Pendahuluan
Sistem urinaria atau ginjal terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine
dan mengeluarannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk
mempertahankan homeostasis (kekonstanan lingkungan internal). Sistem urinaria
terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua ureter yang membawa urine ke
sebuah kandung kemih untuk penampungan sementara, dan uretra yang mengalirkan
urine keluar tubuh melalui orifisium uretra eksterna.
Semua manusia memiliki sistem urinari. Kebanyakan orang telah mengenal
salah satu fungsi ginjal yang penting, yaitu untuk membersihkan tubuh dari bahanbahan sisa hasil pencernaan atau yang diproduksi oleh metabolisme. Fungsi kedua
adalah untuk mengontrol volume dan komposisi cairan tubuh. Untuk air dan semua
elektrolit dalam tubuh, keseimbangan antara asupan (hasil dari pencernaan) dan
keluaran (hasil dari ekskresi atau konsumsi metabolik) sebagian besar dipertahankan
oleh ginjal.
Asupan air dan banyak elektrolit seseorang terutama ditentukan oleh
kebiasaan makan dan minum seseorang, sehingga mengharuskan ginjal untuk
mengatur kecepatan ekskresinya sesuai dengan asupan berbagai macam zat. Jika
asupan melebihi ekskresi, jumlah zat dalam tubuh akan meningkat. Tetapi jika
asupan kurang dari ekskresi, jumlah zat dalam tubuh akan berkurang.
Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Anatomi Ginjal
2.1.1 Makroskopis
Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk kacang (bean shaped), terletak
retroperitoneal, di belakang kavum abdomen. Masing masing ginjal mempunyai
panjang 10 -12 cm (antara vertebra TH 12 L3), penampang 5 6 cm, berat 150
gram. Ginjal kanan 1 2 cm lebih rendah daripada ginjal kiri oleh karena adanya
hati. Diafragma ada di sebelah atas-belakang ujung atas ginjal (upper pole) sehingga
pada saat inspirasi ginjal akan terdorong kebawah (Tjokroprawiro Askandar,et al.
2007).
(lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam guncangan (Guyton
dan Hall, 2007).
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap, dan medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex.
Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut
tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
3
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong
yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks
renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga kaliks
renalis minores. Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut piramid.
Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmensegmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid
membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari
banyak duktus pengumpul (Price,1995).
kapsula bowman, tubulus. Tubulus terdiri atas tiga bagian utama yaitu Tubulus
Proksimalis, Loop of Henle (lengkungan Henle) dan Tubulus Distalis. Beberapa
tubulus distalis akan bergabung membentuk tubulus kolektivus. Nefron dibedakan
atas 2 jenis yaitu : Nefron Kortikalis yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada
bagian luar dari korteks dengan lengkungan henle yang pendek tetapi tetap berada
pada korteks atau mengadakan penetrasi hanya sampai pada zona luar medulla,
Nefron Juxta medullaris yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian dalam
dari korteks dekat hubungan korteks-medulla dengan lengkungan henle yang panjang
dan turun jauh kedalam sampai zona dalam medulla sebelum berbalik dan kembali ke
korteks. Pada manusia kira-kira 85 % merupakan nefron kortikalis dan 15 %
merupakan nefron Juxta medullaris. Glomerulus bersama dengan kapsula bowman
juga disebut badan maplphigi. Meskipun ultrafiltrasi plasma terjadi di glomerulus
tetapi peranan tubulus dalam pembentukan urine tidak kalah pentingnya. (Price,
1995)
korteks), Pars Asending mengadakan kontak yang sangat dekat dengan glomerulus
pada kutub vaskuler. JGA (Juxta Glomerular Apparatus) Berfungsi mengadakan
reabsorpsi bahan-bahan dari cairan tubuli dan mensekresi bahan-bahan ke dalam
+
tubuli 25% air dan Na direabsorpsi
dan urea disekresi. Tubulus Distalis terdiri atas:
Gambar 5. Glomerulus
Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler, bersifat sebagai
saringan disebut Glomerulus, darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan
disaring sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang berjumlah kira-kira
170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut Tubulus Urin
ini dialirkan keluar ke saluran ureter, kandung kencing, kemudian ke luar melalui
Uretra.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit)
dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang.
Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan
arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin
(Price,1995).
