ini salah satu upaya
meredam bising suara. Hal nan lebih masif tentu saja dengan keikutsertaan seluruh lapisan
masyarakat buat secara bersama-sama mengurangi taraf pencemaran suara, terutama nan
keluar dari sumber peralatan rumah dan kendaraan bermotor.
AMDAL terhadap pencemaran suara :
Abstrak
Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri,
transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi
terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Polusi/ pencemaran adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain dalam

lingkungan lain dan atau berubahnya tatanan lingkungan dari kegitatan proses alam, sehingga
kuaalitas turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi secara optimal. Sedangkan polusi udara adalah penyusutan kualitas
udara sampai pada yang mengganggu kehidupan karena masuknya polutan ke udara. Dalam
jurnal ini penulis menyimpulkanbeberapa masalah yaitu : Penyebab terjadinya polusi udara,
dampak yang terjadi akibat polusi udara, cara penanggulangan dan pencegahan polusi udara.
Secara umum tujuan penulisan jurnal ini untuk : dapat diketahuinya karakteristik dan sumber
pencermar udara di lingkungan, dapat diketahuinya dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh
parameter pencemar udara dan dapat mengambil tindakan pengandalian. Manusia. Secara
alami, polusi udara timbulkarena letusan gunung berapi, kebakaran hutan dengan sebab
alamiah, pembusukan, dan nitrifikasi serta denitrifikasi makhluk hidup. Akan tetapi, sumber
utama dari polusi udara ditimbulkan oleh manusia.
Kata Kunci: Asap kendaraan, Debu, Penyakit, Pencegahan,Pengendalian
Rekomendasi terhadap pemerintah untuk semangat dalam memberikan kebijakan
mengenai persoalan ini untuk mendapatkan hasil yang ideal. Selanjutnya kepada masyarakat
untuk menjaga ketertiban dan ketenangan dalam hal bersuara agar tidak saling mengganggu.
Dan terakhir untuk mahasiswa janganlah membuat keributan di tengah jalan (orasi) karena
dengan demikianlah dapat mengganggu ketenangan warga sekitar apalagi sudah melibatkan
anarkisme, tentulah merusak.

MATERI II
SUMBER DAYA ALAM HAYATI

Alam pada dasarnya mempunyai sifat yang beraneka ragam, namun serasi dan
seimbang. Oleh karena itu, perlindungan dan pengawetan alam harus terus dilakukan untuk
mempertahankan keserasian dan keseimbangan itu. Semua kekayaan bumi, baik biotik
maupun abiotik, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia merupakan
sumberdaya alam. Tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroba merupakan sumberdaya alam
hayati, sedangkan faktor abiotik lainnya merupakan sumberdaya alam nonhayati.
Pemanfaatan sumber daya alam harus diikuti oleh pemeliharaan dan pelestarian karena
sumber daya alam bersifat terbatas.
Sumberdaya alam ialah semua kekayaan bumi, baik biotik maupun abiotik yang
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan kesejahteraan manusia,
misalnya: tumbuhan, hewan, udara, air, tanah, bahan tambang, angin, cahaya matahari, dan
mikroba (jasad renik).
Menurut urutan kepentingan, kebutuhan hidup manusia, dibagi menjadi dua
sebagai berikut :
1. Kebutuhan Dasar.
Kebutuhan ini bersifat mutlak diperlukan untuk hidup sehat dan aman. Hal yang termasuk
kebutuhan ini adalah sandang, pangan, papan, dan udara bersih.
2. Kebutuhan sekunder.
Kebutuhan ini merupakan segala sesuatu yang diperlukan untuk lebih menikmati hidup, yaitu
rekreasi, transportasi, pendidikan, dan hiburan.
Daya dukung lingkungan
Ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan tersedianya
cukup ruang untuk hidup pada tingkat kestabilan sosial tertentu disebut daya dukung
lingkungan Singkatnya, daya dukung lingkungan ialah kemampuan lingkungan untuk
mendukung perikehidupan semua makhluk hidup. Di bumi ini, penyebaran sumber daya alam

tidak merata letaknya. Ada bagianbagian bumi yang sangat kaya akan mineral, ada pula yang
tidak. Ada yang baik untuk pertanian ada pula yang tidak. Oleh karena itu, agar
pemanfaatannya dapat berkesinambungan, maka tindakan eksploitasi sumber daya alam harus
disertai dengan tindakan perlindungan. Pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup
harus dilakukan dengan cara yang rasional antara lain sebagai berikut :
1. Memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati dan efisien,
misalnya air, tanah, dan udara.
2. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran).
3. Mengembangkan metoda menambang dan memproses yang efisien, serta pendaurulangan
(recycling).
4. Melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara damai dengan alam.
1. Macam-macam Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam dapat dibedakan berdasarkan sifat, potensi, dan jenisnya.
a. Berdasarkan sifat
Menurut sifatnya, sumberdaya alam dapat dibagi 3, yaitu sebagai berikut:
1. Sumberdaya alam yang terbarukan (renewable), misalnya: hewan, tumbuhan, mikroba,
air, dan tanah. Disebut ter barukan karena dapat melakukan reproduksi dan memiliki
daya regenerasi (pulih kembali).
2. Sumberdaya alam yang tidak terbarukan (nonrenewable), misalnya: minyak tanah, gas
bumi, batubara, dan bahan tambang lainnya.
3. Sumber daya alam yang tidak habis, misalnya, udara, matahari,
energi pasang surut, dan energi laut.
b. Berdasarkan potensi
Menurut potensi penggunaannya, sumber daya alam dibagi beberapa macam, antara lain
sebagai berikut.
1. Sumber daya alam materi; merupakan sumber daya alam yang dimanfaatkan dalam
bentuk fisiknya. Misalnya, batu, besi, emas, kayu, serat kapas, rosela, dan sebagainya.
2. Sumber daya alam energi; merupakan sumber daya alam yang

dimanfaatkan

energinya. Misalnya batu bara, minyak bumi, gas bumi, air terjun, sinar matahari,
energi pasang surut laut, kincir angin, dan lain-lain.

3. Sumber daya alam ruang; merupakan sumber daya alam yang berupa ruang atau tempat
hidup, misalnya area tanah (daratan) dan angkasa.
c. Berdasarkan jenis
Menurut jenisnya, sumber daya alam dibagi dua sebagai berikut :
Sumber daya alam nonhayati (abiotik); disebut juga sumber daya alam fisik, yaitu
sumber daya alam yang berupa benda-benda mati. Misalnya : bahan tambang, tanah, air,
dan kincir angin.
Sumber daya alam hayati (biotik); merupakan sumber daya alam yang berupa makhluk
hidup. Misalnya: hewan, tumbuhan, mikroba, dan manusia.
Sumber Daya Tumbuhan
Berbicara tentang sumber daya alam tumbuhan kita tidak dapat menyebutkan jenis
tumbuhannya, melainkan kegunaannya. Misalnya berguna untuk pangan, sandang, pagan, dan
rekreasi. Akan tetapi untuk bunga-bunga tertentu, seperti melati, anggrek bulan, dan Rafflesia
arnoldi merupakan pengecualian karena ketiga tanaman bunga tersebut sejak tanggal 9
Januari 1993 telah ditetapkan dalam Keppres No. 4 tahun 1993 sebagai bunga nasional
dengan masing-masing gelar sebagai berikut.
1. Melati sebagai bunga bangsa.
2. Anggrek bulan sebagai bunga pesona.
3. Raffiesia arnoldi sebagai bunga langka.
Tumbuhan memiliki kemampuan untuk menghasilkan oksigen dan tepung melalui
proses fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan merupakan produsen atau penyusun dasar
rantai makanan. Eksploitasi tumbuhan yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan dan
kepunahan, dan hal ini akan berkaitan dengan rusaknya rantai makanan. Kerusakan yang
terjadi karena punahnya salah satu faktor dari rantai makanan akan berakibat punahnya
konsumen tingkat di atasnya. Jika suatu spesies organisme punah, maka spesies itu tidak
pernah akan muncul lagi. Dipandang dari segi ilmu pengetahuan, hal itu merupakan suatu ke
rugian besar.

