Anda di halaman 1dari 14

Presentasi Kasus

CEDERA KEPALA

Disusun oleh :
BAHRUN 1102009053
CECEP SAEFUL HUDA 1102009061

Pembimbing:
Dr. H. Herry Setya Yudha Utama, Sp.B, MHKes, FinaCs,ICS

KEPANITRAAN KLINIK ILMU BEDAH


RSUD ARJAWINANGUN

PRESENTASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama

:Tn.A

Usia

:6 tahun 2 bulan

Jenis Kelamin

: laki laki ran dari h

Agama

: Islam

Alamat

: Danawinangun kab: cirebon

Tanggal Masuk

: 26 april 2013

Tanggal Keluar

: april 2013

CM

: 80 31 53
ANAMNESIS (Autoanamnesis)
A. Keluhan Utama

: ketabrak motor

B. Keluhan Tambahan

: muntah

C. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke IGD RSUD Arjawinangun akibat ketabrak motor,
setelah ditabark motor os sempat pingsan , muntah + ,keluar cairan dari
hidung -,telinga-,mulut-, tampak ada perdarahan pada mata dan belakang
telinga kanan.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit kencing manis (-)

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.


PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Vital Sign

Suhu

: 36.5o c

Frekuensi Nadi

: 128 kali/menit

Frekuensi Napas

: 24 kali/menit
1

Tekanan darah

: Sistolik : 120 mmHg


Diastolik : 80 mmHg

A. Status Generalis
-

Kulit

Warna

kulit

hitam,

tidak ikterik, turgor cukup


-

Kepala

Simetris, mesochepal,

Konjungtiva

Deviasi

Bibir

distribusi rambut merata


-

Mata

anemis

(+/+), sklera ikterik (-/-),


-

Hidung

septum

(-),

discharge (-)
-

Mulut/Gigi

tidak

kering,

lidah tidak kotor, carries (-)


-

Telinga

Simetris,

serumen

kanan kiri (-)


Pemeriksaan Leher
-

Inspeksi

Deviasi trakea (-)

Palpasi

Tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid dan kelenjar limfe


Pemeriksaan Thorax
- Jantung
Inspeksi

: Simetris, ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis teraba di ICS IV sinistra

Perkusi

: Batas jantung dalam batas normal


Auskultasi :

Bj I-II reguler, murmur (-),

Gallop (-)
- Paru
Inspeksi

: Simetris kanan kiri, retraksi (-)

Palpasi

: Simetris, vokal fremitus kanan sama dengan kiri,


ketinggalan gerak (-)

Perkusi

: Sonor kedua lapang paru


2

Auskultasi

: Suara dasar vesikuler normal


Suara tambahan : (-)

Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi

: Perut tidak membuncit, darm contour (-), sikatrik (-)

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Palpasi

: Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, defans


muskular (-), massa abdomen (-)

Perkusi

: Timpani di seluruh lapang abdomen

Pemeriksaan Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada oedem di keempat


ekstremitas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
LAB
WBC
LYM
MON
GRANUL
LYM %
MON%
GRANUL%
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
ROW
PLT
MPV
PCT
POW

RESULT
13.4
1.6
1.0
11.1
11.5
6.4
83.1
3.62
29.8
37.5
90.6
29.8
32.9
11.9
233
7.7
0.231
14.6

FLAGS
H
H
L
H

UNIT
10^3/l
10^3/ l
10^3/ l
10^3/ l
%
%
%
10^6/ l
g/dl
%
m^3
Pg
g/dl
%
10^3/ l
m^3
%
%

NORMAL
4.0-12.0
1.0-5.0
0.1-1.0
2.0-8.0
25.0-50.0
2.0-10.0
50.0-80.0
4.0-6.20
11.0-17.0
35.0-55.0
80.0-100.0
26.0-34.0
31.0-35.0
10.0-16.0
150.0-400.0
7.0-11.0
0.200-0.50
10.0-18.0