2.1.3 Vaskularisasi pada Ginjal
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi vertebra
lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena kavainferior yang terletak
disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut
bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara piramid selanjutnya
membentuk arteri arkuata kemudian membentuk arteriola interlobularis yang tersusun
paralel dalam korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola aferen
pada glomerulus (Price, 1995).
kolektivus
Hormon Paratiroid
Merupakan protein yang diproduksi oleh kelenjar paratiroid, hormon ini
meningkatkan ekskresi fosfat, reabsorbsi kalsium, dan produksi vitamin D
asokonstriktor kuat.
Vitamin D
Merupakan hormon steroid yang di metabolisme di ginjal menjadi bentuk
aktif 1,23-dihidrosikolekalsiferol, yang terutama berperan meningkatkan
10
Lamnina rara interna, yang terletak diantara lamina densa dan sel endotel
Lamina rara eksterna, yang terletak diantara lamina densa dan sel epitel
Sel-sel epitel kapsula bowman viseral menutupi kapiler dan membentuk
tonjolan sitoplasma foot process yang berhubungan dengan lamina rara eksterna.
Diantara tonjolan-tonjolan tersebut adalah celah-celah filtrasi dan disebut silt pore
dengan lebar 200-300 A. Pori-pori tersebut ditutupi oleh suatu membran disebut slit
diaphgrma. Mesangium (sel-sel mesangial dan matrik) terletak dianatara kapilerkapiler gromerulus dan membentuk bagian medial dinding kapiler. Mesangium
berfungsi sebagai pendukung kapiler glomerulus dan mungkin berperan dalam
pembuangan makromolekul (seperti komplek imun) pada glomerulus, baik melalui
fagositosis intraseluler maupun dengan transpor melalui saluran-saluran intraseluler
ke regio jukstaglomerular.(Ocallaghan, Chris, 2009)
11
12
keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari. Selain itu, fungsi primer
ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batasbatas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi
glomerulus, reabsorpsi dan sekresi tubulus (Guyton dan Hall, 2007).
2.2.1 Fungsi Ginjal
Fungsi ginjal adalah
1. Fungsi ekskresi
Degradasi insulin.
Menghasilkan prostaglandin.
Gambar 9. Nephron
Mekanisme kerja utama nefron dalam membersihkan substansi yang tidak
diperlukan dalam tubuh adalah :
1.vNefron menyaring sebagian besar plasma di dalam glomerulus yang akan
menghasilkan cairan filtrasi.
2.vJika cairan filtrasi ini mengalir melalui tubulus, substansi yang tidak diperlukan
tidak akan direabsorpsi sedangkan substansi yang diperlukan direabsorpsi
kembali ke dalam plasma dan kapiler peritubulus.
Substansi-substansi yang tidak diperlukan tubuh akan disekresi dan plasma
langsung melewati sel-sel epitel yang melapisi tubulus ke dalam cairan tubulus. Jadi
14
urine yang akhirnya terbentuk terdiri dari bagian utama berupa substansi-substansi
yang difiltrasi dan juga sebagian kecil substansi-substansi yang disekresi. Nefron
berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh
dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang
masih diperlukan tubuh, molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi
dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan
kotranspor, hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut
korpuskula (badan malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap
korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang
berada dalam kapsula bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri
afferent. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau
penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari
glomerulus dan kapsula bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong
plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang
telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri efferent.
Di antara darah dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam kapsula
bowman terdapat tiga lapisan:
1.vKapiler selapis sel endotelium pada glomerulus
2.vLapisan kaya protein sebagai membran dasar
3.vSelapis sel epitel melapisi dinding kapsula Bowman (podosit)
Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari glomerulus,
melewati ketiga lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula
Bowman dalam bentuk filtrat glomerular. Filtrat plasma darah tidak mengandung sel
15
darah ataupun molekul protein yang besar. Protein dalam bentuk molekul kecil dapat
ditemukan dalam filtrat ini. Darah manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap
hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125 cc filtrat glomerular per
menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi
ginjal (Guyton dan Hall, 2007).
amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke
dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis. Cairan mengalir
dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang terdiri dari:
Tubulus penghubung
17
filtrat dalam kapsula bowmans serta tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi
glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga
oleh permeabilitas dinding kapiler (Guyton dan Hall, 2007).
18
disebut Single Nefron Glomerular Filtration Rate (SN GFR), besarnya SN GFR
ditentukan oleh faktor dinding kapiler glomerulus dan Gaya Starling dalam kapiler
tersebut.
SN GFR = Kf.(P-) = Kf.Puf
Koefesien ultrafiltrasi (Kf) dipengaruhi oleh luas permukaan kapiler
glomerulus yang tersedia untuk filtrasi dan konduksi hidrolik membran basal.
Tekanan ultrafiltrasi (Puf) atau Gaya Starling dalam kapiler ditentukan oleh :
-
Tekanan onkotik dalam kapsula bowman yang dianggap nol karena ultra filtrat
19
tidak disekresi maupu direabsorpsi oleh tubulus. Kemudian jumlah zat yang terdapat
dalam urin diukur persatuan waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat yang
terdapat dalam cairan plasma.
20
jumlah protein yang terlarut. Sekitar 99% cairan filtrat tersebut direabsorpsi
kembali ke dalam tubulus ginjal.
2. Reabsorpsi
Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit,
elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat
21
tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi. Volume urin manusia hanya 1%
dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi
secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa
serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti
glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan
bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin.
Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 gr garam,
dan 150 gr glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali. Setelah
terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang komposisinya
sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih
diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa
metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03%, dalam urin
primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder (Guyton dan Hall, 2007).
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara, gula dan asam mino
meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis.
Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimaldan tubulus distal (Guyton dan Hall,
2007).
22
K,+ PO4,NO3, glukosa dan asam amino. Terjadinya difusi ion-ion khususnya ion
Na,+ melalui sel tubulus kedalam pembuluh kapiler peritubuler disebabkan perbedaan
ptensial listrik didalam epitel tubulus (-70mvolt) dan diluar sel (-3m volt). Perbedaan
electrochemical gradient ini membentu terjadinya proses difusi. Selain itu perbedaan
23
konsentrasi ion Na +didalam dan diluar sel tubulus membantu meningkatkan proses
difusi tersebut. Meningkatnya difusi natrium diesbabkan permiabilitas sel tubuler
terhadap ion natrium relatif tinggi. Keadaan ini dimungkinkan karena terdapat banyak
mikrovilli yang memperluas permukaan tubulus. Proses ini memerlukan energi dan
dapat berlangsung terus-menerus (Guyton dan Hall, 2007).
sel epitel tubulus dan selanjutnya menuju kedalam sel peritubulus. Bersamaan dengan
24
perpindahan ion Na+ diikuti pula terbawanya ion Cl, HCO3 kedalam kapiler
peritubuler. Kecepatan reabsorsi ini ditentukan pula oleh perbedaan potensial listrik
yang terdapat didalam dan diluar lumen tubulus (Guyton dan Hall, 2007).
dalam kandung kemih ini sebelum dikeluarkan pada saat Anda berkemih (Guyton dan
Hall, 2007).
Zat-zat yang sudah tidak terpakai lagi atau sampah tersebut diperoleh dari
proses normal pemecahan otot dan dari makanan yang dikonsumsi. Tubuh akan
memakai makanan tersebut sebagai energi dan untuk perbaikan jaringan. Setelah
tubuh mengambil secukupnya dari makanan, sisanya akan dikirim ke dalam darah
untuk kemudian disaring di ginjal. Jika fungsi ginjal terganggu maka kemampuan
menyaring zat sisa ini dapat terganggu pula dan terjadi penumpukan dalam darah
sehingga dapat menimbulkan berbagai manifestasi gangguan terhadap tubuh (Guyton
dan Hall, 2007).
Protein sangat dibutuhkan untuk membangun semua bagian tubuh, seperti
otot, tulang, rambut dan kuku. Protein-protein yang ada dalam darah dapat keluar ke
urin (bocor) bila unit penyaring ginjal glomerulus sudah mengalami kerusakan.
Protein yang terkandung di dalam urin, disebut dengan albumin. Ginjal memiliki
struktur yang cukup unik, yaitu pembuluh darah dan unit penyaring (Guyton dan
Hall, 2007).
Proses penyaringan terjadi pada bagian kecil dalam ginjal, yang disebut
dengan nefron. Setiap ginjal memiliki sekitar satu miliar nefron. Pada nefron ini
terdapat pembuluh darah kecil-kecil kapiler yang saling jalin menjalin dengan
saluran-saluran yang kecil, yaitu tubulus (Guyton dan Hall, 2007).