Selain telah adanya sumber daya tumbuhan yang punah, beberapa jenis tumbuhan
langka terancam pula oleh kepunahan, misalnya Rafflesia arnoldi (di Indonesia) dan pohon
raksasa kayu merah (Giant Redwood di Amerika).
Dalam mengeksploitasi sumber daya tumbuhan, khususnya hutan, perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Tidak melakukan penebangan pohon di hutan dengan semena-mena (tebang habis).
b. Penebangan kayu di hutan dilaksanakan dengan terencana dengan sistem tebang pilih
(penebangan selektif). Artinya, pohon yang ditebang adalah pohon yang sudah tua dengan
ukuran tertentu yang telah ditentukan.
c. Cara penebangannya pun harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak
pohon-pohon muda di sekitarnya.
d. Melakukan reboisasi (reforestasi), yaitu menghutankan kembali hutan yang sudah terlanjur
rusak.
e. Melaksanakan aforestasi, yaitu menghutankan daerah yang bukan hutan untuk mengganti
daerah hutan yang digunakan untuk keperluan lain.
f. Mencegah kebakaran hutan. Kerusakan hutan yang paling besar dan sangat merugikan
adalah kebakaran hutan. Diperlukan waktu yang lama untuk mengembalikannya menjadi
hutan kembali.
Hal-hal yang sering menjadi penyebab kebakaran hutan antara lain sebagai berikut :
a. Musim kemarau yang sangat panjang.
b. Meninggalkan bekas api unggun yang membara di hutan.
c. Pembuatan arang di hutan.
d. Membuang puntung rokok sembarangan di hutan.
Untuk mengatasi kebakaran hutan diperlukan hal-hal berikut ini.
a. Menara pengamat yang tinggi dan alat telekomunikasi.
b. Patroli hutan untuk mengantisipasi kemungkinan kebakaran.
c. Sistem transportasi mobil pemadam kebakaran yang siap digunakan.
Pemadaman kebakaran hutan dapat dilakukan dengan dua cara seperti berikut ini :
a. Secara langsung dilakukan pada api kecil dengan penyemprotan air.

b. Secara tidak langsung pada api yang telah terlanjur besar, yaitu melokalisasi api dengan
membakar daerah sekitar kebakaran, dan mengarahkan api ke pusat pembakaran. Biasanya
dimulai dari daerah yang menghambat jalannya api, seperti: sungai, danau, jalan, dan puncak
bukit.
Pengelolaan hutan seperti di atas sangat penting demi pengawetan maupun
pelestariannya karena banyaknya fungsi hutan seperti berikut ini :
1. Mencegah erosi; dengan adanya hutan, air hujan tidak langsung jatuh ke
permukaan tanah, dan dapat diserap oleh akar tanaman.
2. Sumber ekonomi; melalui penyediaan kayu, getah, bunga, hewan, dan
sebagainya.
3. Sumber plasma nutfah; keanekaragaman hewan dan tumbuhan di hutan
memungkinkan diperolehnya keanekaragaman gen.
4. Menjaga keseimbangan air di musim hujan dan musim kemarau.
Dengan terbentuknya humus di hutan, tanah menjadi gembur. Tanah yang gembur
mampu menahan air hujan sehingga meresap ke dalam tanah, resapan air akan ditahan oleh
akar-akar pohon. Dengan demikian, di musim hujan air tidak berlebihan, sedangkan di musim
kemarau, danau, sungai, sumur dan sebagainya tidak kekurangan air.
Sumber Daya Hewan
Seperti pada ketiga macam bunga nasional, sejak tanggal 9-1-1995, ditetapkan pula
tiga satwa nasional sebagai berikut :
1. Komodo (Varanus komodoensis) sebagai satwa nasional darat.
2. Ikan Solera merah sebagai satwa nasional air.
3. Elang jawa sebagai satwa nasional udara.
Selain ketiga satwa nasional di atas, masih banyak satwa Indonesia yang langka dan
hampir punah. Misalnya Cendrawasih, Maleo, dan badak bercula satu. Untuk mencegah
kepunahan satwa langka, diusahakan pelestarian secara in situ dan ex situ. Pelestarian in situ
adalah pelestarian yang dilakukan di habitat asalnya, sedangkan pelestarian ex situ adalah
pelestarian satwa langka dengan memindahkan satwa langka dari habitatnya ke tempat lain.

Sumberdaya alam hewan dapat berupa hewan liar maupun hewan yang sudah
dibudidayakan. Termasuk sumber daya alam satwa liar adalah penghuni hutan, penghuni
padang rumput, penghuni padang ilalang, penghuni steppa, dan penghuni savana. Misalnya
badak, harimau, gajah, kera, ular, babi hutan, bermacam-macam burung, serangga, dan
lainnya. Termasuk sumberdaya alam hewan piaraan antara lain adalah lembu, kuda, domba,
kelinci, anjing, kucing, bermacam- macam unggas, ikan hias, ikan lele dumbo, ikan lele lokal,
kerang, dan siput.
Terhadap hewan peliharaan itulah sifat terbarukan dikembangkan dengan baik.
Selain memungut hasil dari peternakan dan perikanan, manusia jugs melakukan persilangan
untuk mencari bibit unggul guns menambah keanekaragaman ternak. Dipandang dari
peranannya, hewan dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Sumber pangan, antara lain sapi, kerbau, ayam, itik, lele, dan mujair.
b. Sumber sandang, antara lain bulu domba dan ulat sutera.
c. Sumber obat-obatan, antara lain ular kobra dan lebah madu.
d. Piaraan, antara lain kucing, burung, dan ikan hiss.
Untuk menjaga kelestarian satwa Langka, maka penangkapan hewan-hewan dan
juga perburuan haruslah mentaati peraturan tertentu seperti berikut ini :

Para pemburu harus mempunyai lisensi (surat izin berburu).

Senjata untuk berburu harus tertentu macamnya.

Membayar pajak dan mematuhi undang-undang perburuan.

Harus menyerahkan sebagian tubuh yang diburunya kepada petugas sebagai tropy,

misalnya tanduknya.

Tidak boleh berburu hewan-hewan langka.

Ada hewan yang boleh ditangkap hanya pada bulan-bulan tertentu saja. Misalnya, ikan

salmon pada musim berbiak di sungai tidak boleh ditangkap, atau kura-kura pads musim akan
bertelur.

Harus melakukan konvensi dengan baik. Konuensi ialah aturan-aturan yang tidak tertulis

tetapi harus sudah diketahui oleh si pemburu dengan sendirinya. Misalnya, tidak boleh
menembak hewan buruan yang sedang bunting, dan tidak boleh membiarkan hewan buas
buruannya lepas dalam keadaan terluka.

Akan tetapi, seringkali peraturan-peraturan tersebut tidak ditaati bahkan ada yang
diam-diam memburu satwa langka untuk dijadikan bahan komoditi yang berharga. Satwa
yang sering diburu untuk diambil kulitnya antara lain macan, beruang, dan ular, sedangkan
gajah diambil gadingnya.
Sumberdaya Mikroba
Di samping sumber daya alam hewan dan tumbuhan terdapat sumber daya alam
hayati yang bersifat mikroskopis, yaitu mikroba. Selain berperan sebagai dekomposer
(pengurai) di dalam ekosistem, mikroba sangat penting artinya dalam beberapa hal seperti
berikut ini :
a. sebagai bahan pangan atau mengubah bahan pangan menjadi bentuk lain, seperti tape,
sake, tempe, dan oncom.
b. penghasil obat-obatan (antibiotik), misalnya, penisilin.
c. membantu penyelesaian masalah pencemaran, misalnya pembuatan biogas dan daur ulang
sampah.
d. membantu membasmi hama tanaman, misalnya Bacillus thuringiensis.
e. untuk rekayasa genetika, misalnya, pencangkokan gen virus dengan gen sel hewan untuk
menghasilkan interferon yang dapat melawan penyakit karena virus.
Rekayasa genetika dimulai Tahun 1970 oleh Dr. Paul Berg. Rekayasa genetika
adalah penganekaragaman genetik dengan memanfaatkan fungsi materi genetik dari suatu
organisme. Cara-cara rekayasa genetika tersebut antara lain: kultur jaringan, mutasi buatan,
persilangan, dan pencangkokan gen. Rekayasa genetika dapat dimanfaatkan untuk tujuan
berikut ini :
1. mendapatkan produk pertanian baru, seperti "pomato", merupakan persilangan dari potato
(kentang) dan tomato (tomat)
2. mendapatkan temak yang berkadar protein lebih tinggi
3. mendapatkan temak atau tanaman yang tahan hama
4. mendapatkan tanaman yang mampu menghasilkan insektisida sendiri.
Akhir-akhir ini tampak bahwa penggunaan sumber daya alam cenderung naik terus,
karena :

a. pertambahan penduduk yang cepat


b. perkembangan peradaban manusia yang didukung oleh kemajuan sains dan teknologi.
Oleh karena itu, agar sumber daya alam dapat bermanfaat dalam waktu yang
panjang maka hal-hal berikut sangat perlu dilaksanakan.
1. Sumber daya alam harus dikelola untuk mendapatkan manfaat yang
maksimal, tetapi pengelolaan sumber daya alam harus diusahakan
agar produktivitasnya tetap berkelanjutan.
2. Eksploitasinya harus di bawah batas daya regenerasi atau asimilasi
sumber daya alam.
3. Diperlukan kebijaksanaan dalam pemanfaatan sumber daya alam yang
ada agar dapat lestari dan berkelanjutan dengan menanamkan
pengertian sikap serasi dengan lingkungannya.
4. Di dalam pengelolaan sumber daya alam hayati perlu adanya
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
a. Teknologi yang dipakai tidak sampai merusak kemampuan sumberdaya untuk
pembaruannya.
b. Sebagian hasil panen harus digunakan untuk menjamin pertumbuhan sumber daya alam
hayati.
c. Dampak negatif pengelolaannya harus ikut dikelola, misalnya dengan daur ulang.
d. Pengelolaannya harus secara serentak disertai proses pembaruannya.
Sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam, agar lingkungan tetap lestari,
harus diperhatikan tatanan/tata cara lingkungan itu sendiri. Dalam hal ini manusialah yang
paling tepat sebagai pengelolanya karena manusia memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan organisme lain. Manusia mampu merombak, memperbaiki, dan mengkondisikan
lingkungan seperti yang dikehendakinya, seperti:
1. manusia mampu berpikir serta meramalkan keadaan yang akan datang
2. manusia memiliki ilmu dan teknologi
3. manusia memiliki akal dan budi sehingga dapat memilih hal-hal yang baik.

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan,


pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.
Pengelolaan ini mempunyai tujuan sebagai berikut.

Mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup sebagai tujuan

membangun manusia seutuhnya.


Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
Mewujudkan manusia sebagai pembina lingkungan hidup.
Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi
sekarang dan mendatang.
Melindungi negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang

menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Melalui penerapan pengelolaan


lingkungan hidup akan terwujud kedinamisan dan harmonisasi antara manusia dengan
lingkungannya. Untuk mencegah dan menghindari tindakan manusia yang bersifat
kontradiksi dari hal-hal tersebut di atas, pemerintah telah menetapkan kebijakan melalui
Undang-undang Lingkungan Hidup.
Undang-undang lingkungan hidup
Undang-undang tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup
disahkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 11 Maret 1982. Undang-undang ini
berisi 9 Bab terdiri dari 24 pasal. Undang-undang lingkungan hidup bertujuan mencegah
kerusakan lingkungan, meningkatkan kualitas lingkungan hidup, dan menindak pelanggaranpelanggaran yang menyebabkan rusaknya lingkungan.
Undang-undang lingkungan hidup antara lain berisi hak, kewajiban, wewenang dan ketentuan
pidana yang meliputi berikut ini :

Setiap orang mempunyai hak atas lingkungan hidup yang balk dan sehat.

Setiap orang berkewajiban memelihara lingkungan dan mencegah serta menanggulangi

kerusakan dan pencemaran lingkungan

Setiap orang mempunyai hak untuk berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan

hidup. Peran serta tersebut diatur dengan


perundang-undangan.

Barang siapa yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya

melakukan perbuatan yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup atau tercemamya


lingkungan hidup diancam pidana penjara atau denda.
Upaya pengelolaan yang telah digalakkan dan undang-undang yang telah
dikeluarkan belumlah berarti tanpa didukung adanya kesadaran manusia akan arti penting
lingkungan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas lingkungan serta kesadaran bahwa
lingkungan yang ada saat ini merupakan titipan dari generasi yang akan datang. Upaya
pengelolaan limbah yang saat ini tengah digalakkan adalah pendaurulangan atau recycling.
Dengan daur ulang dimungkinkan pemanfaatan sampah, misalnya plastik, aluminium, dan
kertas menjadi barang-barang yang bermanfaat. Usaha lain dalam mengurangi polusi adalah
memanfaatkan tenaga surya. Tenaga panas matahari disimpan dalam sel-sel solar untuk
kemudian dimanfaatkan dalam keperluan memasak, memanaskan ruangan, dan tenaga gerak.
Tenaga surya ini tidak menimbulkan polusi. Selain tenaga surya, tenaga angin dapat pula
digunakan sebagai sumber energi dengan menggunakan kincir-kincir angin. Di beberapa
negara maju telah banyak dilakukan pemisahan sampah organik dan anorganik untuk
keperluan daur ulang. Dalam tiap rumah tangga terdapat tempat sampah yang berwarna-warni
sesuai peruntukkannya.
Nilai Biologi, Ekonomi Dan Budaya Dari Sumber Daya Alam
Alam yang serasi adalah alam yang mengandung berbagai komponen ekosistem
secara seimbang. Komponen-komponen dalam ekosistem senantiasa saling bergantung.
Keseimbangan inilah yang harus tetap dijaga agar pelestarian keanekaragaman dalam sumber
daya alam tetap terjamin. Keseimbangan akan terganggu jika komponen di dalamnya
terganggu atau rusak. Terjadinya banjir, gunung meletus, gempa bumi, wabah penyakit, dan
sebagainya dapat menyebabkan adanya kerugian dalam bidang ekonomi, biologi, bahkan
perusakan peninggalan-peninggalan budaya.
1. Sejarah Perlindungan dan Pengawetan Alam (PPA)
Gerakan perlindungan alam dimulai di Perancis, tahun 1853 atas usul Para
pelukis untuk melindungi pemandangan alam di Fontainbleau di Paris. Sebagai peletak dasar
atau gagasan perlindungan alam adalah FWH Alexander Von Humbolt (seorang ahli
berkebangsaan Jerman, 1769-1859), sehingga beliau diakui sebagai Bapak Ekologi sedunia.

Tokoh organisasi internasional di bidang ini adalah Paul Sarazin (Swiss). Oleh karena
keadaan perang maka dasar-dasar organisasi ini baru terbentuk pada tahun 1946 di Basel, dan
tahun 1947 di Brunnen. Perlindungan dan Pengawetan Alam di Indonesia lahir pada tahun
1912 di Bogor, tokohnya Dr. SH. Kooders. Menurut Undang-undang Perlindungan Alam,
pencagaralaman di Indonesia dibedakan menjadi 2, yaitu sebagai berikut :
1. Cagar alam.
Penamaan ini berlaku di daerah yang keadaan alam (tanah, flora, dan keindahan)
mempunyai nilai yang khas bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta bagi kepentingan
umum sehingga dirasa perlu untuk dipertahankan dan tidak merusak keadaannya. Cagar alam
dapat diartikan Pula sebagai sebidang lahan yang dijaga untuk melindungi flora dan fauna di
dalamnya.
2. Suaka margasatwa.
Istilah ini berlaku untuk daerah-daerah yang keadaan alamnya (tanah, fauna, dan
keindahan) memiliki nilai khas bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan sehingga perlu
dilindungi.
Kedua istilah di atas kemudian dipadukan menjadi Perlindungan dan Pengawetan
Alam (PPA).
Cagar Biosfer
Cagar Biosfer adalah perlindungan alam yang meliputi daerah yang telah
dibudidayakan manusia, misalnya untuk pertanian secara tradisional (bukan tataguna lahan
modern, misalnya: pabrik, jalan raya, pertanian dengan mesin). Selain cagar alam dan cagar
biosfer terdapat juga istilah cagar budaya yang memiliki arti perlindungan terhadap hasil
kebudayaan manusia, misalnya perlindungan terhadap candi dan daerah sekitamya. Strategi
pencagaralaman sedunia (World Conservation Strategy) memiliki tiga tujuan, yaitu :
1. memelihara proses ekologi yang esensial dan sistem pendukung
kehidupan
2. mempertahankan keanekaragaman genetis
3. menjamin pemanfaatan jenis dan ekosistem secara berkelanjutan.

Ketiga tujuan ini paling berkaitan. Pencagaralaman tidak berlawanan dengan


pemanfaatan jenis dan ekosistem. Akan tetapi, pemanfaatan itu haruslah dilakukan dengan
cara yang menjamin adanya kesinambungan. Artinya, kepunahan jenis dan kerusakan
ekosistem tidak boleh terjadi. Demikian pula, terjaganya ekosistem dari kerusakan tidak
hanya melindungi keanekaragaman jenis, melainkan juga proses ekologi yang esensial.
Nilai-nilai dalam perlindungan alam
Nilai-nilai yang terkandung dalam perlindungan alam meliputi nilai ilmiah, nilai
ekonomi, dan nilai budaya yang saling berkaitan. Secara terperinci, nilai-nilai yang dimiliki
dalam perlindungan dan pengawetan alam dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Nilai ilmiah, yaitu kekayaan alam, misalnya, hutan dapat digunakan sebagai tempat
penelitian biologi untuk pengembangan ilmu (sains). Misalnya, botani, proteksi tanaman, dan
penelitian ekologi.
2. Nilai ekonomi, yaitu perlindungan alam ditujukan untuk kepentingan ekonomi. Misalnya
pengembangan daerah wisata. Hal ini akan mendatangkan berbagai lapangan kerja. Hutan
dengan hasil hutannya, dan Taut dapat menjadi sumber devisa bagi negara.
3. Nilai budaya, yaitu flora dan fauna yang khas maupun hasil budaya manusia pada suatu
daerah dapat menimbulkan kebanggaan tersendiri, misalnya Candi Borobudur, komodo, dan
tanaman khas Indonesia (melati dan anggrek).
4. Nilai mental dan spiritual, misalnya dengan perlindungan alam, manusia dapat menghargai
keindahan alam serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Seperti telah kita ketahui bersama, bahwa sumber daya alam hayati terdiri dari
hewan, tumbuhan, manusia, dan mikroba yang dapat kita manfaatkan untuk kesejahteraan
hidup manusia. Pemanfaatan sumber daya tersebut antara lain di bidang sandang, pangan,
papan, dan perdagangan. Oleh karena dimanfaatkan oleh berbagai tingkatan manusia dan
berbagai kepentingan, maka diperlukan campur tangan berbagai pihak dalam melestarikan
sumber daya alam hayati. Pihak-pihak yang memanfaatkan sumberdaya alam, baik negeri
maupun swasta, memiliki kewajiban yang sama dalam pelestarian sumber daya alam hayati.
Misalnya, pabrik pertambangan batu bara, selain memanfaatkan batu tiara diharuskan pula
untuk mengolah limbah industrinya agar tidak mencemari daerah sekitamya dan merusak
ekosistem. Pabrik-pabrik, seperti pabrik obat-obatan, selain memanfaatkan bahan dasar dari

hutan diwajibkan pula untuk melakukan penanaman kembali dan mengolah limbah
industrinya (daur ulang) agar tidak merusak lingkungan.
2. Macam-macam Bentuk (Upaya Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati)
Usaha pelestarian sumberdaya alam hayati tidak lepas dari usaha pelestarian
lingkungan hidup. Usaha-usaha dalam pelestrian lingkungan hidup bukan hanya tanggung
jawab pemerintah saja, melainkan tanggung jawab kita semua. Untuk menggalakkan
perhatian kita kepada pelestarian lingkungan hidup, maka setiap tanggal 5 Juni diperingati
sebagai Hari Lingkungan Sedunia. Di tingkat Internasional, peringatan Hari Lingkungan
Hidup ditandai dengan pemberian penghargaan kepada perorangan atau pun kelompok atas
sumbangan praktis mereka yang berharga bagi pelestarian lingkungan atau perbaikan
lingkungan hidup di tingkat lokal, nasional, dan internasional. Penghargaan ini diberi nama
"Global 500" yang diprakarsai Program Lingkungan PBB (UNEP = United Nation
Environment Program). Di tingkat nasional, Indonesia tidak ketinggalan dengan memberikan
hadiah, sebagai berikut :
a. Kalpataru
Hadiah Kalpataru diberikan kepada berikut ini.
1. Perintis lingkungan hidup, yaitu mereka yang telah mempelopori untuk mengubah
lingkungan hidup yang kritis menjadi subur kembali.
2. Penyelamat lingkungan hidup, yaitu mereka yang telah menyelamatkan lingkungan hidup
yang rusak.
3. Pengabdi lingkungan hidup, yaitu petugas-petugas yang telah mengabdikan dirinya untuk
menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Kalpataru berupa pahatan Kalpataru tiga dimensi yang berlapis emas murni. Pahatan
ini mencontoh pahatan yang terdapat pada Candi Mendut yang melukiskan pohon kehidupan
serta mencerminkan sikap hidup manusia Indonesia terhadap lingkungannya, yaitu
keselarasan dan keserasian dengan alam sekitarnya.

b. Adipura
Hadiah Adipura diberikan kepada berikut ini.
1. Kota-kota terbersih di Indonesia.
2. Daerah-daerah yang telah berhasil membuat Laporan Neraca Kependudukan dan
Lingkungan Hidup Daerah (NKLD).
Selain usaha-usaha tersebut di atas, usaha lain yang tidak kalah pentingnya adalah
didirikannya bermacam-macam perlindungan alam seperti Taman Wisata, Taman hasional,
Kebun Raya, Hutan Buru, Hutan Lindung, dan Taman Laut.
Macam-macam Perlindungan Alam (PPA)
Perlindungan alam dibagi menjadi dua, yaitu perlindungan umum dan perlindungan
dengan tujuan tertentu.
1. Perlindungan alam umum
Perlindungan alam umum merupakan suatu kesatuan (flora, fauna, dan tanahnya).
Perlindungan alam ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :
a. Perlindungan alam ketat; merupakan perlindungan terhadap keadaan alam yang dibiarkan
tanpa campur tangan manusia, kecuali dipandang perlu. Tujuannya untuk penelitian dan
kepentingan ilmiah, misalnya Ujung Kulon.
b. Perlindungan alam terbimbing; merupakan perlindungan keadaan alam yang dibina oleh
Para ahli, misalnya Kebun Raya Bogor.
c. National Park atau Taman Nasional; merupakan keadaan alam yang menempati suatu
daerah yang lugs dan ticlak boleh ada rumah tinggal maupun bangunan industri. Tempat
ini dimanfaatkan untuk rekreasi atau taman wisata, tanpa mengubah ciri-ciri ekosistem.
Misalnya: Taman Safari di Cisarua Bogor dan Way Kambas.
Pada tahun 1982 diadakan Konggres Taman hasional sedunia di Bali (World
National Park Conggres). Dalam konggres itu Pemerintah Indonesia mengumumkan 16 taman
nasional (TN) yang ada di Indonesia, yaitu sebagai berikut.
01. TN. Kerinci Seblat (Sumbar, Jambi. Bengkulu) 1.485.000 Ha
02. TN. Gunung Leuser (Sumut, Aceh) 793.000 Ha
03. TN. Barisan Selatan (Lampung, Beng kulu) 365.000 Ha

04. TN. Tanjung Puting (Kalteng) 355.000 Ha


05. TN. Drumoga Bone (Sulut) 300.000 Ha
06. TN. Lore Lindu (Sulteng) t 231.000 Ha
07. TN. Kutai (Kaltim) 200.000 Ha
08. TN. Manusela Wainua (Maluku) 189.000 Ha
09. TN. Kepulauan Seribu (DKI) 108.000 Ha
10. TN. Ujung Kulon (Jabar) 79.000 Ha
11. TN. Besakih (Bali) 78.000 Ha
12. TN. Komodo (HTB) 75.000 Ha
13. TN. Bromo Tengger, Semeru (Jatim) 58.000 Ha
14. TN. Meru Betiri (Jatim) 50.000 Ha
15. TN. Baluran (Jatim) 25.000 Ha
16. TN. Gede Pangrango (Jabar) 15.000 Ha.

Anda mungkin juga menyukai