Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN
1. Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani,
ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas
akhlak (moral). Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan
amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.

2. Moral
Secara kebahasaan perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa latin
mores yang merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adat
kebiasaan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral
adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral
biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan,
kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau
tidak layak,patut maupun tidak patut. Moral dalam istilah dipahami juga
sebagai:
1. Prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
2. Kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah.
3. Ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik
Moral ialah tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika. Tingkah laku
yang telah ditentukan oleh etika sama ada baik atau buruk dinamakan moral.
Moral terbagi menjadi dua yaitu :
a. Baik; segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik
b. Buruk; tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai buruk
Moral juga diartikan sebagai ajaran baik dan buruk perbuatan dan
kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto, 1956 : 957).
Dalam moral didiatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan,
dan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan
dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang baik dan
perbuatan yang salah. Dengan demikian moral merupakan kendali dalam
bertingkah laku.
Moral dapat diukur secara subyektif dan obyektif. Kata hati atau hati
nurani memberikan ukuran yang subyektif, adapun norma memberikan ukuran
yang obyektif. (Hardiwardoyo,1990). Apabila hati nurani ingin membisikan
sesuatu yang benar, maka norma akan membantu mencari kebaikan moral.

3. Akhlak
1. Pengertian

Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan


linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak
berasal dari bahasa arab yakni khuluqun yang diartikan: budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat.
Ada beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan pengertian akhlak
sebagai berikut :
a) Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum al din mengatakan bahwa
akhlak adalah : sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
bermacam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
b) Ibrahim Anas mengatakan akhlak ialah ilmu yang objeknya membahas
nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan
dengan baik dan buruknya.
c) Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk.
Contohnya apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka disebut
akhlakul karimah dan bila perbuatan itu tidak baik disebut akhlaqul
madzmumah.
Akhlak yang tidak baik serta rendahnya kualitas pendidikan pada anak
akan mengantarkan anak pada posisi dasar dalam tatanan masyarakat sosial dan
akan menyebabkan timbulnya kriminalitas, oleh karena itu tujuan pendidikan
nasional adalah tidak hanya mencerdaskan kehidupan bangsa saja melainkan
membentukkan manusia-manusia yang berbudi pekerti luhur.
Jadi pada hakekatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu
kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian
hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan
mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Ketinggian budi
pekerti atau dalam bahasa Arab disebut akhlakul karimah yang terdapat pada
seseorang yang menjadi seseorang itu dapat melaksanakan kewajiban dan
pekerjaan dengan baik dan sempurna, sehingga menjadikan seseorang itu dapat
hidup bahagia. Walaupun unsur-unsur hidup yang lain seperti harta dan pangkat
tak terdapat padanya.
Sebaliknya apabila manusia buruk akhlaknya, kasar tabiatnya, buruk
prasangkanya terhadap orang lain, maka itu sebagai pertanda bahwa orang itu
akan hidup resah sepanjang hayatnya dan budi pekerti atau akhlak yang
dimaksud di sini ialah bukan semata-mata teori yang muluk-muluk tetapi
akhlak sebagai tindak tanduk manusia yang keluar dari hati.
Akhlak ialah tingkah laku yang dipengaruhi oleh nilainilai yang diyakini
oleh seseorang dan sikap yang menjadi sebahagian daripada keperibadiannya.
Nilai-nilai dan sikap itu pula terpancar daripada konsepsi dan gambarannya
terhadap hidup. Dengan perkataan lain, nilai-nilai dan sikap itu terpancar

daripada aqidahnya yaitu gambaran tentang kehidupan yang dipegang dan


diyakininya.
Akhlak yang baik dan akhlak yang buruk, merupakan dua jenis tingkah
laku yang berlawanan dan terpancar daripada dua sistem nilai yang berbeda.
Kedua-duanya memberi kesan secara langsung kepada kualitas individu dan
masyarakat. Individu dan masyarakat yang dikuasai dan dianggotai oleh nilainilai dan akhlak yang baik akan melahirkan individu dan masyarakat yang
sejahtera. Begitulah sebaliknya jika individu dan masyarakat yang dikuasai oleh
nilai-nilai dan tingkah laku yang buruk, akan porak poranda dan kacau balau.
Masyarakat kacau balau, tidak mungkin dapat membantu tamadun yang murni
dan luhur.
Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak saling
melengkapi, dan dari sini dapat dilihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan
akhlak, yaitu:
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiaannya. Jika kita mengatakan
bahwa si A misalnya sebagai seorang yang berakhlak dermawan, maka sikap
dermawan tersebut telah mendarah daging, kapan dan dimanapun sikapnya itu
dibawanya, sehingga menjadi identitas yang membedakan dirinya dengan orang
lain. Jika kadang-kadang si A bakhil kadang dermawan, maka ia belum
dikatakan sebagai orang dermawan.
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan
tanpa pikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan sesuatu perbuatan,
yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila.
Pada saat yang bersangkutan melakukan suatu perbuatan ia tetap sehat akal
pikirannya dan sadar. Oleh karena itu perbuatan refleks seperti berkedip,
tertawa dan sebagainya bukanlah perbuatan akhlak.
Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang
yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Jadi perbuatan
akhlak dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang
bersangkutan. Oleh karena itu jika ada seseorang yang melakukan suatu
perbuatan, tetapi perbuatan tersebut dilakukan karena paksaan, tekanan atau
ancaman dari luar, maka perbuatan tersebut tidak termasuk ke dalam akhlak
dari orang yang melakukannya.
Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Berkenaan dengan
ini maka sebaiknya seseorang tidak cepat-cepat menilai orang lain sebagai
berakhlak baik atau berakhlak buruk, sebelum diketahui dengan sesungguhnya
bahwa perbuatan tersebut memang dilakukan dengan sebenarnya. Hal ini perlu
dicatat, karena manusia termasuk makhluk yang pandai bersandiwara, atau
berpura-pura. Untuk mengetahui perbuatan yang sesungguhnya dapat dilakukan
dengan cara yang kontinyu dan terus menerus.

Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak
yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena
Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu
pujian. Seseorang yang melakukan perbuatan bukan atas dasar karena Allah
tidak dapat dikatakan perbuatan akhlak.
Jadi akhlak adalah sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya, artinya
sesuatu perbuatan atau sesuatu tindak tanduk manusia yang tidak dibuat-buat,
dan perbuatan yang dapat dilihat ialah gambaran dari sifat-sifatnya yang
tertanam dalam jiwa, jahat atau baiknya.
Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke derajat yang tinggi dan
mulia. Akhlak yang buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga akan
membinasakan ummat manusia. Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk
senang melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Senang melakukan
kekacauan, senang melakukan perbuatan yang tercela, yang akan
membinasakan diri dan masyarakat seluruhnya. Nabi S.A.W.bersabda yang
bermaksud: "Orang Mukmin yang paling sempurna imannya, ialah yang paling
baik akhlaknya."(H.R.Ahmad)
Nabi S.A.W bersabda yang maksudnya:"Sesungguhnya aku diutus adalah
untuk menyempurnakan budipekerti yang mulia."(H.R.Ahmad)

Artinya : Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti


yang agung (Al Qalam:4)
2. Karakter akhlak Islam
Yang dimaksud karakteristik akhlak Islam adalah ciri-ciri khusus yang
ada dalam akhlak islam. Ciri-ciri khusus ini yang membedakan dengan akhlak
wadliiyah atau akhlak yang diciptakan oleh manusia, atau hasil consensus
manusia dalam menentukan baik dan buruknya peruatan, yang disebut moral.
Akhlak nabi Muhammad saw adalah akhlak islam, karena ia bersumber
pada al-quran yang datanng dari Allah swt. Al-quran sendiri diyakini memiliki
kebenaran mutlak, tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya, berlaku
sepanjang masa dan untuk semua manusia. Oleh karena itu akhlak islam
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kebaikannya bersifat mutlak (al-khairiyah al-muthlawah) yaitu
kebaikan murni, baik untuk individu naupun untuk masyarakat lus,
kapanpun dan dimanapun.
2. Kebaikannya bersifat menyeluruh (al-shalahiyah al-ammah). Yaitu
kebaikan yang terkandung di dalamnya merupakan kebaikan untuk
seluruh umat manusia di segala zaman dan di semua tempat.

3. Tetap, langgeng, dan mantap, yaitu kebaikan yang terkandung di


dalamnya bersifat tetap, tidak berubah oleh perubahan waktu, tempat
dan perubahan kehidupan manusia.
4. Kewajiban yang harus dipatuhi (al-ilzamul mustajab), yaitu kebaikan
yang terkandung di dalamnya merupakan hukum yang harus
dilaksanakan , sehingga ada sanksi hukum tertentu bagi orang-orang
yang tidak melaksanakan.
5. Pegawasan yang menyeluruh (ar-raqabah al-muhithah), yaitu Allah
yang memiliki sifat maha mengetahui seluruh isi alam semesta, dan
apa yang dilahirkan dan disembunyikan oleh manusia, maka
perbuatan manusia selalu diawasi dan dimintai pertanggungjawaban
atas apa yang dilakukan. Tidak ada sekecil dzarrah-pun yang lepas
dari pengawasan Allah.

3. Tolak ukur akhlak baik dan akhlak buruk


Dalam konsep akhlak, segala sesuatu dinilai baik-buruk, terpuji-tercela,
semata-mata karena syara (al-Qur'an dan Sunnah) menilainya demikian.
Bagaimana dengan peran hati nurani, akal dan pandangan masyarakat dalam
menentukan baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh Allah SWT
memiliki fitrah bertauhid, mengakui ke-Esaan-Nya sebagaimana dalam firman
Allah :

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;


(tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S. Ar-Rum : 30).
Fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena
pengaruh dari luar, misalnya pengaruh pendidikan dan lingkungan. Fitrahnya
tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat lagi melihat kebenaran.
Demikian juga dengan juga dengan akal pikiran, ia hanyalah salah satu
kekuatan yang dimiliki oleh manusia untuk mencari kebaikan-keburukan.
Keputusannya bermula dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut
kemampuan pengetahuannya. Oleh karena itu keputusan yang diberikan akal
hanya bersifat spekulatif dan subjektif.
Pandangan masyarakat juga dapat dijadikan sebagai salah satu ukuran
baik-buruk. Tetapi sangat relatif, tergantung sejauh mana kesucian hati nurani
masyarakat dan kebersihan pikiran mereka dapat terjaga. Masyarakat yang hati

nuraninya telah tertutup oleh dan akal pikiran mereka sudah dikotori oleh sikap
dan tingkah laku yang tidak terpuji tentu tidak bisa dijadikan sebagai ukuran.
Hanya kebiasaan masyarakat yang baiklah yang dapat dijadikan sebagai ukuran.
Al-Qur'an dan al-Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam yang
menjelaskan baik buruknya suatu perbuatan manusia. Sekaligus menjadi pola
hidup dalam menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk. Al-Qur'an
sebagai dasar akhlak menerangkan tentang Rasulullah SAW sebagai suri
tauladan (uswatun khasanah) bagi seluruh umat manusia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber akhlak atau tolak
ukur akhlak baik dan buruk adalah al- Qur'an dan Sunnah. Untuk menentukan
ukuran baik-buruknya atau mulia tercela haruslah dikembalikan kepada
penilaian syara. Semua keputusan syara tidak dapat dipengaruhi oleh apapun
dan tidak akan bertentangan dengan hati nurani manusia karena keduanya
berasal dari sumber yang sama yaitu Allah SWT.

4. Jenis-jenis akhlak
Akhlak terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Akhlak Mahmudah (Akhlak Terpuji)
Yaitu perbuatan baik terhadap Allah, sesama manusia dan makhluk
lainnya, seperti pemaaf, penyantun, dermawan, sabar, rohmah(kasih
sayang), lemah lembut dan lainnya.
a) Akhlak terhadap Allah SWT
- Al-Hubb yaitu mencintai Allah melebihi cinta kepada apapun
dan siapapun
- Al-Raja yaitu mengharapkan karunia dan berusaha memperoleh
keridhaan Allah
- Al-Syukr yaitu mensyukuri nikmat dan karunia Allah
- Al-Qanaah yaitu menerima dengan ikhlas semua ada dan qadar
Allah setela erikhtiar dengan maksimal
- At-Taubat yaitu bertaubat hanya kepada Allah
- Tawakkal yaitu berserah diri kepada Alllah

b) Akhlak terhadap Rasulullah SAW


- Mencintai Rasulullah ecara tulus dengan mengikuti semua
sunahnya
- Menjadikan Rasulullah sebagai idola, suri tauladan dalam hisup
dan kehidupan
- Menjalankan apa yang disuruhnya, tidak melakukan apa yang
dilarangnya

c) Akhlak terhadap Orang tua


- Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat
- Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih
sayang
- Berkomunikasi
kepada
orag
tua
dengan
khidmat,
mempergunakan kata lemah lembut
- Berbuta baik kepada ibu bapak dengan sebaik-baiknya
- Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka
d) Akhlak terhadap Diri Sendiri
1. Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai
hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang
menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah,
menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
2. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah
yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam
bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah
memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur
dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan
memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
3. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk
melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri
e) Akhlak terhadap Sesama Manusia
1. Husnuzan
Berasal dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu (Prasangka).
Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata
husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap
seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud
husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain:
Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah
Allah dan Rasul-Nya Adalah untuk kebaikan manusia
Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan
agama pasti berakibat buruk.
Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh
dilakukan). Husnuzan kepada sesama manusia berarti menaruh
kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan
berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri
maupun orang lain.
2. Tawaduk
Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang
yang merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk
adalah takabur. Allah berfirman:

Artinya : Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya, dengan


penuh kasih sayang dan ucapkanlah, Wahai Tuhanku! Sayangilah
keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada
waktu kecil. (Q.S. Al Isra/17:24)
Ayat di atas menjelaskan perintah tawaduk kepada kedua orang
tua.
3. Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling
menghargai sesama manusia.
Allah berfirman :

Artinya :
Untukmu agamamu, dan untukku agamaku (Q.S.
Alkafirun/109: 6)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa masing-masing pihak bebas
melaksanakan ajaran agama yang diyakini.
4. Taawun
Taawun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu
membantu dengan sesama manusia.
2) Akhlak Madzmumah (Akhlak Tercela)
Yaitu perbuatan buruk tetrhapa Allah, sesama manusia, dan makhluk
lainnya, seperti: pendendam, kikir, keras, hati, pemarah dan lainnya.
a) Akhlak Buruk terhadap Allah
- Takabbur (Al-Kibru) yaitu sikap yang menyombongkan diri,
sehingga tidak mau mengakui kekuasaan Allah di alam ini,
termasuk mengingkari nikmat Allah yang ada padanya
- Musyrik (Al-Syirk) yaitu sikap yang mempersekutukan Allah
dengan makhluk-Nya, dengn cara menganggapnya bahwa ada
suatu makhluk yang menyamai kekuasaan-Nya
- Murtad (Al-Riddah) yaitu sikap yang meninggalkan atau keluar
dari agama Islam untuk menjadi kafir
- Munnafiq (Al-Nifaaq) yaitu sikap yang menampilkan dirinya
bertentangan dengan kemauan hatinya dalam kehidupan beragama
- Riya (Ar-Riyaa) yaitu sikap yang selalu menunjuk-nunjukkan
perbuatan baik yang dilakukannya. Maka ia berbuat bukan karena
Allah melainkan hanya ingin dipuji oleh sesama manusia

Boros atau berfoya-foya (Al-Israaf) yaitu perbuatan yang selalu


melampaui batas-batas ketentuan agama. Allah melarang sikap
boros, karena hal itu dapat melakukan dosa, atau merusak
perekonomian manusia dll
Rakus atau tamak (Al-Hisru atau Ath-Thamau) yaitu sikap yang
tidak pernah merasa cukup, sehingga selalu ingi menambaah apa
yang seharusnya ia miliki

b) Akhlak Buruk terhadap Manusia


- Hasad
Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu
melihat orang lain beruntung.
- Dendam
Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk
membalas kejahatan.
-

Gibah dan Fitnah


Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan
nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang
dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang
dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah.
- Namimah
Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan
seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud
terjadi perselisihan antara keduanya

5. Penerapan Akhlak Terpuji dalam Kehidupan Sehari-hari


a) Akhlak terhdap Allah SWT
- Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk
menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim
beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.
- Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi
dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati.
Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
- Berdoa kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Doa
merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan
keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan
akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan doa
dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus
kekuatan akal manusia. Oleh karena itu berusaha dan berdoa
merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh
dalam aktifitas hidup setiap muslim.Orang yang tidak pernah berdoa
adalah orang yang tidak menerima keterbatasan dirinya sebagai
manusia karena itu dipandang sebagai orang yang sombong ; suatu
perilaku yang tidak disukai Allah.

b)
-

Akhlak terhadap diri Sendiri


Memelihhara kesucian diri
Menutup aurat
Jujur dalam perkataan dan berbuat ikhlas serta rendah hati
Malu melakukan perbuatan jahat
Menjauhi dengki dan dendam
Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain

c)
-

Akhlak terhadap Keluarga serta Kerabat


Saling membina rasa kasih sayang dalam kehidupan keluarga
Saling menunaikan kewabjiban untuk memperoleh hak
Berbakti kepada ibu dan bapak
Memeliara hubungan silaturahmi

d)
-

Akhlak terhadap Tetangga


Saling mengunjugi
Saling tolong menolong
Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan

e) Akhlak terhadap Masyarakat


- Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam mayarakat
bersangkutan
- Saling menolong dalam melakukan kebajikan dan takwa
- Bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama
- Menunaikan amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan yang
diberikan seseorang atau masyarakat keduanya
- Menepati janji
f)
-

Akhlak terhadap Lingkungan


Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup
Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati
Sayang pada sesama makhluk

4. Perbedaan Etika, Moral, dan Akhlak


Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar
penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik
dan buruk akhlak berdasarkan Al Quran dan Sunnah Rasul, sedangkan moral
dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu
masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik
pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika
bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan
abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada
dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari
keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata
sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana
disabdakannya :

10

Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.(Hadits


riwayat Ahmad)
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya
adalah akumulasi dari aqidah dan syariat yang bersatu secara utuh dalam diri
seseorang. Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syariat akan lahir
akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang
tampak apabila syariat Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.

11

BAB III
PENUTUP
Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana
yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan
manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu
perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik,
buruk,layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut.
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena
akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter
manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq
atau dengan sesama makhluk.
Ketiga hal tersebut (etika, moral dan akhlak) merupakan hal yang paling
penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia
yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W.

12

DAFTAR PUSTAKA
1. Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996
2. Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin, Pengatar Studi Akhlak, Jakarta : PT Raja
Grafmdo Persada, 2004
3. Darsono, T. Ibrahim. Membangun Akidah dan Akhlak, Solo : PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2008
Sumber Website :
1. http://grms.multiply.c om/journal/item/26
2. www.shiar-islam.com
3. http://mubarok-institute.blogspot.com
4. http://etikamuslim.googlepages.com/
5. http://fadhildarmawi.blogspot.co.id/2014/06/tolak-ukur-baik-dan-burukmenurut-.html?m=1
6. http://agusnotes.blogspot.co.id/2010/01/paradigma-akhlak-islam.html?m=1

13

Anda mungkin juga menyukai