Tubulus-tubulus ini pertama kali menerima gabungan antara zat-zat buangan
dan berbagai kimia hasil metabolisme yang masih bisa digunakan tubuh. Ginjal akan
memilih zat-zat kimia yang masih berguna bagi tubuh (natrium, fosfor, dan kalium)
dan mengembalikannya ke peredaran darah dan mengeluarkan lagi kembali ke dalam
27
tubuh. Dengan cara demikian, ginjal turut mengatur kadar zat-zat kimia tersebut
dalam tubuh (Guyton dan Hall, 2007).
Selain membuang sampah-sampah yang sudah tidak terpakai lagi, ginjal juga
berfungsi menjadi pabrik penghasil tiga hormon penting, yaitu:
Ginjal mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah.
kekurangan air akan segera dideteksi oleh hipotalamus yang akan memberi sinyal
pada kelenjar pituitari dengan umpan balik negatif. Kelenjar pituitari mensekresi
hormon antidiuretik (vasopresin, untuk menekan sekresi air) sehingga terjadi
perubahan tingkat absorpsi air pada tubulus ginjal. Akibatnya konsentrasi cairan
jaringan akan kembali menjadi 98% (Ocallaghan, Chris, 2009).
2.2.4 Pengaturan Natrium oleh Ginjal
28
ion Natrium masuk kedalam darah dengan bebas untuk melengkapi proses reabsorbsi.
Pemompaan natrium keluar sel yang berlamgsung terus menerus dan pengeluarannya
+
dari darah membentuk suatu gradien Na antara
filtrat tubulus dan sitoplasma sel.
+
Gradien ini memungkinkan Na dari
filtrat memasuki sel secara pasif dari membran
apikal, asalkan memiliki kanal atau transporter yang sesuai (Ocallaghan, Chris,
2009).
Sebanyak 65% dari natrium yang difiltrasi akan direabsorbsi, namun pada
tautan sel (Cell junction)terdapat sedikit kebocoran sehingga membatasi gradien
konsentrasi yang dicapai antara filtrat dan plasma peritubulus. Di akhir tubulus
proksimal, lahu transpor lebih lambat, namun taut erat(Tight junction) memungkinkan
terbentuknya gradien yang lebih besar (Ocallaghan, Chris, 2009).
Pada awal tubulus, gradien natrium menyebabkan terjadinya kontraspor
natrium dengan bikarbonat ,asam amino, glukosa dan molekul organik lainnya.
29
+
+
Penukar Na/H
(NHE3)
menggunakan gradien natrium untuk mendorong reabsorpsi
+
natrium dari filtrat dan sekresi H ke dalam
filtrat. Karena karbonat anhidrase
+
terdapat pada sitoplasma sel dan lumen tubulus maka sekresi H ekuivalen
dengan
+
reabsorpsi bikarbonat (HCO3). Sekresi H apikal
diimbangi dengan pengeluaraan
bikarbonat dengan natrium dari basolateral. Ketika ion natrium yang bermuatan
positif meninggalkan lumen dengan molekul organik yang netral, lumen menjadi
bermuatan negatif. Keadaan ini mendorong ion klorida yang bermuatan negatif
meninggalkan lumen melalui rute paraselular diantara sel (Ocallaghan, Chris, 2009).
Saat filtrat mencapai tubulus proksimal, sebagian besar molekul organik dan
bikarbonat telah dikeluarkan dan ion natrium direabsorpsi terutama bersama ion
+
klorida. Penukar Na +/ H bekerja
paralel dengan penukar anion (AE1) klorida/basa
dan karena basa n- terutama bikarbonat, format, atau oksalat didaur ulang di
membran apikal maka efek keseluruhanya adalah reabsorpsi natrium klorida. Ion
klorida meninggalkan sel sendiri atau ditukar ion lain yang bermuatan negatif atau
secara kontranspor dengan kalium (Ocallaghan, Chris, 2009).
Ansa Henle
Ansa henle segmen asendens tipis dan tebal bersama-sama mereabsorpsi 25%
Segmen tipis
Sel pada dinding ansa henle segmen tipis merupakan sel epitel yang tipis dan
datar . Tidak ada transpor aktif yang terjadi disini dean terdapat sedikit mitokondria.
Segmen desendens tipis bersifat permeabel terhadap air tetapi tidak terhadap natrium
jadi air meninggalkan tubulus secara pasif dan memasuki interstisium medula yang
hipertonik. Sebaliknya segmen asendens tipis bersifat permeabel terhadap natrium
30
tetapi tidak terhadap air. Seiring dengan filtrat kehilangan air di segmen desendens,
terdapat konsentrasi ion natrium dan klorida yang tinggi di dalam lumen segmen
asendens tipis dan kedua ion berdifusi ke luar (Ocallaghan, Chris, 2009).
banyak mitokondria yang menghasilkan energi untuk transpor aktif ion natrium.
Molekul transpor utama adalah transporter NKCC2 yang menggunakan
gradien natrium untuk kontranspor satu ion natrium ,satu ion kalium dan dua ion
klorida. Karena ion kalium dapat kembali memasuki tubulus melalui kanal ROMK
maka efek akhirnya adalah pemindahan satu ion natrium dan dua ion klorida
sehingga lumen menjadi bermuatan positif. Keadaan potensial positif ini mendorong
transpor paraselular ion yang bermuatan positif termasuk natrium , kalium, kalsium,
magnesium, dan amonium. Transporter NKCC2 memiliki domain transmembran
multipel dan diinhibisi di uretik furosemid (Ocallaghan, Chris, 2009).
Tubulus Distal
Tubulus distal mereabsorpsi 5% yang lain dari natrium yang difiltrasi.
Transpor ini berlangsung melalui NCC, protein kontranspor natrium klorida yang
diinhibisi oleh diuretik tiazid. Karena cairan di dalam lumen pada bagian nefron ini
bermuatan negatif maka juga terdapat pergerakan paraselular ion klorida yang
bermuatan negatif. (Ocallaghan, Chris, 2009)
31
Sel prinsipal, Natrium memasuki sel ini melalui kanal natrium epitel (ENAC)
meninggalkan lumen yang menjadi bermuatan negatif. Muatan negatif ini
mendorong pergerakan paraselular klorida. Kanal ENaC terdiri dari tiga
32
yang melakukan transpor aktif kalium kedalam sel, diimbangi oleh berbagai kanal
lain, yang memungkinkan kalium bocor keluar sel. Kalium intraselular dapat
dikontrol dengan mengubah aktivitas pompa atau mengubah jumlah atau
permeabilitas kanal kalium. Pada sel tubulus, membran sel dibagi menjadi bagian
apikal dan basolateral, masing-masing memiliki populasi pompa dan kanal yang
berbeda. Hal ini memungkinkan system pump-leak untuk transport kalium
disepanjang epitel di tubulus. Seperti halnya pengaturan natrium, gaya penggerak
+
+
utama pada perpindahan kalium adalah Na/K
ATPase.
(Ocallaghan, Chris, 2009)
o Kanal kalium di ginjal
Semua jenis sel memiliki kanal kalium dan terdapat jenis kanal kalium yang
berbeda, bahkan didalam ginjal. Struktur dasar semua kanal K adalah+ subunit
tetramer disepanjang membran dengan pori sentral. Kanal ROMK terdapat diseluruh
segmen nefron, kecuali tubulus proksimal, dan merupakan kanal sekresi utama di sel
principal pada duktus kolektivus kortikal. Kanal ini biasanya terbuka, dan dikatakan
melakukan koreksi didalam kanal-kanal tersebut memungkinkan aliran kalium keluar
sel. (Ocallaghan, Chris, 2009)
o Pengaturan kalium disepanjang nefron
Tubulus Proksimal
Dari ion kalium yang difiltrasi, 65% direabsorpsi di tubulus proksimal.
Tidak ada kanal kalium spesifik untuk proses reabsorpsi ini. Reabsorpsi
kalium berhubungan erat dengan reabsorpsi natrium dan air, dengan proporsi
yang serupa dengan natrium, air, dan kalium hasil filtrasi yang reabsorpsi
33
sel. Ion kalium meninggalkan sel melalui kanal kalium basolateral dan
reabsorpsi.
Duktus kolektivus medular
Terdapat bagian kalium yang direabsorpsi diduktus kolektivus medular,
namun kalium yang mencapai interstisium medulla telah didaur ulang oleh proses
reabsorpsi kedalam ansa Henle segmen desendens tipis. (Ocallaghan, Chris,
2009)
2.2.6 Pengaturan Keseimbangan Asam Basa oleh Ginjal
35
menghilangkan basa dari darah. Sejumlah besar H juga disekresikan kedalam lumen
tubulus oleh sel epitel tubulus sehingga menghilangkan asam dari darah. Bila lebih
banyak H vyang disekresikan daripada HCO
kehilangan asam dari cairan ekstrasel. Sebaliknya apabila lebih banyak HCO yang
difiltrasi daripada H yang disekresikan, akan terjadi kehilangan basa (Ocallaghan,
Chris, 2009).
Setiap hari tubuh menghasilkan sekitar 80 miliekuivalen asam non-volatil,
terutama dari metabolisme protein. Asam-asam ini disebut non-volatil karena asam
tersebut bukan H CO, karena itu tidak dapat diekskresikan oleh paru
(Ocallaghan, Chris, 2009).
Mekanisme primer untuk mengeluarkan asam ini dari tubuh adalah melalui
ekskresi ginjal. Ginjal juga harus mencegah kehilangan bikarbonat dalam urin, suatu
tugas yang secara kuantitatif lebih penting daripada ekskresi asam non-volatil.
Setiap hari ginjal memfiltrasi sekitar 4320 miliekuivalen bikarbonat (180 L/hari x
24 mEq/L), dan dalam kondisi normal hampr semuanya direabsorpsi dari tubulus,
sehingga mempertahankan sistem dapar utama cairan ekstrasel. Reabsorpsi
+
bikarbonat dan ekskresi H, +dicapai melalui proses sekresi H oleh
tubulus. Karena
+
HCO harus bereaksi dengan satu H yang
disekresikan untuk membentuk H
CO
36
+
sebelum dapat direabsorpsi, 4320 miliekuivalen H harus
disekresikan setiap hari
cairan ekstrasel. Oleh karena itu, pada Pengaturan Natrium di Sepanjang Nefron
+
alkalosis, pengeluaran HCO akan meningkatkan konsentrasi H cairan
ekstrasel
Kalsium
Konsentrasi kalsium plasma total adalah sekitar 2,5 mmol/L, dengan 45%
terikat protein, 5% membentuk kompleks dengan ion-ion lain dan 50% berupa ion
37
2+
Cavbebas.
Di glomerulus kalsium yang tidak terikat dengan protein difiltrasi secara
Fosfat
Pada glomerulus semua fosfat yang tidak berikatan dengan protein difiltrasi
secara bebas dan tidak terjadi reabsorpsi disepanjang nefron. Laju maksimal
reabsorpsi dibatasi dan kelebihan fosfat yang difiltrasi di atas ambang batas akan
disekresi. Dari fosfat yang difiltrasi 80% direabsorpsi di tubulus proksimal melalui
proses transelular yang bergantung pada proses reabsorpsi natrium.
Magnesium
Di glomerulus magnesium yang tidak terikat protein difiltrasi secara bebas
38
Daftar Pustaka
Guyton, A.C. & Hall, J.E., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 11th ed. Jakarta:
EGC.
Ocallaghan, Chris et al. 2009. At a Glance Sistem Ginjal 2nd ed. Jakarta : Erlangga.
Price S., Wilson L. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi
6. Jakarta: EGC.
Tjokroprawiro, Askandar et al. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya :
Airlangga Univesity Press.
Puguh, Kuncoro. Ginjal. Diunduh dari http://www . google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=fisiologi+ginjal&source=web&cd=32&ved=0CCsQFjABOB
4&url=http%3A%2F%2Fwww . fkh.unair . ac.id%2Fmateri%2FBAHAN
%2520AJAR%2520FISIOLOGI%2520VETERINER
%2FGINJALwarnaanimal2010.ppt&ei=ePE1T5fOGcOYiAfssemiAg&usg=
AFQjCNF4jElFhDI2GZCH5j8JERx5pnk7vg&cad=rja.
Anonim. Fisiologi Ginjal. Diunduh Dari http://www . google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=fisiologi-ginjalfix2.pptx&source=web&cd=5&ved=0CDcQFjAE&url=http%3A%2F
%2Fkelasfapetc2010.files.wordpress.com%2F2011%2F03%2Ffisiologiginjalfix2.pptx&ei=W_I1T5mBKaqtiQe77KmAAg&usg=AFQjCNEWszYpKLP4
Uh0qEyr6VG9xfJIHRg&cad=rja.
Anonim. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan. Diunduh Dari
http://www . mukhlasin212.files.wordpress.com/2010/03/anfisperkemihan.ppt.
39
40