INFORMASI
Bidang Rekayasa Sistem
Pusat Teknologi Konversi Dan Konservasi Energi (PTKKE)
Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi
Gedung 625, Klaster energi, kawasan PUSPIPTEK Serpong
Tlp. (021). 75791366
Fax. (021). 75791366
2014
EXECUTIVE SUMMARY
Trend pertumbuhan demand listrik di Indonesia yang cukup besar mengharuskan operator listrik
Indonesia, dengan PT. PLN (Persero) sebagai agen utamanya, untuk meningkatkan kapasitas
produksi energi listrik dan juga jaringan transmisi dan distribusi ke pelanggan. Sebagian jaringan
kelistrikan dan utilitas yang ada di Indonesia juga masih menggunakan teknologi yang konvensional
sehingga dirasa tidak mampu untuk mendukung pertumbuhan demand energi listrik Indonesia ke
depan. Sistem kWh meter prabayar yang dicanangkan oleh PT. PLN (Persero) berupa program
listrik pintar dengan pembayaran menggunakan sistem pulsa merupakan salah satu kemajuan dalam
proses pembayaran listrik. Namun di masa perkembangan teknologi saat ini, sistem metering listrik
hanya memberikan laporan besar kWh yang telah dipakai dan tidak memberikan kemudahan
pelanggan dalam memonitor listriknya.
Advanced Metering Infrastructure (AMI) adalah salah satu perkembangan teknologi kelistrikan
yang mengintegrasikan Informatin Communication Technology (ICT) untuk mendiskripsikan
keseluruhan infrastruktur dari Smart Meter, menggunakan jaringan komunikasi dua arah ke pusat
pengendali peralatan dan semua aplikasi yang memungkinkan pengumpulan dan pengiriman
informasi tentang penggunaan energi mendekati real-time. Beberapa teknologi komunikasi yang
dapat digunakan untuk mendukung smart meter yaitu fiber optic, power line carrier (PLC), dan
radio link. Meter data management system dibutuhkan untuk menampung dan mengolah data base
sehingga didapatkan informasi hasil metering listrik pelanggan. Penggunaan AMI akan
mengakibatkan utilitas yang tadinya hanya bertugas untuk membaca meter secara otomatis sekarang
menjadi berfungsi untuk managemen dan pengontrolan aspek-aspek penting pada grid. Oleh karena
itu, teknologi AMI harus memenuhi aspek keselamatan, aspek keakuratan dan kekuatan, kehandalan
performa yang baik, mampu memonitor tegangan secara akurat dan fleksibel, dan mempunyai
tingkat keamanan yang handal.
AMI telah menjadi pembahasan dunia dengan salah satu standarisasi metering yang telah ditetapkan
pada Energy Policy Act 2005 (EPACT) di Amerika. Beberapa standar untuk smart metering
tersebut antara lain akurasi metering ANSI C12, radio frekuensi, dan sekuritas.. Beberapa negara
BPPT-PTKKE
2014
yang telah berinisiasi memulai menggunakan teknologi AMI adalah New York, Texas, Connecticut,
dan California. Perkembangan pasar smart meter sebagai bagian dari AMI di Eropa juga mengalami
peningkatan. Italia dengan Enel sebagai perusahaan listriknya telah memasang 27 juta metering
komunikasi pada tahun 2006. Vattenfall dan EON sebagai perusahaan listrik di Swedia telah
memasang 430 ribu advanced meter. Sedangkan Belanda baru saja mengumumkan akan mengganti
7.5 juta meter listrik menjadi advanced metering pada tahun 2012 lalu. Di pasar Asia Pasifik, AMI
akan mengalami peningkatan 10.5% pada periode 2013-2018, dengan Cina, Jepang, dan India yang
menjadi negara percontohan yang telah menerapkan AMI.
Pada Juli 2014, PLN bersama dengan PT. XL Axiata Tbk sebagai salah satu ISP di Indonesia telah
meluncurkan Layanan Meter Listrik Pintar Dua Arah sebagai perkembangan bisnis Machine to
Machine (M2M) guna meningkatkan pengalaman pelanggan PLN. Layanan listrik pintar dua arah
ini baru dapat dinikmati oleh pelanggan khusus pengguna listrik prabayar dengan daya 2200 VA ke
atas seperti penyedia mesin ATM, billboard, menara BTS, vending machine, dan penerangan jalan
umum.
Untuk menerapkan teknologi AMI, diperlukan pengkajian mengenai sistem smart metering dan
teknologi komunikasinya. BPPT PTKKE telah melakukan beberapa kajian serta diskusi Road Map
AMI 2014 dengan beberapa pihak termasuk PLN dan pihak swasta. Hasil kajian ini diharapkan
dapat menjadi langkah awal dalam pengembangan teknologi smart meter untuk selanjutnya
mengembangkan teknologi meter listrik menuju AMI, serta menjadi potensi yang baik bagi sektor
kelistrikan maupun sektor pertumbuhan industry dan ekonomi, serta membuat masyarakat cerdas
dalam penggunaan listrik.
BPPT-PTKKE
ii
2014
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kemudahan
kepada kami sebagai tim pelaksana untuk menyelesaikan buku dengan judul Kajian Perkembangan
Sistem Metering Kelistrikan di Indonesia Menuju Advanced Metering Infrastructure (AMI)
sebagai hasil dari kegiatan kajian Road Map Advanced Metring Infrastructure tahun anggaran 2014.
Buku ini merupakan hasil kegiatan kajian yang dilakukan pada tahun 2014, khususnya tentang
perkembangan sistem metering listrik yang ada di Indonesia yang telah dilakukan bersama PLN dan
prospeknya terhadap perkembangan ICT sehingga memungkinkan untuk diterapkannya teknologi
Advaced Metering Infrastructure (AMI).
Kami selaku tim penyusun menyampaikan terima kasih PLN P3B Jawa Bali, PLN DIsjaya, serta
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga kami dapat menghimpun segala informasi serta saran posiitif yang terangkum dalam buku
ini.
Semoga buku ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca dan dapat
memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan teknologi di Indonesia.
Tim Penyusun
BPPT-PTKKE
iii
2014
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1
1.2
1.3
BAB II
BPPT-PTKKE
iv
2014
DAFTAR GAMBAR
BPPT-PTKKE
2014
BPPT-PTKKE
vi
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kehidupan masyarakat dewasa ini sangat bergantung kepada sumber daya energi, salah satunya
adalah energi listrik. Keberadaan energi listrik sudah merupakan sebuah keharusan sebagai
penggerak roda kehidupan, termasuk pertumbuhan perekonomian bangsa, perkembangan dunia
industri dan kemajuan teknologi untuk tetap bergerak dan mengarah maju ke depan. Ketergantungan
pada listrik pun semakin meningkat mengingat keberlangsungan berbagai macam bentuk aktivitas
sehari-hari di masyarakat maupun industri.
Ketersediaan listrik yang handal, aman, ramah lingkungan, dan efisien dengan harga terjangkau
merupakan faktor yang cukup penting dalam menunjang kehidupan masyarakat sehari-hari. Namun
nyatanya, beberapa waktu lalu ketersediaan tenaga listrik, khususnya di pulau Jawa, beberapa kali
mengalami masalah karena keterbatasan suplai dibanding dengan kebutuhan yang semakin
meningkat. Mengingat begitu besar dan pentingnya energi listrik sedangkan sumber energi
pembangkit terutama yang berasal dari sumber daya tak terbaharui yang keberadaannya terbatas,
maka untuk menjaga kelestarian sumber energi ini perlu diupayakan langkah-langkah atau solusi
yang dapat menunjang penyediaan energi listrik secara optimal dan terjangkau. Tentu bukan hanya
tugas PT PLN (Persero) saja untuk melakukan perbaikan diri secara internal dan eksternal, tapi juga
tugas dari seluruh masyarakat Idonesia sebagai pengguna listrik.
PT PLN (Persero) merupakan sebuah perusahaan BUMN di bidang kelistrikan yang bertugas
melayani masyarakat di seluruh nusantara. PLN merupakan badan usaha tunggal yang diberi
kepercayaan dan kewenangan oleh Pemerintah dalam pengadaan dan pemberdayaan energi listrik di
seluruh pelosok negeri. Kegiatan usaha PLN dalam menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik
dimulai dari kegiatan pembangkitan, penyaluran, distribusi tenaga listrik, perencanaan, dan
pembangunan sarana penyediaan sarana listrik.
BPPT-PTKKE
2014
Pemakaian energi listrik oleh konsumen baik masyarakat maupun industri memberikan andil yang
cukup besar terhadap ketersediaan tenaga listrik. PLN memberikan fasilitas kWh meter yang
dipasang di tiap rumah pelanggan sebagai pencatat daya yang telah terpakai selama waktu tertentu.
KWh meter merupakan peralatan elektronika yang dapat mengukur besar daya yang digunakan oleh
pengguna listrik dalam satuan waktu tertentu. Perkembangan kWh meter dimulai dari kWh meter
analog yang menggunakan metode induksi medan magnet. Perangkat ini tersusun atas kumparan
tegangan, kumparan arus, piringan alumunium, magnet tetap yang tugasnya menetralkan piringan
alumunium dari induksi medan magnet dan gear mekanik yang mencatat jumlah perputaran piringan
alumunium dan ditampilkan dengan counter digit sebagai tampilan jumlah kWh-nya. Dengan
melihat counter digit, PLN bisa melihat berapa energi listrik yang dikonsumsi oleh pelanggan dan
barulah ditagih dalam bentuk rekening listrik.
Proses pembayaran secara manual dengan mendatangi counter listrik PLN dirasa sudah tidak lagi
efisien di era modern seperti sekarang ini. Oleh karenanya, perkembangan teknologi ikut turut serta
memberikan peran terhadap perkembangan teknologi pencatatan dan penagihan listrik dalam bentuk
Advanced Metering Infrastructure (AMI).
Advanced metering system (AMI) adalah salah satu perkembangan teknologi yang dimanfaatkan
dalam dunia kelistrikan. AMI merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan berbagai teknologi
yang memanfaatkan penggunaan piranti elektronik atau digital serta perangkat lunak,
mengkombinasikan pengukuran data secara berkelanjutan dengan media komunikasi secara remote.
Sistem ini menyediakan pengukuran yang detail dengan informasi berdasarkan waktu dan kumpulan
frekuensi serta transimis beberapa informasi yang berbeda. Teknologi AMI meliputi pengukuran
dan pengoleksian sistem secara lengkap, termasuk didalamnya terdapat pengukuran site kostumer,
komunikasi jaringan antara kostumer dan service provider, seperti utilisasi listrik, gas, dan air, dan
penerimaan data serta sistem manajemen sehingga informasi tersedia untuk service provider. Secara
sederhana, komponen penyusun teknologi AMI dapat dilihat pada gambar 1.
BPPT-PTKKE
2014
Tujuan Penulisan
Penulisan buku ini bertujuan untuk mengkaji teknologi AMI sehingga dapat menjadi acuan untuk
diterapkan dalam sistem metering kelistrikan di Indonesia. Pengembangan AMI di Indonesia
dibutuhkan pengkajian juga pada sistem pengontrolan, manajemen, serta sekuritas yang handal. Di
dalam buku ini juga dibahas beberapa kesuksesan AMI yang telah diterapkan dibeberapa Negara di
BPPT-PTKKE
2014
dunia sehingga dapat memungkinkan terjadi reverse engineering jika PLN Indonesia ingin
mengembangkan smart meter.
1.3
Trend pertumbuhan demand listrik di Indonesia yang cukup besar mengharuskan operator listrik
Indonesia, dengan PLN sebagai agen utamanya, untuk meningkatkan kapasitas produksi energi
listrik dan juga jaringan transmisi dan distribusi ke pelanggan. Untuk meningkatkan kapasitas
produksi maka diperlukan penambahan pembangkit listrik baik dari pembangkit konvensional
maupun dari pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT). Penambahan pembangkit ini
memunculkan konsep pembangkit terdistribusi. Sementara penambahan konsumen mengakibatkan
diperlukannya pengendalian jaringan transmisi dan distribusi yang semakin komplek. Sistem
pengendalian yang digunakan harus mempunyai kehandalan yang tinggi baik dari sisi proteksi,
monitoring, billing, dan demand response. Selain itu tetap harus diperhatikan kualitas daya yang
disalurkan kepada konsumen.
Sebagian jaringan kelistrikan dan utilitas yang ada masih menggunakan teknologi yang
konvensional yang tidak mampu untuk mendukung pertumbuhan demand energi listrik Indonesia ke
depan. Advanced technologi bisa digunakan untuk memecahkan masalah tersebut dengan
membangun jaringan smart grid. Untuk mendukung kebutuhan kelistrikan masa depan, smart grid
menggunakan Information and Communication Technology (ICT) untuk memonitor dan mengatur
penggunaan listrik. Tujuan smart grid juga adalah untuk mengoptimalisasi energi yang dihasilkan.
Teknologi smart grid memastikan penggunaan sumber daya yang lebih baik dan data billing
konsumen yang lebih akurat berdasarkan pada pembacaan konsumsi listrik secara actual/real time
daripada perkiraan. Smart grid mengaplikasikan teknologi yang mendukung demand response,
antara lain controller, komunikasi dua arah, smart meter / smart sensor, load control,
interoperability, security, IT, koneksi web, Pembangkit terbarukan dan sistem penyimpanan energi.
Pengumpulan data dan proses pembacaan meter energi tiap bulan merupakan fungsi utama dari
sistem metering. Hal ini menjadi acuan dari para produsen meter energi untuk mengembangkan
produknya hanya berpatokan pada fungsi pembacaan konsumsi energi per 1 bulan. Setelah terbukti
BPPT-PTKKE
2014
bahwa dengan penambahan teknologi IT pada perangkat meter, maka perangkat meter tidak hanya
difungsikan untuk keperluan billing, tetapi juga difungsikan untuk bisa melakukan aksi penting
melalui jaringan (monitoring serta kontrol sinyal event & alarm), atau dengan pengumpulan dan
pengolahan data untuk tujuan demand response, otomatisasi distribusi, dan outage management.
Advanced Metering Infrastructure (AMI) adalah istilah untuk mendiskripsikam keseluruhan
infrastruktur dari Smart Meter, jaringan komunikasi dua arah ke pusat pengendali peralatan, dan
semua aplikasi yang memungkinkan pengumpulan dan pengiriman informasi tentang penggunaan
energi mendekati real-time. Meskipun begitu, penerapan AMI pada sistem kelistrikan membutuhkan
investasi yang sangat besar dan roadmap teknologi yang digunakan pada sistem akan berdampak
pada pengoperasian utilitas pada tahun-tahun mendatang. Penggunaan AMI akan mengakibatkan
utilitas yang tadinya hanya bertugas untuk membaca meter secara otomatis sekarang menjadi
berfungsi untuk managemen dan pengontrolan aspek-aspek penting pada grid. Dengan adanya
AMI, maka semua bagian bisa dimonitor secara terintegrasi melalui sistem SCADA baik itu nilai
pengukuran energi, data event dan alarm, dan sekaligus disimpan pada sebuah memori data
BPPT-PTKKE
2014
BAB II
TEKNOLOGI DAN PROSES PADA AMI
Meskipun penggunaan AMI memberikan banyak keuntungan dan kemudahan pada sistem
kelistrikan, terdapat resiko dalam penggunaan AMI, yaitu adanya cyber attack (hacker) yang bisa
mematikan perangkat metering pada grid melalui jaringan komunikasi. Hal ini akan berbahaya jika
hacker mematikan semua metering yang ada pada jaringan, maka jaringan distribusi dan transmisi
pada grid bisa kolapse.
Oleh karena itu AMI yang akan digunakan pada sebuah jaringan listrik yang pintar (smart grid)
harus memenuhi kritreria-kriteria berikut [2]:
a. Aspek keselamatan yaitu
Mempunyai switch untuk pemutus beban yang berada di bagian luar permukaan meter
(mudah dijangkau),
Mempunyai blade yang bisa disesuaikan, sebuah meter yang tidak bisa membuat koneksi
yang kuat bisa menghasilkan panas yang berlebih,
Mempunyai sumber energi cadangan, misalnya baterai atau super capasitor. Hal ini penting
pada proses self healing sistem kelistrikan.
Mampu mengidentifikasi dan melaporkan jika terdapat anomali maupun abnormalitas data
maupun perangkat pada sistem.
BPPT-PTKKE
2014
Mempunyai cover yang mampu mengantisipasi masalah panas (heating) pada komponen
perangkat meter,
Mempunyai garansi jika terjadi kerusakan dan angka returate yang baik,
Sistem mempunyai umur / lifecycle yang panjang dan firmware bisa di-upgrade untuk
memungkinkan sistem bisa berpindah ke standard yang baru,
Lubang atau bukaan pada perangkat meter harus diperhatikan agar air mapaun serangga
tidak bisa masuk keperangkat meter.
2.1
Smart Meter
Konsep Smart Meter adalah penggabungan ICT pada meter energi. Smart meter mempunyai fitur
komunikasi dua arah sehingga memungkinkan pembacaan data energi oleh operator utilitas secara
remote dan realtime. Smart meter memungkinkan pelanggan untuk berperan aktif dalam pengaturan
beban/ demand response dan integrasi pembangkit terdistribusi.
Smart meter minimal harus mampu melakukan fungsi-fungsi berikut :
a. Pengukuran dan pengambilan data secara remote untuk digunakan pada sistem penghitungan
billing energy yang dikonsumsi pelanggan, maupun energi yang dihasilkan oleh pelanggan
prosumen hasil proses exim,
BPPT-PTKKE
2014
b. Pengumpulan data tambahan terkait pengoperasian meter dan jaringan, termasuk kualitas daya,
informasi outage, losses teknik dan non-teknik,
c. Memungkinkan untuk mendukung sistem pembayaran dan pentarifan yang lebih canggih,
d. Penyambungan dan pemutusan supply secara remote, serta pembatasan beban secara fleksibel
jika dibutuhkan,
e. Mempunyai fitur untuk bisa berkomunikasi dengan energy management system dan in-home
system, termasuk peralatan elektronik yang dipakai di rumah dan komunikasi dengan
pembangkit sendiri untuk tujuan pengontrolan beban dan biaya.
Selain harus mampu melakukan fungsi-fungsi tersebut, smart meter juga harus memenuhi syaratsyarat sebagi berikut:
a. Mudah digunakan (user friendly). Salah satu tujuan dari penggunaan smart meter adalah peran
aktif pelanggan dalam pengontrolan jumlah dan pola pemakaian energi yang digunakannya,
sehingga sebuah smart meter harus interaktif dan mudah digunakan, oleh karena itu data yang
diberikan smartmeter kepada pelanggan harus akurat, relevan, dan tepat waktu.
b. Menggunakan standar pengukuran yang baku serta harus diperhatikan seberapa besar kesalahan
yang diperbolehkan, kekuatan (durability), reliability, dan proteksi terhadap kemungkinan
kerusakan data (corrupted).
c. Fitur pengaturan kemanan yang lengkap, karena jika infrastruktur smartgird dan sub-sistem-nya
menggunakan standar yang terbuka (open standard), maka sistem akan lebih rentan terhadap
security-attack.
d. Keamanan privasi.
e. Harus mengikuti sistem dan protokol yang terbuka sehingga bisa mengakomodasi terhadap
perubahan dan perkembangan teknologi komunikasi ke dapan.
f. Biaya yang diperlukan untuk pengadaan, instalasi, dan pemeliharaan tidak terlalu mahal (cost
efektif). Hal ini bisa dilakukan dengan menghindari over-specification, pemakaian komponen
standar, instalasi secara plug-and-play, konsusmi daya kecil, pengolahan dan pengirim data
efisien, bisa dinalisa secara remote, memungkinkan untuk upgrade, serta ketersediaan di pasaran
memadai sehingga mudah didapatkan oleh pelanggan.
BPPT-PTKKE
2014
g. Interopearbility. Data yang dibaca oleh smart meter akan digunakan oleh semua uitliti pada
smart grid dengan stakeholder yang berbeda-beda, oleh karena itu data harus dalam bentuk yang
bisa dibaca / diterjemahkan oleh keseluruhan sistem.
2.2
Sistem Komunikasi
Selain smart meter, sistem komunikasi juga merupakan aspek yang harus mendapatkan perhatian.
Sistem komunikasi yang dibangun harus mampu mengirimkan informasi dengan lancar dan aman
tahan terhadap cyber-attack. Sistem komunikasi menyangkut media komunikasi dan protokol data
komunikasi yang digunakan.
Berikut adalah media komunikasi yang digunakan untuk komunikasi smart meter ke pelanggan
maupun ke operator jaringan:
a. Fiber Optic, yaitu saluran transmisi sejenis kabel yang terbuat dari kaca yang sangat halus dan
lebih kecil dari sehelai rambut dan dapat digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari
suatu tempat ke tempat lain. Perkembangan teknologi serat optik saat ini telah dapat
menghasilkan pelemahan kurang dari 20 dB/km. Dengan bandwith yang besar, kemampuan
dalam mentransmisikan data menjadi lebih banyak dan cepat dibandingkan dengan penggunaan
kabel konvensional sehingga sangat cocok digunakan untuk sistem telekomunikasi.
Kelebihan lain penggunaan fiber optic adalah tidak ada interferensi seperti yang terjadi pada
gelombang listrik, adanya isolasi antara pengirim (transmitter) dan penerimanya (receiver), tidak
ada ground loop serta tidak akan terjadi hubungan api pada saat kontak atau terputusnya serat
optic. Dengan kelebihan yang besar ini, penggunaan fiber optic sebagai media komunikasi pada
jaringan listrik membutuhkan investasi yang tidak sedikit dan pemeliharaan yang rapi serta
pembangunan infrastruktur yang cukup memakan waktu. Namun semua itu terbayar dengan
kualitas transmisi data yang didapat.
b. Power Line Carrier (PLC), yaitu suatu sistem yang memanfaatkan jaringan listrik sebagai media
komunikasi baik untuk pusat kontrol, pembangkit, dan gardu induk. Transmisi kabel bukan
hanya membawa sinyal listrik (50-60Hz) tetapi juga membawa sinyal komunikasi (40KHz
BPPT-PTKKE
2014
500KHz). Kecepatan maksimal yang bisa dicapai dengan PLC kurang lebih mendekati koneksi
transmisi data menggunakan fiber optic, yaitu 256 kbps-45 Mbps.
Pengiriman data melalui kabel listrik dilakukan dengan menumpangkan sinyal komunikasi yang
berisi data di bawah frekuensi aliran listrik. Proses penumpangan sinyal data ini membutuhkan
frekuensi gelombang skala rendah (1-50MHz). Data mengalir melalui kabel fiber optik (fo)
tegangan tinggi. Di awal proses, sinyal-sinyal tersebut masuk ke Internet Service Provider (ISP).
Dari sini, data mulai ditumpangkan ke dalam aliran listrik tegangan menengah lalu dibagi dalam
dua jalur, via kabel fo dan kabel tegangan tinggi. Data yang menumpang tadi terlebih dahulu
masuk ke dalam gardu distriusi listrik untuk diubah tegangan listriknya dari tegangan menengah
ke tegangan rendah.
Beberapa kekurangan dan kendala yang terjadi dalam penggunaan PLC adalah:
Adanya noise akibat timbulnya ElectroMagnetic (EMI) yang dapat mengganggu sistem
komunikasi.
Distorsi (penyimpangan) disebabkan oleh peralatan mesin bor, oven, microwave, dll.
Atenuasi (peredaman) sinyal yang sangat tinggi, terutama jika frekuensi kerjanya diatas
puluhan MHz. Atenuasi menyebabkan menurunnya tingkat sinyal pada suatu jarak tertentu.
Disturbansi.
c. Radio Link, yaitu sistem komunikasi wireless dengan menggunakan gelombang elektromagnetik
(GEM) untuk mengirimkan sinyal dalam jarak jauh. GEM memiliki frekuensi yang sering
disebut sebagai spektrum elektromagnetik atau dikenal dengan bandwith (lebar frekuensi)
dimana semakin lebar bandwith, semakin banyak data yang dapat dilewatkan dalam satuan
waktu.
Keunggulan radio link adalah minimnya waktu pembangunan infrastruktur dan mudah dalam
pemeliharaan karena hanya dua titik yang harus diperhatikan (sisi penerima dan pengirim).
Radio link juga dapat dapat diletakkan di area-area yang sulit dijangkau bila ingin
memanfaatkan jaringan kabel, serta menggunakan device yang relative praktis.
Kelemahan dari radio link adalah terjadinya redaman sinyal berupa free space loss (FSL) karena
proses transmisi data terjadi melewati ruang udara bebas sehingga terjadi penurunan daya
gelombang radio (dipengaruhi besar frekuensi dan jarak antara titik pengirim dan penerima).
BPPT-PTKKE
10
2014
Selain itu, adanya peraturan dari Disjen Postel (Depkominfo) untuk pemakaian frekuensi
tertentu yang tidak gratis dan peraturan-peraturan laiinya yang harus dituruti karena sifat
gelombang yang bisa saling berinterferensi pada rentang frekuensi yang sama. Kelemahan
lainnya adalah terbatasnya jarak untuk pengiriman dan lossess LOS (line of sight).
2.3
Meter data management system atau sistem meter data manajemen merupakan suatu sistem berupa
database yang dapat berinteraksi dengan sistem pembentuk infrastruktur AMI lainnya sehingga
dapat menganalisa hasil output meter listrik yang dikirimkan meter listrik melalui fiber optic, PLC,
atau radio link sebagai sistem komunikasi dan mengolah data tersebut selama selang waktu tertentu
sehingga menghasilkan output berupa informasi yang dibutuhkan oleh pelanggan ataupun PLN
sebagai pengelola utama listrik. Beberapa sistem yang harus terintegrasi ada dalam suatu sistem
data manajemen AMI yaitu
a. Sistem informasi untuk pelanggan, seperti sistem billing dan website utilitas
b. Outage Management System (OMS)
c. Enterprise Resource Planning (ERP), untuk manajemen kualitas daya dan beban
d. Transformer Load Management (TLM)
e. Sistem pendeteksi rugi-rugi dan pencurian
f. Sistem identifikasi lokasi dan luas daerah listrik pada saat padam secara remote
Salah satu fungsi penting dari sistem data manajemen adalah untuk menjalankan validasi, editing,
dan estimasi data AMI guna memastikan bahwa data yang dikirimkan melalui sistem adalah
lengkap dan akurat walaupun ada gangguan dalam jaringan komunikasi ke tempat pelanggan.
BPPT-PTKKE
11
2014
BAB III
PERKEMBANGAN AMI DI DUNIA
3.1
AMI menjadi pembahasan dunia karena perannya yang penting dalam menjaga ketersediaan listrik
yang handal dan fleksibel baik bagi penyedia listrik maupun konsumen. Beberapa pembahasan
mengenai AMI telah banyak dilakukan untuk mencapai suatu kesepakatan dan standarisasi. Salah
satu standarisasi AMI telah diterapkan di Amerika yaitu Energy Policy Act 2005 (EPACT),
merupakan salah satu kongress dunia yang telah diadakan pada 29 Juli 2005 di USA yang telah
mengeluarkan beberapa kebijakan penting tentang energi. Beberapa bagian hasil kebijakan kongress
tersebut adalah membahas tentang smart metering. Kebijakan mengenai smart metering tersebut
antara lain [3]:
a. Kebutuhan utilitas negara dan non-regulasi untuk menyelidiki dan mempertimbangkan untuk
penyediaan tariff berbasis waktu dan advanced metering untuk semua pelanggan.
b. Kebutuhan untuk penilaian Federal Energy Regulatory Commision (FERC) USA secara tahunan
tentang demand respond dan metering yang canggih yang mencakup survey nasional untuk
menentukan penetrasi dan saturasi advance metering.
c. Kebutuhan akan laporan Department of Energy (DOE) USA kepada kongress tentang potensi
demand respon besama dengan rekomendasi tentang cara menggunakan kebijakan untuk
mengatasi hambatan advanced metering dan demand respons.
d. Persyaratan bahwa semua bangunan federal harus dilengkapi dengan advanced metering.
BPPT-PTKKE
12
2014
Salah satu poin tentang smart metering listrik pada kongress tersebut adalah dibutuhkannya peran
serta perusahaan listrik publik untuk menyediakan net metering yang handal. Hal ini telah membuat
banyak negara di Amerika memulai untuk mengatur kelistrikan negaranya masing-masing dengan
menggabungkan demand respond dan metering yang canggih. Beberapa negara yang telah
berinisiasi memulai teknologi AMI adalah New York, Texas, Connecticut, dan California.
Beberapa standar smart metering sebagai komponen pada teknologi AMI yang ada di Amerika yaitu
a. Akurasi Metering. Baik smart metering maupun peralatan metering lama lainnya, harus
memiliki kecerdasan dan nilai akurasi yang sama. Semua metering yang dipakai di Amerika
harus memenuhi standar nasional ANSI C12 untuk meter akurasi dan operasi sebelum diinstal.
b. Radio Frekuensi (RF) Exposure. Beberapa sistem smart meter beroperasi menggunakan
transimisi sinyal secara wireless. Penggunaan sinyal ini memiliki perhatian terhadap efek
kesehatan peralatan listrik pelanggan dan public. Beberapa standard RF yang digunakan pada
smart metering di Amerika yaitu
Semua radio sart meter harus disertifikasi dengan peraturan FCC (Federal Communication
Commission)
Duty cycle maksimum pada operasi sistem smart meter harus kurang dari 50% untuk
menghindari traffic pesan yang menumpuk. Tipikal smart meter sistem umumnya memiliki
duty cycle 1%-5%.
FCC standard sesuai pada FCC Rules and Regulation Part 1&2 [47 C.F.R 1.1307(b),
1.1210, 2.1091, 2.1093]
BPPT-PTKKE
13
2014
c. Sekuritas. Keamanan suatu metering listrik pada AMI sangat dibutuhkan mengingat
digunakannya media telekomunikasi untuk dapat memonitor utilitas peralatan listrik secara
remote. Pemerintah dan industry di Amerika telah menyadari akan hal ini sehingga sistem
keamanan yang dibutuhkan harus memiliki alamat remote, autentikasi, enkripsi, dan privasi.
3.2
Perkembangan pasar smart meter listrik telah menggeser beberapa pengaplikasian proyek-proyek
kelistrikan di Eropa dan Asia, sementara di Amerika smart meter listrik telah lebih dahulu di
implementasikan. Namun demikian, pemakaian smart meter di Amerika masih terus dilakukan.
Kanada, dengan perusahaan Hydro One sebagai pengembang smartmeter di selatan Ontario, telah
menginstal 1.3 juta smart meter pada tahun 2010.
Perkembangan pasar smart meter sebagai bagian dari AMI di Eropa juga mengalami peningkatan.
Italia dengan Enel sebagai perusahaan listriknya telah memasang 27 juta metering komunikasi pada
tahun 2006. Vattenfall dan EON sebagai perusahaan listrik di Swedia telah memasang 430 ribu
advanced meter. Sedangkan Belanda baru saja mengumumkan akan mengganti 7.5 juta meter listrik
menjadi advanced metering pada tahun 2012 lalu.
Di pasar Asia Pasifik, AMI akan mengalami peningkatan 10.5% pada periode 2013-2018.
Peningkatan ini didasarkan atas demand respon energi meningkat seiring dengan urbanisasi dan
populasi yang meningkat dan dinamais. Cina terus mengembangkan smart meter dalam jumlah yang
besar sebagai rencana nasional 5 tahun untuk meningkatkan kualitas infrastruktur jaringan listrik
mereka. Jepang juga terus mengembangkan smart meter, terutama proyek yang baru-baru ini
dilakukan yaitu penggunaan 80 juta smart meter yang dipimpin oleh Tokyo Electric Power
BPPT-PTKKE
14
2014
Company (TEPCO). Di India, proyek percontohan AMI juga akan dilakukan dengan menggunakan
150 juta perangkat smart meter baru.
BPPT-PTKKE
15
2014
BAB IV
ROAD MAP AMI DI INDONESIA
Teknologi dan proses pada AMI mencakup teknologi ke-3 komponen utama pada pada AMI, yaitu
smart meter, sistem komunikasi data, dan sistem managemen data. Dari beberapa negara yang telah
menerapkan smart grid, smart meter yang dipakai tidak hanya terbatas pada pengukuran energi
listrik, tetapi juga digunakan untuk pengukuran pemakaian gas dan air. Sistem manajemen data
telah terintegrasi dengan jaringan internet, sistem monitoring dan kontrol pembangkit terdistribusi,
dan tiap-tiap rumah mempunyai Home Area Network (HAN) sendiri yang mampu memonitoring
dan mengontrol penggunaan energi listrik, gas, dan air di tiap-tiap rumah.
Di Indonesia, smart meter yang digunakan masih terbatas pada pengkuran energi yang dikonsumsi
pelanggan (kWh meter). Sistem komunikasi data yang telah diterapkan antara lain Power line
Carries (PLC), Fiber Optic (FO), Radio Link, dan GSM/GPRS. Untuk management data, telah
digunakan sistem SCADA, tetapi sistem ini belum mencakup semua komponen dan utilitas pada
jaringan, karena masih banyak peralatan/RTU yang belum support dengan sistem komunikasi data
dan sistem SCADA.
4.1
Terdapat beberapa jenis kWh meter yang digunakan oleh PLN. Berdasarkan pada tampilan display
pembacaan energy dibedakan menjadi kWh meter analog (mekanik, elektrik-mekanik) dan kWh
meter digital.
pascabayar dan kWh meter prabayar. Untuk pelanggan dengan kapasitas besar (industri dan bisnis),
tegangan rendah, menengah, dan tegangan tinggi, PLN menggunakan kWh meter digital terkendali
jarak jauh atau Automatic Meter Reading (AMR).
KWh meter analog tersusun atas kumparan tegangan, kumparan arus, piringan aluminium, dan
magnet tetap yang tugasnya menetralkan piringan aluminium dari induksi medan magnet
dan gear mekanik yang mencatat jumlah perputaran piringan aluminium. Alat ini bekerja
menggunakan metode induksi medan magnet, dimana medan magnet tersebut menggerakkan
BPPT-PTKKE
16
2014
piringan yang terbuat dari aluminium. Putaran piringan tersebut akan menggerakkan counter
digit sebagai tampilan jumlah kWh Meter.
KWh meter digital bekerja berdasarkan program yang dirancang pada mikroprosesor yang terdapat
di dalam piranti kWh meter digital tersebut. Pada prinsipnya, sebuah kWh meter digital akan
mengkonversi sinyal analog tegangan dan arus yang terukur menjadi sinyal digital atau diskrit
dengan mengambil nilai-nilai sampel (menyamplingan) dari sinyal analog tegangan dan arus secara
periodik setiap periode sampling.
Pemakaian kWh meter analog di Indonesia lebih sedikit dibandingkan dengan pemakaian kWh
meter digital, karena PLN telah mendorong masyarakat untuk mengganti kWh meter yang lama
(analog) ke yang baru (digital) agar pengukuran lebih akurat sehingga pelanggan akan membayar
rekening listrik sesuai dengan pemakaiannya. Dengan sistem prabayar maka PLN tidak khawatir
terjadi penunggakan pembayaran rekening listrik. Pelanggan akan diingatkan dengan alarm ketika
daya listrik yang dibelinya akan habis, sehingga pelanggan perlu membeli lagi token listrik
prabayar. Dengan sistem ini, pelanggan akan lebih terpacu untuk mengatur seberapa besar konsumsi
enegi listriknya. Pelanggan juga tidak perlu khawatir terjadi pemutusan listrik karena keterlambatan
pembayaran rekening listrik.
Untuk pemasangan baru dan penambahan daya, PLN menggunakan kWh meter digital-prabayar.
Meskipun kWh meter digital prabayar mmepunyai banyak kelebihan tetapi masih banyak
masyarakat yang belum mau beralih ke meter prabayar, hal ini karena meter pascabayar dirasa lebih
praktis, pelanggan tidak perlu repot membeli token kemudian memasukkan kode token ke meter
prabayarnya melalui keypad pada meter prabayar.
Standarisasi suatu peralatan listrik mutlak dilakukan untuk menjaga kehandalan peralatan tersebut.
PLN sebagai penyedia meter listrik kepada pelanggannya telah menetapkan standarisasi spesifikasi
kWh meter prabayar sehingga pihak industri sebagai produsen dapat menghasilkan kWh meter
dengan fitur yang sama. Standarisasi meter prabayar tertuang dalam Standard PLN (SPLN) yang
mengatur standar meter static energi aktif fase tunggal prabayar dengan sistem Standard Transfer
Spesification (STS).
Beberapa standarisasi kWh meter pada PLN distribusi adalah sebagai berikut [4].
a. Tegangan acuan standar
BPPT-PTKKE
17
2014
: 230V (fase-netral)
400V (fase-fase)
: 57.7V (fase-netral)
100V (fase-fase)
b. Arus mula meter listrik pada meter tersambung melalui trafo pengukuruan adalah 0.002 In dan
pada meter sambungan langsung adalah 0.002 Id.
c. Arus standar yang digunakan pada meter sambungan langsung adalah 5A, sedangkan arus
pengenal yang digunakan pada meter tersambung melalui trafo arus adalah 1A atau 5A dengan
catatan arus standar 1A khusus digunakan untuk meter pada pengukuran tegangan tinggi.
d. Arus maksimum pada meter sambung langsung adalah 80A dan arus maksimum meter
tersambung melalui trafo arus adalah 2In.
e. Spesifikasi hardware kWh meter PLN :
Memori non-volatile kapasitas max.1024 kb untuk penyimpanan data load profile. Khusus
untuk kelas 1 sambungan langsung, kapasitas memori non-volatile minimum 256kb.
Kanal untuk load profile minimum sebanyak 16 kanal (untuk meter sambungan tidak
langsung) atau 12 kanal (khusus untuk meter sambungan langsung, minimal untuk
menyimpan data: energi (aktif, reaktif), arus perfasa, tegangan perfasa, factor daya, dan daya.
Fasilitas untuk penempatan segel pengaman pada tutup meter dan tutup terminal.
Backup utama sumber daya untuk jam internal berupa super kapasitor dengan kemampuan
minimal selama minimum 7 hari dan backup kedua berupa batere lithium yang mempunyai
umur pakai minimal selama 3 tahun sejak terpasang.
f. Konsumsi daya pada sirkuit tegangan dan arus tidak boleh lebih besar dari nilai:
KWh kelas 0.2s & 0.5s
2W & 10VA
2W & 10VA
Sirkuit arus
4VA
5VA
1VA
BPPT-PTKKE
18
2014
BPPT-PTKKE
19
2014
e. Security Module (SM) adalah suatu perangkat yang mempunyai kecepatan tertentu untuk
membuat 20 digit kode token untuk sistem prabayar.
f. National Electricity Dispenser Information System (NEDISYS), yaitu nomor yang secara
otomatis dihasilkan pada saat pembuatan meter oleh pabrikan dan harus didaftarkan pada
Vending Server.
g. Alamat blok dataset adalah suatu kumpulan data dari sejumlah pelanggan yang akan membeli
token pada satu komputer terhubung langsung dengan front end. Jumlah pelangan disesuaikan
dengan kemapuan SM memproses pembuatan transaksi token dalam satu detik.
Tipe meter untuk meter prabayar harus bersifat unik (tunggal), tidak boleh ada duplikasi. Meter
energi unutk sistem prabayar adalah meter statik fase tunggal terkoneksi langsung (direct connected
meter) dengan cara pengawatan dua kawat. Meter harus mempunyai kemampuan mendeteksi dan
mengukur energi dan daya listrik secara total sampai harmonisa ke 15 dari dua arah (forward dan
reverse). Acuan perhitungan pemakaian kWh menggunakan nilai arus terbesar dari hasil
pengukuran sensor arus pada fase netral.
Komponen utama pada meter energi, yaitu mikro-prosesor, layar tampilan (display), kapasitor untuk
catu daya, komponen untuk pengukuran, rele/kontaktor, varistor, super kapasitor, sistem konvereter
(ADC/DAC), dan kristal, harus memiliki kualitas kelas industri dan dibuktikan dengan sertifikat
keaslian produk atau data pendukung dari pabrikan komponen. Super kapasitor harus mampu
mencapai kapasitas penuhnya bila dienerjais maksimal 60 menit dan harus mampu mencatu daya
layar tampilan serta sistem meter selama minimum 48 jam menyala terus.
Fitur minimal dari meter prabayar antara lain :
a. Parameter yang diukur adalah energi aktif total, arus, tegangan dan daya sesaat.
b. Jumlah angka tampilan: 8 angka, 6 angka satuan 2 angka desimal
c. Pengaturan batas daya: batas daya dapat diukur dengan token khusus (engineering token) dari
sistem vending.
d. Respon terhadap :
Beban lebih jika terjadi beban lebih maka direspon dengan bunyi buzzer dan tampilan
pada teks
20
2014
Batas kredit pada saat nilai kredit mencapai batas-rendah, LED indikasi warna hijau
berubah menjadi merah-berkedip dan buzzer berbunyi. Bunyi dapat dihentikan dengan
menekan sembarang tombol pada papan bunyi. Jika dalam xxx menit kemudian, tidak ada
kredit token yang dimasukkan, buzzer berbunyi lagi. Semakin rendah nilai kredit token,
semakin cepat durasi bunyi. Batas-rendah harus dapat diatur secara mudah melalui papan
tombol yang berinteraksi dengan kode singkat pada layar tampilan. Waktu tunda dapat diatur
pada tombol tombol. Bila kredit mencapai nol, rele harus membuka secara otomatis dan
hanya dapat menutup kembali setelah dimasukkan kredit token baru.
Penyalahgunaan rele harus mampu merepon terhadap upaya peyalahgunaan meter, seperti
pembukaan tutup terminal dalam keadaan bertegangan, pengawatan terbalik, sirkit arus
dihubung-singkat, dan sebagainya. Bila terjadi penyalahgunaan pada layar tampilan akan
ditampilkan pesan, bila indikator
dan
Kegagalan proses internal meter harus dapat mendeteksi kegagalan proses internalnya
dan mapu memberikan perintah membuka rele untuk memutus pasokan daya. Pada kondisi
ini meter tidak dapat digunakan lagi, semua LED padam, buzzer berbunyi kontinyu tiap
detik dan meter harus diganti.
Meter prabayar juga harus lulus berbagai uji yang dipersyaratkan oleh PLN, anatara lain uji fitur,
port komunikasi dan data, uji kemmapuan koneksi, uji akurasi pada variasi arus, uji persyaratan
elektrikal, dan lain-lain.
4.1.2
Standar sistem pembacaaan meter energi terkendali jarak jauh PLN (AMR)
Standar ini berlaku untuk membaca dan mengatur (melakukan setting, kontrol dan memberikan
informasi misalnya melalui short message) meter energi tegangan rendah, tegangan menengah,
tegangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi, baik yang terpasang di lokasi pelanggan maupun di
lokasi sistem kelistrikan PLN. Pembacaan dan pengaturan dilakukan secara jarak jauh dengan
metode pembacaan data secara sendiri-sendiri ataupun kolektif, sehingga data dapat diolah dan
digunakan untuk keperluan transaksi pembayaran, pelayanan, pengoperasian, pengendalian dan
perencanaan, yang berikutnya disebut sebagai Sistem Pembacaan Meter Energi Terkendali Jarak
BPPT-PTKKE
21
2014
Jauh (Automatic Meter Reading, AMR). Gambar 2 menunjukkan topologi pengiriman data pada
AMR PLN.
BPPT-PTKKE
22
2014
23
2014
bahwa sampai dengan tahun 2019 akan dibangun jumlah pembangkit sebesar 14600 MW oleh PLN
serta 19400 MW oleh swasta dengan jumlah pelanggan 17.8 juta jiwa. Dengan peningkatan jumlah
pembangkit dan pelanggan, otomatis kWh meter akan sangat banyak dibutuhkan. Oleh karena itu,
perkembangan kWh meter di Indonesia dirasa akan sangat signifikan perannya.
BPPT-PTKKE
24
2014
25
2014
terikat dengan jadual pembayaran listrik bulanan. Dengan menggunakan listrk prabayar pelanggan
lebih leluasa dalam mengendalikan pemakaian listrik, sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
Penghitungan kWh meter LPB sama saja dengan kWh meter analog karena telah melalui tahap
standarisasi Tera (tidak lebih mahal) dan harga Rp/kWh Listrik Prabayar sudah diatur dalam TDL
2010 yang dikeluarkan oleh menteri ESDM No. : 07 Tahun 2010. Yang akan menentukan hemat
atau boros adalah 100 % perilaku pengunaan peralatan listrik oleh pelanggan.
Keuntungan Listrik Pintar (Prabayar)
a. Pemakaian listrik lebih terkendali
b. Tanpa ada sanksi pemutusan
c. Tanpa dikenakan denda keterlambatan
d. Tanpa Uang Jaminan Pelanggan
e. Tanpa ada pencatatan meter
f. Privasi tidak terganggu
g. Tidak dikenakan biaya beban bulanan
h. Kemudahan pembelian Token / STROOM
i. Pembelian disesuaikan kemampuan.
j. Tidak ada batas masa aktif (aktif selama kWH masih tersisa).
Sumber PT.PLN Persero
Jumlah pelanggan yang telah memakai meter prabayar di area Jakarta Tangerang saat ini sudah
mencapai 1,414,430 pelanggan dan masih akan terus meningkat. Untuk AMR tegangan menengah
dan tegangan rendah saat ini masing-masing berjumlah 5,798 dan 20,362 pelanggan.
Pada Juli 2014, PLN bersama dengan PT. XL Axiata Tbk sebagai salah satu ISP di Indonesia telah
meluncurkan Layanan Meter Listrik Pintar Dua Arah sebagai perkembangan bisnis Machine to
Machine (M2M) guna meningkatkan pengalaman pelanggan PLN serta memberi tambahan
kemudahan bagi pelanggan dalam melakukan pengisian ulang token listrik. Layanan ini memiliki
fitur-fitur yang lebih lengkap dari program listrik pintar sebelumya, yaitu adanya fitur notifikasi low
credit untuk informasi sisa kuota minimal, fitur pengisian token otomatis tanpa melakukan key in
BPPT-PTKKE
26
2014
kode token di meter listrik, dan fitur notifikasi kondisi meteran listrik jika terjadi pencurian
(tamper). Saat jumlah kredit listrik pelanggan mencapai nilai minimal, kartu perdana XL yang
tertanam di modem pelanggan akan mengirimkan notifikasi low credit secara otomatis ke nomer
ponsel pelanggan. Sementara untuk mendapatkan token listrik, pelanggan dapat membelinya di
ATM atau modern channel yang menyediakan token listrik prabayar PLN. Layanan listrik pintar
dua arah ini baru dapat dinikmati oleh pelanggan khusus pengguna listrik prabayar dengan daya
2200 VA ke atas seperti penyedia mesin ATM, billboard, menara BTS, vending machine, dan
penerangan jalan umum. (http://indotelko.com/kanal_indepth?it=XL-Hadirkan-Layanan-MeterListrik-Pintar-Dua-Arah).
Kedepannya diharapkan meter prabayar ini akan dikembangkan secara web based meliputi seluruh
pelanggan, sehingga pelanggan bisa membeli token parbayar secara online lewat internet dan
pelanggan tidak perlu memasukkan kode ke meter prabayar dengan menekan tombol keypad pada
meter prabayar, pelanggan juga bisa mengecek sisa dari token yang telah dibelinya tanpa harus
melihat ke display yang ada di meter prabayar.
Selain keuntungan dan kemudahan dari pemakaian meter prabayar, diharapkan agar PLN lebih
memperhatikan kualitas dari perangkat meter prabayar yang ada. Masih sering terdapat keluhan dari
para pelanggan meter prabayar mengenai perangkat meter prabayar, antara lain : beberapa tombol
keypad tidak berfungsi, meter berhenti mencatat,dan tampilan display meter tidak terlihat dengan
baik, dan lain sebagainya.
27
2014
kebanyakan juga mendukung peraturan PLN karena pelanggan tidak merasa direpotkan. Jika ada
masalah dengan kWh meter mereka, PLN bisa merecord dengan sistem monitoring PLN dan
langsung mendatangi konsumen, atau konsumen juga bisa ikut melaporkan dengan menelepon PLN
jika ada abnormalitas pada kWh meter mereka. Dan jika pelanggan membutuhkan data record
pemakaian listrik di tempat konsumen, mereka bisa meminta juga pada PLN.
Dalam penggunaannya, hampir tidak ada kendala pada perangkat AMR. Kendala yang beberapa
kali terjadi adalah di sistem komunikasi yang sering terjadi pada masa tertentu, seperti lebaran,
natal, dan tahun baru dimana load jaringan komunikasi pada saat itu sangat padat. Penempatan
gardu terutama di gedung-gedung perkantoran masih di basement sehingga mengakibatkan masalah
sinyal. Pemutusan internet dan jaringan komunikasi pada saat-saat tertentu, misalnya saat jam
pelajaran di sekolah, juga kerap mempengaruhi pengiriman data AMR ke database server.
4.3
KWh meter yang dipakai di Indonesia tidak pernah luput dari beberapa masalah seperti peralatan
listrik lainnya. Berdasarkan hasil kusisiner AMI yang telah dilakukan PTKKE di PLN Disjaya
Gambir, beberapa permasalahan kWh meter yang sering terjadi yaitu kasus stop measurement
terutama pada kWh meter yang umurnya lebih dari 10 tahun. Namun stop disini kWh meter tetap
melakukan pengukuran, namun hanya recordingnya saja yang berhenti. Karena tidak ada backup
pemakaian di konsumen, penanganan yang dilakukan adalah mengganti KWh meter tersebut. Selain
itu, KWh meter prabayar yang hampir digunakan masyarakat pelanggan listrik lebih banyak
bermasalah pada hardwarenya. Beberapa masalah yang sering ditemukan pada meter prabayar
adalah beberapa tombol di metering yang sering error (tombol no.5, 7, 8, 1, 3) dan display yang
terkadang hang (tampilan hilang). Jika ini terjadi, pelanggan dapat menelepon pln di call center
listrik pintar sehingga PLN dapat dengan cepat membantu memperbaiki atau mengganti meter
listrik pelanggan.
4.4
Scada PLN
Scada (Supervisory Control and Data Acquisition) adalah sistem aplikasi kendali berbasis komputer
untuk mendapatkan data-data suatu sistem di lapangan dengan tujuan untuk pengontrolan suatu
BPPT-PTKKE
28
2014
proses secara realtime. Scada memiliki beberapa fungsi, yaitu akuisisi data, komunikasi jaringan,
penyajian data, dan control sebuah proses. Sebagai akuisisi dan kontrol data, sistem SCADA terdiri
atas sebuah Master Station/ RCC (Region Control Center), jaringan telekomunikasi data antara
RTU dan Master Station, serta sejumlah RTU.
Master Station
Telecommunication
system
RTU
RTU
Melakukan operasi pengaturan jaringan pada tegangan tinggi 500kV baik pengaturan daya
maupun tegangan.
Untuk menjalankan fungsi-fungsi tersebut, sebuah master station secara garis besar terdiri atas
Server
Workstation
Historical data
Projection mimic
Recorder
BPPT-PTKKE
29
2014
Automatic Transfer Switch (ATS) dan Static Transfer Switch (STS) untuk mengendalikan
aliran daya listrik menuju master station
P3B Gandul
APB Bandung
APB Bali
b. Sistem komunikasi, yaitu sistem sebuah media yang menghubungkan master station SCADA
dengan RTU-RTU di berbagai area.
Beberapa jenis jaringan komunikasi yang digunakan pada SCADA PLN yaitu:
Fiber Optic
Penerapan fiber optic pada PLN baru terbatas pada area Jawa-Bali. Fiber optic yang
digunakan oleh PLN berasal dari ICON+ dengan link E1 64 Kbps, memakai perangkat
MUX 2M yang penggunaannya untuk komunikasi SCADA RTU, teleproteksi, dan
komunikasi suara.
Radio Link
GSM / GPRS
c. Remote Terminal Unit (RTU), yaitu salah satu komponen peralatan SCADA yang didesain
untuk memonitor aktivitas substation pada suatu sistem tenaga listrik. Informasi dasar tentang
sistem tenaga listrik diperoleh dari pemantauan status peralatan dan pengukuran besaran listrik
pada Gardu Induk. Informasi tersebut kemudian diproses oleh RTU untuk kemudian dikirim ke
control center. Sebaliknya, control center pun dapat mengirim perintah ke RTU. Proses ini
disebut teleinformasi (telesignal, telecontrol, dan teletmetering). RTU dapat dihubungkan
BPPT-PTKKE
30
2014
dengan satu atau dua master station. Selain dengan master station,RTU juga dapat dihubungkan
dengan RTU lainnya melalui jalur komunikasi.
31
2014
RTU dapat mengakuisisi data dari IEDs seperti smart meters dan relay pengaman
Manajemen database
Penggunaan RTU dapat melakukan konfigurasi sesuai dengan kebutuhan. Konfigurasi
tersebut dilakukan dengan menggunakan sistem database. Database tersebut kemudian
diloading ke RTU dan disimpan pada RAM.
32
2014
2. RTU baru:
Untuk Gardu Induk, otomasi sistem RTU nya menggunakan Substation Automation System
(SAS) dengan protocol IEC-61850. Dengan protocol tersebut, SAS terbagi menjadi 3 level,
yaitu:
1. Station Level, terdiri atas gateway, server, HMI, IED data, dan terdapat operator GI.
2. Bay Level, terdiri dari IED, BCU, dan IED proteksi. Bay level berfungsi untuk control dan
metering, sudah terhubung ke CT dan PT sehingga tidak memerlukan tranducer.
3. Process Level, terdiri dari CB dan DS. Koneksi pada process level berupa hardwiring.
Untuk menjalankan sistem SCADA, diperlukan suatu protokol standar agar terjalin komunikasi
antara perangkat-perangkat. Beberapa protokol yang tersedia dan juga dipakai oleh Scada PLN P3B
Jawa Bali yaitu:
a. IEC 60870-5-101
Cocok dengan standar IEC 60870-5-1 to IEC 60870-5-5 dan menggunakan interface serial
telecontrol channel asinkronus standar antara DTE dan DCE.
Alamat link dan ASDU (Application Service Data Unit) disediakan untuk mengklasifikasi
stasiun akhir dan segmen-segmen yang berbeda.
Data diklasifikasi menjadi objek informasi yang berbeda dan setiap objek informasi
disediakan alamat-alamat khusus.
BPPT-PTKKE
33
2014
Dapat mengklasifikasikan data menjadi prioritas tinggi (kelas-1) dan prioritas rendah (kelas2) dan pengiriman data menggunakan mekanisme yang terpisah.
b. IEC 60870-5-104
Pengembangan dari protocol IEC 101 dengan perubahan pada transpor, network, link, dan
physical layer untuk menyempurnakan akses network.
Berbasis paket data (TCP, IP) untuk konektivitas dengan LAN dan router dengan feature
yang disediakan sehingga dapat terhubung dengan WAN.
Ada dua link terpisah untuk data transfermelalui ethernetdan line serial (point-to-point
protocol). IEC 104 terdiri atas banyak tipe mekanisme yang efektif untuk menangani
sinkronisasi data network.
c. IEC-61850
Digunakan sebagai protocol standar pada KWh meter PLN P3B Jawa Bali
Protocol standar untuk desain Substation Automation System (SAS) PLN P3B Jawa Bali
Menggunakan jaringan TCP/IP atau LAN dengan kecepatan Ethernet switch yang tinggu
untuk mencapai waktu respon kurang dari 4 ms sebagai relay proteksi
Model data: memproses objek sebgai protkesi dan fungsi control di substation dengan
standarlogika yang berbeda dan bisa dikelompokkan dalam beberapa perangkat dengan
perbedaan logika.
Skema reporting: ada beberapa skema reporting (contoh BRCB dan URCB) untuk
melaporkan data dari server
34
2014
Pembuatan grup : Setting group control block (SGCB) digunakan untuk membuat group
sehingga user dapat mengganti ke group aktif lain sesuai dengan keinginan
Command (perintah)
Penyimpanan data
35
2014
Variasi Modbus dapat diaplikasikan pada port serial dan ethernet dan jaringan lainnya yang support
dengan internet protocol suite. Sebagian besar peralatan Modbus menggunakan port serial RS-485.
Konsep dasar komunikasi Modbus terdiri master dan slave. Peralatan yang bertindak sebagai slave
akan terus idle kecuali mendapat perintah dari master. Setiap Peralatan yang dihubungkan (slave)
harus memiliki alamat unik. Sebuah perintah Modbus dilengkapi dengan alamat tujuan perintah
tersebut. Hanya alamat tujuan yang akan memproses perintah (read / write), meskipun peralatan
yang lain mungkin menerima perintah tersebut. Setiap perintah modbus memiliki informasi
pemeriksaan kesalahan untuk memastikan data diterima tanpa kerusakan. Perintah dasar Modbus
RTU dapat memerintahkan peralatan untuk mengubah nilai registernya, mengendalikan dan
membaca port I/O, serta memerintahkan peralatan untuk mengirimkan kembali nilai yang ada pada
registernya.
4.5
Pembangunan teknologi smart micro grid di Sumba oleh BPPT-PTKKE merupakan salah satu
contoh penerapan sederhana AMI di Indonesia. Smart Grid Sumba mengintegrasikan beberapa EBT
seperti PLTS di Bilacenge dan PLTMH di Lokomboro, pembangkit listrik konvensional (PLTD) di
Waitabula dan Waitabubak, sistem penyimpan energi dengan VRB, pengendali, dan konsumen
sebagai beban. Keseluruhan sistem saling terkoneksi dan dikontrol dengan SCADA dan
menggunakan media satellite VSAT sebagai media telekomunikasi. Gambar 4 di bawah ini
menggambarkan skematik sistem smart micro grid di Sumba.
BPPT-PTKKE
36
2014
Dengan adanya peralatan SCADA di smart grid Sumba penyampaian dan pemprosesan data dari
sistem tenaga listrik akan lebih cepat diketahui oleh dispatcher (pusat kontrol). Konfigurasi sistem
SCADA di Sumba ditunjukkan pada gambar 5.
BPPT-PTKKE
37
PV Substation
Storage
Substation
2014
Load
Substation
BPPT-PTKKE
38
Plant PLTD
Plant PLTS
Overvie
w
Opening
Page
Alarm
Energy
Management
System (EMS)
Plant PLTD
Plant
PLTMH
Baterai
Load (LBS)
Trend
Event
2014
Log On
Data
Log Out
Histor
y
Daya Total
PLTMH
Lokomboro
(Sesaat)
BPPT-PTKKE
39
2014
Sub-sistem Plant
PLTD (Waikabubak)
Sub-sistem Plant
PLTD (Waitabula)
Sub-sistem Plant
PLTS (Bilacenge)
Sub-sistem
Baterai
(Bilacenge)
Sub-sistem Plant
PLTMH (Lokomboro)
40
2014
Perkembangan smart metering dalam AMI di beberapa Negara di dunia memberikan tantangan
tersendiri bagi sistem kelistrikan Indonesia agar bisa memberikan sistem pengoperasian dan
pelayanan yang lebih baik dan modern. BPPT PTKKE dengan program besar Smart Grid telah
mengkaji serta melakukan beberapa diskusi terkait pengembangan smart metering dalam wadah
AMI. Dengan pengalaman dan penerapan kWh meter baik AMR, digital meter, dan AMI di
beberapa power plant, maka road map AMI yang diusulkan terlihat pada bagan di bawah ini.
Pengetesan sistem
smart meter di
kawasan
Puspiptek dari sisi
kontrol dan
monitoring
Desain prototype
sistem smartmeter
sesuai dengan
analisa
Pengetesan
prototype smart
meter
Penyiapan
laboratorium
pengukuran smart
meter
Penerapan
prototype smart
meter untuk
diproduksi di
industri lokal
(industriliasisasi)
Pengkajian sosial
dan ekonomi untuk
penerapan smart
meter
Pengetesan hasil
smart meter
industri lokal
Penerapan sistem
smart meter di
area lain dengan
smart meter hasil
produksi lokal
Pengkajian
implementasi
smart meter yang
dikembangkan
oleh industri lokal
Evaluasi dan
inovasi nasional
kelistrikan di
Indonesia
BPPT-PTKKE
41
2014
BPPT PTKKE telah merancang roadmap pengembangan AMI di kawasan Puspiptek Serpong.
Dalam kajian ini, tim akan bekerjasama dengan PLN pihak swasta agar terjadi reverse engineering.
Apabila roadmap ini berjalan, pengembangan AMI selanjutnya dapat dijadikan percontohan smart
city untuk daerha lain sehingga diharapkan sistem metering listrik AMI di Indonesia akan menjadi
cerdas, baik peralatan metering, operator, serta pelanggan listrik. Selain itu, pengembangan smart
meter ini akan memberikan dampak positif terhadap pengembangan industri lokal, khususnya
industry metering listrik.
BPPT-PTKKE
42
2014
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan buku ini antara lain:
a. Advanced Metering Infrastructure (AMI) adalah keseluruhan infrastruktur kelistrikan yang
terdiri atas smart meter, sistem komunikasi dua arah, meter data management system, serta
sistem pengontrolan yang bagus untuk dapat membantu pengendalian dan pengontrolan
penggunaan listrik secara realtime.
b. Penerapan AMI dengan didukung sistem pengontrolan SCADA dan ICT dalam smartgrid dapat
membantu mengatasi urgensi kelistrikan di Indonesia.
c. Penerapan AMI dengan pemanfaatan smart meter telah diterapkan di beberapa Negara di dunia,
seperti Amerika, Swedia, Cina, dan Jepang.
d. PLN sebagai penyedia listrik di Indonesia telah menerapkan AMR dan program listrik pintar
sebagai salah satu langkah sistem kelistrikan di Indonesia menuju AMI.
5.2
Rekomendasi
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan PTKKE BPPT dalam kajian smart meter listrik ini,
maka ada beberapa catatan yang dapat dijadikan sebagai rekomendasi dari kajian ini, yaitu sebagai
berikut:
a. Perkembangan teknologi yang maju seperti smart meter sebagai salah satu sistem kelistrikan
dibutuhkan untuk mendukung perkembangan pertumbuhan demand energi listrik di Indonesia.
b. Dibutuhkan pengkajian penerapan teknologi smart meter, terutama pada sistem pengendali,
management data, serta komunikasi dalam rangka pengembangan roadmap AMI lebih
mendalam di Indonesia.
c. Penerapan smart meter membutuhkan kerja sama yang baik antara PLN dengan produsen smart
meter.
BPPT-PTKKE
43
2014
d. Pengembangan smart meter di Indonesia dapat menjadi potensi yang besar baik bagi sektor
kelistrikan maupun sektor pertumbuhan industri dan ekonomi.
BPPT-PTKKE
44
2014
DAFTAR PUSTAKA
[1] _, Advanced Metering Infrastructure (AMI), Electrical Power Research Institue (EPRI),
February 2007.
[2] Berst, Jesse, The Ultimate Guide to AMI, Elster Solutions New York, 2014.
[3] _, Advanced Metering Infrastructure, National Energy Technology Laboratory (NETL) of
DEO US, February 2008.
[4] _, Presentasi Sistem Meter PLN Disjaya Gambir, Jakarta, Juni 2014.
[5] Sakya, I Made Ro, Development of Small Island Power System in Indonesia and Potential
Utilisation of Smart Grid Technology, National Seminar On Smart Grid, Jakarta,
November 2014.
[6] Parks, Raymond C, Advanced Metering Infrastructure Security Considerations,
SandiaReport, November 2007.
[7] _, Smart Meters and Smart Meter Systms: A Metering Industry Perspective - A Join Project
of the EEI and AEIC, Meter Comitties, March 2011.
[8] Prastawa, Andhika, dkk Pengujian Smart Micro Grid Sumba, BPPT, 2013.
[9] Roncero, Javier Rodriguez, Integration Is Key To Smart Grid Management, CIRED
Seminar, Frankfurt, June 2008.
BPPT-PTKKE
45