Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Kasus
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan
aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh
infeksi oleh organisme alami atau liar.
Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga
tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasilhasil
pemurniannya

(protein,

peptida,

partikel

serupa

virus,

dsb.).

Vaksin

akan

mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap


serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa
membantu sistem kekebalan untuk melawan selsel degeneratif (kanker).
Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk
membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit
yang dapat dicegah dengan vaksin.
Semua vaksinasi penting untuk mencegah penyakit berbahaya. Yaitu, hepatitis
B, polio, BCG, DTP, campak, hepatitis A, rotavirus, PCV, HiB, influenza, tifoid,
varicella, MMR, dan HPV.Vaksinasi untuk orang dewasa juga penting. Terutama apabila
ketika di usia anak-anak belum diberi vaksinasi, orang akan rentan terserang penyakit.
Bagi yang sudah divaksin ketika kecil, tetap perlu vaksinasi dewasa. Apalagi, seiring
pertumbuhan usia, antibodi menurun.Vaksinasi lanjutan ketika dewasa juga penting
untuk menjaga kesehatan keluarga. Ketika sakit, orang dewasa tidak bisa beraktivitas,
mengurus keluarga, serta berdekatan dengan anak.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan indikasi peredaran
vaksin palsu di sembilan provinsi. Temuan tersebut adalah hasil pemeriksaan yang
dilakukan berbagai perwakilan BPOM sejak Kamis (23/6) lalu.

Menurut Plt Kepala BPOM Tengku Bahdar Johan, laporan dari sembilan
provinsi tersebut adalah yang tercatat hingga Selasa (27/6) kemarin. Indikasi dari
peredaran vaksin palsu tersebut adalah ditemukannya 28 sarana kesehatan yang
melakukan pengadaan vaksin di luar jalur resmi Kemenkes. (Republika online, 29 juni
2016)
Vaksin palsu yang diungkap Badan Reserse Kriminal Mabes Polri berawal dari
laporan masyarakat dan pemberitaan media massa tentang bayi yang meninggal dunia
setelah diimunisasi. Praktik pembuatan vaksin palsu itu disebut-sebut telah berlangsung
selama 13 tahun. Orang tua yang pernah mengimunisasi anaknya dalam rentang 13
tahun belakangan ini tentu risau, jangan-jangan anaknya termasuk yang mendapatkan
vaksin palsu.
Keresahan para orang tua itulah yang kemudian mendorong sebuah petisi daring
dimulai di laman change.org. Adalah Niken Rosady dengan mengatasnamakan Orang
Tua Sadar Imunisasi Indonesia yang memulai petisi tersebut. (Tempo.CO, 29 Juni 2016)
Menteri Kesehatan Nila Djuwita Moeloek memaparkan bagaimana para
tersangka membuat dan mendistribusikan vaksin palsu. Hal tersebut dia sampaikan
dalam rapat dengar pendapat dengan komisi IX DPR.Awalnya menurut Nila, ada
kecurigaan karena adanya kelangkaan vaksin tertentu di pasar yang bukan merupakan
vaksin program pemerintah. Kemudian ditemukan vaksin nonprogram pemerintah
dengan harga murah.
Nila berujar, kemudian ditemukan 3 botol bekas dari Rumah Sakit Hermina di
Bekasi, Rumah Sakit Betesda di Jogja, dan Rumah Sakit Harapan Bunda di Jakarta
Timur. Dua rumah sakit awal tersebut didistribusikan melalui Sugiyanti sebagai
pengumpul botol bekas. (Merdeka.Com, 16 Juli 2016)

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Mengidentifikasi masalah yang dihadapi.
1.2.2 Merumuskan masalah yang dihadapi.
1.2.3 Menentukan penyebab timbulnya masalah.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi.
1.2.2 Untuk merumuskan masalah yang dihadapi.
1.2.3 Untuk menentukan penyebab timbulnya masalah.