DIAGNOSIS KERJA
- Epidural hematom

DIAGNOSIS BANDING
1. Subudaral hematom
2.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah rutin
2. MRI
PENGOBATAN
IVFD RL 0,9% ~ 20 tetes per menit
Ketorolac 3x30 mg
Ranitidine 2x50 mg
Ondansetron 3x2mg
Kalnex 3x125
PROGNOSIS :
Dubia ad bonam

CEDERA KEPALA
4

Head injury (cedera kepala) : trauma yang mengenai otak


yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitinal dalam
substansi otak disebabkan oleh kekuatan eksternal yang
menimbulkan perubahan tingkat kesadaran dan perubahan
kemampuan kognitif, fungsi fisik, fungsi tingkah laku, dan
emosional.
Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada
tengkorak dan trauma jaringan lunak/otak atau kulit seperti
kontusio/memar otak, edema otak, perdarahan atau laserasi,
dengan derajat yang bervariasi tergantung pada luas daerah
trauma.
Epidemiologi Head Injury(Trauma Kepala)
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama
kecacatan dan
kematian pada kelompok usia 1-40 tahun. 1,5 juta penduduk
setahunnya
mengalami cedera tersebut. Puncaknya pada usia 15-24 tahun.
Laki-laki
mengalami cedera 2-3 kali lebih sering disbanding perempuan.
Penyebab Head Injury(Cidera Kepala)
Cedera kepala dapat disebabkan oleh benturan karena
kecelakaan lalu lintas, terjatuh, kecelakaan industry, kecelakaan
olahraga, dll.
Respon terhadap cedera
Kerusakan jaringan
Kontusio akibat benturan dapat mencederai sel-sel saraf dan
serabut-serabut
saraf yang dapat menyebabkan perdarahan kecil yang akan
merusak jaringan yang berdekatan.
Edema serebral
Edema terjadi akibat beberapa daerah dari otak tidak adekuat
perfusi
jaringannya, sehingga timbul hiperkapnia yang mengakibatkan
asidosis local

dan vasodilatasi pembuluh darah.tidak adekuatnya suplai oksigen


dan glukosa lebih lanjut dapat mengakibatkan peningkatan edema
dari serebral, sehingga akan menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial dan akhirnya bias mengakibatkan herniasi otak dan
kematian.
Perdarahan dan hematoma
Kerusakan pada jaringan dapat menyebabkan perdarahan dan
hematoma.
Keduanya dapat meningkatkan tekanan intracranial.
Respon lain
Respon lain yang dapat terjadi adalah iskemik, infark, nekrosis
jaringan otak,
serta kerusakan terhadap saraf cranial dan struktur lainnya.
Tipe Cedera Pada Head Injury (Trauma Kepala)
Fraktur Tengkorak
Pukulan pada tengkorak menyebabkan fraktur jika toleransi elastic
dari tulang terlampaui. Fraktur kepala dapat melukai jaringan
pembuluh darah dan saraf-saraf dari otak, merobek durameter
yang mengakibatkan perembesan cairan serebrospinal, dimana
dapat membuka suatu jalan untuk terjadinya infeksi intrakranial.
Adapun macam-macam dari fraktur tengkorak adalah :
1. Fraktur Linear :
Retak biasa pada hubungan tulang dan tidak merubah hubungan
dari kedua
fragmen.
2. Comminuted Fraktur :
Patah tulang tengkorak dengan multipel fragmen dengan fraktur
yang multi linear.
3. Depressed Fraktur :
Fragmen tulang melekuk kedalam.
4. Coumpound Fraktur :
Fraktur tengkorak yang meliputi laserasi dari kulit kepala, membran
mukosa,
sinus paranasal, mata, dan telinga atau membran timpani.
5. Fraktur dasar Tengkorak :
Fraktur yang terjadi pada dasar tengkorak, khususnya pada fossa
anterior dan tengah. Fraktur dapat dalam bentuk salah satu linear,
comminuted atau depressed. Sering menyebabkan rhinorrhea atau
otorrhea.
6

Cidera

Serebral
Cidera serebral meliputi:
1. Komosio Serebri (geger otak) :
Gangguan fungsi neurologik ringan tanpa adanya kerusakan
struktur otak, terjadi hilangnya kesadaran kurang dari 10 menit
atau tanpa disertai amnesia, muntal, muntah, nyeri kepala.
Biasanya dapat kembali dalam bentuk normal.
2. Kontusio Serebri (memar) :
Benturan menyebabkan perubahan dari struktur dari permukaan
otak yang
mengakibatkan pendarahan dan kematian jaringan dengan atau
tanpa edema. Hilangnya kesadaran lebih dari 10 menit.
3. Laserasio serebri :
Gangguan fungsi neurologik disertai kerusakan otak yang berat
dengan fraktur
tengkorak terbuka. Massa otak terkelupas keluar dari rongga
kranial.
4. Hematoma Epidural :
Perdarahan yang menuju ke ruang antar tengkorak dan durameter
akibat laserasi
dari arteri meningea media. Hematoma ini disebabkan oleh karena
ruptur sebuah
arteri meningen,biasanya berkaitan dengan fraktur tengkorak.
5. Hematoma Subdural :
Kumpulan darah antara permukaan dalam durameter dan
araknoidmeter.
Hematoma ini disebabkan oleh kerusakan vena penghubung
(Bridging veins)
yang berjalan dari permukaan otak sinus dura.
6. Hematoma Intracerebral :
Perdarahan yang menuju ke jaringan serebral. Biasanya terjadi
akibat cedera
langsung dan sering didapat pada lobus frontal atau temporal.
7. Hematoma Subarachnoid :
Hematoma yang terjadi akibat trauma.
Cedera saraf kranialis
Saraf cranial yang rentan terhadap cedera dengan fraktur
tengkoran adalah saraf
olfaktorius, optikus, okulomotorius, troklearis, cabang pertama dan
kedua dari
7

saraf trigeminalis, fasialis, dan auditorius. Contohnya:


1. Hilangnya daya pengecap (hilangnya persepsi beraroma) timbul
akibat
pergeseran otak dan robeknya filament saraf olfaktorius
2. Cedera saraf okulomotorius menyebabkan bola mata terdorong
keluar denagn
hilangnya gerakan adduksi dan gerakan ventrikal dan dilatasi pupil
terfiksasi.
3. Cedera saraf kranialis kedelapan denagn fraktur os petrosa
menyebabkan
hilangnya pendengaran, vertigo, dan nistagmus segera setelah
cedera.
Berdasarkan berat ringannya
Berdasarkan berat ringannya cidera kepala terbagi 3 yaitu:
1. Cedera kepala ringan :
Jika GCS (Skala Koma Glasgow) antara 15-13, dapat terjadi
kehilangan
kesadaran kurang dari 30 menit, tidak terdapat fraktur tengkorak,
kontusio atau
hematoma.
a) Tidak kehilangan kesadaran
b) Satu kali atau tidak ada muntah
c) Stabil dan sadar
d) Dapat mengalami luka lecet atau laserasi di kulit kepala
e) Pemeriksaan lainnya normal
2. Cedera kepala sedang :
Jika nilai GCS antara 9-12, hilang kesadaran antara 30 menit
sampai 24 jam,
dapat disertai fraktur tengkorak, disorientasi ringan.
a) Kehilangan kesadaran singkat saat kejadian
b) Saat ini sadar atau berespon terhadap suara. Mungkin
mengantuk
c) Dua atau lebih episode muntah
d) Sakit kepala persisten
e) Kejang singkat (<2menit) satu kali segera setelah trauma
f) Mungkin mengalami luka lecet, hematoma, atau laserasi di kulit
kepala
g) Pemeriksaan lainnya normal
3. Cedera kepala berat :

Jika GCS antara 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, biasanya
disertai
kontusio, laserasi atau adanya hematoma dan edema serebral.
a) Kehilangan kesadaran dalam waktu lama
b) Status kesadaran menurun responsif hanya terhadap nyeri
atau tidak responsif
c) Terdapat kebocoran LCS dari hidung atau telinga
d)Tanda-tanda neurologis lokal (pupil yang tidak sana, kelemahan
sesisi)
e) Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial:
e.1. Herniasi unkus: dilatasi pupil ipsilateral akibat kompresi nervus
okulomotor
e.2. Herniasi sentral: kompresi batang otak menyebabkan
bradikardi dan
hipertensi
f) Trauma kepala yang berpenetrasi
g) Kejang (selain Kejang singkat (<2menit) satu kali segera setelah
trauma)
Manifestasi Klinis Head Injury( Trauma Kepala)
Manifestasi klinis head Injury meliputi:
Fraktur tengkorak : Keluarnya cairan serebrospinalis atau cairan
lain dari
hidung (rhinorrhoe) dan telinga (otorrhoe), kerusakan saraf kranial,
dan
perdarahan dibelakang membran timfani.
Komosio serebri : Muntah tanpa nausea, nyeri pada lokasi cidera,
mudah
marah, lesu, mual, hilang ingatan sementara, sakit kepala, pusing,
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.
Kontusio serebri : Perubahan tingkat kesadaran, lemah, sulit
bebicara, hilang
ingatan, sakit kepala, demam di atas 37 0C, berkeringat banyak,
aktifitas kejang,
rhinorrhoe, dan kelumpuhan saraf kranial.
Hematoma epidural : Hilang kesadaran, gangguan penglihatan,
sakit kepala,
lemah/paralisis pada salah satu sisi, tekanan darah meningkat,
denyut nadi
menurun, pernafasan menurun dengan pola yang tidak teratur.

Hematoma

subdural akut/subakut : Sakit kepala, gangguan

penglihatan,
peningkatan TIK (Tekanan Intrakranial), otot wajah melemah, hilang
kesadaran. Hematoma subdural kronik : Gangguan mental, sakit
kepala hilaang
timbul, gangguan penglihatan, perubahan pola tidur.
Mekanisme Cedera Pada Head Injury
Mekanisme Cedera Pada Head Injury meliputi:
Akselerasi
Jika benda bergerak membentur kepala yang diam, misalnya pada
orang yang
diam kemudian dipukul atau telempar batu.
Deselerasi
Jika kepala bergerak membentur benda yang diam, misalnya pada
saat kepala
terbentur.
Deformitas
Perubahan atau kerusakan pada bagian tubuh yang terjadi akibat
trauma,
misalnya adanya fraktur kepala, kompresi, ketegangan atau
pemotongan pada
jaringan otak.
Pada saat terjadinya deselerasi ada kemungkinan terjadi rotasi
kepala sehingga
dapat menambah kerusakan. Mekanisme kerusakan kepala dapat
mengakibatkan kerusakan pada daerah dekat benturan (Coup) dan
kerusakan
pada daerah yang berlawanan dengan benturan (Contra coup).
Adapun mekanisme cidera kepala primer menurut Williamson dan
Waxman, 2007 yaitu
1. Acceleration of the barain
2. Direct distruption in open head injury
3. Contusion
4. Contra-coup
5. Compression
Kekacauan terkait cedera kepala Pada Head Injury
Kekacauan terkait cedera kepala Pada Head Injury Meliputi:
1. Faktor kardiovaskuler
Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung mencakup
aktivitas
10

atipikal miokardial, perubahan tekanan vaskuler dan edema paru.


Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis mempengaruhi
penurunan
kontraktilitas ventrikel. Hal ini menyebabkan penurunan curah
jantung dan
meningkatkan tekanan atrium kiri. Akibatnya tubuh berkompensasi
dengan
meningkatkan tekanan sistolik. Pengaruh dari adanya peningkatan
tekanan
atrium kiri adalah terjadinya edema paru.
2. Faktor Respiratori
Adanya edema paru pada trauma kepala dan vasokonstriksi paru
atau hipertensi
paru menyebabkan hiperpnoe dan bronkokonstriksi
Konsentrasi oksigen dan karbon dioksida mempengaruhi aliran
darah. Bila
PO2 rendah, aliran darah bertambah karena terjadi vasodilatasi.
Penurunan
PCO2, akan terjadi alkalosis yang menyebabkan vasokonstriksi
(arteri kecil)
dan penurunan CBF (cerebral blood fluid).
Edema otak ini menyebabkan kematian otak (iskemik) dan
tingginya tekanan
intra kranial (TIK) yang dapat menyebabkan herniasi dan
penekanan batang
otak atau medulla oblongata.
3. Faktor metabolisme
Pada trauma kepala terjadi perubahan metabolisme seperti
trauma tubuh
lainnya yaitu kecenderungan retensi natrium dan air dan hilangnya
sejumlah
nitrogen
Retensi natrium juga disebabkan karena adanya stimulus terhadap
hipotalamus,
yang menyebabkan pelepasan ACTH dan sekresi aldosteron.
Ginjal mengambil peran dalam proses hemodinamik ginjal untuk
mengatasi
retensi natrium. Kemudian natrium keluar bersama urine, hal ini
mempengaruhi hubungan natrium pada serum dan adanya retensi
natrium. Pada
11

pasca hypotermia hilangnya nitrogen yang berlebihan sama


dengan respon
metabolik terhadap cedera, karena adanya cedera tubuh maka
diperlukan energi
untuk menangani perubahan seluruh sistem, tetapi makanan yang
masuk
kurang sehingga terjadi penghancuran protein otot sebagai sumber
nitrogen
utama, demikian pula respon hypothalamus terhadap cedera, maka
akan terjadi
sekresi kortisol, hormon pertumbuhan dan produksi katekolamin
dan prolaktin
sehingga terjadi asidosis metabolik karena adanya metabolisme
anaerob
glukosa
4. Faktor gastrointestinal
Trauma kepala juga mempengaruhi sistem gastrointestinal.
Setelah trauma kepala
(3 hari) terdapat respon tubuh dengan merangsang aktivitas
hipotalamus dan
stimulus vagal. Hal ini akan merangsang lambung menjadi
hiperasiditas.
Hypothalamus merangsang anterior hypofise untuk mengeluarkan
steroid adrenal.
Hal ini merupakan kompensasi tubuh dalam mengeluarkan
kortikosteroid dalam
menangani oedema cerebral. Hyperacidium terjadi karena adanya
peningkatan
pengeluaran
katekolamin
dalam
menangani
stres
yang
mempengaruhi produksi
asam lambung.
5. Faktor psikologis
Selain dampak masalah yang mempengaruhi fisik pasien, trauma
kepala pada
pasien adalah suatu pengalaman yang menakutkan. Gejala sisa
yang timbul
pascatrauma akan mempengaruhi psikis pasien. Demikian pula
pada trauma berat
yang menyebabkan penurunan kesadaran dan penurunan fungsi
neurologis akan
12

mempengaruhi psikososial pasien dan keluarga.


Penatalaksaan
Tergantung dengan tingkat keparahannya
Indikasi rawat:
Amnesia posttraumatika jelas (lebih dari 1 jam), Riwayat
kehilangan kesadaran
(lebih dari 15 menit), Penurunan tingkat kesadaran, Nyeri kepala
sedang hingga
berat, Intoksikasi alkohol atau obat., Fraktura tengkorak, Kebocoran
CSS,
otorrhea atau rhinorrhe, Cedera penyerta yang jelas, Tidak punya
orang serumah
yang dapat dipertanggungjawabkan, CT scan abnormal.
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, R, De jong. W, 2006. Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi
Revisi, EGC,
Jakarta.
Williamson, RCN and Waxman, BP. 2005. SCOTT, An Aid to Clinical
Surgery.
Churgchill

TINJAUAN PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai