Anda di halaman 1dari 154

Askep Diabetes Mellitus (DM)

Askep Diabetes Mellitus (DM)


Diabetes Mellitus
A. Pengertian
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan
oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik
absolut
maupun
relatif
(Arjatmo,
2002).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Askep Diabetes Mellitus (DM)
B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
Askep Diabetes Mellitus (DM)
C. Etiologi
1. Diabetes tipe I :
o Faktor
genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.
o Faktor-faktor
imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

o Faktor
lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
2. Diabetes
Tipe
II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan
dalam
proses
terjadinya
resistensi
insulin.
Faktor-faktor resiko :
o Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
o Obesitas
o Riwayat keluarga
Askep Diabetes Mellitus (DM)
D.

Tanda

dan

Gejala

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak
ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi
degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan
patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa
gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah
adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan
otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah
:
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10.Neuropati viseral
11.Amiotropi
12.Ulkus Neurotropik
13.Penyakit ginjal
14.Penyakit pembuluh darah perifer
15.Penyakit koroner
16.Penyakit pembuluh darah otak
17.Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat
muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan

haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat
terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia
lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang
tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan
gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi
dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan
berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak
bermanifestasi
sebagai
sakit
kepala
dan
kebingungan
mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma
yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
Askep Diabetes Mellitus (DM)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl).
Kadar glukosa darah sewaktu

Plasma vena :
o <100>
o 100 - 200 = belum pasti DM
o >200 = DM

Darah kapiler :
o <80>
o 80 - 100 = belum pasti DM
o > 200 = DM

Kadar glukosa darah puasa

Plasma vena :
o <110>
o 110 - 120 = belum pasti DM

o > 120 = DM

Darah kapiler :
o <90>
o 90 - 110 = belum pasti DM
o > 110 = DM

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75
gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl).
Askep Diabetes Mellitus (DM)
F.

Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
Askep Diabetes Mellitus (DM)

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diabetes Mellitus


A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya


Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin
jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang
dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
3. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus
pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
5. Integritas Ego
Stress, ansietas
6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
7. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
8. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
9. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
10. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
B Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury
C. Intervensi

1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :

o Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.


o Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien.
o Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual,
muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa
sesuai dengan indikasi.
o Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit
dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
o Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
o Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
o Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
o Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
o Kolaborasi dengan ahli diet.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.


Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi
perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara
individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :

o Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik


o Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul

o Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas


o Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
o Pantau masukan dan pengeluaran
o Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas
yang dapat ditoleransi jantung
o Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
o Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi
tidak teratur
o Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa,
pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K).

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati


perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :

o Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge,


frekuensi ganti balut.
o Kaji tanda vital
o Kaji adanya nyeri
o Lakukan perawatan luka
o Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
o Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan


Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi :

o Hindarkan lantai yang licin.


o Gunakan bed yang rendah.
o Orientasikan klien dengan ruangan.
o Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
o Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi.

DAFTAR PUSTAKA
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani,
Jakarta:EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih,
Jakarta : EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih,
Jakarta : EGC, 2002.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I
Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 2002
Askep Diabetes Mellitus (DM)

Askep Diabetes Mellitus (Dm) terlengkap


. Sabtu, 14 Januari 2012
Label: Askep - Asuhan Keperawatan
Okey sobat silahkan kopy artkel ini yaitu tentang Askep Diabetes Mellitus (Dm) terlengkap,
bagi mahasiswa akper ini sangat penting intinya keperawatan, langsung saja deh ke intinya:
A. Pengertian
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan metabolik

akibat gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf,
dan pembuluh darah, disertai lesi pada pembuluh basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskop elektron.(Arif Mansyoer, 1997 : 580)
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler,
mikrovaskuler dan neurologis. Diabetes Mellitus digolongkan sebagai penyakit endokrin atau
hormonal karena gambaran produksi atau penggunaan insulin (Barbara C. Long, 1996:4)
Diabetes Mellitus adalah sindrom yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tuntutan
dan suplai insulin. Sindrom ini ditandai oleh hiperglikemia dan berkaitan dengan
abnormalitas, metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Abmormalitas metabolik ini
mengarah pada perkembangan bentuk spesifik komplikasi ginjal, okular, neurogenik dan
kardiovaskuler (Hotma Rumoharba, Skp, 1997).
Diabetes Mellitus adalah penyakit herediter (diturunkan) secara genetis resesi berupa
gangguan metabolisme KH yang disebabkan kekurangan insulin relatif atau absolut yang
dapat timbul pada berbagai usia dengan gejala hiperglikemia, glikosuria, poliuria, polidipsi,
kelemahan umum dan penurunan berat badan.
Klasifikasi etiologis DM American Diabetes Association (1997) sesuai anjuran Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah:
1. Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut):
a. Autoimun
b. Idiopatik
2. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai terutama dominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin).
3. Diabetes tipe lain
a. Defek genetik fungsi sel beta:
1) Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY) 1,2,3
2) DNA mitokondria
b. Defek genetik kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pankreas
1) Pankreatitis
2) Tumor / pankreatektomi
3) Pankreatopati fibrotakalkus
d. Endokrinopati: akromegali, sindrom cushing, feokromositoma, dan hipertiroidism.
e. Karena obat / zat kimia
1) Vacor, pentamidin, asam nikotinat
2) Glukokortikoid, hormon tiroid
3) Tiazid, dilantin, interferona, dll.
f. Infeksi: rubela kongenital, sitomegalovirus
g. Penyebab imunologi yanng jarang : antibodi antiinsullin
h. Sindrom genetik lain yanng berkaitan dengan DM: sindrom down, sindrom kllinefelter,
sindrom turner, dll.
4. Diabetes Mellitus Gestasional
B. Etiologi
Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM ) atau Diabetes Melitus Tergantung Insulin
( DMTI ) di sebabkan oleh destruksi sel beta pulau lengerhands akibat proses autoimun.
Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus ( NIDDM ) atau Diabetes Melitus Tidak
Tergantung Insulin ( DMTTI ) disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
C. Patofisiologi

Karena proses penuaan, gaya hidup, infeksi, keturunan, obesitas dan kehamilan akan
menyebabkan kekurangan insulin atau tidak efektifnya insulin sehingga sehinga terjadi
gangguan permeabilitas glukosa di dalam sel.
Di samping itu juga dapat di sebabkan oleh karena keadaan akut kelebihan hormon tiroid,
prolaktin dan hormon pertumbuhan dapat menyebabkan peningkatan glukosa
darah.peningkatan kadar hormon hoormon tersebut dalam jangka panjang terutama hormon
pertumbuhan di anggap diabetogenik ( menimbulkan diabet ). Hormon hormon tersebut
merangsang pengeluaran insulin secara berlebihan oleh sel-sel beta pulau lengerhans
paankreas, sehingga akhirnya terjadi penurunan respon sel terhadap innsulin dan apabila hati
mengalami gangguan dalam mengolah glukoosa menjadi glikogen atau proses glikogenesis
maka kadar gula dalam darah akan meningkat.
Dan apabila ambang ginjal dilalui timbullah glukosuria yang menybebkan peningkatan
volume urine, rasa haus tersimulasi dan pasien akan minum air dalam jumlah yang banyak
( polidipsi )karena glukosa hilang bersama urine, maka terjadi ekhilangan kalori dan starvasi
seeluler, slera makan dan orang menjadi sering makan ( polifagi ).
Hiperglikemia menyebabkan kadar gula dalam keringat meningkat, keringat menguap, gula
tertimbun di dalam kulit dan menyebabkan iritasi dan gatal gatal. Akibat hiperglikemia
terjadi penumpukan glukosa dalam sel yang yang merusak kapiler dan menyebabkan
peningkaatan sarbitol yang akan menyebabkann gangguan fungsi endotel. Kebocoran
sklerosis yang menyebabkan gangguan ganguan pada arteri dan kepiler.
Akibat hiperglikemia terjadi penimbunan glikoprotein dan penebalan membran dasar
sehingga kapiler terganggu yang akan menyebebkan gangguan perfusi jaringan turun yang
mempengaruhi organ ginjal, mata, tungkai bawah, saraf. ( Elizabeth J. Corwin, 2001 )

D. Manifestasi Klinis
1. Poliuria
2. Polidipsia
3. Polifagia
4. Penurunan berat badan
5. pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang dan kram otot,
( gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis ).
Gejala lain yangmungkin di dikeluhkan pada pasien adalah kesemutan, gatal-gatal, mata
kabur dan impotaansi pada pria. ( Mansjoer, 1999 )
E. Gejala Kronik
Gejala Kronik Diabetes Mellitus
Kadang-kadng pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus tidak menunjukkan gejala
akut ( mendadak ), tapi pasien tersebut menunjukkan gajala sesudah beberapa bulan atau
beberapa bulan mengiap penyakit DM. gejala ini disebut gejala kronik atau menahun, adapun
gejala kronik yang sering timbul adalah :
- Kesemutan
- Kulit terasa panas ( medangen ) atau seperti terusuk jarum
- Rasa tebal di kulit sehingga seeehingga kalau berrjalan seperti di atas bantal atau kasur
- Kram
- Mudah mengntuk
- Capai
- Mata kabur, biasanya seeing ganti kaca mata
- Gatal sekitar kemaluan, terrutama pda wanita

- Gigi mudaah lepas daaan mudaah goyah


- kemempuan seksual menurun atau bahkan impoten
- terjaddi hambatan dalam pertumbuhan dalam anak-anak
( Tjokro Prawito, 1997 )
Adapun kelompok resiko tinggi yang memudahkan terkena penyakit diabetes melitus adalah:
- kelompok resiko tinggi untuk penyakit diabetes mellitus
- kelompok usia dewasa tua (lebih dari 40 tahun)
- kegemukan
- tekanan darah tinggi
- riwayat keluarga DM
- riwayat DM pada kehamilan
- riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi 4 kg
- riwayat terkena penyakit infeksi virus, misal virus morbili
- riwayat lama mengkonsumsi obat-obatan atau suntikan golongan kortikosteroid.
( Tjokro Prawito, 1997 )
F. Pemeriksaan Penunjang
Glukosa darah: meningkat 200 100 mg/dl, atau lebih
Aseton plasma (keton): positif secara menyolok
Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
Osmolalitas serum: menngkat tetapi biasanya kurang dari 330 m Osm/l
Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium: normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun
Fosfor: lebih sering menurun.
Hemoglobin glikosilat: kadarnya menngkat 2 4 kali lipat
Gas darah arteri: biasanya menunjukkan PH rendah dan penurunan pada HCO3 (Asidosis
metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentraasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
Ureum/Kreatinin: mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi ginjal)
Amilase darah: mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis akut
sebagai penyebab dari Diaabetes melitus (Diabetik ketoasidosis)
Pemeriksaan fungsi ttiroid: peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat menongkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin
Urin: gula dan asetan positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi saaluran kemih, infeksi pernafasan,
dan infeksi pada luka.
G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan
kronis. Jika pasien berhasil mengatasi diabetesnya,ia akan terhindar dari hiperglikemia dan
hipoglikemia.
Penatalaksanaan medis pada pasien diabetes mellitus tergantung pada ketepatan interaksi tiga
faktor:
Aktivitas fisik
Diit
Intervensi farmakologi dengan preparat hipoglikemik oral atau insulin.

Intervensi yang direncanakan untuk diabetes harus individual, harus berdasarkan pada tujuan,
usia, gaya hidup, kebutuhan nutrisi, maturasi, tingkat aktivitas, pekerjaan, tipe diabetes pasien
dan kemampuan untuk secara mandiri melakukan ketrampilan yang dibutuhkan oleh rencana
penatalaksanaan.
Tujuan awal untuk pasien yang baru didiagnosa diabetes atau pasien dengan kontrol buruk
diabetes harus difokuskan pada yang berikut ini:
Elminasi ketosis, jika terdapat
Pencapaian berat badan yang diinginkan
Pencegahan manifestasi hiperglikemia
Pemeliharaan kesejahteraan psikososial
Pemeliharaan toleransi latihan
Pencegahan hipoglikemia
Pengelolaan Hipoglikemia:
a. Stadium permulaan (sadar):
Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop/ permen gulamurni (bukan
pemanis pengganti gula atau gula diet/ gula diabetes) dan makanan yang pengandung hidrat
arang
Stop obat hipoglikemik sementara, periksa glukosa darah sewaktu
b. Stadium lanjut (koma hipoglikemia):
Penanganan harus cepat
Berikan larutan dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon melalui vena setiap glukosa darah dalam
nilai normal atau di atas normal disertai pemantauan glukosa darah
Bila hipoglikemia belum teratasi, berikan anatagonis insulin seperti: adrenalin, kortison
dosis tinggi, atau glukagon 1 mg intravena/ intramuskular
Pemantauan kadar glukosa darah.
I. Komplikasi
a. Akut
Koma hipoglikemia
Ketoasidosis
Koma hiperosmolar nonketotik
b. Kronik
Makroangiopati, menegnai pembuluh darah besar, pembukluh darah jantung, pembuluh
darah tepi, pembuluh darah otak
Mikroangiopati, mengenaipembuluh darah kecil, retino diabetik, nefropati diabetik
Neuropati diabetik
Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru, gingivitas, dan infeksi saluran kemih
Kaki diabetik.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat
Informasi Umum:
Umur
Sex

BB sebelum dan sesudah sakit


TB
Jika klien telah terdiagnosa
Gejala spesifik
Kapan gejalan tersebut muncul
Obat-obat diabetes: nama, berapa lama, cara penyuntikan RX. Obat
Jenis stressor: pekerjaan, rumah atau keluarga,penyaakit lain
Jenis monitoring: darah, urin
Program latihan: jenis
Riwayat kesehatan dan masa lalu
Riwayat keluarga: DM, penyakit jantung, stroke, obesitas, riwayat lahhir mati, kelahiran,
dengan bayi 9 bulan
Riwayat kesehatan saat ini:
Pandangan double kabur
Cramp kaki pada saat jalan dan saat istirahat tidak nyaman
Pada extrimitas terasa: baal, perubahan warna, dingin, kesemutan, nyeri.
Jika terdapat diare: fekol inkontinensia, kapan terjadinya
Adakah masalah pemasukan
Adakah masalah pemasukan: urin tersisa di vesicaurinaria menyebabkan rasa penuh yang
aba
Concern klien dan keluarga: harapan dan kebutuhhan khusus
2. Pemeriksaan Fisik
Tingkat kesadaran orientasi klien respon terhadap stimulasi
Tanda vital: N, S, TD, P, nafas bau aseton
Manifestasi komplikasi: tanda retinopati ophtamoncopic
Suhu kulit, nadi lemah (posterior tibial dan dorsalis pedia)
Sensasi: tumpul dan tajam
Reflex
c. Psikososia
Gambaran klien tentang dirinya sebelum terdiagnosa dan persepsi saat ini.
Kapan klien terhadap kemampuan untuk melakukan tugas dan fungsi
Interaksi klien dengan anggota keluarga yang lain dan orang dalam pekerjaan dan sekolah
Kapan kien merasa lebih stress
Suport dan pelayanan orang di sekitarnya
Depresi merasa kehilangan fungsi, kebebasan dan kontrol.
d. Laboratorium
Serum elektrolit (k dan Na)
Glukosa darah
BUN dan serum cretinin
Microalbuminuria
Glycosylated hemoglobin (HbA1c)
Nilai PH dan PCO2
B. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan


Dapat berhubungan dengan : Diuresis osmotik (dari hiperglikemia), kehilangan gastrik
berlebihan, diare, muntah, masukan dibatasi, mual, kacau mental.
Kemungkinan dibuktikan oleh : Peningkatan keluaran urine, urine encer. Kelemahan, haus,
penurunan BB tiba-tiba, kulit /membran mukosa kering, turgor kulit buruk, hipotensi,
takikardi, pelambatan pengisian kapiler.
Hasil yang diharapkan/
Kriteria evaluasi pasien akan : Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda
vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,keluaran urine
tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Kolaborasi
Berikan terapi sesuai dengan indikasi:
Normal salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa dextrasa
Albumin, plasma atau dextran.
R/ - Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respon pasien
secara individual.
- Plasma ekspander (pengganti kadang dibutuhkan jika kekurangan mengancam kehidupan
atau tekanan darah).
Pasang atau pertahankan kateter urine tetap terpasang
R/ Memberikan pengukuran yang tepat atau akurat terhadap pengukuran keluaran urine
terutama jika neuropati otonom menimbulkan gangguan kantong kemih (retensi urine atau
inkontinensia).
Berikan kalium atau elektrolit yang lain melalui intravena dan atau melalui sesuai indikasi.
R/ Kalium harus ditambahkan pada intravena (segera aliran adekuat) untuk mencegah
hipokalemia.

Tindakan / Intervensi
Pantau TTV, catat adanya perubahan tekanan darah ortostatik.
R/ Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
Suhu, warna kulit, atau kelembabannya.
R/ Meskipun demam, menggigil dan diaforesis merupakan hal yang umum terjadi pada
proses infeksi, demam dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dari
dehidrasi.
Kaji adanya perubahan mental/ sensori
R/ Perubahan mental dapat berhubungan dengan glukosa yang tinggi atau yang rendah
(hiperglikemia), elektrolit yang abnormal, asidosis, penurunan perfusi serebral dan
berkembangnya hipoksia.
2. Nutrisi, perubahan: kurang dari kebutuhan tubuh.
Dapat berhubungan dengan : Ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan
glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein atau lemak).
Peenurunan masukan oral: anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan
kesadaran.
Status hipermetabolisme: pelepasan hormon stres (misal epinfrin, kortisol dan hormon
pertumbuhan), proses infeksius.
Kemungkinan dibuktikan oleh : Melaporkan masukan tidak adekuat, kurang minat pada

makanan. Penurunan BB, kelemahan, kelelahan, tonus otot buruk, diare.


Hasil yang diharapkan/ kriteria
Evaluasi pasien akan : Mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat menunjukkan tingkat
energi.
Mendemonstrasikan BB stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya /yang diinginkan
dengan nilai laboratorium normal.
Kolaborasi
Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan finger stiek
R/ Analisa keadaan di tempat tidur terhadap gula darah lebih akurat (menunjukkan keadaan
saat dilakukan pemeriksaan) daripada memantau gula dalam urine (reduksi urine yang tidak
cukup akurat untuk mendeteksi fluktuasi kadar gula darah.
Berikan larutan glukosa, misalnya dekstrosa dan setengah salin normal.
R/ Larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan cairan membawa gula darah kira-kira
250 mg/dl.
Lakukan konsultasi dengan ahli diit.
R/ Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diit untuk memenuhi kebutuhan
nitrisi pasien.
Tindakan / Intervensi
Tentukan program diit dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan pasien.
R/ Mengindentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapetik.
Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual, muntahan
makanan yang belum sempat dicerna,pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
R/ Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan
mobilitas atau fungsi lambung (distensi atau ilius paralitik) yang akan mempengaruhi pilihan
intervensi.
Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki termasuk kebutuhan etnik atau kultur.
R/ Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam pencernaan makanan,
kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
Timbang BB setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
R/ Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorpsi dan utilisasinya).
3. Infeksi,Resiko tinggi terhadap (Sepsis)
Faktor resiko meliputi : kadar gula tinggi, penurunan fungsi leukosit, perrubahan pada
sirkulasi, infeksi pernafasan yang ada seebelumnya atau ISK.
Kemungkinan di buktikan oleh : ( tidak dapat di terapkan : adanya tendaa-tanda dan gejala
gejala membuat diaknosa aktual )
Hal yang di harapkan / kriteria
Evaluasi pasien akan : mengidentivikasi intervensi untuk menceegah atau menurunkan resiko
infeksi. Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya
infeeksi.
Kolaborasi
Lakukan pemeriksaan kultur dan ssensitifitas sesuai dengan indikasi
R/ untuk mengidentifikasi organisme sehingga dapat memilih / memberikan terapi anti biotik
yang terbaik.
Berikan anti biotik yang sesuai
R/ penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.

4. Kelelahan
Dapat dihubungkan dengan : penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah :
insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi : status hieper metabolik / infeksi.
Kemungkinan di buktikan oleh : kurang energi yang berlebihan, ketidakmampuan untuk
mempertahakan rutinitas biasanya, penutunan kinerja, kecenderungan untuk kecelakaan.
Hasil yang di harapkan / kriteria
Evaluasi pasien akan : mengungkapkan peeningkatan tingkat energi, menunjukkan perbaikan
kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang di inginkan.
Tindakan / Intervensi
Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas
R/ pendidikan apat memberikan motivasi untuk meninkatkan tingkat aktivitas meskipun
passien mungkin sangat lelah.
Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup / tanpa di ganggu.
R/ mencegah kelelahan yang berlebihan.
Pantau nadi, frekuensi pernapsan dan tekanan darah sebelum atua sesudah melakukan
aktivitas.
R/ mengindikasikan tingkat aktivitass yang dapat di toleransi secara fisiologis.
Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai degnan yang
dapat di toleransi
R/ meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang positif sesuai tingkat aktifitas yang dapat
di toleransi pasien.
5. Kurang Pengetahuan ( Kebutuhan Beljar ) Mengenal Penyakit, Proknosis, dan Kebutuhan
Pengobatan.
Dapat di hubungkan dengan : kurang pemajanan / mengingat kesalahan interpretasi
informasi.
Kemungkinan di buktikan oleh : pertanyaan atau meminta informasi, mengungkapkan
masalah.ketidakakuratan mengikuti instruksi terjadinya komplikasi yang dapat di cegah.
Hasil yang di harapkan / kriteria
Evaluasi pasien akan : mengungkapkan pemahaman tentang penyakit. Mengidentifikasi
hubungan tanda atau gejala degnan proses penyakit dn menghubungkan gejala dengan faktor
penyebab. Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
Melakukan perubahan gaya hidup dan beraprtisipassi dalaam program pengobatan.
Tindakan / Intervensi
Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan selalu ada
untuk pasien.
R/ memperhatikan dan menanggapi perlu perlu diciptakan sebelum pasien bersedia
mengambil bagian dalam proses belajar.
Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan
R/ pertisipasi dalaam perencanaan meningkatkan antusias dan bekerja sama dengan pasien
dengan prinsip-prinsip yang di pelajari.
Diskusikan tentang rencana diit, penggunaan makanan tinggi serta dan cara untuk
melakukan makan di luar rumah.
R/ kesadaran tentang pentingnya kontrrol diit akan membantu pasien dalam emrancanakan
makan atau menaati program.
Tinjau ulang pengaruh rokok pada penggunaan insulin, anjurkan pasien untuk
menghentikan merokok.
R/ nikotin mengkonstriksi pembuluh darah kecil daan absorbsi insulin di perlambat selama

pembuluh darah ini mengalami konstriksi.


Identifikasi sumber sumber yang ada di masyarakat, bila ada.
R/ dukungan kontinue biassanya penting untuk menumpang perubahan gaya hidup dan
meningkatkan penerimaan atas diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Petunjuk Praktis Pengelolaan Diabetes Mellsitus tipe 2. PB Perkeni, 2002.
2. Diabetes Mellitus klasifikasi, diagnosis, dan terapi. Askandar Tjokroprawito. PT Gramedia
Pustaka Utama, 1989.
3. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Barbara Engram. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1994.
ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN :
Askep - Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan hisprung

Askep Hisprung terlengkap

Askep - Diare anak update 2012

2012/2013

A. Pengertian
1.

Identitas pasien
Nama

: Ny. K

Umur

: 56 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Status perkawinan

: Janda

Pendidikan

: SMP/SLTP

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Ketintang barat - Surabaya

Tanggal masuk

: 18 September 2012

No. Register

: 6118182

Dx. Medis

: Diabetes Mellitus

Identitas penanggung jawab


Nama

: Tn. M

Umur

: 40 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pendidikan

: S1

Pekerjaan

: Pegawai Negeri

Hubungan dengan pasien : Anak

Tanggal pengkajian : 20-9-2012 jam 10.00.

B.

Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : Nyeri seperti ditusuk-tusuk pada daerah kaki.
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien selain mempunyai DM juga mempunyai Hipertensi.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan sudah mempunyai riwayat DM-nya 5 tahun yang lalu sudah
berulang kali di rawat di RS sebanyak 4x.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang mempunyai penyakit keturunan DM, HT.

C. Pengkajian pola fungsional Gordon


1.

Pola persepsi kesehatan

Pasien mengatakan kesehatan sangat penting, jika pasien sakit pasien selalu
membeli obat dan periksa ke dokter.
2.

Pola Nutrisi & metabolisme


Sebelum sakit pasien makan 2-3x sehari, pasien minum 6-7 gelas. Selama sakit
keluarga mengatakan setiap kali makan habis porsi. Pasien minum 3-5 gelas.

3.

Pola Eliminasi
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB 1x sehari dengan BAK 850x sehari selama sakit BAB 1x dengan konsistensi padat, BAK 6-8x perhari.

4.

Pola aktivitas dan latihan


Sebelum sakit pasien mengatakan dapat beraktifitas normal. Makan/minum,
mandi tarleting, berpakaian, mobilisasi ditempat tidur, berpindah.

5.

Pola istirahat
Sebelum sakit pasien tidur 7-8 jam pada malam hari & kadang tidur siang
selama 2 jam. Selama sakit pasien tidur 4-5 jam dan kadang-kadang sering
terbangun tidur siang hanya 1-2 jam.

6.

Pola persepsi dan kognitif


Pasien dapat berkomunikasi dengan baik & lancar. Pasien mengatakan nyeri
pada ke 2 kakinya pasien diskontinuitas jaringan.
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : ke 2 kakinya
S : skala 3
T : saat pasien aktifitas

7.

Pola persepsi diri dan konsep diri


Pasien selama dirawat di RS tidak dapat melakukan aktifitas, pasien tidak
menyukai keadaannya saat ini, pasien sebagai nenek bagi ke-3 cucunya. Pasien
berharap dapat sembuh dan dapat menjalankan aktifitasnya.

8.

Pola peran & hubungan


Pasien berperan sebagai nenek dari ke-3 cucunya selama di RS selalu ditunggui
cucu & anaknya hubungan keluarga sangat baik.

9.

Pola seksualitas
Pasien berjenis kelamin wanita / perempuan & sudah menikah mempunyai 6
anak.

10. Pola koping dan toleransi terhadap stress terhadap penyakitnya


Apabila pasien ada masalah selalu dibicarakan dengan keluarganya / perawat.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien beragama Islam. Pasien sering berdoa & bertawakal pada Tuhan YME.

D. Pemeriksaan Fisik
1.

RC

2.

Kesadaran

3.

TIK TD

: Baik
: Composmentis
: 160/80 mmHg
N : 84 x/mnt
S : 365 0C
Rr : 18 x/mnt

4.

BB dahulu

: 43 kg

BB sekarang : 38 kg
5.

Pemeriksaan fisik

a.

Kepala : Bentuk mesochepalu warna Rambut hitam keputihan, panjang

b.

Mata simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, pengelihatan jelas tidak
menggunakan alat bantu

c.

Telinga: Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran

d.

Hidung : Tidak ada perdarahan hidung, tidak ada septum pelasiosi

e.

Muka: Mukosa mulus kering, bibir kering, dehidrasi, tidak ada perdarahan pada
rongga mulut

f.

Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar teroid, kekauan leher tidak ada

g.

Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada sesak nafas

h.

Abdomen : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak asites, tidak ada luka
memar

i.

Ekstremitas : Tangan kanan terpasang infus, ke 2 kaki nyeri, berjalan dengan


bantuan keluarga

j.

Genetalica: Bersih tidak ada kelainan dibuktikan tidak terpasang kateter

E.

Px. Penunjang Tgl 18-4.2-2007


1.

Hematologi

Hasil

Normal

Satuan

Hemoglobin

10,9

12-16

Leusosit

10,400

4.000-11.000

/mm3

Trombosit

384.000

150.000-

/mm3

Hematokrit

32-6

Sosinosil

Basofil

N. Segmen

70

Limfosit

20

Damnosit

LED

Eritrosit

3,55

MCV

92

MCH

31

MCHO

33

450.000
35-55
0-5
0-2
36-66
22-40
2-8
0-15
4.00-6,20
80-100
26-34

G/dl

%
%
%
%
%
%
mm/jam
juta/mm3
um3
pg
g/dl

31-35

Kimia darah

19-4-2007

GDS

383

80-150

Ureum

21

10-50

mg/dl
mg/dl

Creatinin

0,6

0,6-1,13

mg/dl

Uric Acid

2.0

3,4-7

mg/dl

Cholesterol

148

133-200

mg/dl

Trigliserid

85

30-150

mg/dl

Kimia darah
Gula

20-4-2007

darah 186

75-115

371

75-115

puasa
Gula

darah

jam PP

2.
3.

Diit DM 1700 kalori


Therapy : Catapres 2-2,5 mg
Merislan 3-1 tab
Amoryz 1-1 tab
Primperan 3-3 tab
Ins RS 20 tts

F.

Pengelompokkan Data

a.

Data Subjektif

Pasien mengeluh nyeri di kedua kakinya

Pasien mengatakan bahwa kencingnya banyak

Pasien mengatakan pandangan kabur

Pasien mengatakan lemas

Pasien mengatakan belum mengerti diit Dx DM

mg/dl
mg/dl

b.

Data Objektif

Peningkatan output urin, 8-10 sehari

Membran mukosa kering dan bibir kering, dehidrasi

Hiperglisemi GD I : 186 mg/dl, GD II : 371 mg/dl

Terpasang infus RL 20 + pm di tangan kanan

Pasien lemah

Diit 1700 kalori

Pasien sering menanyakan tentang diit DM

Ketika ditanya penatalaksanaan diit DM, pasien tidak mengerti

Ekspresi wajah tampah menahan nyeri

G. Analisa Data
a) S : DS : PS mengatakan nyeri di kedua kakinya
DO : ekspresi wajah tampak menahan nyeri
E : proses perapuhan tulang
P : nyeri
b)

S : DS : pasien mengatakan bahwa kencingnya banyak


DO : peningkatan output urin 8-10 x/hari, membran mukosa kering, bibir kering,
dehidrasi

c)

S : DS : DO : GDI :186 mg/dl dan GD II 371 mg/dl


E : hiperglikemia
P : resiko tinggi infeksi

d)

S : DS : pasien mengatakan pandangan kabur


DO : GD I 186 mg/dl dan GD II 371 mg/dl

E : ketidakseimbangan glukosa
P : resiko tinggi perubahan persepsi sensori
e)

S : DS : DO : pasien merasa lemas, terpasang infus di tangan kanan, aktivitas pasien


dibantu
E : penurunan produksi metabolisme
P : kelemahan

f)

S : DS : pasien mengatakan belum mengerti tentang diit DM


DO : pasien tidak mengerti
E : kurang pemahaman tentang diit DM
P : kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan diit DM

Diagnosa Keperawatan
1.

Nyeri berhubungan dengan proses perapuhan tulang

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output


berlebihan
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
defisiensi insulin
4.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hiperglikemia

5. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi


metabolisme energi
6. Resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan
dengan ketidakseimbangan glukosa
7. Kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan diit DM
berhubungan dengan kurangnya pemahaman terhadap diit DM

H. Perencanaan
Pada tanggal 20-04-2007

Hari/
tgl

No.
Dx

Jumat
20/4

1.

02

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Tujuan : setelah
dilakukan
perawatan 2 x 24
jam nyeri
berkurang
: ekspresi wajah tenang,

Kaji tingkat
nyeri pada pasien
Ajarkan teknik
relaksasi
Ukur tandatanda vital

pasien tidakmengeluh nyeri


lagi

2.

Tujuan : kebutuhan
volume cairan
terpenuhi setelah
dilakukan
perawatan 2 x 24
jam
KH

: output
seimbang dengan
intake membran
mukosa
lembab, turgor
kulit baik

3.

Tujuan : infeksi tidak


terjadi setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan 2 x
24 jam
KH

: tanda-tanda
tidak ada
peradangan,
suhu tubuh 36,537,50C

Kolaborasikan
pemberian
analgesik
Batasi aktivitas
pasien
Kaji adanya
riwayat muntah
dan kencing
banyak
Monitor nadi
perifer, turgor kulit
mukosa
Monitor intake
dan output
Kolaborasikan
pemberian cairan
IV sesuai indikasi
Observasi
tanda-tanda infeksi
Anjurkan
untuk cuci tangan
sebelum dan
sesudah
melakukan
tindakan
keperawatan
Pelihara
tindakan antiseptik
dalam melakukan
tindakan intensif
misal perawatan

infus
Kolaborasi
pemberian
antibiotik sesuai
indikasi

I.

Implementasi

Hari/
tgl

No.
Dx

Jumat

1.

20/4
07

Implementasi

Respon

Mengukur
S : pasien
tanda-tanda vital
mengatakan
T : 160/80 mmHg, S :
senang
36,50C, N : 84 x/mnt,

10.00

RR : 18 x/mnt
Mengajarkan

teknik

relaksasi
Nafas panjang untuk
mengurangi rasa nyeri
Memberikan obat per
oral
12.45
Sabtu

21/4
07

T : 160/90 mmHg, S
: 36,50C, N : 84
x/mnt, RR : 20
x/mnt

10.30

Mengkaji TTV

Mempertahankan
teknik relaksasi
nafas panjang

S : pasien
mengatakan
sudah tidak
lagi nyeri
Pasien jika
nyeri bisa
mengantisipasi
O : ekspresi
wajah tenang

Mempertahankan
posisi senyaman
mungkin yaitu semi
fowler
Jumat
20/4
07

2.

Mengganti
cairan infus pada
pasien th/RL 20 tpm

O : pasien diam
saja

Mengkaji lagi
adanya kencing
yang banyak

B : pasien
mengatakan
bahwa hari ini

10.30
Sabtu
21/4
07

Para
f

10.45

Jumat
20/4
07
11.00

Mempertahankan
cairan yang sesuai
indikasi RL 20 tpm
3.

Melakukan
tindakan perawatan
infus dengan teknik
aseptik dan
antiseptik
Menganjurkan
cuci tangan setiap
habis melakukan
perawatan

Sabtu
21/4
07

Membantu
merubah posisi
semi fowler
Mempertahankan
therapy

6x/hari
O : obat masuk,
cairan infus
lancar
O : balutan bersih
tidak terjadi
infeksi
O : pasien bila
telah
melakukan
aktivitas selalu
cuci tangan
O : obat sudah
masuk, tidak
ada reaksi
alergi

J.

Catatan Perkembangan
Hari/
Tgl

No
.
Dx

Sabtu

1.

Implementasi

21/4 07

S : pasien sudah tidak mengeluh nyeri,


pasien mengatakan bisa
mengantisipasi rasa nyeri

10.30

O : ekspresi wajah tenang

Par
af

A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
2.

S : pasien mengatakan kencing 6 x/hari


O : turgor kulit kurang, pasien minum
8 gelas/hari
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi

3.

S : O : tanda-tanda infeksi tidak ada/terjadi,


S : 36,50C, keadaan balutan infus
kering dan bersih
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi

Diposkan oleh Rivai RanchoodashChaca di 20.24


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Lokasi: Universitas Merdeka Surabaya, Surabaya 60232, Indonesia
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2013 (1)
o

Januari (1)

Asuhan Keperawatan DM

ASKEP DIABETES MELITUS


KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi
defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah
(hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang
ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya
gangguan

fungsi

insulin.

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000). Diabetes Melllitus adalah
suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun
relatif (Arjatmo, 2002). Diabetes Melitus gestasional (DMG) adalah intoleransi karbohidrat
ringan (toleransi karbohidrat terganggu) maupun berat, terjadi atau diketahui pertama kali
saat kehamilan berlangsung
Diabetes Melitus gestasional (DMG) adalah intoleransi karbohidrat dengan berbagai tingkat
keparahan, yang awitannya atau pertama kali dikenali selama masa kehamilan (ADA, 1990).
Diabetes Melitus gestasional adalah intoleransi karbohidrat dengan keparahan bervariasi dan
awitan ataum pertama kali diketahui saat hamil.
Jadi diabetes mellitus gestasional adalah adalah difisiensi insulin ataupun retensi insulin pada
ibu hamil sehingga mengakibatkan terjadinya intoleransi karbohidrat ringan maupun berat
yang baru diketahui selama mengalami kehamilan.
B. Epidemiologi

Kebanyakan kasus, diabetes gestasional akan menghilang segera setelah bayi dilahirkan.
Bagaimanapun juga, wanita-wanita yang menderita diabetes gestasional mempunyai resiko
tinggi untuk mengalami diabetes gestasional lagi pada kehamilan berikutnya, dan juga 17 % 63 % dari mereka akan mengalami perubahan dan berkembang menjadi diabetes tipe 2 dalam
5 hingga 16 tahun.
Ahli nutrisi, Nancy Clark di dalam majalah American Fitness, menyatakan bahwa secara
teori, persiapan untuk menghadapi pertumbuhan bayi dalam janin memerlukan 85.000 kalori.
Tetapi ada wanita hamil yang mengkonsumsi kalori lebih dari itu. Namun ada pula yang
mengalami perubahan nafsu makan. Menurut hasil studi yang diterbitkan dalam America
Journal Of Clinical Nutrition, kebutuhan energi ( kalori ) wanita hamil sangat bervariasi,
yaitu antara 50.000 150.000 kalori.
Kecemasan bahwa berat badan Anda tidak bisa kembali lagi seperti sebelum hamil, tak perlu
dirisaukan. Seorang ibu dapat menikmati saat-saat kehamilan tanpa takut menjadi gemuk.
Kehamilan dan obesitas memiliki perbedaan. Peningkatan berat badan pada saat hamil sekitar
12 kg, namun itu semua disebabkan oleh berat bayi ( 3,5 kg ), plasenta ( 1 kg ), cairan
ketuban ( 1,5 kg ), rahim ( 1,5 kg ), air lemak, dan jumlah darah ( 3 3,5 kg ).
C.

Etiologi

Diabetes mellitus dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau
berkurangnya insulin dalam sirkulasi darah, berkurangnya glikogenesis, dan konsentrasi gula
darah tinggi. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan
menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita. Beberapa
hormon tertentu mengalami peningkatan jumlah. Misalnya hormon kortisol, estrogen, dan
human placental lactogen (HPL). Peningkatan jumlah semua hormon tersebut saat hamil
ternyata mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur kadar gula darah.
Kondisi ini menyebabkan suatu kondisi yang kebal terhadap insulin yang disebut sebagai
"insulin resistance".
D. Faktor Predisposisi
1. Umur sudah mulai tua
2. Multiparitas
3. Penderita gemuk (obesitas)
4. riwayat melahirkan anak lebih besar dari 4000 g

5. Riwayat kehamilan : Sering meninggal dalam rahim, Sering mengalami lahir mati,
Sering mengalami keguguran
6. Hipertensi
7. Suku bangsa tertentu (Afrika, Latin, Asia, dan Amerika),
8. Mempunyai riwayat diabetes mellitus gestasional pada kehamilan sebelumnya
9. Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
10. Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan
epineprin.
11. Obat-obatan.
E. Klasifikasi
a. Resiko rendah Pemeriksaan glukosa`darah tidak diperlukan secara rutin apabila
semua karakeristik berikut ditemukan :
1. Berasal dari kelompok ethnic yang prevalensi diabetes mellitus gestasionalnya rendah
2. Tidak ada anggota keluarga dekat ( first-degree relative) yang mengidap diabetes
3. Usia kurang dari 25 tahun
4. berat sebelum hamil normal
5. Tidak ada riwayat kelainan metabolisme glukosa
6. Tidak memiliki riwayat obstri yang buruk
b. b. Resiko rata-rata Pemeriksaan glukosa darah pada minggu ke 24-28 dengan menggunakan
salah satu dari berikut :
1. Resiko rata-rata, Wanita keturunan hispanik, Afrika, Pribumi Amerika, Asia Selatan atau
2.
c.

timut
Resiko tinggi, wanita yang jelas kegemukan,jelas meiliki riwayak diabetes tipe II pada
anggota keluarga, riawayat diabetes gestasional atau glukosuria,
Resiko Tinggi
Lakukan pemeriksaan sesegera mungkin : apabila diabetes gestasional tidak terdiagnosis,
pemeriksaan glukosa darah harus diulang pada minggu ke 24-28 atau setiap saat pasie
memperlihatkan gejala atau tanda yang mengarah ke hiperglikemia.(Metzger &
Coustan.1998)
F. Manifestasi klinis

GDM, kebanyakan tidak memperlihatkan gejala, namun beberapa wanita dengan GDM
memperlihatkan gejala-gejala klasik seperti :
1.Polidipsi
2.Polifagi
3.Poliuri
4.Kelemahan yang berlebihan
G. Patofisiologi
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di
mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan
resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu
bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi
dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi
abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga
hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia. Metabolisme karbohifrat wanita hamil
dan tidak hamil yang ditandai hipoglikemia puasa , hipoglikemia postprandial yang
memanjang dan hiperinsulinemia terutama pada trimester III efek kehamilan yang
memperberat diabetes mellitus yang didertia ibu hamil ataupun menimbulkan Diabetes
mellitus grstasional disebut diabetagonik. terdapat hipertrofi, hyperplasia dan hipesekresi sel
b pancreas, konsentrasi asam lemak bebas, trigliserida, da kolesterol pada wanita hamil puasa
yang kebih tinggi.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan kadar gula darah atau skrining glukosa
darah, ultrasonografi untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan dan makrosomia,
Hemoglobin glikosida (HbA1c) yang menunjukkan kontrol diabetik (HbA 1c lebih besar dari
8,5% khususnya sebelum kehamilan, membuat janin beresiko anomali kongenital,
Pemeriksaan kadar keton urin untuk menentukan status gisi, Budaya urin untuk
mengidentifikasi ISK asimtomatik, protein dan kliren kreatinin (24 jam) untuk memastikan
tingkat fungsi ginjal, khusus pada diabetes durasi lama, tes`toleransi glukosa (GTT), kultur
vagina mungkin positif untuk candida albicans, Contraction stress test ( CST), Oxytocin
challenge test (OCT) menunujukkan hasil positif jika trjadi insufisiensi plasenta, Kriteria
profil biofisik (BPP)

I. Penatalaksanaan
1. Mengatur diet.
Diet yang dianjurkan pada bumil DMG adalah 30-35 kal/kg BB, 150-200 gr karbohidrat, 125
gr protein, 60-80 gr lemak dan pembatasan konsumsi natrium. Penambahan berat badan
bumil DMG tidak lebih 1,3-1,6 kg/bln. Dan konsumsi kalsium dan vitamin D secara adekuat.
Makanan disajikan menarik dan mudah diterima. Diet diberikan dengan cara tiga kali makan
utama dan tiga kali makanan antara (snack) dengan interval tiga jam. Buah yang dianjurkan
adalah buah yang kurang manis, misalnya pepaya, pisang, apel, tomat, semangka, dan
kedondong.
Dalam melaksanakan diit sehari-hari hendaknya mengikuti pedoman 3J yaitu ;
J1 : Jumlah kalori yang diberikan harus habis.
J2 : Jadwal diit harus diikuti sesuai dengan interval.
J3 : Jenis makanan yang manis harus dihindari.
Penentuan jumlah kalori Untuk menentukan jumlah kalori penderita DM yang
hamil/menyusui secara empirik dapat digunakan umus sebagai berikut ;
( TB 100 ) x 30 T1 + 100 T3 + 300 T2 + 200 L + 400
Keterangan
TB : Tinggi badan. T3 : Trimester III
T1 : Trimester I L : Laktasi/menyusui
T2 : Trimester II
2. Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut :
Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan
oleh kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan
insulin diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda
bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan
memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis tapi juga menimbulkan reaksi
hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati
dengan pedoman pada 140 mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu kadar post pandrial <>
Selama berlangsungnya persalinan dan dalam hari-hari berikutnya cadangan hidrat arang
berkurang dan kebutuhan terhadap insulin berkurang yang mengakibatkan mudah mengalami
hipoglikemia bila diet tidak disesuaikan atau dosis insulin tidak dikurangi. Pemberian insulin
yang kurang hati-hati dapat menjadi bahaya besar karena reaksi hipoglikemik dapat disalah

tafsirkan sebagai koma diabetikum. Dosis insulin perlu dikurangi selama wanita dalam
persalinan dan nifas dini. Dianjurkan pula supaya dalam masa persalinan diberi infus glukosa
dan insulin pada hiperglikemia berat dan keto asidosis diberi insulin secara infus intravena
dengan kecepatan 2-4 satuan/jam untuk mengatasi komplikasi yang berbahaya.
Penanggulangan Obstetri pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup dikuasi
dengan diit saja dan tidak mempunyai riwayat obstetri yang buruk, dapat diharapkan partus
spontan sampai kehamilan 40 minggu. lebih dari itu sebaiknya dilakukan induksi persalinan
karena prognosis menjadi lebih buruk. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan
pengobatan insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini sebaiknya kehamilan 36-37
minggu. Lebih-lebih bila kehamilan disertai komplikasi, maka dipertimbangkan untuk
menghindari kehamilan lebih dini lagi baik dengan induksi atau seksio sesarea dengan
terlebih dahulu melakukan amniosentesis. Dalam pelaksanaan partus pervaginam, baik yang
tanpa dengan induksi, keadaan janin harus lebih diawasi jika mungkin dengan pencatatan
denyut jantung janin terus menerus.
Strategi terapi diabetes mellitus pada ibu hamil meliputi manajemen diet, menjaga berat
badan ibu tetap ideal, terapi insulin untuk menormalkan kontrol glikemik dan olah raga.
Insulin yang dapat digunakan untuk terapi diantaranya:
a. Humulin

Komposisi : Humulin R Reguler soluble human insulin (rekombinant DNA origin).


Humulin N isophane human insulin (rekombinant DNA origin). Humulin 30/70
reguler soluble human insulin 30% & human insulin suspensi 70% (rekombinant
DNA origin).

Indikasi : IDDM

Dosis : Dosis disesuaikan dengan kebutuhan individu. Diberikan secara injeksi SK,
IM, Humulin R dapat diberikan secara IV. Humulin R mulai kerja jam, lamanya 6-8
jam, puncaknya 2-4 jam. Humulin N mulai kerja 1-2 jam, lamanya 18-24 jam,
puncaknya 6-12 jam. Humulin 30/70 mulai kerja jam, lamanya 14-15 jam,
puncaknya 1-8 jam.

Kontraindikasi : Hipoglikemik.

Peringatan : Pemindahan dari insulin lain, sakit atau gangguan emosi, diberikan
bersama obat hiperglokemik aktif.

Efek sampinng : Jarang, lipodistropi, resisten terhadap insulin, reaksi alergi local atau
sistemik.

Faktor resiko : pada kehamilan kategori B

b. Insulatard Hm/ Insulatard Hm Penfill

Komposisi : Suspensi netral isophane dari monokomponen insulin manusia.


Rekombinan DNA asli.

Indikasi : DM yang memerlukan insulin

Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2x/hari (SK).
Onset: jam. Puncak: 4-12 jam. Terminasi: setelah 24 jam. Penfill harus digunakan
dengan Novo pen 3 dengan jarum Novofine 30 G x 8mm.

Kontraindikasi : Hipoglikemia.

Faktor resiko : pada kehamilan kategori B

c. Actrapid Hm/Actrapid Hm Penfill

Komposisi : Larutan netral dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA


asli

Indikasi : DM

Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal, biasanya diberikan 3 x atau lebih
sehari. Penfill SK, IV, IM. Harus digunakan dengan Novo Pen 3 & jarum Novofine 30
G x 8 mm. Tidak dianjurkan untuk pompa insulin. Durasi daya kerja setelah injeksi
SK: jam, puncak: 1-3 jam. Terminasi setelah 8 jam.

Kontraindikasi : hipoglikemia, insulinoma. Pengunaan pada pompa insulin.

Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit lain yang meningkatkan kebutuhan
insulin. Hamil.

Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.

Interaksi obat : MAOI, alcohol, bloker meningkatkan efek hipoglikemik.


Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan kebutuhan
insulin.

Faktor resiko : pada kehamilan kategori B

d. Humalog/Humalog Mix 25

Komposisi : Per Humalog insulin lispro. Per Humalog Mix 25 insulin lispro 25%,
insulin lispro protamine suspensi 75%.

Indikasi : Untuk pasien DM yang memerlukan insulin untuk memelihara homeostasis


normal glukosa. Humalog stabil awal untuk DM, dapat digunakan bersama insulin
manusia kerja lama untuk pemberian pra-prandial

Dosis : Dosis bersifat individual. Injeksi SK aktivitas kerja cepat dari obat ini,
membuat obat ini dapat diberikan mendekati waktu makan (15 menit sebelum makan)

Kontraindikasi : hipoglikemia. Humalog mix 25 tidak untuk pemberian IV.

Peringatan : Pemindahan dari terapi insulin lain. Penyakit atau gangguan emosional.
Gagal ginjal atau gagal hati. Perubahan aktivitas fisik atau diet. Hamil.

Efek samping : Hipoglikemia, lipodisatrofi, reaksi alergi local & sistemik.

Interaksi obat : Kontrasepsi oral,kortikosteroid, atau terapi sulih tiroid dapat


menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin meningkat. Obat hipoglikemik oral,
salisilat, antibiotik sulfa, dapat menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin menurun.

Faktor resiko : pada kehamilan kategori B

e. Mixtard 30 Hm/Mixtard Hm Penfill

Komposisi : Produk campuran netral berisi 30% soluble HM insulin & 70% isophane
HM insulin (monokomponen manusia). Rekombinan DNA asli.

Indikasi : DM yang memerlukan terapi insulin.

Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2 x/hari. Onset:
jam. Puncak 2-8 jam. Terminasi setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dalam Novo
Pen 2 dengan jarum Novofine 30 G x 8 mm.

Kontraindikasi : Hipoglikemia, insulinoma.

Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit yang dapat meningkatkan kebutuhan
insulin. Hamil.

Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.

Interaksi obat : MAOI, alkohol, ? bloker meningkatkan efek hipoglikemik.


Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan kebutuhan
insulin.

Faktor resiko : pada kehamilan kategori B.

3. Olah Raga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk memperbaiki
sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa. Olah raga juga dapat
membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara berat badan yang ideal ketika
dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.
J. Prognosis
Prognosis bagi wanita hamil dengan diabetes pada umumnya cukup baik, apalagi penyakitnya
lekas diketahui dan dengan segera diberikan pengobatan oleh dokter ahli, serta kehamilan dan
persalinannya ditangani oleh dokter spesialis kebidanan. Kematian sangat jarang terjadi,
apabila penderita sampai meninggal biasanya karena penderita sudah mengidap diabetes
sudah lama dan berat, terutama yang disertai komplikasi pembuluh darah atau ginjal.
Sebaliknya, prognosis bagi anak jauh lebih buruk dan di pengaruhi oleh ;
1. Berat dan lamanya penyakit, terutama disertai asetonuria

2. Insufisiensi plasenta
3. Prematuritas
4. Gawat napas (respiratory distress)
5. Cacat bawaan
6. Komplikasi persalinan (distosia bahu)
Pada umumnya angka kematian perinatal diperkirakan anatara 10-15%, dengan
pengertian bahwa makin berat diabetes, makin buruk pula prognosis perinatal.
II.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama.
Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi,
poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati.
b. Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga.
c. Riwayat kehamilan
Diabetes mellitus gestasional, hipertensi karena kehamilan, infertilitas, bayi low gestasional
age, riwayat kematian janin, lahir mati tanpa sebab jelas, anomali congenital, aborsi spontan,
polihidramnion, makrosomia, pernah keracunan selama kehamilan.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sirkulasi
- Nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstrimitas menurun atau lambat pada diabetes yang lama.
- Edema pada pergelangan kaki atau tungkai.
- Peningkatan tekanan darah.
- Nadi cepat, pucat, diaforesis atau hipoglikemi.
b. Eliminasi
Riwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang, nefropati dan poliuri.
c. Nutrisi dan Cairan
- Polidipsi.
- Poliuri.

- Mual dan muntah.


- Obesitas.
- Nyeri tekan abdomen.
- Hipoglikemi.
- Glukosuria.
- Ketonuria.
d. Keamanan
- Kulit : Sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat berubah karena ada bekas injeksi
insulin yang sering
- Riwayat gejala-gejala infeksi dan/budaya positif terhadap infeksi, khususnya perkemihan atau
vagina.
e. Mata
Kerusakan penglihatan atau retinopati.
f. Seksualitas
- Uterus : tinggi fundus uteri mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal terhadap usia
gestasi.
- Riwayat neonatus besa terhadap usia gestasi (LGA),Hidramnion,anomaly congenital, lahir mati
tidak jelas
g. Psikososial
- Resiko meningkatnya komplikasi karena faktor sosioekonomi rendah.
- Sistem pendukung kurang dapat mempengaruhi kontrol emosi.
- Cemas, peka rangsang dan peningkatan ketegangan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
2. Kekurangan volume cairan dan elektrolite berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan dan tidak adekuatnya intake cairan
3. Gangguan psikologis, ansietas berhubungan dengan situasi kritis atau mengancam
pada status kesehatan maternal atau janin.

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi diabetik, prognosa dan kebutuhan tindakan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan informasi dan tidak
mengenal sumber informasi.
5. Resiko tinggi terhadap trauma, pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan
intra uterin.
6. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan ketidakadekuatan
kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan
respon umum.
C. Rencana Keperawatan
No
1

Diagnosa keperawatan
Tujuan
Perubahan nutrisi kurang dari Setelah diberikan asuhan keperawatan

Intervensi
Timbang BB klien setiapkunjungan p

kebutuhan berhubungan

selama ...x 24 jam diharapkan kebutuhan Kaji masukkan kalori dan pola makan

dengan ketidakmampuan

nutrisi terpenuhi dengan KH ;

jam

mencerna dan menggunakan - Meningkatkan 24-30 Ib pada masa prenatal Tinjau ulang/ berikan informasi meng
nutrisi kurang tepat

atau yang tepat untuk berat badan sebelum perubahan yang diperlukan pada
hamil

penatalaksanaan diabetic

Mempertahankan gkulosa darah puasa (FBS)Tinjau ulang pentingnya makan dan k


antara 60-100 mg/dl, dan 1 jam
postprandial tidak lebih dari 140 mg/dl

yang teratur bila menggunakan insu


Perhatikan adanya mual dan muntah,

- Mengungkapkan pemahaman tentang aturan khususnya pada trimester pertama


tindakan individu dan kebutuhan
pemantauan diri yang sering

Kaji pemahaman tentang efek stress p


diabetes

Ajarkan klien metode finger stick unt


memantau glukosa sendiri dengan

menggunakan strip enzim dan meter

Anjurkan pemantauan keton urin pad

terjaga dan bila rencana makan atau


diperlambat
Kolaborasi:

1. Rujuk pada ahli diet terdafta

diet individu dan konseling p


mengenai diet

2. Pantau keadaan glukosa seru

preprandial, 1dan 2 jam post

pada kunjungan awal kemud


kondisi klien

3. Tentukan hasil HbAic setiap


4. Siapkan untuk perawatan di

sakit bila diabetes tidak terko

Kekurangan volume cairan dan Setelah diberikan asuhan keperawatan

Kaji dan dokumentasikan turgor kulit

elektrolite berhubungan dengan selama ...x 24 jam diharapkan kesimbangan membrane mukosa, TTV
kehilangan cairan berlebihan

cairan dan elektrolit dengan KH ;

dan tidak adekuatnya intake


cairan

Timbang BB setiap hari hari dengan


menggunakan alat yang sama

1. Turgor kulit kembali normal


2. Membrane mukosa lembab

Catat intake dan output secara adekua


Jika klien mampu, najurkan untuk

mengonsumsi cairan peroral dengan


3. BB stabil

perlahan , dan tingkatkan jumlah ca


order

4. Tanda vital dalam batas normal

Tes urine terhadap aseton, albumin, d


glukosa
Kolaborasi

Berikan cairan intravena sesuai order

terdiri dari elektrolit, glukosa, dan v

3.

Gangguan psikologis, ansietas Setelah diberikan asuhan keperawatan


berhubungan dengan situasi

selama ...x 24 jam diharapkan pasien

kritis atau mengancam pada

tenang dengan KH ;

Atur keberadaan perawat secara konti


persalinan.

Pastikan respon yang ada pada pesali

status kesehatan maternal atau Mengungkapkan kesadaran tentang perasaan penatalaksanaan medis. Kaji keefek
janin.

mengenai diabetes dan persalinan.


Menggunakan strategi koping yang tepat

sistem pendukung.

Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi

Jelaskan semua prosedur tindakan per

Fasilitasi semua keluhan atas ungkapa


perasaan

Informasikan kepada keluarga tentang

kemajuan persalinan dan keadaan ja

Kurang pengetahuan tentang

Setelah diberikan asuhan keperawatan

1. Kaji pengetahuan tentang proses dan

kondisi diabetik, prognosa dan selama ...x 24 jam diharapkan pengetahuan terhadap penyakit dari klien
kebutuhan tindakan

pasien meningkat terhadap penyakitnya KH


2. Berikan informasi tentang cara kerja

pengobatan berhubungan

dengan kurangnya informasi, berpartisipasi dalam penatalaksanaan

merugikan dari insulin

3. Berikan informasi tentang kebutuhan

kesalahan informasi dan tidak diabetes selam kehamilan.

latihan eingan. Ingatkan untuk berhe

mengenal sumber informasi. mengungkapkan pemahaman tentang

latihan bila glukosa melebihi 300mg

prosedur, tes laboratorium, dan aktivitas 4. Berikan informasi mengenai dampak


yang melibatkan pengontrolan diabetes
mendemonstrasikan kemahiran memantau
sendiri dan pemberian insulin

kehamilan pada kondisi diabetic dan


masa datang

5. Anjurkan klien mempertahankan pen

harian dirumah terhadap kadar gluk

dosis insulin, diet, latihan, reaksi, pe

umum tentang kesejahteraan, dan pe


lain yang berhubungan

6. Bantu klien/ keluarga untuk mempel


pemberian glucagon
7. Tinjau kadar Hb atau Ht

8. Jelaskan penambahan berat badan no

klien. anjurkan klien memantau pen

berat badannya sendiri dirumah dian

waktu kunjungan. Penambahan tota

trimester pertama harus 2,5-4,5 Ib [1


kemudian 0,8-0,9 Ib/mgg[360-400
g/mgg]setelahnya

Resiko tinggi terhadap trauma, Setelah diberikan asuhan keperawatan

Tinjau ulang riwayat pranatal dan kon

pertukaran gas pada janin

selama ....x 24 jam diharapkan trauma tidak maternal.

berhubungan dengan

terjadi dengan KH ;

ketidakadekuatan kontrol

Kehamilan cukup bulan.

diabetik maternal,

Meningkatkan keberhasilan kelahiran dari

makrosomnia atau retardasi


pertumbuhan intra uterin.

bayi usia gestasi yang tepat


Bebas cedera

Periksa adanya glukosa atau keton da

dalam urin ibu dan pantau tekanan d


Observasi tanda vital.

Anjurkan posisi rekumben lateral sela


persalinan.

Menunjukkan kadar glukosa normal, bebas Lakukan dan bantu dengan pemeriksa
tanda hipoglikemia

untuk menentukan kemajuan persali


Kolaborasi :

1. Tinjau hasil tes pranatal sepe

biofisikal, tes nonstres dan te


kontraksi.

2. Dapatkan atau tinjau ulang h

amniosentesis dan ultrasono

3. Pantai kadar glukosa serum

dengan finger stick setiap jam

kemudian setiap 2-4 jam ses


indikasi.

4. Observasi frekuensi denyut j


janin.

5. Lakukan pemberian cairan d


5% per parenteral.

6. Siapkan untuk induksi persa

dengan oksitosin atau seksio

7. Kolaborasi dengan tim medi


sesuai indikasi.

Resiko tinggi terhadap cedera Setelah diberikan asuhan keperawatan


maternal berhubungan dengan selama ... x 24 jam diharapkan cedera
ketidakadekuatan kontrol

maternal tidak terjadi dengan KH ;

diabetik, profil darah abnormal


Tetap normotensif
atau anemia, hipoksia jaringanMempertahankan normoglikemi
dan perubahan respon umum.

Bebas dari komplikasi seperti infeksi,


pemisahan plasenta.

Perhatikan klasifikasi white untuk dia


Kaji derajad kontrol diabetik.

Kaji perdarahan pervaginam dan nyer


abdomen.

Pantau terhadap tanda dan gejala pers


preterm.

Bantu untuk belajar memantau glukos

rumah yang dilakukan 6 kali sehari.


Periksa keton dalam urin setiap hari.

Identifikasi kejadian hipoglikemia da


hiperglikemia.

Pantau adanya edema dan tentukan ti


fundus uteri.
Kaji adanya infeksi saluran kencing.

Pantau dengan ketat bila obat tokoliti

digunakan untuk menghentikan pers

Kolaborasi :

Pantau kadar glukosa serum setiap ku

Dapatkan HbA1c setiap 2-4 minggu s


indikasi.

Kaji Hb dan Ht pada kunjungan awal

selama trimester kedua dan preterm

Instruksikan pemberian insulin sesuai

Dapatkan urinalisa dan kultur urin, ku

vagina, berikan antibiotika sesuai in


Kumpulkan spesimen untuk ekskresi

total, klirens kreatinin nitrogen urea


kadar asam urat.

Jadwalkan pemeriksaan oftalmologi s

trimester pertama, trimester kedua d

bila berada dalam diabetes klasifika


atau diatasnya.

Siapkan untuk ultrasonografi pada ge

12, 26, 36 dan 38 untuk menentukan

janin dengan menggunakan diamete

biparietal, panjang femur dan perkir


badan janin.

Mulai terapi intra vena dengan dekstr

berikan glukogon sub cutan bila dira

rumah sakit dengan shock insulin da


sadar. Ikuti dengan pemberian susu
bila mampu menelan

D. .Evaluasi Keperawatan
1. Kebutuhan nutrisi terpenuhi, Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100
mg/dl dan 2 jam sesudah makan tidak lebih dari 140 mg/dl.
2. Kebutuhan cairan pasien terpenuhi, turgor kulit kembali normal, membrane mukosa
lemba, BB stabil, tanda vital dalam batas normal
3. Pasien tenang, mengungkapkan kesadaran tentang perasaan mengenai diabetes dan
persalinan, Menggunakan strategi koping yang tepat
4. Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selama kehamilan, Mengungkapkan
pemahaman tentang prosedur
5. Bebas cedera, Menunjukkan kadar glukosa normal, bebas tanda hipoglikemia
6. Tetap normotensif, Mempertahankan normoglikemia., Bebas dari komplikasi seperti
infeksi, pemisahan plasenta

DIABETES MELITUS
A.

Konsep dasar
1.

Pengertian

Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan


metabolik akibat gangguan hormonal yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, di sertai lesi pada membran
basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron ( Mansjoer Arif dkk, 1999 ).
Diabetes Melitus adalah masalah yang mengancam hidup (kasus darurat) yang
disebabkan oleh defisiensi insulin (Doenges M. E, 2000).Menurut WHO, Diabetes
Melitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan
dan keturunan secara bersama-sama, tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.
Sedangkan menurut Prince, A. S, 1999 : Diabets Melitus adalah gangguan metabolisme
yang secara klinis dan genetik termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat.
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Diabetes Melitus
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh faktor lingkungan atau herediter, yang
menyebabkan gangguan metabolik berupa defisiensi insulin akibat gangguan hormonal
sehingga menimbulkan gangguan pada organ-organ tubuh yang lain, seperti pada:
mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi Diabetes Melitus terdiri atas :
a.

Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) termasuk dalam tipe satu di mana

insulin tidak lagi diproduksi pankreas.


b.

Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) termasuk dalam tipe dua

dimana pankreas

masih dapat memproduksi insulin.

c.

Gestational Diabetes Melitus pada golongan ini hanya terjadi pada ibu hamil.

d.

Gangguan toleransi glukosa.

e.

Malnutrisi Related Diabetes Melitus.

3. Anatomi dan Fisiologi Pankreas


Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan , strukturnya sangat mirip dengan
kelenjar ludah, panjangnya kurang lebih 15 cm, mulai dari duodenum sampai limpa,
terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam ruang
retroperitonial dan terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a. Kepala pankreas, yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan
didalam lekukan duodenum.
b. Badan pankreas, merupakan bagian utama pada organ tersebut dan letaknya
dibelakang lambung dan didepan vertebra lumbalis pertama.
c. Ekor pankreas, adalah bagian yang runcing disebelah kiri dan menyentuh limpa.

Jaringan pankreas terdiri atas lobula daripada sel sekretori yang tersusun mengitari
saluran-saluran halus. Saluran ini mulai dari persambungan saluran kecil dari lobula
yang terletak didalam ekor pankreas dan berjalan melalui badannya dari kiri ke kanan.
Saluran kecil itu menerima saluran dari lobula lain dan kemudian bersatu.
Pankreas merupakan kelenjar ganda yang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian eksokrine
dan endokrine. Dimana eksokrine dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang
membentuk cairan getah pankreas dan yang berisi enzim dan elektrolit untuk
pencernaan sebanyak 1500 sampai 2500 ml sehari dengan pH 8 sampai 8,3. Cairan ini
dikeluarkan akibat rangsangan dari hormon sekretin dan pankreoenzimin. Sedangkan
endokrine terdapat di alveoli pankreas berupa massa pulau kecil yang tersebar diseluruh
pangkreas dan disebut Pulau Lengerhans . Setiap pulau berdiameter 75 sampai 150
mikron yang terdiri sel Beta 75 %, sel Alfa 20 %, sel Delta 5 % dan beberapa sel C. Sel
Alfa menghasilkan glukagon dan sel Beta merupakan sumber insulin sedangkan sel
delta mengeluarkan somatostatin, gastrin dan polipeptida pankreas.
4.

Etiologi

Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau Diabetes tergantung insulin disebabkan
oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non
Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) disebabkan kegagalan relatif sel beta dan
resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh sel hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan
glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel beta pankreas
mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Mansjoer. A dkk, 1999).
5. Patofisiologi
Keadaan tubuh yang sehat makanan seperti karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin
serta air dalam saluran cerna dipecah menjadi polisakarida, glukosa menjadi
monosakarida, mengalir dalam pembuluh darah vena porta sehingga terjadi rangsang
sel beta pankreas untuk mengeluarkan insulin. Monosakarida disimpan diotot dan hati
sebagai dalam glikogen, sisanya beredar dalam pembuluh darah dan dikontrol oleh
insulin.
Jika glukosa berkurang maka terjadi pemecahan glikogen yang disebabkan oleh reaksi
glikogenolisis. Sedangkan bila kadar glukosa berlebihan maka disimpan dalam bentuk
glikogen, reaksi ini disebut glikogenesis.
Pada penderita Diabetes Melitus terjadi pengeluaran glukosa yang berlebihan di liver
melalui glikogenolisis dan glikoneogenesis serta oleh tidak adekuatnya penggunaan

glukosa oleh otot-otot skeletal, jaringan adiposa dan hati. Trigliserida ditransformasi dari
sel-sel menuju kehati dirubah menjadi keton yang digunakan oleh otot.
Pada IDDM sekresi insulin sangat sedikit atau tidak ada sama sekali, sedangkan pada
NIDDM terdapat ketidak sesuaian Glukosa Sinsing Mekanism oleh sel beta pankreas.
Demikian pula pada obesitas, ada penurunan jumlah reseptor insulin pada membran sel
otot dan sel lemak. Pada obesitas di ekskresikan sejumlah besar insulin, tapi tidak
efektif penggunaannya karena berkurangnya jumlah reseptor insulin. Saat glukosa
darah meningkat tubulus renal tak mampu mereabsorsi seluruh glukosa saat
glumerolus filtrasi sehingga tidak terjadi glukosuria. Glukosa darah yang tinggi
menyebabkan osmotik diuresis karena gula bersifat mengikat air. Air, sodium, clorida,
photasium dan phospat menjadi hilang keluar bersama urin, sehingga klien menjadi
haus. Bila insulin defisiensi atau tidak ada, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel dan
menyebabkan sel dalam keadaan lapar, tetapi di pihak lain glukosa meningkat dalam
tubuh. Jika sel tidak dapat memakai glukosa sebagai bahan bakar,maka alternatif yang
digunakan yaitu dengan memecah asam lemak, keton bodies dalam jumlah terbatas.
Keton bodies ini berhasil digunakan oleh sel sebagai energi
6.

Manifestasi klinis

Tanda dan gejala yang biasa terjadi pada Diabetes Melitus adalah dengan adanya
gejala khas berupa klien banyak makan (polifagia), banyak kencing (poliuria), banyak
minum (polidipsia), paralysis, parastesisa. Kadar glukosa dalam darah yang tinggi
menyebabkan klien banyak mengeluarkan urin (poliuria), tubuh akan memerlukan lebih
banyak air untuk mengimbangi jumlah besar cairan yang keluar sebagai urine, oleh
karena itu klien merasa haus. Tanda-tanda lain badan terasa lemas dan berat badan
menurun, gejala lain yang mungkin dikeluhkan oleh klien Diabetes Melitus adalah
kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensi pada pria serta pruritus vulva pada wanita.
7.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penyaringan perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
Diabetes Mellitus, yaitu kelompok usia dewasa tua (> 40 tahun), obesitas, hipertensi,
riwayat keluarga diabetes mellitus, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir > 4.000
gr, riwayat Diabetes Melitus pada kehamilan dan dislipidemia.
Pemeriksaan penyaringan dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa sewaktu, kadar
gula darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
standar. Untuk pemeriksaan penyaringan ulangan tiap tahun bagi pasien berusia > 45
tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan tiap tiga tahun
8.

Komplikasi

Berbagai komplikasi dapat terjadi pada klien dengan Diabetes Melitus:


a.

Akut : Koma hipoglikemia, ketoasidosis, koma hiperosmolar nonketotik.

b. Kronik : Makroangiopati, Mikroangiopati, Neuropati, Nefropati, Retinopati, kaki


diebetik.
9.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Diabetes Melitus dalam jangka pendek bertujuan untuk


menghilangkan keluhan atau gejala Diabetes Melitus. Sedangkan tujuan jangka panjang
adalah untuk mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara
menormalkan kadar glukosa darah, lipid, dan insulin. Lebih penting pula mengajarkan
agar pasien mampu mandiri dan hidup normal dengan Diabetes Melitusnya.
a.

Terapi diet, klien Diabetes Melitus dianjurkan dengan diet tinggi serat dengan prinsip

jumlah kalori yang tepat, gula dan produk gula dilarang, diit sesuai pola hidup, tinggi
serat, cukup vitamin dan mineral.
b. Terapi latihan, dianjurkan latihan jasmani teratur, 3 4 kali setiap minggu selama
setengah jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous, Rhytmical, Interval, Progressive,
Endurance training). Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, joging, lari,
renang, bersepeda dan mendayung. Hal yang perlu diperhatikan jangan memulai olah
raga sebelum makan, memakai sepatu yang pas, selalu didampingi oleh orang yang
tahu mengatasi serangan hipoglikemia, harus selalu membawa permen, membawa
tanda pengenal sebagai penderita Diabetes Melitus, selalu memeriksa kaki secara
cermat setelah olah raga.
c.

Terapi insulin, diberikan sebagai bantuan bila klien telah melakukan pengaturan

makan dan olah raga tetapi belum berhasil.


10. Manajemen Diet
a.

Diet berisi kalori, protein dan vitamin serta mineral yang adekuat 30 kal/kgBB.

b. Dapat ditambah 35-40 kal/kgBB untuk aktifitas yang meningkat.


c. Dapat

dikurangi

15 25

kal/kg BB untuk pasien gemuk / kurang

beraktifitas.
d. Tinggi serat.
B.

Asuhan Keperawatan .

Proses keperawatan merupakan masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki atau
merawat pasien ke tarap yang optimal melalui mutu pendekatan yang sistemaits untuk
mengenal masalah dan membantu pasien dalam mengatasi masalahnya.
1.
2.
3.
4.
5.

Dalam proses keperawatan terdiri dari lima tahap, yaitu :


Pengkajian
Diagnosa keperawatan
Perencanaan
Pelaksanaan/Implementasi
Evaluasi
Di dalam melaksanakan proses keperawatan, perawat harus mempunyai keterampilan
khusus agar didapatkan suatu keperawatan yang sempurna, yaitu

1.
2.
3.

Keterampilan intelektual
Keterampilan tekhnik
Keterampilan interpersonal
Konsep Teoritis Asuhan Keperawatan Pada Klien Diabetes Melitus
1.

Pengkajian

Adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga


dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut.
Menurut Marilyn. E. Doenges (2000), data dasar pengkajian pasien dengan Diabetes
Melitus, yang perlu dikaji adalah :
a.

Aktifitas/Istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, keram otot, tonus otot menurun,
gangguan tidur atau istirahat.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktifitas, letargi
atau disorieantasi, koma.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, infark miokar akut, klaudikasi, kebas, kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardia, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun
atau tak ada, disritmia, krekels, kulit panas, kering, kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas ego
Gejala : Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria ), nokturia. Rasa nyeri / terbakar, kesulitan
berkemih ( infeksi ), ISK baru / berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi oliguri/anuria
jika terjadi hipovolemia berat, urine berkabut, bau busuk infeksi ), abdomen keras,
adanya ansietas, bising usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare ).
e. Makanan / cairan
Gejala : Hilang napsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan
glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari / minggu,
haus, penggunaan diuretik ( tiazid ).
Tanda

: Kulit kering / bersisik, turgor jelek, kekakuan / distensi abdomen, muntah,

pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningkatan gula darah ),


bau halitosis/manis, bau buah ( napas aseton ).
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan,kebas kelemahan pada otot,
parestesia, gangguan penglihatan.

Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor / koma ( tahap lanjut ), gangguan


memori , reflek tendon menurun, kejang.
g. Nyeri / keamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri ( sedang/berat ).
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
( tergantung adanya infeksi/tidak ).
Tanda : Lapar udara, batuk dengan / tanpa sputum purulen ( infeksi ), frekuensi
pernapasan.
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi / ulserasi, menurunnya kekuatan umum /
rentang gerak, parestesia / paralysis otot termasuk otot-otot pernapasan ( jika kadar
kalium menurun dengan cukup tajam ).
j. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina ( cendrung infeksi ), masalah impoten pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita.
k. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga, DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan
yang lambat, penggunaan obat seperti steroid, diuretik /tiazid , dilantin dan fenobarbital
(dapat meningkatkan kadar glukosa darah).
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama di rawat 5 sampai 9 hari.
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan
diet,pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dibuat setelah data-data terkumpul dan di analisis.
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien Diabetes Melitus,
adalah :
a.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare, muntah, masukan

dibatasi, mual, kacau mental.


b.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakcukupan insulin, anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan


kesadaran.
c.

Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,

penururnan fungsi leukosit, perubahan dari sirkulasi,


d.

Perubahan sensori-perseptual (uraikan) berhubungan dengan perubahan kimia

endogen, ketidakseimbangan glukosa atau elektrolit.

e.

Kelelahan berhubungan dengan penurunan fungsi metabolik

insufisiensi

insulin.
f.

Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit yang tidak dapat diobati,

ketergantungan dengan orang lain.


g.

Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurang mengingat kesalahan interpretasi informasi, tidak


mengenal sumber infomasi.
3. Perencanaan
Adapun perencanaan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus berdasarkan diagnosa
keperawatan yang muncul, adalah :
a.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare,

muntah, masukan dibatasi, mual, kacau mental.


Hasil yang diharapkan : Tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba turgor kulit dan
pengisisan baik, haluaran urin tepat secara individu, kadar elektrolit dalam batas normal.
Rencana tindakan :
1)

Pantau tanda-tanda vital dan catat adanya perubahan TD.

2)

Pantau pola pernafasan seperti adanya pernafasan kussmaul atau pernafasan

berbau keton.
3)

Pantau frekuensi pernafasan, penggunaan otot bantu nafas, adanya sianosis.

4)

Pantau suhu, warna kulit dan kelembaban

5)

Ukur berat badan tiap hari.

6)

Observasi nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.

7)

Pertahankan pemberian cairan paling sedikit 2500 ml/hari.

8)

Beri lingkungan nyaman.

9)

Kolaborasi dalam pemberian cairan sesuai dengan indikasi

Rasionalisasi :
1)

Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia, perkiraan berat

ringan hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan darah sistolik klien turun lebih dari 10
mmhg dari posisi baring keposisi duduk/berdiri.
2)

Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang menghasilkan

kompensasi alkalosis respiratoris terhadap ketoasidosis, pernapasan yang berbau


aseton berhubungan pemecahan asam aseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis
harus terkoreksi.
3)

Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan pola dan frekuensi

pernapasan mendekati normal, tetapi peningkatan kerja pernapasan dangkal, cepat


serta muncul sianosis.
4)

Demam, menggigil dan diaforesis merupakan hal umum terjadi pada proses

infeksi, demam dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dari
dehidrasi.

5)

Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang

berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.


6)

Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.

7)

Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi.

8)

Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap klien lebih lanjut akan dapat

menimbulkan kehilangan cairan.


9)

Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan

respons secara individual.


b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
ketidakcukupan insulin, anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri
abdomen, perubahan kesadaran.
Hasil yang diharapkan : Mencerna jumlah kalori yang tepat, menujukkan tingkat
energi yang biasanya, berat badan stabil.
Rencana tindakan :
1) Timbang berat badan sesuai dengan indikasi.
2) Tentukan program diet dan pola makan pasien.
3) Auskultasi bising usus,catat adanya nyeri abdomen kembung, mual,pertahankan
keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
4) Beri makanan cair yang mengandung nutrien dan elektrolit identifiasi makanan yang
disukai.
5) Observassi tanda-tanda hipoglikimia.
6) Kolaborasi dalam pemeriksaan gula darah dengan menggunakan finger stick.
7) Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah.
Rasionalisasi :
1) Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat termasuk absorbsi dan utilisasinya.
2) Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapiutik.
3) Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan
motilitas/fungsi lambung yang akan mempengaruhi pilihan intervensi.
4) Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika klien sadar dan fungsi
gastrointestinal baik.
5) Metabolisme karbohidrat mulai terjadi dan gula darah akan berkurang dan
sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemia dapat terjadi, jika klien dalam
keadaan koma hipoglikemia mungkin terjadi tanpa memperlihatkan perubahan tingkat
kesadaran, secara potensial dapat mengancam kehidupan yang harus dikaji dan
ditangani secara cepat melalui tindakan protokol yang direncanakan.
6) Analisa ditempat tidur terhadap gula darah lebih akurat dari pada memantau gula
darah dalam urine yang tidak cukup akurat untuk mendeteksi fluktuasi kadar gula darah

dan dapat dipengaruhi oleh ambang ginjal klien secara individual atau adanya retensi
urine/gagal ginjal.
7)

Gula darah akan menurun perlahan dengan penggunaan cairan dan terapi insulin

terkontrol, dengan pemberian insulin dosis optimal glukosa kemudian dapat masuk
kedalam sel dan digunakan untuk sumber kalori, hal ini terjadi sehingga kadar aseton
akan menurun dan asidosis dapat dikoreksi.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan
kadar glukosa tinggi, penururnan fungsi leukosit, perubahan dari
sirkulasi.
Hasil yang diharapkan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan
risiko, mendemonstrasikan tehnik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya
infeksi.
Rencana tindakan :
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti demam, kemerahan, adanya
pes pada luka, sputum purulen, urin warna keruh atau berkabut.
2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada
semua orang yang berhubungan dengan pasien
3) Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invasif berikan perawatan kulit dengan
teratur dan jaga kulit agar tetap kering.
4) Pasang kateter dan lakukan perawatan perineal dengan baik.
5) Berikan posisi semifowler
6) Anjurkan untuk makan dan minum adekuat
7) Kolaborasi untuk pemberian obat antibiotik yang sesuai.
Rasionalisasi :
1) Klien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan
ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nasokomial.
2) Mencegah timbulnya infeksi silang.
3) Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media
terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4) Mengurangi resiko terjadinya ISK, klien koma mungkin memiliki resiko yang khusus
jika terjadi retensi urine pada saat awal dirawat.
5) Memberikan

kemudahan

bagi

paru

untuk

berkembang,

menurunkan resiko terjadinya aspirasi.


6) Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi, meningkatkan aliran urine untuk
mencegah urine yang statis dan membantu dalam mempertahankan pH urine yang
menurnkan pertumbuhan bakteri dan pengeluaran organisme dari system organ
tersebut.
7)

Penangan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.

e.

Perubahan sensori-perseptual (uraikan) berhubungan dengan

perubahan kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa atau


elektrolit.
Hasil yang diharapkan : Mempertahankan tingkat mental biasanya,
mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori
Rencana tindakan :
1.

Pantau tanda-tanda vital dan status mental.

2.

Orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhan pada pasien misal : orang,

tempat dan waktu.


3.

Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak mengganggu waktu istirahat klien.

4.

Pelihara aktifitas rutin klien sekonsisten mungkin dan motivasi untuk melakukan

kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.


5.

Lindungi pasien dari cedera ketika tingkat kesadaran pasien terganggu.

6.

Evaluasi lapang pandang penglihatan sesuai dengan indikasi.

7.

Selidiki adanya keluhan paraestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada kaki.

8.

Beri tempat tidur yang lembut.

9.

Bantu pasien dalam perubahan posisi.

10.

Kolaborasi dalam pemberian terapi sesuai dengan indikasi.

11.

Pantau nilai laboratorium seperti nilai glukosa darah dan HB.

Rasionalisai :
1)

Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal seperti suhu yang

meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.


2)

Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mepertahankan kontak dengan

realitas.
3)

Meningkatkan tidur, menurunkan rasa letih dan dapat memperbaiki daya pikir.

4)

Membantu memelihara klien tetap berhubungan dengan realitas dan

mempertahankan orientasi pada lingkungan.


5)

Disorientasi merupakan awal dari kemungkinan cedera terutama malam hari dan

perlu pencegahan sesuai indikasi.


6)

Oedema/lepasnya retina, hemoragik, katarak, paralysis otot ekstraokuler

sementara mengganggu penglihatan yang memerlukan terapi korektif.


7)

Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan

sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan
gangguan keseimbangan.
8)

Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan kemungkinan kerusakan kulit karena

panas.
9)

Meningkatkan keamanan klien terutama ketika rasa keseimbangan dipengaruhi.

10) Gangguan dalam proses piker/potensial terhadap aktifitas kejang biasanya hilang
bila keadaan hiperosmolaritas teratasi.
11) Ketidakseimbangan nilai laboratorium dapat menurunkan fungsi mental.
f.

Kelelahan berhubungan dengan penurunan fungsi metabolik

insufisiensi insulin
Hasil yang diharapkan : Mengungkapkan peningkatan tingkat energi, menunjukkan
perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Rencana tindakan :
1)Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas dan buat jadwal perencanaan
dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menunjukkan kelelahan.
2) Beri aktivitas alternatif dengan periode aktivitas yang cukup.
3) Pantau nadi, pernafasan, dan tekanan darah sebelum dan sesudah aktivitas.
4) Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan
sebagainya.
5) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sesuai dengan yang dapat
ditoleransi.
Rasionalisasi :
1)

Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktifitas

meskipun klien mungkin sangat lemah.


2)

Mencegah kelelahan yang berlebihan.

3)

Mengindikasikan tingkat aktifitas yang dapat ditoleransi secar fisiologis.

4)

Klien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan penurunan kebutuhan

akan energi pada setiap kegiatan.


5)

Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktifitas yang

dapat ditoleransi klien.


g.

Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit yang tidak

dapat diobati, ketergantungan dengan orang lain.


Hasil yang diharapkan : Mengakui perasaan putus asa, mengidentifikasi cara-cara
sehat untuk menghadapi perasaan, membantu dalam merencanakan perawatan sendiri
dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Rencana tindakan :
1) Anjurkan pasien atau keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang
perawatan dan penyakitnya secara keseluruhan.
2) Observasi bagaimana pasien telah menangani masalahnya di masa lalu.
3) Berikan kesempatan pada keluarga untuk mengekspresikan perhatiannya dan
diskusikan cara mereka dapat membantu sepenuhnya terhadap klien.
4) Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
5) Anjurkan pasien untuk membuat keputusan sehubungan dengan perawatannya.

6) Berikan dukungan pada pasien untuk berperan serta dalam merawat diri sendiri dan
beri umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.
Rasionalisasi :
a.
b.

Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.


Pengetahuan gaya individu membantu untuk menentukan kebutuhan terhadap

tujuan penanganan.
c.

Meningkatkan perasaan terlibat dan memberikan kesempatan keluarga untuk

memecahkan masalah untuk membantu mencegah terulangnya penyakit pada klien lagi.
d.

Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri

dapat mengakibatkan perasaan frustasi/kehilangan kontrol diri dan mungkin


mengganggu kemampuan koping.
e.

Mengkomunikasikan pada klien bahwa beberapa pengendalian dapat dilatih pada

saat perawatan dilakukan.


f.
h.

Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.


Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang mengingat


kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber infomasi.
Hasil yang diharapkan : Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit,
mengidentifikasi hubungan, tanda dan gejala dengan proses penyakit, dengan benar
melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan, melakukan
perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Rencana tindakan :
1.

Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan dan selalu ada untuk

pasien.
2.

Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan.

3.

Pilih strategi belajar seperti teknik demonstrasi dan membiarkan pasien

mendemonstrasikan ulang.
4.

Diskusikan topik-topik yang utama.

5.

Diskusikan cara pemeriksaan gula darah.

6.

Diskusikan tentang rencana diet.

7.

Tinjau kembali pemberian insulin oleh klien dan perawatan terhadap peralatan

yang digunakan.
8.

Tekankan pentingnya pemeriksaan gula darah setiap hari, waktu dan dosis obat.

9.

Diskusikan factor-faktor yang memegang peranan dalam kontrol DM.

10. Buat jadual latihan/aktifitas secara teratur.


11. Anjurkan untuk tidak menggunakan obat-obat yang dijual bebas tanpa konsultasi
dengan tenaga kesehatan.
12. Lihat kembali tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi secara medis.

13. Demonstrasikan teknik penanganan stress seperti teknik napas dalam.


Rasionalisasi :
1)

Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum klien bersedia

mengambil bagian dalam proses keperawatan.


2)

Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerja sama klien

dengan prinsip yang dipelajari.


3)

Penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi meningkatkan

penyerapan pada individu yang belajar.


4)

Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pertimbangan

dalam memilih gaya hidup.


5)

Pemeriksaan gula darah oleh diri sendiri 4 kali setiap hari atau lebih

memungkinkan fleksibilitas dalam perawatan diri.


6)

Pentingnya kontrol diet akan membantu klien dalam merencanakan makan dan

mentaati program.
7)

Mengidentifikasikan pemahaman dan kebenaran dari prosedur atau masalah yang

potensial dapat terjadi sehingga solusi alternatif dapat ditentukan untuk pemberian
insulin tersebut.
8)

Membantu dalam menciptakan gambaran nyata dari keadaan klien untuk

melakukan kontrol penyakitnya dengan lebih baik.


9)

Informasi ini penting untuk meningkatkan pengendalian terhadap DM dan dapat

sangat menurunkan berulangnya kejadian ketoasidosis.


10) Waktu latihan tidak boleh bersamaan waktunya dengan kerja puncak insulin,
makanan harus diberikan sebelum atau selama latihan sesuai dengan kebutuhan dan
rotasi injeksi harus menghindari kelompok otot yang akan digunakan aktifitas.
11) Produktifitas mungkin mengandung gula atau berinteraksi dengan obat-obat yang
diresepkan.
12) Intervensi segeral dapat mencegah perkembangan komplikasi yang lebih serius
atau komplikasi yang mengancam.
13) Meningkatkan relaksasi dan pengendalian terhadap respon stress yang dapat
membantu untuk membatasi peristiwa ketidakseimbangan glukosa/insulin.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah penerapan tindakan-tindakan perawatan yang telah direncanakan.
Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan keperawatan
yang telah direncanakan. Prioritas tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah:
memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa, memperbaiki
metabolisme abnormal, mengidentifikasi atau membantu penanganan terhadap
penyebab atau penyakit yang mendasar, dan mencegah komplikasi. Setelah semua
tindakan dilaksanakan maka akan dilanjutkan dengan pendokumentasian semua
tindakan yang telah dilakukan beserta hasil-hasilnya.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah menilai keberhasilan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan
klien. Evaluasi merupakan indikator keberhasilan dalam proses keperawatan. Evaluasi
berdasarkan yaitu :
a.

Volume cairan terpenuhi atau hidrasi adekuat.

b.

Kebutuhan pemenuhan nutrisi terpenuhi dari kebutuhan tubuh.

c.

Tidak terjadi infeksi ( sepsis ).

d.

Tidak terjadi perubahan pada sensori perseptual.

e.

Kelelahan pada klien dapat teratasi.

f.

Klien dapat mandiri dalam kebutuhan rutinitas / ketidakberdayaan tidak terjadi.

g.

Klien dan keluarga dapat mengetahui tentang penyakit, prognosis, dan

pengobatan klien selama dirawat.


DAFTAR PUSTAKA.
Brunner & Suddarth. (2002).Buku ajar keperawatan medikal bedah. Ed. VIII
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa keperawatan aplikasi pada praktik klinis.

Ed.

VI. Jakarta : EGC.


Doengoes, Marylin E, et. al. (2000). Penerapan proses keperawatan dan diagnosa
keperawatan. Jakarta. EGC.
Doengoes, Marylin E, et. al. (1999). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta. EGC.
Doengoes, Moorhouse & Geissler. (1999). Rencana asuhan keperawatan Ed. III.
Jakarta. EGC.
Ramali & Pamoentjak. (1999). Kamus kedokteran Ed. revisi Penerbit : Buku
Kedokteran. EGC.
Syamsu Hidayat, R. Wim De Jong. (1997). Buku ajar umum bedah Ed. Revisi.
Jakarta. EGC.

DIABETES MELITUS
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk

heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Silvia. Anderson Price, 1995)
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat

dikontrol yang dikarakteristikan dengan ketidak ade kuatan penggunaan insulin (Barbara Engram; 1999,
532)

Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro
vaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1996).

2. Etiologi
Penyebab Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi menurut WHO tahun 1995 adalah :
a.

DM Tipe I (IDDM : DM tergantung insulin)


Faktor genetik / herediter

Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran oleh
virus atau mempermudah perkembangan antibodi autoimun melawan sel-sel beta, jadi mengarah pada
penghancuran sel-sel beta.

Faktor infeksi virus

Berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu yang menentukan proses autoimun
pada individu yang peka secara genetik
b.

DM Tipe II (DM tidak tergantung insulin = NIDDM)


Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi obesitas pada individu obesitas dapat

menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat insulin
yang tersedia kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik yang biasa.
c.

DM Malnutrisi
Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD)

Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah protein sehingga klasifikasi pangkreas
melalui proses mekanik (Fibrosis) atau toksik (Cyanide) yang menyebabkan sel-sel beta menjadi rusak.

Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD)

Karena kekurangan protein yang kronik menyebabkan hipofungsi sel Beta pancreas
d.

DM Tipe Lain

Penyakit pankreas seperti : pancreatitis, Ca Pancreas dll

Penyakit hormonal

Seperti : Acromegali yang meningkat GH (growth hormon) yang merangsang sel-sel beta pankeras yang
menyebabkan sel-sel ini hiperaktif dan rusak

Obat-obatan

Bersifat sitotoksin terhadap sel-sel seperti aloxan dan streptozerin

Yang mengurangi produksi insulin seperti derifat thiazide, phenothiazine dll.

3. Manifestasi klinis
1. Poliuria
2. Polidipsi
3. Polipagia
4. Penurunan berat badan
5. Kelemahan, keletihan dan mengantuk
6. Malaise
7. Kesemutan pada ekstremitas
8. Infeksi kulit dan pruritus
9. Timbul gejala ketoasidosis & samnolen bila berat
4. Patofisiologi WOC (terlampir)
5. Penatalaksanaan
Tujuannya :
a.

Jangka panjang

: mencegah komplikasi

b.

Jangka pendek

: menghilangkan keluhan/gejala DM

Penatalaksanaan DM
a.

Diet

Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika Merekomendasikan = 50 60% kalori
yang berasal dari :

Karbohidrat

Protein

12 20 %

Lemak

20 30 %

b.

60 70%

Latihan

Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju metablisme istirahat, dapat menurunkan BB,
stres dan menyegarkan tubuh.
Latihan menghindari kemungkinan trauma pada ekstremitas bawah, dan hindari latihan dalam udara yang
sangat panas/dingin, serta pada saat pengendalian metabolik buruk.
Gunakan alas kaki yang tepat dan periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan.
c.

Pemantauan

Pemantauan kadar Glukosa darah secara mandiri.


d.

Terapi (jika diperlukan)

e.

Pendidikan

(Brunner & Suddarth, 2002)


6.

Pemeriksaan Diagnostik

Gula darah meningkat

Kriteria diagnostik WHO untuk DM pada dewasa yang tidak hamil :


Pada sedikitnya 2 x pemeriksaan :
a.

Glukosa plasma sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

b.

Glukosa plasma puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)

c.

Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat

(2 jam post prandial) > 200 mg/dl.

Tes Toleransi Glukosa

Tes toleransi glukosa oral : pasien mengkonsumsi makanan tinggi kabohidrat (150 300 gr) selama 3 hari
sebelum tes dilakukan, sesudah berpuasa pada malam hari keesokan harinya sampel darah diambil,
kemudian karbohidrat sebanyak 75 gr diberikan pada pasien
(Brunner & Suddarth, 2003)

Aseton plasma (keton)

Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat

Osmolaritas serum : meningkat, < 330 mosm/dl

Elektrolit :

Natrium

Kalium

:
:

: positif secara mencolok

meningkat atau menurun


(normal) atau meningkat semu (pemindahan seluler) selanjutnya menurun.

Fosfor

lebih sering meningkat

Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan Po menurun pada HCO3 (asidosis metabolik)

dengan kompensasi alkolosis resperatorik.

Trombosit darah : H+ mungkin meningkat (dehidrasi) ; leukositosis; hemokonsentrasi merupakan

resnion terhadap sitosis atau infeksi.

Ureum/kreatinin : meningkat atau normal (dehidrasi/menurun fungsi ginjal).

Urine : gula dan aseton (+), berat jenis dan osmolaritas mungkin meningkat.

(Doengoes, 2000)
7.

Komplikasi

a.

Komplikasi metabolik

Ketoasidosis diabetik

HHNK (Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik)

b.

Komplikasi

Mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) dan Neuropati

Makrovaskular (MCl, Stroke, penyakit vaskular perifer).

(Brunner & Suddarth, 2002)


B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.

Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak
sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh
poli urea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut,
kramotot, gangguan tidur/istirahat, haus-haus, pusing-pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita
dan masalah impoten pada pria.
b.

Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes gestasional

Riwayat ISK berulang

Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid), dilantin dan penoborbital.

Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan

c.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM.


d.

Pemeriksaan Fisik

Neuro sensori

Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan memori, kekacauan mental, reflek tendon menurun,
aktifitas kejang.
o

Kardiovaskuler

Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
o

Pernafasan

Takipnoe pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak nafas, batuk dengan tanpa sputum purulent dan
tergantung ada/tidaknya infeksi, panastesia/paralise otot pernafasan (jika kadar kalium menurun tajam), RR
> 24 x/menit, nafas berbau aseton.
o

Gastro intestinal

Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, aseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus
lemah/menurun.
o

Eliminasi

Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau busuk, diare (bising usus hiper aktif).
o

Reproduksi/sexualitas

Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi pada pria, dan sulit orgasme pada wanita
o

Muskulo skeletal

Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa
berat pada tungkai.
o

Integumen

Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis
(keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.
e.

Aspek psikososial

Stress, anxientas, depresi

Peka rangsangan

Tergantung pada orang lain

f.

Pemeriksaan diagnostik

Gula darah meningkat > 200 mg/dl

Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok

Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt

Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik)

Alkalosis respiratorik

Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi, menunjukkan respon

terhadap stress/infeksi.
o

Ureum/kreatinin : mungkin meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi ginjal.

Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut.

Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal sampai meningkat pada tipe II

yang mengindikasikan insufisiensi insulin.


o

Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan

kebutuhan akan insulin.


o

Urine : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin meningkat.

Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pada luka.

2. Diagnosa keperawatan
a.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik, kehilangan gastrik berlebihan, masukan

yang terbatas.
b.

Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin

penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.


c.

Resti infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan

sirkulasi.
d.

Resti perubahan sensori perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen (ketidak

seimbangan glukosa/insulin dan elektrolit.


e.

Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketergantungan pada orang lain, penyakit jangka panjang.

f.

Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan

tidak mengenal sumber informasi. (Doengoes, 2000)


C. Intervensi
1.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik berlebihan,

masukan yang terbatas.


Data yang mungkin muncul :
Peningkatan haluaran urin, urine encer, haus, lemah, BB, kulit kering, turgor buruk.
Hasil yang diharapkan :
Tanda vital stabil, turgor kulit baik, haluaran urin normal, kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi

Rasional

Mandiri
1.

Pantau tanda vital

2.

Kaij suhu, warna kulit dan kelembaban.

Hipovolemia dapat ditandai dengan hipotensi dan takikardi.


Demam, kulit kemerahan, kering sebagai cerminan dari

dehidrasi.
3.

Pantau masukan dan pengeluaran, catat bj urin

Memberikan perkiraan kebutuhan akan

cairanpengganti, fungsi ginjal dan keefektifan terapi.


4.

Ukur BB setiap hari

Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dan status cairan yang sedang

berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.

5.

Pertahankan cairan 2500 cc/hari jika pemasukan secara oral sudah dapat diberikan.

Mempertahankan hidrasi/volume sirkulasi


6.

Tingkatkan lingkungan yang nyaman selimuti dengan selimut tipis

Menghindari pemanasan yang

berlebihan pada pasien yang akan menimbulkan kehilangan cairan.


7.

Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah, distensi lambung.

Kekurangan

cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang sering menimbulkan muntah sehingga terjadi
kekurangan cairan atau elektrolit.
Kolaborasi
8.

Berikan terapi cairan sesuai indikasi

Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.
9.

Pasang selang NGT dan lakukan penghisapan sesuai dengan indikasi.

Mendekompresi lambung dan

dapat menghilangkan muntah.


2.

Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin,

penurunan masukan oral, hipermetabolisme


Data : Masukan makanan tidak adekuat, anorexia, BB, kelemahan, kelelahan, tonus otot buruk, diare.
Kriteria Hasil : Mencerna jumlah nutrien yang tepat, menunjukkan tingkat energi biasanya, BB stabil/.
Intervensi

Rasional

Mandiri
1.

Timbang BB setiap hari

2.

Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dihabiskan

pasien.
3.

Mengkaji pemasukan makananyang adekuat (termasuk absorpsi).

Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan.

Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri, abdomen, mual, muntah.

Hiperglikemi dapat menurunkan

motilitas/ fungsi lambung (distensi atau ileus paralitik) yang akan mempengaruhi pilihan intervensi.
4.

Identifikasi makanan yang disukai.

Jika makanan yang disukai dapat dimasukkan dalam pencernaan

makanan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.


5.

Libatkan keluarga pada perencanaan makan sesuai indikasi.

Memberikan informasi pada keluarga

untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.


6.

Kolaborasi dengan ahli diet

Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk

memenuhi kebutuhan pasien.


3.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi lekosit/perubahan

sirkulasi.
Data : Kriteria hasil : Infeksi tidak terjadi
Intervensi

Rasional

Mandiri
1.

Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.

Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang

biasanya telah mencetuskan keadaan ketuasidosis atau infeksi nasokomial.


2.

Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan bagi semua orang yang berhubungan dengan

pasien, meskipun pasien itu sendiri.


3.

Mencegah timbulnya infeksi nasokomial.

Pertahankan teknik aseptik prosedur invasif.

Kadar glukosa tinggi akan menjadi media terbaik bagi

pertumbuhan kuman.
4.

Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sugguh, massage daerah yang tertekan. Jaga

kulit tetap kering, linen tetap kering dan kencang.

Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan

pasien pada peningkatan resiko terjadinya iritasi kulit dan infeksi.


5.

Bantu pasien melakukan oral higiene.

Menurunkan resiko terjadinya penyakit mulut.

6.

Anjurkan untuk makan dan minum adekuat.

Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi.

7.

Kolaborasi tentang pemberian antibiotik yang sesuai

Penanganan awal dapat membantu mencegah

timbulnya sepsis.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta : EGC.
Engram, B. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2. Jakarta : EGC.
Price. S.A. (1995). Patofisiologi, Edisi Kedua, Jakarta : EGC.
Jan Tambayong, dr. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medik


1.

Pengertian Diabetes Mellitus

a.

Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan


gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi
komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Barbara C. Long,
1995).

b.

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan


multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner dan Sudarta,
1999).

c.

Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh


faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik
hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).

d.

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh dunia
dengan prevalensi penduduk yang bervariasi dari 1 6 % (John MF Adam).

2.

Anatomi Fisiologi Pankreas


Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip
dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 100 gram. Letak pada
daerah umbilical, dimana kepalanya dalam lekukanduodenum dan ekornya
menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin dan glikogen ke darah.
Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :

a.

Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan


umbilical dalam lekukan duodenum.

b.

Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung
dan depan vertebra lumbalis pertama.

c.

Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya
menyentuh lympa.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :

a.

Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.

b.

Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi


insulin dan glukogen langsung ke darah.
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa,
beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat

pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon, dan
sel-sel delta mengekresi somatostatin.

Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :


a.

Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah
pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari pancreas adalah :

1.) Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan


polisakarida

dan

polisakarida

dijadikan

sakarida

kemudian

dijadikan

monosakarida.
2.) Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam
amino.
3.) Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan
gliserol gliserin.
b.

Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam


pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveolialveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung
diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan
hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah
insulin dan glukagon

1). Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin
terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan
disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang
memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah.
Kadar glukosa darah adalah 80 90 mg/ml.

Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :


a.) Fungsi

hati

sebagai

sistem

buffer

glukosa

darah

yaitu

meningkatkan

konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3


glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati dengan
bentuk glukagon.
b.) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal.
c.) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap
hypothalamus

adalah

merangsang

simpatis.

Sebaliknya

epinefrin

yang

disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa


yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap hypoglikemia
berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
a.) Menambah kecepatan metabolisme glukosa
b.) Mengurangi konsentrasi gula darah
c.) Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.
2). Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau
langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi
yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah.
Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri
dari 29 rantai asam amino.
Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :
a.) Pemecahan glikogen (glikogenesis)
b.) Peningkatan glukogenesis

Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah


mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan
pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat menghasilkan sekresi
glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pancreas mengekresi
glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari
hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.

3.

Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari
tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan
penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi
glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan
mobilisasi

lemak

dari

daerah-daerah

penyimpanan

lemak,

menyebabkan

kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler


yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan
tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes
Mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita
Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi
glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah
bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang
terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke
metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua
energinya pada lemak, kadar asam aseto asetat dan asam Bihidroksibutirat
dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10
Meq/Liter.

4.

Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :

a.

Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang
dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung
pada

pemberian

insulin

untuk

mencegah

terjadinya

ketoasidosis

dan

mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat


disebabkan karena keturunan.
b.

Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDOM), yang
dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :

1.) Non obesitas


2.) Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi
biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan
obesitas.
c.

Diabetes Mellitus type lain

1.) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan hormonal,
diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan
lain-lain.
2.) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
3.) Diabetes

Gestasional

(diabetes

kehamilan)

intoleransi

glukosa

selama

kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan


meningkat

sekresi

hormon

pertumbuhan

dan

hormon

chorionik

somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino


dan glukosa ke fetus.

5.

Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui
dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahuo bahwa
Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan
yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab
yaitu :

a.

Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita Diabetes
Mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga
yang menderita Diabetes Mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila
dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96
%.

b.

Faktor non genetik

1.) Infeksi
Virus dianggap sebagai trigger pada mereka yang sudah mempunyai
predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus.
2.) Nutrisi
a.) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b.) Malnutrisi protein
c.) Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3.) Stres

Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya
menyebabkan hyperglikemia sementara.
4.) Hormonal
Sindrom

cushing

karena

konsentrasi

hidrokortison

dalam

darah

tinggi,

akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena


konsentrasi

glukagon

dalam

darah

tinggi,

feokromositoma

karena

kadar

katekolamin meningkat

6.

Gambaran Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :

a.

Poliuri (banyak kencing)


Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis
yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga penderita
mengeluh banyak kencing.

b.

Polidipsi (banyak minum)


Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.

c.

Polipagi (banyak makan)


Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar).

d.

Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan
kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama
mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein.

e.

Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

7.

Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik.
Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi
dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan
berkelanjutan penting dalam membantu klien mengatasi kondisi ini.

8.

Komplikasi

a.

Akut

1.) Hypoglikemia
2.) Ketoasidosis
3.) Diabetik
b.

Kronik

1.) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung


pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.

2.) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati


diabetic.
3.) Neuropati diabetic.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Pemberian

asuhan

keperawatan

merupakan

proses

terapeutik

yang

melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga,
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses
terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan
secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk
mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa,
merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi
rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem endokrin.
1.

Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat
kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :

a.

Aktivitas dan istirahat :


Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.

b.

Sirkulasi

Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada


ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung.
c.

Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.

d.

Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.

e.

Neurosensori
Sakit kepala, mengatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.

f.

Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.

g.

Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.

h.

Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

i.

Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.

2.

Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori,
maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus
yaitu :

a.

Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

b.

Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.

c.

Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

d.

Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan


ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.

e.
f.

Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.


Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang
tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.

g.

Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya pemajanan/menginat, keselahan interpretasi
informasi.

3.

Rencana Keperawatan

a.

Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.


Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi
perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat
secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :

1.) Pantau tanda-tanda vital.


Rasional

: Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.


2.) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.

Rasional

: Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.

3.) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.


Rasional

: Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan


keefektifan dari terapi yang diberikan.
4.) Timbang berat badan setiap hari.

Rasional

: Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5.) Berikan terapi cairan sesuai indikasi.

Rasional

: Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan
respons pasien secara individual.
b.

Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan :

Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat

Menunjukkan tingkat energi biasanya

Berat badan stabil atau bertambah.


Intervensi :

1.) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional

: Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.


2.) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

Rasional

: Mengkaji

pemasukan

makanan

yang

adekuat

(termasuk

absorbsi

dan

utilisasinya).
3.) Identifikasi
etnik/kultural.

makanan

yang

disukai/dikehendaki

termasuk

kebutuhan

Rasional

: Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan


makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
4.) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.

Rasional

: Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga


untuk memahami nutrisi pasien.
5.) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.

Rasional

: Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat
membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
c.

Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.


Tujuan :

Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.

Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya


infeksi.

Intervensi :
1). Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional

: Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan


keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2). Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik
pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya
sendiri.

Rasional

: Mencegah timbulnya infeksi silang.

3). Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.


Rasional

: Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.
4). Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.

Rasional

: Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan


resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5). Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.

Rasional

: Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.


d.

Resiko tingi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan


ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.

Tujuan :
-

Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.

Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.


Intervensi :

1.) Pantau tanda-tanda vital dan status mental.


Rasional

: Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal


2.) Panggil

pasien

dengan

nama,

orientasikan

kembali

sesuai

dengan

kebutuhannya.
Rasional

: Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak


dengan realitas.
3.) Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan
kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.

Rasional

: Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan


mempertahankan orientasi pada lingkungannya.
4.) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada
paha/kaki.

Rasional

: Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat,


kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap
kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.

e.

Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.


Tujuan :

Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.

Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang


diinginkan.
Intervensi :

1.) Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.


Rasional

: Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas


meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2.) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.

Rasional

: Mencegah kelelahan yang berlebihan.


3.) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah
melakukan aktivitas.

Rasional

: Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.


4.) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
toleransi.

Rasional

: Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas


yang dapat ditoleransi.

f.

Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang


tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan :

Mengakui perasaan putus asa

Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.

Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri


mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi :

1.) Anjurkan

pasien/keluarga

untuk

mengekspresikan

perasaannya

tentang

perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.


Rasional

: Mengidentifikasi

area

perhatiannya

dan

memudahkan

cara

pemecahan

masalah.
2.) Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
Rasional

: Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri
sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan
mungkin mengganggu kemampuan koping.
3.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri
sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.

Rasional

: Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

4.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri
sendiri.
Rasional

: Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.


g.

Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya pemajanan/menginat, keselahan interpretasi
informasi.
Tujuan :

Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.

Mengidentifikasi

hubungan

tanda/gejala

dengan

proses

penyakit

dan

menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.


-

Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional


tindakan.
Intervensi :

1.) Ciptakan lingkungan saling percaya


Rasional

: Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia


mengambil bagian dalam proses belajar.
2.) Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.

Rasional

: Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan


dalam memilih gaya hidup.
3.) Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.

Rasional

: Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam


merencanakan makan/mentaati program.
4.) Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab
pertanyaan pasien/orang terdekat.

Rasional

: Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.


4.

Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang
tercantum dalam rencana keperawatan.

5.

Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada klien Diabetes Mellitus adalah :

a.

Apakah kebutuhan volume cairan klien terpenuhi/adekuat ?

b.

Apakah nutrisi klien terpenuhi ke arah rentang yang diinginkan ?

c.

Apakah infeksi dapat dicegah dengan mempertahankan kadar glukosa ?

d.

Apakah tidak terjadi perubahan sensori perseptual ?

e.

Apakah kelelahan dapat diatasi dan produksi energi dapat dipertahankan


sesuai kebutuhan ?

f.

Apakah

klien

dapat

menerima

keadaan

dan

mampu

merencanakan

perawatannnya sendiri ?
g.

Apakah klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit ?

BAB III
TINJAUAN KASUS

Tgl Masuk RS

: 3 8 2002

Tgl Pengkajian

: 3 9 2002

No. Register

: 05 37 92

Diagnosa Medis ; DM Type II

A. Pengkajian
1.

Biodata

a.

Identitas Klien
Nama

: Tn. R

Umur

: 46 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: Bugis/Indonesia

Kawin/Belum

: kawin

Pendidikan

b.

: SLTA

Pekerjaan

: PNS (Pemda)

Penghasilan

: Rp. 1. 300. 000,-

Alamat

: Daya

Identitas Penanggung
Nama

: Ny. NR

Umur

: 41 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: Bugis/Indonesia

Kawin/Belum

: kawin

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Penghasilan

:-

Hubungan

: Istri

2.

Riwayat Kesehatan

a.

Riwayat kesehatan sekarang

1.) Keluhan utama : Kelemahan fisik.


2.) Riwayat keluhan utama : kelemahan dirasakan sejak 17 hari yang lalu, disertai
sakit seluruh badan, tungkai bawah kiri dan kanan, terasa kram-kram sifatnya
tertusuk-tusuk.
3.) Faktor pencetus : Belum diketahui
4.) Faktor yang meringankan : Bila klien istirahat dan dipijit
5.) Faktor yang memberatkan bila klien beraktifitas.

b.

Riwayat kesehatan masa lalu

1.) Klien pernah opname di RS dengan keluhan-keluhan yang sama 2 bulan yang
lalu.
2.) Klien menderita penyakit kronis (Diabetes Mellitus 3 tahun yang lalu)
3.) Klien tidak merokok
4.) Klien tidak pernah operasi
5.) Tidak ada riwayat alergi.

c.

Riwayat kesehatan keluarga


Genogra

m 3 generasi

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Orang tua klien menderita DM

: Meninggal
: Tinggal serumah
3.

Pemeriksaan Fisik

a.

Status kesehatan klien nampak sakit sedang

b.

BB : 49 Kg, TB : 163 cm

c.

Kesadaran : Komposmentis

d.

Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
SB : 36, 6
P

e.

: 20 x/menit
Kepala

Inspeksi :
-

Warna rambut

: Hitam

Distribusi rambut

: Merata

Kulit kepala

: Nampak bersih

Nampak tidak ada ketombe pada rambut


Palpasi :

Tidak ada rasa nyeri tekan pada kepala

Tidak ada massa atau benjolan

Rambut mudah rontok

f.

Muka

Inspeksi :
-

Muka nampak simetris kiri dan kanan

Nampak benjolan pada dahi

Warna kulit sama sekitarnya


Palpasi :

Ada massa atau benjolan pada dahi.

Tidak ada nyeri tekan

g.

Mata
Inspeksi :

1.) Palpebra

: Tidak nampak ada oedem

2.) Sclera

: Tidak icterus

3.) Conjungtiva

: Nampak agak pucat

4.) Pupil

: Isokor

5.) Bola mata

: Dapat bergerak ke segala arah

Palpasi :
-

Tidak ada nyeri tekan pada bola mata

Tidak ada peningkatan tekanan intra okuler

h.

Hidung
Inspeksi :

Lubang hidung simetris kiri dan kanan

Tidak nampak adanya deviasi pada septum

Tidak ada peradangan atau lesi

Mukosa hidung tampak lembab

Palpasi :
-

Tidak ada rasa nyeri tekan pada sinus maxillaris, etmoidalis, frontalis.

Tidak teraba adanya massa atau benjolan.

i.

Telinga
Inspeksi :

Tidak ada pengeluaran cairan pada lubang telinga

Tidak tampak adanya serumen

Tidak ada peradangan atau lesi

Nampak simetris kiri dan kanan

Klien tidak memakai alat bantu pendengaran


Palpasi :

Tidak ada nyeri tekan pada tragus dan pinna

Tidak ada nyeri tekan pada mastoid

j.

Rongga mulut
Inspeksi :

1.) Gigi
-

Jumlah gigi lengkap (34 buah)

Tidak memakai gigi palsu

2.) Gusi
-

:-

:-

Berwarna merah

Tidak ada peradangan

3.) Lidah : nampak agak kotor

4.) Bibir

k.

: Nampak agak kotor

Leher
Inspeksi :

Tidak nampak adanya pembesaran pada kelenjar limfe

Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid

Tidak tampak adanya bendungan pada vena jugularis

Tidak ada peradangan atau lesi.


Palpasi :

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar lymfe.

Tidak teraba adanya pembesaran pada kelenjar tyroid

Tidak teraba adanya bendungan pada vena jugularis

Tidak teraba adanya kelenjar atau massa.

l.

Thoraks dan paru


Inspeksi :

Bentuk dada normal chest/simetris kiri dan kanan

Pergerakan dada mengikuti irama pernafasan

Irama pernafasan teratur

Frekuensi pernafasan 20 x/menit


Palpasi :

Tidak teraba adanya massa atau benjolan

Tidak ada nyeri tekan pada dada

Ekspansi pernafasan seimbang kiri dan kanan

Auskultasi
-

Bunyi pernafasan vesikuler pada semua lapang paru

Tidak ada bunyi tambahan


Perkusi

Bunyi semua resonan pada semua lapang paru

Batas paru ICS 3, 4, 5 sisi dada kiri dengan bunyi resonan ke pekak

Batas paru-paru hati ICS 6 dada sebelah kanan dari resonan ke pekak

Batas paru-paru dengan lambung ICS 8 sisi sebelah kiri bunyi resonan

m. Jantung
Inspeksi :
-

Ictus cordis tidak nampak pada ICS 5 sisi kiri


Palpasi :

Ictus cordis teraba pada ICS 5 sisi sebelah kiri.


Perkusi

Batas jantung dengan paru-paru pada ICS 3, 4, 5 dengan bunyi resonan ke


pekak.
Auskultasi

Bunyi jantung I

: Terdengar murni dan teratur

Bunyi jantung II

Tidak ada bunyi tambahan

: Terdengar murni dan teratur

n.

Abdomen
Inspeksi :

Tidak nampak adanya massa atau benjolan

Tidak ada bekas luka di perut

Nampak simetris kiri dan kanan


Auskultasi :

Peristaltik usus 6 x/menit

Bunyi bising usus tidak terdengar


Perkusi :

Bunyi tympani : Pada kwadran kiri atas, bawah, sisi kanan atas bunyi pekak.
Palpasi :

Tidak teraba adanya massa/benjolan

Hati dan lympa tidak teraba

Tidak ada nyeri tekan pada abdomen

o.

Ekstremitas

1.) Ekstrimitas atas


Inspeksi :
-

Nampak simetris kiri dan kanan

Tidak ada atrofi atau oedema

Nampak fleksi pada sendi kiri dan kanan

Kuku nampak bersih.


Palpasi

Tidak teraba adanya benjolan

Tidak ada nyeri tekan

Tidak ada bunyi krepitasi


Perkusi

Refleks Biceps positif

Refleks Trisep positif

2.) Ekstrimitas bawah


Inspeksi :
-

Nampak simetris kiri dan kanan

Tidak ada oedema atau pembengkakan

Nampak luka pada kaki kanan (ibu jari)/kaki warna luka hitam
Palpasi

Tidak teraba adanya massa atau benjolan

Tidak ada nyeri tekan

Tidak ada bunyi krepitasi


Perkusi

KPR

: Positif kiri/kanan

APR

: Positif kiri/kanan

Babinsky : Negatif kiri/kanan

4.

Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium Tgl 15 Agustus 2002
GDS

117

Normal : 140 mg/dl

SGOT

23

Normal : Lk < 38

SGPT

10

Normal : Lk < 41

Tgl. 20 Agustus 2002


GDS

385

Normal : 140 mg/dl

Tanggal 02 September 2002


GDS

397

5.

Pola Kegiatan Sehari-hari

a.

Nutrisi

Normal : 140 mg/dl

1.) Kebiasaan
-

Pola makan

: Nasi, lauk, sayur-sayuran

Frekuensi makan

: 3 x sehari

Nafsu makan

: Baik

Makanan kesukaan

: Manis-manisan

Makanan pantang

: Tidak ada

Minuman dalam sehari

: 8 gelas/hari

2.) Setelah sakit


-

Pola makan

: Nasi, lauk, sayur-sayuran

Nafsu makan

: Baik

Makanan kesukaan

: Sop saudara

Makanan pantang

: Tidak ada

Minuman dalam sehari

: 6 7 gelas/hari

3.) Selama di rumah sakit


-

Pola makan

: Nasi (Diet TKTP)

Frekuensi makan

: 3 x sehari

Makanan pantang

: Manis-manisan

Minuman dalam sehari

: 6 - 7 gelas/hari

b.

Eliminasi

1.) Buang air kecil


Kebiasaan
-

Frekwensi

: 5 6 x/hari

Warna

: Kuning

Bau

: Pesing

Perubahan selama di Rumah sakit


-

Frekwensi sering tapi sedikit sedikit.

2.) Buang air besar


Kebiasaan
-

Frekwensi

: 1 x/sehari

Warna

: Kuning

Konsistensi

: Lunak

Perubahan selama di RS
-

Frekwensi

: 1 x dalam 3 hari.

c.

Olah raga dan aktivitas

Klien tidak suka olah raga

Klien tidak mampu melakukan aktifitas

d.

Istirahat dan tidur


Kebiasaan :

Tidur malam jam 21.00 bangun jam 05.00

Tidur siang jam 14.30 bangun jam 15.30

Klien tidak mudah terbangun.


Perubahan selama di rumah sakit :

Tidur malam kadang-kadang jam 20.00 bangun jam 04.30

Siang kadang pagi kadang sore

Klien mudah terbangun

e.

Personal hygiene
Kebiasaan :

Mandi 2 x sehari.

Menyikat gigi 2 x sehari

Mencuci rambut 2 x seminggu memakai shampoo


Selama di rumah sakit

Aktifitas sebagian dilaksanakan oleh klien sendiri.

6.

Pola Interaksi Sosial

Orang yang terpenting dalam hidup klien istri dan anak.

Klien mudah mendapat teman

Hubungan dengan perawat/tenaga kesehatan baik.

7.

Keadaan Psikologis Selama Sakit

Klien merasa beban dirumah sakit

Klien mempercayakan perawatan kesehatan kepada istri dan perawat.

8.

Kegiatan Keagamaan
Klien tidak melakukan shalat 5 waktu.
Klien sudah mampu berjalan-jalan.

9.

Perawatan dan Pengobatan


Perawatan

Ganti verband setiap hari.

Luka dikompres dengan cairan NaCl 0,9 %


Pengobatan

Clindamicyn

3 x 500 mg/hari

Metronidazole

3 x 500 mg/hari

Pletal

2 x 1 tablet/hari

Neurosambe

1 x 1 tablet/hari

B. KLASIFIKASI DATA

Data Subyektif
-

Klien mengatakan badan terasa lemah.

Klien mengatakan sebagian besar aktivitasnya bisa dilakukan sendiri

Klien mengatakan nafsu makan menurun

Klien mengatakan berat badannya menurun

Klien menyatakan riwayat DM sudah 3 tahun dan orang tuanya juga menderita
DM.

Data Obyektif
-

Klien nampak lemah

Conjungtiva nampak pucat

Terapi insulin 25 10 10

Tampak luka pada kaki sebelah kiri (ibu jari)

Tampak luka pada kaki sebelah kanan

Aktivitas klien sudah dapat dilakukan sebagian

Porsi makan tidak dihabiskan

GDS 397 mg/dl

Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg

SB : 36,6

N : 80 x/menit

P : 20 x.menit

C. ANALISA DATA
N
O

DATA

1.

Data Subyektif :

ETIOLOGI

Penurunan insulin tubuh

Klien merasa lemah

Klien
sebagi-an

mengatakan

Glukosa darah tidak

aktifitasnya

dapat ditransfer

dilakukan sendiri.

kejaringan

Data Obyektif :
-

Klien nampak lemah

Aktifitasnya

sebagian

dila-kukan sendiri.

Glukagon otot menurun

Metabolisme karbohidrat
menurun

ATP tidak terbentuk

Energi berkurang

Kelemahan

MASALAH

Penurunan
aktivitas

N
O

DATA

ETIOLOGI

Data subyektif :
2. -

Penurunan insulin dalam

Klien mengeluh lemah


Klien

mengeluh

berat

badan menurun.
-

Klien mengatakan nafsu

makan

tidak

dihabiskan ( porsi)
-

Konjungtiva
pucat

Nutrisi
kurang

nampak

dapat ditransfer ke
jaringan

Starvasi (kelaparan sel)

Pemecahan lemak dan


protein di hati

Penurunan BB

Menunjukkan nutrisi
tubuh tidak adekuat

Data subyektif : 3.

Data obyektif :

Peningkatan gula darah

Pembatasan diet dan

dari

kebutuhan

Data obyektif :
Porsi

tubuh

Glukosa darah tidak

makan menurun.

MASALAH

Resiko

N
O

DATA

Klien nampak lemah

Ada riwayat DM

Therapi insulin 25-10-10

GDS : 397 mg/dl

Data subyektif : 4.

Data obyektif :
-

Nampak luka pada kaki


kiri (ibu jari)

GDS 397 mg/dl

ETIOLOGI

therapi Insulin

MASALAH

terjadi
hypoglikemi
a

Gula darah tidak


terkontrol

Penurunan insulin tubuh

Glukosa tidak dapat


ditransfer ke jaringan

Peningkatan glukosa
darah

Osmolaritas meningkat

Nutrisi dan O2 tidak dapat


disuplai ke jaringan
perifer terutama
ekstremitas kaki kiri

Luka dapat menyebabkan


nekrose pada luka yang

Resiko perluasan infeksi

N
O

DATA

ETIOLOGI

MASALAH

tidak dirawat

D. PRIORITAS MASALAH

1.

Penurunan aktifitas berhu-bungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan :


Data Subyektif :

Klien merasa lemah

Klien mengatakan sebagi-an aktifitasnya dilakukan sendiri.


Data Obyektif :

Klien nampak lemah

Aktifitasnya sebagian dila-kukan sendiri.

2.

Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake yang tidak adekuat ditandai dengan :
Data subyektif :

Klien mengeluh lemah

Klien mengeluh berat badan menurun.

Klien mengatakan nafsu makan menurun.


Data obyektif :

Porsi makan tidak dihabiskan ( porsi)

3.

Konjungtiva nampak pucat


Resiko terjadi hypoglikemia berhubungan dengan pem-batasan diet dan therapi
insulin ditandai dengan :
Data subyektif : Data obyektif :

Klien nampak lemah

Ada riwayat DM

Therapi insulin 25-10-10

GDS : 397 mg/dl

TTV :

4.

TD

: 120/80 mmHg

: 80 x/menit

: 20 x/menit

: 36, 6

Resiko perluasan infeksi berhubungan dengan hyper-glikemia ditandai dengan :


Data subyektif : Data obyektif :

Nampak luka pada kaki kiri (ibu jari)

GDS 397 mg/dl

E. RENCANA KEPERAWATAN
Nama

Tn.

Tgl

. Masuk RS

: 03 08 - 2002

Umur

46

Tahun

Tg

l. Pengkajian

: 03 09 - 2002

J.

Kelamin

Laki-

laki

No.

Register

Alamat

Perum.

Daya

Dx.

Medis

: DM Type II

TANGGAL/

RENCANA KEPERAWATA

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

NO
3 09 02

Penurunan

aktifitas Aktifitas

berhu-bungan

1.

dengan

klien1. Kaji

tingkat Untuk

terpenu-hi dengan kemampuan

ditandai

dengan :

dalam

Klien

tidak

klien kema

melakukan mene

aktifitas.

selanj

lemah lagi

Data Subyektif :
-

Klien merasa lemah

Klien

mengatakan

sebagi-an aktifitasnya
dilakukan sendiri.
Data Obyektif :
-

Klien nampak lemah

Aktifitasnya

sendiri.

INTERVENSI

kelemahan kriteria :

fisik

sebagian

TUJUAN

dila-kukan

Semua

2. Bantu/latih

klien Untuk

aktifitasnya dapat berak-tifitas

secara atropi

dilakukan
seperti
misalnya
makan,
dll.

sendiri bertahap.

bia-sanya
Klien

mandi,
berjalan3. Libatkan
dalam
keperawatan

keluarga oleh

tindakan kebut

terpen

Agar

meng

TANGGAL/

RENCANA KEPERAWATA

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

NO

TUJUAN

INTERVENSI

4. HE tentang personal tentan


hygiene

hygie

Untuk

Kebutuhan nutrisi
2.

Perubahan
nutrisi

status

kurang

kebutuhan

dari
tubuh

berhubungan dengan
intake

yang

adekuat

tidak

ditandai

dengan :

Klien

kriteria:

1.

Nafsu

dikon
Kaji

kebiasaan

makan makan klien.

baik

Untuk

Porsi
yang

Klien

penin

makan

sehing

disediakan

dihabis-kan

Data subyektif :

banya

ter-penuhi dengan

2.
tidak

mengeluh lemah

Timbang berat badan


setiap hari atau sesuai
indikasi.

Makan

lemah
-

menin

Klien

mengeluh

berat

badan

klien
3.

menurun.
-

Sajikan
yang

Klien

mengatakan

nafsu

makan

makanan

hangat

sesuai

dengan program diet.

4.
Data obyektif :
Porsi

makan

Beri
kecil

tidak

Agar

kebut

menurun.

selanj

makan
tapi

porsi
sering,

libatkan keluarga klien

dihabiskan (

pada

porsi)

makanan

perencanaan
ini

sesuai

diperl

inform

peren

dapat

nutris

TANGGAL/

RENCANA KEPERAWATA

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

NO
-

TUJUAN

INTERVENSI

Konjungtiva nampak

indikasi.

pucat

Kadar

param

resiko
1.
3.

Kontrol gula darah

Hypoglikemia
tidak

Untuk

terjadi

gula d

dengan kriteria:

Resiko

terjadi

hypoglikemia
berhubungan dengan

Klien

tidak

merasa lemah

2.

Tidak ada tanda-

pem-batasan diet dan tanda


therapi

setela
diet

sesuai

dengan kebutuhan

tachicardi,
teraba

Data subyektif : -

hypog

3.
dingin,

Observasi

tanda-

tremor.

Klien nampak lemah

Ada riwayat DM

Therapi

insulin

kulit

mual, muntah dan tanda hypoglikemia

Data obyektif :

Agar

mung

hypoglike-

insulin mia seperti pucat,

ditandai dengan :

Denga

menit

dihara

terjad
4.

25-

10-10
-

Beri

Beri makan 15 menit


setelah

pemberian Sebag

insulin.

tukan

untuk

GDS : 397 mg/dl

selanj
-

TTV :

Untuk
TD : 120/80 mmHg

5.

Ukur

tanda-tanda

fikasi

TANGGAL/

RENCANA KEPERAWATA

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

NO

TUJUAN

INTERVENSI

N : 80 x/menit

vital

secar

mene

P : 20 x/menit
S : 36, 6

selanj

4.

Perluasan

infeksi
1.

tidak

terjadi tanda

dengan kriteria:
Luka

Observasi

tandaperluasan

radang /infeksi.

Tekhn

merup

pence

sembuh

ke da

dengan baik

Resiko

perluasan

infeksi

berhubungan

dengan
glikemia

Tidak ada nanah


2.
(pus)
Luka

dengan :

Luka

verband

tidak tehnik

hyper- melebar
ditandai

Lakukan/ganti

Cairan

dengan meng
aseptik

dan (pus)

antiseptik

kering

nampak

kering.

Untuk

Data subyektif : Data obyektif :


-

3.

dengan

Nampak luka pada

0,9

kaki kiri (ibu jari)


-

Kompres

luka

cairan

NaCl

tiap

ganti

diman

penin
vital.

verband

GDS 397 mg/dl

Antibi
4.

Ukur

tanda-tanda

vital (TD, S, N, P).

atau m

TANGGAL/
NO

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATA
TUJUAN

INTERVENSI

5.

Penatalaksanaan
pem-berian antibiotik
Chlin-damycin,
metronida-zole
500 mg/hari

F. CATATAN PERKEMBANGAN
N
O

HARI/

1.

Rabu,

TGL

4/09/0

NO
.

JAM

IMPLEMENTASI

EVALUASI

DX
1.

08.0

Mengkaji

kemampuan klien Hasil :


Klien

tingkat: Klien

dapat

mengata-kan

mampu sudah

melakukan aktifitas.

bisa

berjalan,
makan

sendiri

tidak dibantu.
Menganjurkan klien jalan08.3

jalan

bertahap.

pagi

secara
:

Hasil : Klien dapat jalanjalan pagi.

Nampak

klien
melakukan aktifitas
mandi,

Menyuruh

klien

mandi

makan,
jalan-

jalan.

sendiri di kamar mandi


09.0
0

Hasil

Klien

dapat

melakukan sendiri.

dapat teratasi

Memberikan penyuluhan: pada keluarga dan klien


pentingnya
hygiene,
09.5

personal

personal

per-

orangan.

0
Hasil

mengerti

Keluarga/klien
dan

Masalah

mau

PARAF

N
O

HARI/
TGL

NO
.

JAM

IMPLEMENTASI

EVALUASI

DX
melaksanakannya.

Memberikan penyuluhan
tentang pentingnya diet,
perlunya

menga-tasi

peningkatan gula dalam


10.0
0

darah
Hasil

Klien

dapat

mengerti

dan

mau

melaksanakan.

Mengontrol gula darah


Hasil : GDS :
: Klien
mengata-kan
Menganjurkan
2.

pada

keluarga

2.

untuk

memberikan

nafsu

ma-kan

baik.

makan
- Klien tidak me-

sesuai dengan diet.

rasa lemah lagi


08.0
0

Mengkaji

pola

dan

kebiasaan makan klien

Porsi makan

yang diberikan
Hasil : Porsi makan yang
diberi-kan dihabiskan.

dihabiskan.

PARAF

N
O

HARI/
TGL

NO
.

JAM

IMPLEMENTASI

EVALUASI

DX
Memberikan makan pada- Konjungtiva ti08.3
0

klien

dak pucat.

Hasil : Porsi makan yang


diberi-kan dihabiskan.

Masalah

sudah teratasi
Melibatkan
dalam
12.0
0

keluarga
pe-rencanaan

makanan sesuai indi-kasi.


Hasil : Keluarga dapat
mengerti

dan

mau

melaksanakan.

09.4
5

Menganjurkan

3.

pada

keluarga

untuk

memberikan
3.

: -

makanan

Therapi

insulin 25 10
10

sesuai dengan diet.


- GDS
Hasil : Keluarga memberi
makan

sesuai

397

mg/dl

instruksi

dokter (Diet TKTP).


:

Masalah

belum teratasi
Mengobservasi
08.4

tanda-

tanda hupoglikemia

5
Hasil : Tidak ada tanda-

PARAF

N
O

HARI/
TGL

NO
.

JAM

IMPLEMENTASI

EVALUASI

DX
tanda hypoglikemia.

: Lanjutkan
inter-vensi 1,3,
dan 4

Memberi

makan

klien

setelah pemberian Insulin


Hasil

Porsi

makan

dihabiskan
09.1
5
Mengukur

tanda-tanda

vital :

12.0
0

TD

: 120/80 mmHg

: 80 x/menit

: 36, 6

P:

20 x/menit

: Mengkaji

tanda-tanda

perluasan

radang

atau
:

infeksi
4.

4.

10.3

Hasil

merah pada pinggir luka.

nampak

warna

Nampak

warna
pada

pinggir luka.
- Luka

Mengganti
dengan

tehnik

verband hitam.
aseptik

merah

warna

PARAF

N
O

HARI/
TGL

NO
.

JAM

IMPLEMENTASI

EVALUASI

DX
dan antiseptik
:
Mengompres luka dengan
10.0

cairan NaCl 0,9 %.

Tidak

tampak
perluasan luka

0
Mengukur
vital

: Lanjutkan
tanda-tanda
inter-vensi 2,3,
dan 5

Hasil :

10.1
5

TD

: 120/80 mmHg

: 80 x/menit

: 36, 6

P:

20 x/menit

10.1

Memberikan

antibiotik
Chlindamycin

obat

500

mg/hari

10.3
0

Metronidazole 3 x 500
mg/hari

PARAF

N
O

HARI/
TGL

NO
.

JAM

IMPLEMENTASI

EVALUASI

PARAF

DX

12.3
5

BAB IV
PEMBAHASAN

Kesenjangan dalam suatu asuhan keperawatan atau proses keperawatan


adalah adanya ketidaksesuaian antara teori dan kenyataan yang ditemukan di
lapangan.
Dalam asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn. R dengan gangguan
sistem endokrin akibat Diabetes Mellitus, juga ditemukan beberapa kesenjangan.
Untuk memudahkan dalam memahami kesenjangan yang terjadi, maka penulis
membahas sebagai berikut :

A. Pengkajian
Pengkajian yang ditemukan pada kasus ini terdapat kesenjangan yaitu
pasien tidak mengalami gejala utama pada Diabetes Mellitus, yaitu poliuri,
polipagi, tetapi klien hanya mengeluh kelemahan tubuh, kurang nafsu makan
dan berat badan menurun.

Tidak ditemukan ketiga gejala utama diatas mungkin disebabkan karena


adanya therapy pemberian insulin yang adekuat.

B.

Perencanaan
Pada kasus ini penulis mengangkat/ temukan empat diagnosa keperawatan,
tetapi secara umum yang termuat dalam teori keadaan pasien Diabetes Mellitus
ada tujuh diagnosa keperawatan yakni :

1.

Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

2.

Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.

3.

Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

4.

Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan


ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.

5.

Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

6.

Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang


tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.

7.

Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya pemajanan/menginat, keselahan interpretasi
informasi.
Pada kasus ini penulis menemukan dua diagnosa keperawatan yang tidak
ada pada teori yaitu :

1.

Penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.


Hal ini diangkat karena klien tidak mampu melakukan aktifitasnya sendiri.

2.

Resiko terjadi hypoglikemia berhubungan dengan pemberian insulin

Hal ini diangkat karena pemberian terapi insulin yang terus menerus tanpa
memantau kadar gula darah akan menyebabkan hyperglikemia.
Pada kasus ini penulis tidak mengangkat diagnosa utama yaitu kekurangan
volume cairan karena pada pasien tidak ditemukan adanya gejala-gejala deficit
volume cairan, seperti : out put urine meningkat, tachicardi dan evaporasi.
Diagnosa resiko tinggi tehadap perubahan persepsi sensori, kelelahan dan
ketidak berdayaan serta kurang pengetahuan, tidak ditemukan dalam tinjauan
kasus, hal ini disebabkan karena klien sudah mendapatkan perawatan di rumah
sakit selama 1 bulan sehingga kondisi penyakit klien sudah mulai membaik.

C. Pelaksanaan
Pelaksanaan

seluruh

tindakan

keperawatan

yang

dilakukan

selalu

berorientasi pada rencana yang telah dibuat terlebih dahulu. Pelaksanaan


tindakan keperawatan yang berdasarkan teoritis ada yang belum terlaksana,
semua ini disebabkan karena keadaan/sifat klien yang berbeda dan jenis
perawatan yang dilaksanakan di ruang perawatan disesuaikan dengan keadaan
dan sarana serta fasilitas yang tersedia.

D. Evaluasi
Dalam teori pada evaluasi yang ditentukan adalah keadaan atau kriteria
pencapaian tujuan sesuai rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan.
Pada studi yang ditangani melalui pendekatan proses keperawatan sebagai
metode pemecahan masalah, maka dari 4 (empat) diagnosa keperawatan yang
muncul/diangkat, 2 (dua) diantaranya teratasi dengan baik yaitu :
1.

Penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Sedangkan dua diagnosa resiko yang diangkat, selama pelaksanaan studi


kasus, tidak terjadi yaitu :
3.

Resiko terjadi hypoglikemia berhubungan dengan pembatasan diet dan terapi


insulin.

4.

Resiko perluasan infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.


Hal ini dapat dicapai karena klien dan keluarga sangat kooperatif dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan dan kerjasama yang baik dengan tim
kesehatan lain, dan untuk mempertahankan agar kedua diagnosa resiko tersebut
tidak menjadi aktual, penulis telah mendelegasikan ke petugas ruangan untuk
melanjutkan penerapan proses keperawatan pada klien tersebut.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah menyelesaikan studi kasus pada klien Tn. R dengan gangguan


sistem endokrin ; Diabetes Mellitus di ruang Interna Perjan RS DR. Wahidin
Sudirohusodo

Makassar,

dengan

bertitik

tolak

pada

pembahasan

bab

sebelumnya maka penulis dapat menarik kesimpulan dan saran-saran sebagai


berikut :

A. Kesimpulan
1.

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronik yang menimbulkan gangguan


multisistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat.

2.

Pengkajian data penyakit Diabetes Mellitus dapat memberikan hasil bervariasi


antara pasien satu dengan yang lain. Pada umumnya data dan gejala yang
ditemukan timbul sebagai akibat terjadinya kekurangan insulin sehingga glukosa
tidak masuk ke dalam sel.

3.

Perawatan dan pengobatan Diabetes Mellitus terdiri dari diet, yang merupakan
hal yang sangat berperan, latihan fisik yang tepat, obat-obatan dan juga
pendidikan kesehatan mengenai penyakit tersebut.

B. Saran-saran
1.

Untuk klien dan keluarga


Setelah mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus serta komplikasi yang
ada maka klien perlu menyadari keadaan dirinya, sehingga perlu melakukan
kontrol yang efektif mungkin untuk mencegah terjadinya peningkatan gula darah
dan diharapkan keluarga dapat bekerja sama dalam hal ini.

2.

Untuk petugas di ruangan

Harus ada kerjasama dan komunikasi yang baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan klien dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebab dengan
adanya kerjasama dan komunikasi yang baik, dengan memandang individu
sebagai makhluk biopsiko sosial dan spiritual.
3.

Untuk masa yang akan datang, penulis mengusulkan jika memungkinkan


bahwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk penulisan karya tulis ini
perlu diberi waktu agak lama agar memudahkan dalam melakukan evaluasi.

KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis
terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan
glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau
merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan
kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan
fungsi
insulin.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002). Diabetes
Melitus gestasional (DMG) adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi
karbohidrat terganggu) maupun berat, terjadi atau diketahui pertama kali saat
kehamilan berlangsung
Diabetes Melitus gestasional (DMG) adalah intoleransi karbohidrat dengan
berbagai tingkat keparahan, yang awitannya atau pertama kali dikenali selama
masa kehamilan (ADA, 1990).Diabetes Melitus gestasional adalah intoleransi
karbohidrat dengan keparahan bervariasi dan awitan ataum pertama kali
diketahui saat hamil.
Jadi diabetes mellitus gestasional adalah adalah difisiensi insulin ataupun retensi
insulin pada ibu hamil sehingga mengakibatkan terjadinya intoleransi
karbohidrat ringan maupun berat yang baru diketahui selama mengalami
kehamilan.

B. Epidemiologi
Kebanyakan kasus, diabetes gestasional akan menghilang segera setelah bayi
dilahirkan. Bagaimanapun juga, wanita-wanita yang menderita diabetes
gestasional mempunyai resiko tinggi untuk mengalami diabetes gestasional lagi
pada kehamilan berikutnya, dan juga 17 % - 63 % dari mereka akan mengalami
perubahan dan berkembang menjadi diabetes tipe 2 dalam 5 hingga 16 tahun.
Ahli nutrisi, Nancy Clark di dalam majalah American Fitness, menyatakan bahwa
secara teori, persiapan untuk menghadapi pertumbuhan bayi dalam janin
memerlukan 85.000 kalori. Tetapi ada wanita hamil yang mengkonsumsi kalori
lebih dari itu. Namun ada pula yang mengalami perubahan nafsu makan.
Menurut hasil studi yang diterbitkan dalam America Journal Of Clinical Nutrition,
kebutuhan energi ( kalori ) wanita hamil sangat bervariasi, yaitu antara 50.000
150.000 kalori.
Kecemasan bahwa berat badan Anda tidak bisa kembali lagi seperti sebelum
hamil, tak perlu dirisaukan. Seorang ibu dapat menikmati saat-saat kehamilan
tanpa takut menjadi gemuk. Kehamilan dan obesitas memiliki perbedaan.
Peningkatan berat badan pada saat hamil sekitar 12 kg, namun itu semua
disebabkan oleh berat bayi ( 3,5 kg ), plasenta ( 1 kg ), cairan ketuban ( 1,5 kg ),
rahim ( 1,5 kg ), air lemak, dan jumlah darah ( 3 3,5 kg ).
C. Etiologi
Diabetes mellitus dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi
atau berkurangnya insulin dalam sirkulasi darah, berkurangnya glikogenesis, dan
konsentrasi gula darah tinggi. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak
kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan
hormonal pada penderita. Beberapa hormon tertentu mengalami peningkatan
jumlah. Misalnya hormon kortisol, estrogen, danhuman placental lactogen (HPL).
Peningkatan jumlah semua hormon tersebut saat hamil ternyata mempunyai
pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur kadar gula darah. Kondisi ini
menyebabkan suatu kondisi yang kebal terhadap insulin yang disebut sebagai
"insulin resistance".
D. Faktor Predisposisi
Umur sudah mulai tua
2.
Multiparitas
3.
Penderita gemuk (obesitas)
4.
riwayat melahirkan anak lebih besar dari 4000 g
5.
Riwayat kehamilan : Sering meninggal dalam rahim, Sering mengalami
lahir mati, Sering mengalami keguguran
6.
Hipertensi
7.
Suku bangsa tertentu (Afrika, Latin, Asia, dan Amerika),
8.
Mempunyai riwayat diabetes mellitus gestasional pada kehamilan
sebelumnya
9.
Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
1.

Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan


epineprin.
11.
Obat-obatan.
E.
Klasifikasi
a.
Resiko rendah Pemeriksaan glukosa`darah tidak diperlukan secara rutin
apabila semua karakeristik berikut ditemukan :
1. Berasal dari kelompok ethnic yang prevalensi diabetes mellitus gestasionalnya
rendah
10.

2.

Tidak ada anggota keluarga dekat ( first-degree relative) yang mengidap


diabetes

3.

Usia kurang dari 25 tahun

4.

berat sebelum hamil normal

5.

Tidak ada riwayat kelainan metabolisme glukosa

6.

Tidak memiliki riwayat obstri yang buruk

b.

b. Resiko rata-rata Pemeriksaan glukosa darah pada minggu ke 24-28 dengan


menggunakan salah satu dari berikut :

1.

Resiko rata-rata, Wanita keturunan hispanik, Afrika, Pribumi Amerika, Asia


Selatan atau timut

2.

Resiko tinggi, wanita yang jelas kegemukan,jelas meiliki riwayak diabetes tipe II
pada anggota keluarga, riawayat diabetes gestasional atau glukosuria,

c.

Resiko Tinggi
Lakukan pemeriksaan sesegera mungkin : apabila diabetes gestasional tidak
terdiagnosis, pemeriksaan glukosa darah harus diulang pada minggu ke 24-28
atau setiap saat pasie memperlihatkan gejala atau tanda yang mengarah ke
hiperglikemia.(Metzger & Coustan.1998)
Manifestasi klinis
GDM, kebanyakan tidak memperlihatkan gejala, namun beberapa wanita dengan
GDM memperlihatkan gejala-gejala klasik seperti :
F.

1.Polidipsi
2.Polifagi
3.Poliuri
4.Kelemahan yang berlebihan
Patofisiologi
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu
keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan
kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi
G.

sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar
insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana
sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal.
(menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga
hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik
(hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia. Metabolisme
karbohifrat wanita hamil dan tidak hamil yang ditandai hipoglikemia puasa ,
hipoglikemia postprandial yang memanjang dan hiperinsulinemia terutama pada
trimester III efek kehamilan yang memperberat diabetes mellitus yang didertia
ibu hamil ataupun menimbulkan Diabetes mellitus grstasional disebut
diabetagonik. terdapat hipertrofi, hyperplasia dan hipesekresi sel b pancreas,
konsentrasi asam lemak bebas, trigliserida, da kolesterol pada wanita hamil
puasa yang kebih tinggi.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan kadar gula darah atau
skrining glukosa darah, ultrasonografi untuk mendeteksi adanya kelainan
bawaan dan makrosomia, Hemoglobin glikosida (HbA 1c) yang menunjukkan
kontrol diabetik (HbA1c lebih besar dari 8,5% khususnya sebelum kehamilan,
membuat janin beresiko anomali kongenital, Pemeriksaan kadar keton urin untuk
menentukan status gisi, Budaya urin untuk mengidentifikasi ISK asimtomatik,
protein dan kliren kreatinin (24 jam) untuk memastikan tingkat fungsi ginjal,
khusus pada diabetes durasi lama, tes`toleransi glukosa (GTT), kultur vagina
mungkin positif untuk candida albicans, Contraction stress test ( CST), Oxytocin
challenge test (OCT) menunujukkan hasil positif jika trjadi insufisiensi plasenta,
Kriteria profil biofisik (BPP)
H.

Penatalaksanaan
1. Mengatur diet.
I.

Diet yang dianjurkan pada bumil DMG adalah 30-35 kal/kg BB, 150-200 gr
karbohidrat, 125 gr protein, 60-80 gr lemak dan pembatasan konsumsi natrium.
Penambahan berat badan bumil DMG tidak lebih 1,3-1,6 kg/bln. Dan konsumsi
kalsium dan vitamin D secara adekuat. Makanan disajikan menarik dan mudah
diterima. Diet diberikan dengan cara tiga kali makan utama dan tiga kali
makanan antara (snack) dengan interval tiga jam. Buah yang dianjurkan adalah
buah yang kurang manis, misalnya pepaya, pisang, apel, tomat, semangka, dan
kedondong.
Dalam melaksanakan diit sehari-hari hendaknya mengikuti pedoman 3J yaitu ;
J1 : Jumlah kalori yang diberikan harus habis.
J2 : Jadwal diit harus diikuti sesuai dengan interval.
J3 : Jenis makanan yang manis harus dihindari.
Penentuan jumlah kalori Untuk menentukan jumlah kalori penderita DM yang
hamil/menyusui secara empirik dapat digunakan umus sebagai berikut ;

( TB 100 ) x 30 T1 + 100 T3 + 300 T2 + 200 L + 400


Keterangan
TB : Tinggi badan. T3 : Trimester III
T1 : Trimester I L : Laktasi/menyusui
T2 : Trimester II
2. Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut :
Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang
dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum
kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama dengan
dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau
dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya
hiperglikemia dan asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka
dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan
pedoman pada 140 mg/dl. Pemeriksaan darah yaitu kadar post pandrial <>
Selama berlangsungnya persalinan dan dalam hari-hari berikutnya cadangan
hidrat arang berkurang dan kebutuhan terhadap insulin berkurang yang
mengakibatkan mudah mengalami hipoglikemia bila diet tidak disesuaikan atau
dosis insulin tidak dikurangi. Pemberian insulin yang kurang hati-hati dapat
menjadi bahaya besar karena reaksi hipoglikemik dapat disalah tafsirkan sebagai
koma diabetikum. Dosis insulin perlu dikurangi selama wanita dalam persalinan
dan nifas dini. Dianjurkan pula supaya dalam masa persalinan diberi infus
glukosa dan insulin pada hiperglikemia berat dan keto asidosis diberi insulin
secara infus intravena dengan kecepatan 2-4 satuan/jam untuk mengatasi
komplikasi yang berbahaya.
Penanggulangan Obstetri pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan
cukup dikuasi dengan diit saja dan tidak mempunyai riwayat obstetri yang buruk,
dapat diharapkan partus spontan sampai kehamilan 40 minggu. lebih dari itu
sebaiknya dilakukan induksi persalinan karena prognosis menjadi lebih buruk.
Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan insulin, sebaiknya
kehamilan diakhiri lebih dini sebaiknya kehamilan 36-37 minggu. Lebih-lebih bila
kehamilan disertai komplikasi, maka dipertimbangkan untuk menghindari
kehamilan lebih dini lagi baik dengan induksi atau seksio sesarea dengan
terlebih dahulu melakukan amniosentesis. Dalam pelaksanaan partus
pervaginam, baik yang tanpa dengan induksi, keadaan janin harus lebih diawasi
jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus menerus.
Strategi terapi diabetes mellitus pada ibu hamil meliputi manajemen diet,
menjaga berat badan ibu tetap ideal, terapi insulin untuk menormalkan
kontrol glikemik dan olah raga.
Insulin yang dapat digunakan untuk terapi diantaranya:

a. Humulin

Komposisi : Humulin R Reguler soluble human insulin


(rekombinant DNA origin). Humulin N isophane human insulin
(rekombinant DNA origin). Humulin 30/70 reguler soluble human insulin 30% &
human insulin suspensi 70% (rekombinantDNA origin).
Indikasi : IDDM
Dosis : Dosis disesuaikan dengan kebutuhan individu. Diberikan secara
injeksi SK, IM, Humulin R dapat diberikan secara IV. Humulin R mulai kerja jam,
lamanya 6-8 jam, puncaknya 2-4 jam. Humulin N mulai kerja 1-2 jam, lamanya
18-24 jam, puncaknya 6-12 jam. Humulin 30/70 mulai kerja jam, lamanya 1415 jam, puncaknya 1-8 jam.
Kontraindikasi : Hipoglikemik.
Peringatan : Pemindahan dari insulin lain, sakit atau gangguan emosi,
diberikan bersama obat hiperglokemik aktif.
Efek sampinng : Jarang, lipodistropi, resisten terhadap insulin, reaksi alergi
local atau sistemik.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
b. Insulatard Hm/ Insulatard Hm Penfill
Komposisi : Suspensi netral isophane dari monokomponen insulin manusia.
Rekombinan DNA asli.
Indikasi : DM yang memerlukan insulin
Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2x/hari
(SK). Onset: jam. Puncak: 4-12 jam. Terminasi: setelah 24 jam. Penfill harus
digunakan dengan Novo pen 3 dengan jarum Novofine 30 G x 8mm.
Kontraindikasi : Hipoglikemia.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
c. Actrapid Hm/Actrapid Hm Penfill
Komposisi : Larutan netral dari monokomponen insulin manusia.
Rekombinan DNA asli
Indikasi : DM
Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal, biasanya diberikan 3 x atau
lebih sehari. Penfill SK, IV, IM. Harus digunakan dengan Novo Pen 3 & jarum
Novofine 30 G x 8 mm. Tidak dianjurkan untuk pompa insulin. Durasi daya kerja
setelah injeksi SK: jam, puncak: 1-3 jam. Terminasi setelah 8 jam.
Kontraindikasi : hipoglikemia, insulinoma. Pengunaan pada pompa insulin.
Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit lain yang meningkatkan
kebutuhan insulin. Hamil.
Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
Interaksi obat : MAOI, alcohol, bloker meningkatkan efek hipoglikemik.
Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan kebutuhan
insulin.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
d. Humalog/Humalog Mix 25
Komposisi : Per Humalog insulin lispro. Per Humalog Mix 25 insulin lispro
25%, insulin lispro protamine suspensi 75%.

Indikasi : Untuk pasien DM yang memerlukan insulin untuk memelihara


homeostasis normal glukosa. Humalog stabil awal untuk DM, dapat digunakan
bersama insulin manusia kerja lama untuk pemberian pra-prandial
Dosis : Dosis bersifat individual. Injeksi SK aktivitas kerja cepat dari obat
ini, membuat obat ini dapat diberikan mendekati waktu makan (15 menit
sebelum makan)
Kontraindikasi : hipoglikemia. Humalog mix 25 tidak untuk pemberian IV.
Peringatan : Pemindahan dari terapi insulin lain. Penyakit atau gangguan
emosional. Gagal ginjal atau gagal hati. Perubahan aktivitas fisik atau diet.
Hamil.
Efek samping : Hipoglikemia, lipodisatrofi, reaksi alergi local & sistemik.
Interaksi obat : Kontrasepsi oral,kortikosteroid, atau terapi sulih tiroid
dapat menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin meningkat. Obat hipoglikemik
oral, salisilat, antibiotik sulfa, dapat menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin
menurun.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
e. Mixtard 30 Hm/Mixtard Hm Penfill
Komposisi : Produk campuran netral berisi 30% soluble HM insulin & 70%
isophane HM insulin (monokomponen manusia). Rekombinan DNA asli.
Indikasi : DM yang memerlukan terapi insulin.
Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2
x/hari. Onset: jam. Puncak 2-8 jam. Terminasi setelah 24 jam. Penfill harus
digunakan dalam Novo Pen 2 dengan jarum Novofine 30 G x 8 mm.
Kontraindikasi : Hipoglikemia, insulinoma.
Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit yang dapat meningkatkan
kebutuhan insulin. Hamil.
Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
Interaksi obat : MAOI, alkohol, ? bloker meningkatkan efek
hipoglikemik.Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic
meningkatkan kebutuhan insulin.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B.
3. Olah Raga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk
memperbaiki sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi
glukosa. Olah raga juga dapat membantu menaikkan berat badan yang hilang
dan memelihara berat badan yang ideal ketika dikombinasi dengan pembatasan
intake kalori.
Prognosis
Prognosis bagi wanita hamil dengan diabetes pada umumnya cukup baik, apalagi
penyakitnya lekas diketahui dan dengan segera diberikan pengobatan oleh
dokter ahli, serta kehamilan dan persalinannya ditangani oleh dokter spesialis
kebidanan. Kematian sangat jarang terjadi, apabila penderita sampai meninggal
biasanya karena penderita sudah mengidap diabetes sudah lama dan berat,
terutama yang disertai komplikasi pembuluh darah atau ginjal. Sebaliknya,
prognosis bagi anak jauh lebih buruk dan di pengaruhi oleh ;
J.

Berat dan lamanya penyakit, terutama disertai asetonuria


Insufisiensi plasenta
3.
Prematuritas
4.
Gawat napas (respiratory distress)
5.
Cacat bawaan
6.
Komplikasi persalinan (distosia bahu)
Pada umumnya angka kematian perinatal diperkirakan anatara 10-15%,
dengan pengertian bahwa makin berat diabetes, makin buruk pula prognosis
perinatal.
1.
2.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian

II.

1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama.
Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi,
poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati.
b. Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga.
c. Riwayat kehamilan
Diabetes mellitus gestasional, hipertensi karena kehamilan, infertilitas, bayi low
gestasional age, riwayat kematian janin, lahir mati tanpa sebab jelas, anomali
congenital, aborsi spontan, polihidramnion, makrosomia, pernah keracunan
selama kehamilan.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sirkulasi
- Nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstrimitas menurun atau lambat pada diabetes
yang lama.
- Edema pada pergelangan kaki atau tungkai.
- Peningkatan tekanan darah.
- Nadi cepat, pucat, diaforesis atau hipoglikemi.
b. Eliminasi
Riwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang, nefropati dan poliuri.
c. Nutrisi dan Cairan
- Polidipsi.
- Poliuri.

- Mual dan muntah.


- Obesitas.
- Nyeri tekan abdomen.
- Hipoglikemi.
- Glukosuria.
- Ketonuria.
d. Keamanan
- Kulit : Sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat berubah karena ada
bekas injeksi insulin yang sering
- Riwayat gejala-gejala infeksi dan/budaya positif terhadap infeksi, khususnya
perkemihan atau vagina.
e. Mata
Kerusakan penglihatan atau retinopati.
f. Seksualitas
- Uterus : tinggi fundus uteri mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal
terhadap usia gestasi.
- Riwayat neonatus besa terhadap usia gestasi (LGA),Hidramnion,anomaly
congenital, lahir mati tidak jelas
g. Psikososial
- Resiko meningkatnya komplikasi karena faktor sosioekonomi rendah.
- Sistem pendukung kurang dapat mempengaruhi kontrol emosi.
- Cemas, peka rangsang dan peningkatan ketegangan.
B. Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
2.
Kekurangan volume cairan dan elektrolite berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebihan dan tidak adekuatnya intake cairan
3.
Gangguan psikologis, ansietas berhubungan dengan situasi kritis atau
mengancam pada status kesehatan maternal atau janin.
4.
Kurang pengetahuan tentang kondisi diabetik, prognosa dan kebutuhan
tindakan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan
informasi dan tidak mengenal sumber informasi.
1.

Resiko tinggi terhadap trauma, pertukaran gas pada janin berhubungan


dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi
pertumbuhan intra uterin.
6.
Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan
ketidakadekuatan kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia
jaringan dan perubahan respon umum.
C. Rencana Keperawatan
5.

No
1

Diagnosa
keperawatan

Tujuan

Perubahan nutrisi kurang Setelah diberikan asuhan


dari kebutuhan
keperawatanselama ...x 24
berhubungan dengan
jam diharapkan kebutuhan nutrisi
ketidakmampuan
terpenuhi dengan KH ;
mencerna dan
Meningkatkan 24-30 Ib pada masa
menggunakan nutrisi
prenatal atau yang tepat untuk
kurang tepat
berat badan sebelum hamil

Intervensi
Timbang BB klien setiapkunjungan
prenatal
Kaji masukkan kalori dan pola makan
dalam 24 jam
Tinjau ulang/ berikan informasi
mengenai perubahan yang
diperlukan pada penatalaksanaan
diabetic

Mempertahankan gkulosa darah


puasa (FBS) antara 60-100 mg/dl,
dan 1 jam postprandial tidak lebih Tinjau ulang pentingnya makan dan
kudapan yang teratur bila
dari 140 mg/dl
menggunakan insulin
Mengungkapkan pemahaman
tentang aturan tindakan individu Perhatikan adanya mual dan muntah,
khususnya pada trimester pertama
dan kebutuhan pemantauan diri
yang sering
Kaji pemahaman tentang efek stress
pada diabetes
Ajarkan klien metode finger
stick untuk memantau glukosa
sendiri dengan menggunakan strip
enzim dan meter reflektan
Anjurkan pemantauan keton urin
pada saat terjaga dan bila rencana
makan atau kudapan diperlambat
Kolaborasi:
Rujuk pada ahli diet terdaftar
pada diet individu dan konseling
pertanyaan mengenai diet
2.
Pantau keadaan glukosa
serum (FBS, preprandial, 1dan 2 jam
postprandial) pada kunjungan awal
1.

kemudian sesuai kondisi klien


3.
Tentukan hasil HbAic setiap 24 mgg
4.
Siapkan untuk perawatan di
rumah sakit bila diabetes tidak
terkontrol

Kekurangan volume
Setelah diberikan asuhan
cairan dan elektrolite
keperawatanselama ...x 24
berhubungan dengan
jam diharapkan kesimbangan
kehilangan cairan
cairan dan elektrolit dengan KH ;
berlebihan dan tidak
Turgor kulit kembali normal
adekuatnya intake cairan 1.
2.
Membrane mukosa lembab
3.
BB stabil
4.
Tanda vital dalam batas
normal

Kaji dan dokumentasikan turgor kulit,


kondisi membrane mukosa, TTV
Timbang BB setiap hari hari dengan
menggunakan alat yang sama
Catat intake dan output secara
adekuat
Jika klien mampu, najurkan untuk
mengonsumsi cairan peroral dengan
perlahan , dan tingkatkan jumlah
cairan sesuai order
Tes urine terhadap aseton, albumin,
dan glukosa
Kolaborasi
Berikan cairan intravena sesuai order
yang terdiri dari elektrolit, glukosa,
dan vitamin

3.

Gangguan psikologis,
Setelah diberikan asuhan
Atur keberadaan perawat secara
ansietas berhubungan
keperawatan selama ...x 24 jam
kontinu selama persalinan.
dengan situasi kritis atau diharapkan pasien tenang dengan
Pastikan respon yang ada pada
mengancam pada status KH ;
pesalinan dan penatalaksanaan
kesehatan maternal atau
Mengungkapkan kesadaran tentang medis. Kaji keefektifan sistem
janin.
perasaan mengenai diabetes dan pendukung.
persalinan.
Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
Menggunakan strategi koping yang
Jelaskan semua prosedur tindakan
tepat
perawatan
Fasilitasi semua keluhan atas
ungkapan perasaan
Informasikan kepada keluarga
tentang kemajuan persalinan dan
keadaan janin.

Kurang pengetahuan
Setelah diberikan asuhan
1. Kaji pengetahuan tentang proses dan
tentang kondisi diabetik, keperawatan selama ...x 24 jam
tindakan terhadap penyakit dari
prognosa dan kebutuhan diharapkan pengetahuan pasien
klien
tindakan pengobatan
meningkat terhadap penyakitnya
2. Berikan informasi tentang cara kerja
berhubungan dengan
KH ;
dan efek merugikan dari insulin
kurangnya informasi,
kesalahan informasi danberpartisipasi dalam
3. Berikan informasi tentang kebutuhan
tidak mengenal sumber penatalaksanaan diabetes selam program latihan eingan. Ingatkan
kehamilan.
informasi.
untuk berhenti latihan bila glukosa

mengungkapkan pemahaman
melebihi 300mg/dl
tentang prosedur, tes
laboratorium, dan aktivitas yang 4. Berikan informasi mengenai dampak
melibatkan pengontrolan diabetes kehamilan pada kondisi diabetic dan
harapan masa datang
mendemonstrasikan kemahiran
5. Anjurkan klien mempertahankan
memantau sendiri dan pemberian
pengkajian harian dirumah terhadap
insulin
kadar glukosa serum, dosis insulin,
diet, latihan, reaksi, perasaan umum

tentang kesejahteraan, dan


pemikiran lain yang berhubungan
6. Bantu klien/ keluarga untuk
mempelajari pemberian glucagon
7. Tinjau kadar Hb atau Ht
8. Jelaskan penambahan berat badan
normal pada klien. anjurkan klien
memantau penambahan berat
badannya sendiri dirumah diantara
waktu kunjungan. Penambahan total
pada trimester pertama harus 2,54,5 Ib [1,1-2 kg] kemudian 0,8-0,9
Ib/mgg[360-400 g/mgg]setelahnya

Resiko tinggi terhadap


Setelah diberikan asuhan
Tinjau ulang riwayat pranatal dan
trauma, pertukaran gas keperawatan selama ....x 24 jam kontrol maternal.
pada janin berhubungan diharapkan trauma tidak terjadi
Periksa adanya glukosa atau keton
dengan
dengan KH ;
dan albumin dalam urin ibu dan
ketidakadekuatan kontrol
Kehamilan
cukup
bulan.
pantau tekanan darah
diabetik maternal,
makrosomnia atau
Meningkatkan keberhasilan kelahiranObservasi tanda vital.
retardasi pertumbuhan dari bayi usia gestasi yang tepat
intra uterin.
Anjurkan posisi rekumben lateral
Bebas cedera
selama persalinan.
Menunjukkan kadar glukosa normal, Lakukan dan bantu dengan
bebas tanda hipoglikemia
pemeriksaan vagina untuk
menentukan kemajuan persalinan..
Kolaborasi :
Tinjau hasil tes pranatal
seperti profil biofisikal, tes nonstres
dan tes stres kontraksi.
2.
Dapatkan atau tinjau ulang
hasil dari amniosentesis dan
1.

ultrasonografi.
3.
Pantai kadar glukosa serum
maternal dengan finger stick setiap
jam, kemudian setiap 2-4 jam sesuai
indikasi.
4.
Observasi frekuensi denyut
jantung janin.
5.
Lakukan pemberian cairan
dekstrose 5% per parenteral.
6.
Siapkan untuk induksi
persalinan dengan oksitosin atau
seksio saesar.
7.
Kolaborasi dengan tim medis
lain sesuai indikasi.

Resiko tinggi terhadap


Setelah diberikan asuhan
Perhatikan klasifikasi white untuk
cedera maternal
keperawatan selama ... x 24 jam diabetes. Kaji derajad kontrol
berhubungan dengan
diharapkan cedera maternal tidak diabetik.
ketidakadekuatan kontrol terjadi dengan KH ;
Kaji perdarahan pervaginam dan
diabetik, profil darah
Tetap
normotensif
nyeri tekan abdomen.
abnormal atau anemia,
hipoksia jaringan dan Mempertahankan normoglikemi
Pantau terhadap tanda dan gejala
perubahan respon
persalinan preterm.
umum.
Bebas dari komplikasi seperti
infeksi, pemisahan plasenta.
Bantu untuk belajar memantau
glukosa darah di rumah yang
dilakukan 6 kali sehari.
Periksa keton dalam urin setiap hari.
Identifikasi kejadian hipoglikemia dan
hiperglikemia.
Pantau adanya edema dan tentukan
tinggi fundus uteri.

Kaji adanya infeksi saluran kencing.


Pantau dengan ketat bila obat
tokolitik digunakan untuk
menghentikan persalinan..
Kolaborasi :
Pantau kadar glukosa serum setiap
kunjungan.
Dapatkan HbA1c setiap 2-4 minggu
sesuai indikasi.
Kaji Hb dan Ht pada kunjungan awal
lalu selama trimester kedua dan
preterm.
Instruksikan pemberian insulin sesuai
indikasi.
Dapatkan urinalisa dan kultur urin,
kultur rabas vagina, berikan
antibiotika sesuai indikasi.
Kumpulkan spesimen untuk ekskresi
protein total, klirens kreatinin
nitrogen urea darah dan kadar asam
urat.
Jadwalkan pemeriksaan oftalmologi
selama trimester pertama, trimester
kedua dan ketiga bila berada dalam
diabetes klasifikasi kelas D atau
diatasnya.
Siapkan untuk ultrasonografi pada
gestesi ke-8, 12, 26, 36 dan 38
untuk menentukan ukuran janin
dengan menggunakan diameter
biparietal, panjang femur dan
perkiraan berat badan janin.
Mulai terapi intra vena dengan
dekstrose 5%, berikan glukogon sub
cutan bila dirawat di rumah sakit
dengan shock insulin dan tidak
sadar. Ikuti dengan pemberian susu
skim 8 oz bila mampu menelan

.Evaluasi Keperawatan
Kebutuhan nutrisi terpenuhi, Mempertahankan kadar gula darah puasa
antara 60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah makan tidak lebih dari 140 mg/dl.
2.
Kebutuhan cairan pasien terpenuhi, turgor kulit kembali normal,
membrane mukosa lemba, BB stabil, tanda vital dalam batas normal
3.
Pasien tenang, mengungkapkan kesadaran tentang perasaan mengenai
diabetes dan persalinan, Menggunakan strategi koping yang tepat
4.
Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selama kehamilan,
Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur
5.
Bebas cedera, Menunjukkan kadar glukosa normal, bebas tanda
hipoglikemia
6.
Tetap normotensif, Mempertahankan normoglikemia., Bebas dari
komplikasi seperti infeksi, pemisahan plasenta.
D.
1.

Definisi Diabetes melitus


Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Silvia. Anderson Price,
1995)

Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi
dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan ketidak ade kuatan penggunaan insulin
(Barbara Engram; 1999, 532)
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler,
mikro vaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1996).
2.2 Klasifikasi Diabetes melitus
Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data Group: Classification and
Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of Glucosa Intolerance:
1.
Klasifikasi Klinis
a. Diabetes Mellitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak mengalami obesitas , dan
DMTTI dengan obesitas)
b. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
c. Diabetes Kehamilan (GDM)
2.
Klasifikasi risiko statistik
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel pancreas yang secara normal menghasilkan hormon
insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan insulin diperlukan
untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai oleh awitan
mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah
produksi insulin.
2.3 Etiologi
Penyebab Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi menurut WHO tahun 1995 adalah :
a. DM Tipe I (IDDM : DM tergantung insulin)
Faktor genetik / herediter
Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan sel-sel beta terhadap
penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi autoimun melawan selsel beta, jadi mengarah pada penghancuran sel-sel beta.
Faktor infeksi virus
Berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu yang menentukan
proses autoimun pada individu yang peka secara genetik
b.

DM Tipe II (DM tidak tergantung insulin = NIDDM)


Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi obesitas pada individu obesitas
dapat menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi
membuat insulin yang tersedia kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik yang
biasa.

c.

DM Malnutrisi
Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD)
Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah protein sehingga
klasifikasi pangkreas melalui proses mekanik (Fibrosis) atau toksik (Cyanide) yang
menyebabkan sel-sel beta menjadi rusak.
Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD)
Karena kekurangan protein yang kronik menyebabkan hipofungsi sel Beta pancreas

d.

DM Tipe Lain
Penyakit pankreas seperti : pancreatitis, Ca Pancreas dll
Penyakit hormonal
Seperti : Acromegali yang meningkat GH (growth hormon) yang merangsang sel-sel
beta pankeras yang menyebabkan sel-sel ini hiperaktif dan rusak
Obat-obatan
Bersifat sitotoksin terhadap sel-sel seperti aloxan dan streptozerin
Yang mengurangi produksi insulin seperti derifat thiazide, phenothiazine dll.
2.4 Manifestasi Klinis
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus apabila
menderita dua dari tiga gejala yaitu:
1) Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
2) Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3) Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus
adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal,
Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Kadar glukosa darah
Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatiksebagai
patokan penyaring
Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah Sewaktu
DM
Belum Pasti DM
Plasma vena
>200
100-200
Darah kapiler
>200
80-100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah Puasa
DM
Belum Pasti DM
Plasma vena
>120
110-120
Darah kapiler
>110
90-110

2. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl).
3. TES LABORATORIUM DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tesdiagnostik, tes pemantauan terapi dan
tes untuk mendeteksikomplikasi.
4. TES SARING
Tes-tes saring pada DM adalah:
GDP
GDS
Tes Glukosa Urin:

Tes konvensional (metode reduksi/Benedict)

Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase

5. TES DIAGNOSTIK
Tes-tes diagnostik pada DM adalah:1.GDP2.GDS3.GD2PP (Glukosa Darah 2 Jam Post
Prandial)4.Glukosa jam ke-2 TTGO
6. TES MONITORING TERAPI
Tes-tes monitoring terapi DM adalah:
GDP : plasma vena, darah kapiler
GD2 PP : plasma vena
A1c : darah vena, darah kapiler
7. TES UNTUK MENDETEKSI KOMPLIKASI
Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah:
a) Mikroalbuminuria : urin
b) Ureum, Kreatinin, Asam Urat
c) Kolesterol total : plasma vena (puasa)
d) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
e) Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
f) Trigliserida : plasma vena (puasa)

2.6 Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner
(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada
gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a) Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner, vaskular
perifer dan vaskular selebral.
b) Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan ginjal
(nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik
komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c) Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang masalah
seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
3. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
a. Neuropati diabetik
b. Retinopati diabetik
c. Nefropati diabetik
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1) Grade 0
: tidak ada luka
2) Grade I
: kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3) Grade II
: kerusakan kulit mencapai otot dan tulang

4) Grade III
5) Grade IV
6) Grade V

: terjadi abses
: Gangren pada kaki bagian distal
: Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

2.7 Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal
(euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
1)
Memperbaiki kesehatan umum penderita
2)
Mengarahkan pada berat badan normal
3)
Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4)
Mempertahankan kadar KGD normal
5)
Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6)
Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7)
Menarik dan mudah diberikan
b. Prinsip diet DM, adalah:
1)
Jumlah sesuai kebutuhan
2)
Jadwal diet ketat
3)
Jenis: boleh dimakan/tidak
c. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya.
1)
Diit DM I
: 1100 kalori
2)
Diit DM II
: 1300 kalori
3)
Diit DM III
: 1500 kalori
4)
Diit DM IV
: 1700 kalori
5)
Diit DM V
: 1900 kalori
6)
Diit DM VI
: 2100 kalori
7)
Diit DM VII
: 2300 kalori
8)
Diit DM VIII
: 2500 kalori
Keterangan :
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes
komplikasi.
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body
weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:
BB (Kg)
BBR =
X 100 %
TB (cm) 100
Keterangan Hasil:
Kurus (underweight)

BBR < 90 %

Normal (ideal)
:
BBR 90 110 %
Gemuk (overweight)
:
BBR > 110 %
Obesitas, apabila
:
BBR > 120 %
Obesitas ringan
:
BBR 120 130 %
Obesitas sedang
:
BBR 130 140 %
Obesitas berat
:
BBR 140 200 %
Morbid
:
BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang
bekerja biasa adalah:
kurus
:
BB X 40 60 kalori sehari
Normal :
BB X 30 kalori sehari
Gemuk
:
BB X 20 kalori sehari
Obesitas :
BB X 10-15 kalori sehari
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 jam sesudah
makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau
menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c) Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d) Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan
glikogen baru
f) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak
menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu bentuk
penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media
misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
kerja OAD tingkat reseptor
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
a) Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik
Menghambat absorpsi karbohidrat
Menghambat glukoneogenesis di hati
Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3) DM kehamilan

4) DM dan gangguan faal hati yang berat


5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan underweight
11) DM dan penyakit Graves
Beberapa cara pemberian insulin
a. Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan,
kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:
lokasi suntikan
ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan, dan paha. Dalam
memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat
suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah
suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit
setelah suntikan.
b. Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
c. Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.
Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan
intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.
Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi
apabila terdapat penurunan dari u 100 ke u 10 maka efek insulin dipercepat.
d. Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus dengan
degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan
untuk terapi koma diabetik.
BAB III
KASUS
Ibu D (45 thn) masuk rumah sakit dengan keluhan luka di kaki yang lama tidak
sembuh, bahkan sekarang lukanya sangat dalam sampai terlihat tulangnya. Klien mengatakan
merasa lemas dan sering kencing, padahal sering sekali minum, dan inginnya makan terus.
Dari hasil pengkajian sementara didapatkan: kondisi umum klien: lemah, TTV TD: 170/90
mmHg, HR: 96x/menit, Suhu: 370C, RR: 20x/menit, sudah terjadi neuropati ekstremitas, kaki
teraba dingin dan terlihat pucat, gula darah sementara: 450 mg/dl, ada riwayat DM pada
anggota keluarganya (bapaknya ibu D meninggal karena komplikasi DM), sejak kecil ibu D
mengalami gizi lebih (obesitas), BB sekarang: 45 kg, TB: 155 Cm, sebelum sakit-sakitan BB
nya pernah mencapai 80 Kg.

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis
apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien
untuk menanggulangi penyakitnya.
3. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada
kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
5. Integritas Ego
Stress, ansietas
6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
7. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
8. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
9. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
10. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
12. Pemeriksaan Diagnostik
a. Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal. Kadar gula darah pada waktu
puasa > 140 mg/dl. Kadar gula sewaktu >200 mg/dl.
b. Tes toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam pp >200 mg/dl.
c. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena, serum/plasma
10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode
tanpa deproteinisasi.
d. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka
sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini akan
naik pada orang tua.
e. Benda keton dalam urine.
f. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL, LDL,
Trigleserid), Ffungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody).
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Doenges (2000), dan Brunner &
Suddarth (2002) ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masukan
oral/ mual.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer).
4.3 Intervensi
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka perencanaan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Kekurangan volume cairan berhubuntgan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer
dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan
kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
Pantau masukan dan pengeluaran
Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat
ditoleransi jantung
Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau
pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K).
Rasional :
Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
Untuk mengetahui suara nafas
Untuk mengetahui perubahan frekuensi dan kualitas pernafasan klien
Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari
terapi yang diberikan.
Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien
secara individual.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
masukan oral/ mual
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan pasien.

Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan
makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera
jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
Kolaborasi dengan ahli diet.
Rasional :
Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya)
Untuk mengetahui suara bising usus
Agar nutrisi klien terpenuhi
Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami
nutrisi pasien.
Untuk mengetahui perubahan tanda-tanda hipoglikemia
Untuk mengetahui gula darah klien
Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu
memindahkan glukosa ke dalam sel.
Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer).
Tujuan :
gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
Kaji tanda vital
Kaji adanya nyeri
Lakukan perawatan luka
Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rasional :
Untuk mengetahui luka, adanya epitelisas, perubahan warna, edema , discharge dan frekuensi
ganti balut.
Untuk mengetahui TTV klien
Untuk mengetahui lokasi nyeri dan kualitas nyeri
Agar klien merasa nyaman
Untuk mengatur kecepatan dan keefektifan gula darah
Untuk mengurangi neuropati perifer
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler,
mikro vaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1996).
Diabetes Melitus Suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan
oleh karena adanya peningkatan kadargula (Glukosa) darah akibat kekurangan Insulin baik
absolute maupun Relatif.
Diabetes Melitus penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun bisa dikendalikan.
Untuk mengendalikan penyakit Diabetes Melitus diperlukan pengetahuan dan kemauan dari
pasien. Untuk itu pasien memerlukan bantuan dalam menghadapi penyakit Diabetes Melitus
dengan asuhan keperawatan yang komprehensif.
5.2 Saran
Setelah membaca dan memahami konsep dasar pada asuhan keperawatan Diabetes
Melitus, diharapkan kepada mahasiswa dapat melakukan dan melaksanakan perencanaan
dengan profesional pada pasien dengan Diabetes Melitus dan juga bagi setiap orang dapat
menghindari penyakit Diabetes Melitus dengan selalu menjaga dan membiasakan pola hidup
sehat.

DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 2002
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Guyton, Arthur C, dan Hall John E. 2006.Fisiologi Kedokteran.Edisi Ke-9.Jakarta : Penerbit
buku kedokteran EGC
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-diabetes-melitus.html
http://id.scribd.com/doc/45180866/Diabetes-Mellitus
http://rezaucihakunblog.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-pada-pasien-diabetes.html

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS


A. KONSEP DASAR TEORI
1. PENGERTIAN
Diabetes mellitus (DM ) merupakan kelainan metabolic dimana ditemukan
ketidakmampuan untuk mengoksidasi karbohidrat, akibat gangguan pada mekanisme insulin
yang normal, menimbulkan hiperglikemia, glikosuria, poliuria, rasa haus, rasa lapar, badan
kurus, kelemahan, asidosis, sering menyebabkan dispnea, lipemia, ketonuria hingga
koma (Dorland : 309).

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Silvia. Anderson Price,
1995)
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi
dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan ketidak ade kuatan penggunaan
insulin (Barbara Engram; 1999, 532)
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler,
mikro vaskuler dan neurologis(Barbara C. Long, 1996).
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelaianan
metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, saraf, ginjal, pembuluh darah, disertai lesi di membrane basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop electron ( Mansjoer Arif, 2001 : 580 )
2. ETIOLOGI
Penyebab Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi menurut WHO tahun 1995 adalah :
a. DM Tipe I (IDDM : DM tergantung insulin )
Faktor genetic/herediter : Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan
sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi
autoimun melawan sel-sel beta, jadi mengarah pada penghancuran sel-sel beta.
Faktor infeksi virus : Berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu
yang menentukan proses autoimun pada individu yang peka secara genetic.
b. DM Tipe II ( DM tidak tergantung pada insulin/ NIDDM)
Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi obesitas pada individu obesitas dapat
menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi
membuat insulin yang tersedia kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik yang
biasa.
c. DM Malnutrisi
Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD)
Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah protein sehingga klasifikasi
pangkreas melalui proses mekanik (Fibrosis) atau toksik (Cyanide) yang menyebabkan sel-sel
beta menjadi rusak.
Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD)
Karena kekurangan protein yang kronik menyebabkan hipofungsi sel Beta pancreas
d. DM Tipe lain
Penyakit pankreas seperti : pancreatitis, Ca Pancreas dll.
Penyakit hormonal
Seperti : Acromegali yang meningkat GH (growth hormon) yang merangsang sel-sel beta
pankeras yang menyebabkan sel-sel ini hiperaktif dan rusak.
Obat-obatan
- Bersifat sitotoksin terhadap sel-sel seperti aloxan dan streptozerin
- Yang mengurangi produksi insulin seperti derifat thiazide, phenothiazine dll.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

MANIFESTASI KLINIS
Poliuria
Polidipsia
Polipagia
Penurunan berat badan
Kelemahan, keletihan dan mengantuk
Malaise
Kesemutan pada ekstremitas

h.
i.
j.
k.

Infeksi kulit dan pruritus


Timbul gejala ketoasidosis & samnolen bila berat
Impotensi pada pria
Pruritus vulva pada wanita

4. PATOFISIOLOGI
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan Diabetes mellitus ditujukan untuk :
a. Jangka panjang : mencegah komplikasi
b. Jangka pendek : Menghilangkan keluhan/gejala DM
Penatalaksanaan DM
a. Diet
Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika Merekomendasikan = 50
60% kalori yang berasal dari :
- Karbohidrat 60 70%
- Protein 12 20 %
- Lemak 20 30 %
b. Latihan
Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju metabolisme istirahat, dapat
menurunkan BB, stres dan menyegarkan tubuh.
Latihan menghindari kemungkinan trauma pada ekstremitas bawah, dan hindari latihan dalam
udara yang sangat panas/dingin, serta pada saat pengendalian metabolik buruk.
Gunakan alas kaki yang tepat dan periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan.
Perhatian :
Jangan lakukan latihan jika glukosa darah > 250 mg/dl
Jika glukosa darah < 100 mg/dl sebelum latihan makan camilan dulu
Rekomendasi latihan bagi penderita yang mengalami komplikasi disesuaikan dengan
kondisinya
Lakukan latihan 2 jam setelah makan
c. Terapi obat obatan
- OHO ( Obat Hipoglikemi Oral )
- OAD ( Oral Anti Diabetes )
1. Sulfonylureas
- Efek utama sekresi insulin oleh sel beta
- Pilihan utama untuk klien BB normal/kurang
- Efek samping utama BB naik dan hipoglikemia
2. Biguanides (Metformin)
- Membantu sel dalam tubuh merespon lebih efektif terhadap insulin
- Dianjurkan untuk klien gemuk
- Kontra indikasi peny ginjal & hati
3. Inhibitor glucosidase (Acarbose)
- Efek utama puncak glikemik sesudah makan
- Memperlambat absorpsi glukosa di intestine
d. Terapi insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah :
- DM dengan berat badan menurun cepat/kurus.
- Ketoasidosis, asidosis laktat, dan koma hiperosmolar
- DM yang mengalami Stres berat (infeksi sistemik, operasi berat)
- Kehamilan/DM gestasional yang tidak terkendali dg perencanaan makan
- Tidak berhasil dikelola dengan OAD dosis maksimal atau ada kontra indikasi dengan OAD

e. Pendidikan
f. Pemantauan
Pemantauan kadar Glukosa darah secara mandiri. (Brunner & Suddarth, 2002)
g. Perawatan kaki diabetik
- Gunakan sepatu yang pas dan kaos kaki yang bersih setiap saat berjalan, dan jangan
bertelanjang kaki saat berjalan
- Cucilah kaki setiap hari, dan keringkan dengan baik, dengan memberikan perhatian khusus
pada sela jari
- Suhu air yang digunakan antara 29,5 - 30C
- Jangan menggunakan alas pemanas dan botol berisi air panas
- Periksa kaki setiap hari
- Jika kaki kering, gunakan pelembab dan jika lembab pakai bedak
h. Langkah langkah membantu meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah yang harus
dilakukan :
- Hindari bertumpang kaki ketika duduk
- Lindungi kaki dari kedinginan
- Hindari merendam kaki dalam air dingin
- Gunakan kaos kaki atau stocking yang tidak terlalu ketat (Long, 1996)
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Pemeriksaan riwayat DM pada kehamilan ; riwayat kehamilan dengan BBL > 4.000 g.
- Pemeriksaan glukosa darah sewaktu, sesudah makan dan puasa
- Tes roleransi glukosa oral (TTGO) standar.
- HbA1c
Pemeriksaan penunjang
- Kadar protein darah / urin
- Kadar aseton darah / Urin
- Lipid : kolesterol total, HDL, Trigliserida
7. KOMPLIKASI
a. Akut
- Koma hipoglikemia
- Ketoasidosis
- Koma hiperosmolar nonketotik
b. Kronik
- Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar ; pembuluh darah jantung, pembuluh
darah tepi, pembuluh darah di otak.
- Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil; retinopati diabetic, nefropati diabetic.
- Neuropati diabetic
- Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru, gingivitis dan infeksi saluran kemih.
- Kaki diabetic.
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang disertai
bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh.
Disamping itu klien juga mengeluh poli urea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB
menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kramotot, gangguan tidur/istirahat, haushaus, pusing-pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada
pria.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
- Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes gestasional

- Riwayat ISK berulang


- Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid), dilantin dan penoborbital.
- Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan
c. Riwayat Kesehatan Keluarga: Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
d. Pemeriksaan Fisik
- Neuro sensori : Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan memori, kekacauan
mental, reflek tendon menurun, aktifitas kejang.
- Kardiovaskuler : Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural,
hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
- Pernafasan : Takipnoe pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak nafas, batuk dengan
tanpa sputum purulent dan tergantung ada/tidaknya infeksi, panastesia/paralise otot
pernafasan (jika kadar kalium menurun tajam), RR > 24 x/menit, nafas berbau aseton.
- Gastro intestinal : Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, aseitas, wajah
meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
- Eliminasi : Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau busuk, diare (bising usus
hiper aktif).
- Reproduksi/sexualitas : Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi pada pria,
dan sulit orgasme pada wanita
- Muskulo skeletal : Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek
tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
- Integumen : Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek, pembesaran
tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.
e. Aspek psikososial
- Stress, anxientas, depresi
- Peka rangsangan
- Tergantung pada orang lain
- Pemeriksaan diagnostic
- Gula darah meningkat > 200 mg/dl
- Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok
- Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt
- Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik)
- Alkalosis respiratorik
- Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi,
menunjukkan respon terhadap stress/infeksi.
- Ureum/kreatinin : mungkin meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi ginjal.
- Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut.
- Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal sampai meningkat
pada tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin.
f. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa
darah dan kebutuhan akan insulin.
g. Urine : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin meningkat.
h. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pada luka.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik, kehilangan gastrik berlebihan,
masukan yang terbatas.
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan
insulin penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.

3. Resti infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit,
perubahan sirkulasi.
4. Resti perubahan sensori perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen (ketidak
seimbangan glukosa/insulin dan elektrolit.
5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketergantungan pada orang lain, penyakit jangka
panjang.
6. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi. (Doengoes, 2000)
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Dx keperawatan I: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,
kehilangan gastrik berlebihan, masukan yang terbatas.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam, diharapkan cairan dan
elektrolit pasien seimbang.
Kriteria Hasil :
a. Memperlihatkan keseimbangan asupan dan haluaran
b.
Menunjukkan nilai elektrolit dalam batas normal
c.
TTV stabil
Intervensi :
1. Pantau tanda tanda vital
2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
3. Kaji suhu, warna kulit dan kelembaban.
4. Ukur BB setiap hari
5. Tingkatkan lingkungan yang nyaman selimuti dengan selimut tipis.
6. Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah, distensi lambung.
7. Kolaborasi pemberian cairan IV
8. Monitor intake dan urin output setiap 8 jam.
9. Pasang selang NGT dan lakukan penghisapan sesuai dengan indikasi.
Dx Keperawatan II: Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak cukupan insulin, penurunan masukan oral, hipermetabolisme, kelemahan, kelelahan,
tonus otot buruk, diare.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam, nutrisi teratasi.
Kriteria hasil :
a. Mencerna jumlah nutrien yang tepat,
b. Menunjukkan tingkat energi biasanya,
c. BB stabil
Intervensi :
1. Timbang BB setiap hari.
2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang
dihabiskan pasien.
3. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri, abdomen, mual, muntah.
4. Identifikasi makanan yang disukai.
5. Libatkan keluarga pada perencanaan makan sesuai indikasi.
6. Kolaborasi dengan ahli diet
Dx Keperawatan III: Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi lekosit/perubahan sirkulasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam, diharapkan tidak
terdapat tanda tanda infeksi.
Kriteria hasil :
a. Tidak terdapat tanda tanda infeksi

b. Jumlah leukosit dalam batas normal.


Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan bagi semua orang yang berhubungan
dengan pasien, meskipun pasien itu sendiri.
3. Pertahankan teknik aseptik prosedur invasive.
4. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sugguh, massage daerah yang tertekan.
Jaga kulit tetap kering, linen tetap kering dan kencang.
5. Bantu pasien melakukan oral hygiene.
6. Anjurkan untuk makan dan minum adekuat.
7. Kolaborasi tentang pemberian antibiotik yang sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta : EGC.
Engram, B. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2. Jakarta : EGC.
Price. S.A. (1995). Patofisiologi, Edisi Kedua, Jakarta : EGC.
Jan Tambayong, dr. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Kumala, Poppy et all. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta : EGC. 1998.
Diunduh dari : http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-medikalbedah-kmb/askep-diabetes-melitus/

Anda mungkin juga menyukai