BAB II
PEMBAHASAN
PROSES PENGKAJIAN KEBUTUHAN
2.1 Mengidentifikasi Masalah
2.2 Kematian Bayi Setelah Vaksinisasi
Terkuaknya kasus praktik peredaran vaksin palsu berawal dari informasi
masyarakat dan pemberitaan di media massa mengenai adanya bayi yang
meninggal dunia setelah di vaksinisasi. Vaksin palsu yang diungkap Badan
Reserse Kriminal Mabes Polri berawal dari laporan masyarakat dan
pemberitaan media massa tentang bayi yang meninggal dunia setelah
diimunisasi. Berdasarkan fakta tersebut penyidik bareskim kemudian
mengumpulkan data-data dan fakta di lapangan untuk di jadikan bahan
penyelidikan.
2.3 Vaksin Palsu Biasanya Beredar Secara Ilegal
Saat ini peredaran vaksin palsu hanya menempuh jalur tidak resmi atau
ilegal, biasanya ditandai dengan tempat vaksin yang terlihat tidak memenuhi
syarat maupun harga vaksin yang murah.
Seperti kasus yang dihadapi oleh Rani, Berawal saat Anak saya berumur
9 bulan melakukan vaksin di sana (Rs Harapan Bunda). Ditangani oleh dokter
inisial H. Saat itu H bilang ke saya bahwa Maret itu susah sulit di sini tidak,"
kata Rani saat berbincang dengan Okezone di Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Sabtu
(16/7/2016). Setelah itu, lanjut Rani, dirinya ditawari oleh seorang suster tetapi
ditangani oleh dokter I. Kisaran harga vaksin tersebut Rp 750 ribu. Di saat itu,
Rani mulai terbangun rasa kecurigaan. Pasalnya, biaya vaksin kepada anaknya
itu tidak dibayarkan melalui loket kasir rumah sakit, melainkan langsung
kepada sang suster.
2.4 Timbulnya Alergi Yang Menjadi Salah Satu Akibat Dari Vaksin Palsu
"Dicurigai vaksin palsu itu berisi cairan dan antibiotik, yang dampaknya
tidak terlalu besar," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Farid Moeloek, di

Gedung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jl HR Rasuna Said, Mega


Kuningan, Jakarta, Jumat (24/6/2016).
Vaksin palsu yang beredar setelah dilakukan uji lab, mengandung
campuran antibiotik. Tidak semua tubuh bisa menerima semua jenis antibioti.
Salah satu efeknya yaitu mengalami gatal-gatal dan gejala alergi lainnya.
Alergi bisa menjadi salah satu efek dari vaksin palsu ini.
2.5 Protes Orang Tua Korban Vaksinisasi
Pengumuman pemerintah atas beberapa rumah sakit yang menggunakan
vaksin palsu membuat sebagian masyarakat mendatangi rumah sakit yang
bersangkutan. Tujuan para orang tua untuk meminta tanggung agar
memberikan konfirmasi lebih lajut kepada media massa atau kepada para
korban, terkait dengan pemberian vaksin selanjutnya.
Protes orang tua anak terjadi di daerang Tangerang, Ratusan orang tua
anak yang divaksin di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Mutiara Bunda, Kota
Tangerang berkumpul di halaman parkir rumah sakit untuk menuntut
pertanggungjawaban pihak rumah sakit terhadap penemuan vaksin palsu yang
digunakan.
Seperti yang di ungkapkan ileh salah satu orang tua anak yang mendapat
vaksin palsu menyatakan bahwa "Anak saya sudah berusi dua tahun, sejak lahir
divaksin di sini (RSIA Mutiara Bunda) dengan harga yang mahal, saya tidak
menghitung berapa besar yang sudah saya keluarkan. Tapi saya meminta
pertanggungjawaban karena anak saya sampai sekarang sakit-sakitan dan
belum bisa berjalan," ujarnya dalam unjuk rasa para orang tua terhadap RSIA
Mutiara Bunda yang dituduh memberikan vaksin palsu, Senin (7/18).
2.6 Vaksin Palsu Ternyata Telah Diproduksi Sejak 2003
Dari operasi dan penyelidikan yang dilakukan oleh bareskrim diketahui
bahwa sindikat pemalsuan vaksin ternyata telah memproduksi vaksin palsu
sejak tahun 2003 dengan distribusi di seluruh indonesia. Penyidik pun
menemukan barang bukti vaksin palsu di 3 provinsi yaitu jawa barat, banten
dan DKI jakarta.
Anggota Komisi IX bidang Kesehatan DPR RI Ahmad Zainuddin
mengatakan, terungkapnya kasus produksi dan peredaran vaksin palsu yang
telah berlangsung sejak 2003 menunjukkan adanya celah kelemahan dalam

sistem pengawasan obat, baik dilakukan Kementerian Kesehatan maupun


Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) selama ini.
2.7 Merumuskan Masalah
Setelah melakukan identifikasi masalah mengenai beredarnya vaksin palsu yang
terjadi di Indonesia, dapat dirumuskan bahwa masalah utama yang dihadapi adalah
Peredaran vaksin palsu yang ditemukan di beberapa provinsi di Indonesia diawali
oleh terungkapnya kematian bayi sehingga memicu protes dari berbagai pihak yang
merasa dirugikan terkait kasus ini seperti Rumah Sakit, Dokter dan Tenaga medis
terutama orang tua bayi yang meminta pertanggung jawaban kepada pihak
pemerintah.
2.8 Menentukan Penyebab Timbulnya Masalah
Setelah kami merumuskan masalah mengenai beredarnya vaksin palsu, masalah
tersebut terjadi akibat lemahnya pengawasan pemerintah atau pihak yang terkait
dalam pemasokan atau peredaran vaksin pada beberapa rumah sakit.
Beredarnya vaksin palsu selama belasan tahun menjadi potret hitam dunia
kesehatan di Tanah Air. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) pun diminta untuk segera melokalisir peredarannya.
Vaksin palsu sudah tesebar luas sejak tahun 2003. Beredarnya vaksin palsu
hingga belasan tahun menandakan pengawasan yang dilakukan kurang optimal. Ini
merupakan bukti nyata bahwa pengawasan yang dilakukan oleh Kemenkes dan
BPOM sangat lemah, karena tidak melakukan pengawasan dengan optimal.
Beberapa sumber mengatakan adanya kesan pembiaran dari pihak yang
berwenang sehingga kasus ini baru terungkap tahun ini. Padahal, peredaran vaksin
palsu sudah ada sejak tahun 2003 silam. Hal ini juga yang menyebabkan vaksin
palsu penyebarannya cukup luas sampai tahun ini, apabila tak ada kesan pembiaran
maka kasus ini dapat dihentikan sejak lama.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menolak jika seluruh
kesalahan terkait peredaran vaksin palsu dibebankan sepenuhnya ke pihak dokter
atau tenaga medis lainnya. Sekretaris Jenderal IDI Adib Khumaidi menilai ada yang
salah dari sistem pengawasan.

Beberapa instansi kesehatan yang meliputi Rumah sakit, dokter dan tenaga
kesehatan lainnya adalah korban dari lemahnya pengawasan yang dilakukan
pemerintah, terbukti karena dokter tidak bisa membedakan apakah vaksin tersebut
palsu atau tidak, mereka hanya user atau pemakai alat kesehatan atau obat.
Lemahnya pengawasan tersebut menyebabkan oknum yang tidak bertanggung
jawab leluasa menyebar luaskan vaksin palsu.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan
kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau
mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar. Pemberian
vaksin bertujuan untuk merangsang sistem imunologi tubuh agar
membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari
serangan penyakit.
Pengawasan yang kurang optimal oleh Kemenkes dan BPOM
mengakibatkan adanya penyalahgunaan vaksin dari ognum yang tidak
bertanggung jawab, sehingga menimbulkan masalah kesehatan dan
kesenjangan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Perlu adanya
peningkatan pengawasan pemerintah atau pihak yang terkait dalam
pemasokan atau peredaran vaksin pada beberapa rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai