RINGKASAN
VITTA PUSPITA MARLIANI. Analisis Kandungan Hara N dan P serta Klorofil
Tebu Transgenik IPB 1 yang Ditanam di Kebun Percobaan PG Djatiroto, Jawa
Timur. Dibimbing oleh DWI ANDREAS SANTOSA dan SYAIFUL ANWAR.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia, kebutuhan akan
pangan termasuk gula terus mengalami peningkatan permintaan. Namun, seiring
berjalannya waktu peranan produksi gula tidak beranjak meningkat bahkan
cenderung menurun baik secara kualitas maupun kuantitas (Rosadi et al., 1996).
Sebagai ilustrasi, pada tahun 2009 kebutuhan akan konsumsi gula nasional
mencapai 4.85 juta ton, namun kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi sekitar
setengahnya saja (55%) oleh industri gula nasional, sedangkan sisanya dipenuhi
dengan mengimpor gula dari negara lain (Sudradjat, 2010). Peningkatkan
produksi gula dan peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan
perbaikan terhadap genetik tebu melalui rekayasa genetika dengan cara
mengintroduksikan gen fitase yang diharapkan berdampak positif bagi sistem
metabolisme tanaman (Santosa, 2004).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur N dan P serta
klorofil yang terkandung dalam daun 23 klon tebu transgenik IPB 1 (yang telah
diintroduksi gen fitase) dan isogenik PS 851 (non-transgenik) serta menyeleksi
beberapa klon terbaik tebu transgenik IPB 1. Pengambilan sampel dilakukan pada
saat tebu berumur 6 bulan di Kebun Percobaan Djatiroto, Jawa Timur. Perlakuan
yang diberikan pada lahan adalah dua kali pemupukan ZA sebanyak 2.5 kui/ha
pada awal penanaman dan 45 hari setelah penanaman awal. Analisis jaringan
untuk N dilakukan dengan metode Kjeldahl, analisis P dilakukan dengan P-Bray,
analisis kandungan klorofil dilakukan dengan metode Wintermans dan De Mots
(1965). Pemilihan klon terbaik menggunakan sebaran frekuensi data dengan
kriteria keragaan pertumbuhan tanaman yang meliputi tinggi batang, diameter
batang, jumlah ruas per batang, panjang dan lebar daun atas dan panjang dan lebar
daun bawah.
Hasil penelitian menunjukkan 12 klon tebu transgenik IPB 1 memiliki
kandungan N dibawah isogenik PS 851. Berdasarkan analisis P, 21 klon tebu
transgenik IPB 1 memiliki kandungan P di bawah isogenik PS 851. Seluruh klon
tebu transgenik IPB 1 memiliki nilai total kandungan klorofil yang lebih tinggi
dibandingkan isogenik PS 851. Berdasarkan keragaan secara keseluruhan, total
skor tebu transgenik di atas batas total skor isogenik. Terdapat 1 klon yang
memiliki total skor dibawah isogenik. Lima klon tebu transgenik terbaik
berdasarkan seleksi keragaan yaitu klon IPB 1-40, IPB 1-55, IPB 1-51, IPB 1-46,
IPB 1-17. Hampir semua klon tebu transgenik IPB 1 memiliki keragaan yang
lebih baik dibandingkan dengan isogenik PS 851 yang dicerminkan oleh lingkar
batang yang besar, pertumbuhan batang yang tinggi, banyaknya ruas batang dan
banyaknya jumlah rumpun. Hal ini berkolerasi dengan tingginya kandungan
klorofil. Semakin tinggi kandungan klorofil suatu tanaman, maka semakin baik
fotosintesis dan metabolisme tanaman tersebut.
Kata Kunci: Nitrogen, Fosfor, Klorofil, Tebu Transgenik, Gen Fitase
SUMMARY
VITTA PUSPITA MARLIANI. Analysis of N, P and Chlorophyll Content of the
Leaf of IPB 1 Transgenic Sugarcane IPB 1 at the PG Djatiroto Experimental
Field, East Java. Supervised by DWI ANDREAS SANTOSA and SYAIFUL
ANWAR.
Increasing in Indonesian population also increasing the need for food,
including sugar. On the contrary, production of sugar, both in quality and quantity
tend to decrease (Rosadi et al., 1996). For illustration, in 2009 national
consumption of sugar as high as 4.85 million tons, only about 55% was fulfilled
by national sugar production and the rest from import (Sudradjat, 2010). In order
to improve its productivity, genetic modification of sugarcane by phytase gene
introduction to the plant have been produced by Santosa (2004). This genetic
modified sugarcane is expected to have higher productivity and increase in
fertilizer efficiency.
The objectives of this study were to measure the content of N, P and
chlorophyll in the leaf of 23 clones of transgenic sugarcane IPB 1 and to select the
best clones. Leaves were sampled at the PG Djatiroto experimental field from
plants 6 months after planting. The sugarcane plantation were fertilized twice,
each 250 kg/ha of ZA fertilizer at planting time and after 45 days of planting. N
analysis conducted by using Kjeldahl method, P analysis conducted by using PBray, while chlorophyll content analysis used Wintermans and De Mots method
(1965). Selection for the best clones used the frequency distribution of data with
criterias (stem high, stem diameter, number of segments per stem, length and
width of the upper and lower leaf).
The result showed that 12 clones of transgenic sugarcane IPB 1 had lower
N content than isogenik PS 851. In other result, P content of 21 clones of
transgenic sugarcane IPB 1 were lower than isogenik PS 851. All the transgenic
sugarcane IPB 1 clones had higher total chlorophyll than isogenik PS 851. Based
on the whole performance, total scores of transgenic sugarcane above the limit of
isogenik total score. There was one clone which has a lower total score than
isogenik. The best five clones of transgenic sugarcane based on performance are
IPB 1-40, 1-55 IPB, IPB 1-51, 1-46 IPB, IPB 1-17. Almost all of the IPB 1
transgenic sugarcane clones had the better performance than the isogenik PS 851,
which reflected by the stem diameter, height stem growth, number of stem
segments and the number of clumps. This was correlated with the high content of
chlorophyll.
Keywords: Nitrogen, Phosphorus, Chlorophyll, Sugarcane, phytase gene
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Serjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
: A14062588
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Kepala Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Bandung pada tanggal 03 Maret 1988. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari keluarga Bapak Solia dan Ibu
Yanni Mulyani.
Penulis menyelesaikan pendidikan formalnya yang berawal dari
pendidikan di Taman Kanak-Kanak Aisyah Babakan Cirebon pada tahun 1994,
kemudian dilanjutkan pendidikan dasar di SD Tersana Baru Babakan Cirebon
pada tahun 2000. Pendidikan menengah di SLTP N 1 Babakan Cirebon pada
tahun 2003 dan pendidikan menengah atas di SMA N 1 Babakan Cirebon pada
tahun 2006. Penulis diterima menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur USMI pada tahun 2006 yang kemudian pada semester tiga diterima
di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.
Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis aktif dalam beberapa
organisasi diantaranya yaitu organisasi Agriaswara. Selama menjadi anggota
Agriaswara, penulis sering mengikuti konser atau perlombaan paduan suara,
misalnya Konser Rhine Danubian Cruise, konser bersama paduan suara TWILITE
Orchestra dibawah konduktor Adi MS. Selain itu, penulis aktif sebagai pengurus
di Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) periode 2008-2009. Organisasi
yang terakhir adalah UKM Catur dimana penulis pernah berpartisipasi dalam
perlombaan Kejuaraan Nasional Catur Mahasiswa pada tahun 2010. Di bidang
akademik penulis berkesempatan menjadi asisten untuk mata kuliah Biologi
Tanah dan Bioteknologi Tanah pada tahun 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini berhasil di
selesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini mengenai Unsur Hara N dan P
serta Klorofil dengan judul Analisis Kandungan Hara N dan P serta Klorofil
Tebu Transgenik IPB 1 yang Ditanam di Kebun Percobaan PG Djatiroto,
Jawa Timur.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Ibunda Yanni Mulyani dan Ayahanda Solia serta
seluruh keluarga, sanak saudara yang senantiasa memberikan doa, dukungan,
motivasi, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugasnya sebagai sarjana.
2. Bapak Dr. Ir. Dwi Andreas Santosa selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan, masukan, saran selama melakukan penelitian
dan penulisan skripsi ini.
3. Bapak
Penulis
DAFTAR ISI
ii
iii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
2.
Tabel Hasil Analisis Kandungan Fosfor Daun Tebu Transgenik IPB 1 dan
Isogenik PS 851.......................................................................................... 21
3.
Tabel Hasil Analisis Kandungan Klorofil a dan b serta Total Klorofil Daun
Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 ............................................ 23
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tabel Hasil Analisis Kandungan Fosfor Daun Tebu Transgenik IPB 1 dan
Isogenik PS 851 (Miza, 2009).................................................................... 40
9.
Tabel Keragaan Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 pada Umur 6
Bulan .......................................................................................................... 41
10.
Tabel Hasil Skoring Keragaan Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851
pada Umur 6 Bulan ................................................................................... 42
I. PENDAHULUAN
perekonomian
nasional
dimasa
krisis
19971999,
karena
tanaman dan pada daerah sekitar perakaran, sehingga pada akhirnya diharapkan
dapat menghasilkan tanaman transgenik yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat (Santosa, 2004).
Riset tebu transgenik yang mengekspresikan gen fitase diselenggarakan
melalui kerjasama antara Fakultas Pertanian IPB dengan Bundesforchungsanstalt
fur Ernahrung und Lebensmittle (BFEL), Molekularbiologische Zentrum,
Karlsruhe, Jerman. Penelitian tersebut telah dimulai pada tahun 2002-2004 dan
berlanjut hingga sekarang. Saat ini sudah mencapai tahap uji keragaan tebu
transgenik yang meghasilkan gen fitase (Santosa, 2004). Penelitian ini bertujuan
untuk menyeleksi tanaman terbaik dari klon-klon tebu transgenik yang telah
dihasilkan melalui penanaman di lahan HGU PG Djatiroto pada musim tanam
2008/2009 sampai 2009/2010 yang merupakan kelanjutan dari musim tanam
sebelumnya dan merupakan kerjasama antara Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, IPB dan PT Perkebunan Nusantara XI.
Salah satu analisis untuk menyeleksi dan menguji ekspresi gen fitase pada
klon-klon tebu transgenik PS IPB 1 adalah analisis unsur nitrogen dan fosfor yang
terkandung dalam daun tanaman tebu transgenik serta analisis kandungan klorofil
tanaman. Melalui analisis jaringan daun tanaman akan memberikan informasi
status hara pada tanaman. Selain itu, dengan analisis tersebut, dapat diduga klon
tebu transgenik yang efisien dalam memanfaatkan pupuk yang telah diaplikasikan,
karena keberadaan gen fitase yang terdapat pada tebu transgenik akan memacu
peningkatan ketersediaan N dan unsur-unsur lain seperti P, K serta unsur hara
mikro lainnya, baik di dalam jaringan tanaman maupun di daerah perakaran. Gen
fitase ini diharapkan memberikan pengaruh positif pada proses pembentukan
klorofil yang mempunyai peran dalam membantu proses fotosintesis tanaman.
Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah yang beriklim panas dan sedang
dengan daerah penyebaran antara 35 LS dan 39 LU. Namun umumnya tanaman
tebu tumbuh baik di daerah beriklim tropis. Tebu memerlukan suhu tertentu, yaitu
22 27 C dengan kelembaban nisbi 65 85% untuk menghasilkan sukrosa yang
tinggi. Dalam masa pertumbuhan tanaman tebu memerlukan banyak air,
sedangkan menjelang tebu masak untuk dipanen, membutuhkan keadaan yang
kering dan tidak ada hujan, sehingga pertumbuhannya terhenti. Kemasakan batang
memerlukan kondisi cuaca kering. Tanaman tebu tumbuh baik pada keadaan tanah
yang mempunyai tekstur tanah lempung pada lapisan permukaan, berdrainase baik
dan kemampuan menahan kapasitas air yang baik. Tekstur tanah yang baik bagi
tanaman tebu adalah pada tanah lempung liat, lempung berpasir dan lempung
berdebu. Pada tanah berat juga dapat ditanami tebu, namun memerlukan
pengolahan tanah yang khusus. Tebu di daerah Jawa yang banyak ditanami adalah
pada tipe tanah Aluvial sampai Grumusol (Sudiatso, 1982).
2.3. Nitrogen
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara esensial bagi tanaman. Nitrogen
diserap oleh tanaman dalam bentuk ion amonium (NH4+) dan ion nitrat (NO3-)
yang terdapat dalam larutan tanah, bersifat mobil dan diikat oleh partikel tanah.
Unsur nitrogen bersifat mudah tercuci dan menguap (Soepardi, 1983).
Penyerapan unsur hara makro terutama nitrogen sangat tergantung pada
pertumbuhan organ utama tanaman dalam hal ini akar. Akibat pertumbuhan akar
yang belum sempurna maka penyerapan unsur nitrogen dari dalam tanah kurang
optimum, sehingga berpegaruh terhadap pertumbuhannya. Menurut Hardjowigeno
(1987), dengan memanjangnya akar suatu tumbuhan berarti memperpendek jarak
yang harus ditempuh unsur-unsur hara untuk mendekati akar tanaman melalui
aliran massa ataupun difusi. Aliran massa merupakan mekanisme penyediaan
unsur hara yang paling utama untuk kebanyakan unsur hara seperti N.
Menurut Lingga (1986), peran nitrogen bagi tanaman adalah untuk
merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang, dan
daun, serta mendorong terbentuknya klorofil sehingga daunnya menjadi hijau,
yang berguna bagi proses fotosintesis. Selain itu menurut Suriatna (1988),
nitrogen berfungsi mempercepat pertumbuhan tanaman, menjadikan daun
tanaman menjadi lebih hijau dan segar serta banyak mengandung butir-butir hijau
daun yang penting dalam proses fotosintesis. Selain itu nitrogen mempunyai
fungsi dapat menambah kandungan protein dalam tanaman. Sedangkan menurut
Soepardi (1983), menyatakan bahwa hampir pada semua berbagai jenis tanaman,
nitrogen merupakan pengatur terhadap penggunaan kalium, fosfat dan bahan
penyusun lainnya. Tanaman yang kekurangan nitrogen akan tumbuh kerdil, daun
hijau kekuning-kuningan dan mudah rontok, akan tetapi jika kelebihan nitrogen,
tanaman akan mudah rebah dan mudah terserang penyakit.
Nitrogen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh
tanaman tebu. Kelebihan dan kekurangan pupuk N menyebabkan gangguan pada
pertumbuhan, produktivitas dan kualitas tebu. Menurut Schuylenborg dan Saryadi
(1958), N diserap pada awal penanaman tebu terutama pada umur 1 bulan dan
serapannya bertambah dengan bertambahnya umur, namun N paling banyak
diserap pada umur 3 4 bulan. Kemudian menurun setelah umur 8 bulan.
Efisiensi penyerapan N ditentukan juga oleh jumlah frekuensi, cara dan waktu
aplikasi pemupukan (Hardjowigeno, 1987).
2.4. Fosfor
Fosfor tergolong sebagai unsur utama yang dibutuhkan tanaman
disamping N dan K. Tanaman umumnya menyerap unsur ini dalam bentuk H2PO4dan sebagian kecil HPO42-. Mobilitas ion-ion fosfat dalam tanah sangat rendah
karena retensinya dalam tanah sangat tinggi. Oleh sebab itu recovery rate dari
pupuk P sangat rendah antara 10-30% sisanya 70-90% tertinggal dalam bentuk
imobil. Menurut Leiwakabessy (2004), kehilangan fosfor dalam tanah kebanyakan
terjadi karena panen dan erosi.
Kandungan P total di dalam tanah umumnya rendah, dan berbeda-beda
menurut tanah. Tanah-tanah muda biasanya memiliki kandungan P yang lebih
tinggi daripada tanah-tanah yang tua. Selain itu, penyebarannya dalam profil tanah
juga berbeda, semakin dalam lapisan maka kadar P-anorganik akan bertambah,
kecuali bentuk P-organik. Jumlah fosfat yang tersedia di tanah pertanian biasanya
lebih tinggi dibandingkan dengan kadarnya pada tanah-tanah yang tidak
diusahakan. Hal ini diduga karena unsur ini tidak tercuci (residunya tinggi),
sedangkan yang hilang melalui produksi tanaman sangat kecil.
Fosfat yang dibebaskan baik dari proses pelapukan mineral apatit,
dekomposisi bahan organik, ataupun pupuk, akan segera diikat oleh liat serta
almunium, besi ataupun kalsium tergantung dari pH tanah maupun unsur lain dan
juga diimobilasi oleh tanaman. Kandungan P tersedia pada tanah-tanah berstruktur
halus lebih tinggi daripada yang bertekstur kasar. Begitu pula pH, pada pH yang
tinggi kadar Ca-P lebih tinggi, sedangkan pada pH yang rendah Fe-P atau Al-P
lebih dominan (Leiwakabessy, 1988).
Unsur P sering disebut juga kunci untuk kehidupan karena fungsinya yang
sangat sentral dalam proses kehidupan. Unsur ini berperan dalam pemecahan
karbohidrat untuk energi, penyimpanan dan peredarannya ke seluruh tanaman
dalam bentuk ADP dan ATP. Unsur ini juga berperan dalam pembelahan sel
melalui peranan nukleoprotein yang ada dalam inti sel, selanjutnya berperan
dalam meneruskan sifat-sifat kebakaan dari generasi ke generasi melalui peranan
DNA. Tanpa P proses-proses ini tidak dapat berlangsung. Unsur ini juga
salah
satu
bentuk
klorofil
yang
terdapat
pada
semua
10
pembawaan.
Pembentukan
klorofil
sama
halnya
dengan
11
karena sebagian besar kebutuhan gizi berasal dari proses fotosintesis (Kusmita
dan Limantara, 2009).
2.6. Tebu Transgenik
Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa genetika melalui
transformasi gen dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman yang menghasilkan
suatu tanaman baru mempunyai suatu keunggulan tertentu. Penelitian tentang
tanaman transgenik diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan di
Indonesia.
Tebu transgenik tersebut adalah tebu yang telah disisipi gen fitase yang
mampu meningkatkan ketersediaan fosfor dalam jaringan tanaman dengan cara
mengubah asam fitat yang merupakan bentuk P-organik yang sukar digunakan
tanaman dalam jaringan menjadi P dalam bentuk yang dapat digunakan oleh
tanaman (Santosa, 2010). Menurut Sanchez (1976), unsur P merupakan unsur hara
makro esensial dan pada daerah tropis merupakan faktor pembatas pertumbuhan
dan produksi tanaman urutan ketiga setelah air dan Nitrogen. Fosfor terdapat
dalam jumlah sedikit pada tanah mineral.
Tanaman transgenik dapat membawa manfaat positif bagi ketahanan
pangan negara. Walaupun demikian banyaknya kekhawatiran akan penggunaan
produk hasil tanaman transgenik dan akibatnya terhadap lingkungan. Salah satu
kekhawatiran dari tanaman transgenik adalah tersebarnya gen transgenik kepada
tanaman bukan target. Tebu transgenik dengan penyisipan gen fitase
dimungkinkan akan memberi dampak positif terhadap ekologi terutama pada
daerah perakaran tebu transgenik. Tebu transgenik dengan gen fitase
dimungkinkan akan tumbuh lebih baik daripada tebu nontransgenik karena dapat
menghasilkan enzim fitase yang dapat melarutkan fosfat sehingga tersedia dan
dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan itu sendiri.
13
14
15
17
Hasil analisis yang telah dilakukan pada tebu transgenik IPB 1 dan
isogenik PS 851 yang berumur 6 bulan, menunjukkan bahwa setengah dari klon
tebu transgenik memiliki kandungan N diatas isogenik PS 851. Klon yang
kandungannya di atas isogenik PS 851 diantaranya IPB 1 3, IPB 1 4, IPB 1
6, IPB 1 21, IPB 1 34, IPB 1 36, IPB 1 52, IPB 1 53, IPB 1 56, IPB 1
59, IPB 1 62 (Gambar 2).
Klon
Gambar 2. Grafik Hasil Analisis Kandungan Nitrogen Daun Tebu Transgenik IPB
1 dan Isogenik PS 851
Grafik analisis N-total menunjukkan bahwa kandungan N dalam masingmasing klon berbeda, dimana kandungan N-nya ada yg lebih tinggi atau lebih
rendah dibandingkan isogenik PS 851. Perbedaan ini dikarenakan kemampuan
penyerapan N pada setiap klon tebu berbeda-beda.
Hasil analisis tanah yang dilakukan pada penelitian sebelumnya
menunjukkan kandungan unsur N dalam tanah tergolong rendah (0.07 0.09 %)
(Lampiran 6). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Miza (2009)
terhadap tebu transgenik IPB 1 dan isogeniknya bahwa kandungan N total pada
tanah yang memiliki N yang cukup rendah menyebabkan N yang tersedia bagi
tanaman juga rendah. Oleh karena itu, untuk memperoleh produksi tebu yang
tinggi, maka unsur N dalam tanah harus cukup tersedia pada fase pertumbuhan
(Sutoro et al., 1998).
18
Tabel 1. Hasil Analisis Kandungan Nitrogen Daun Tebu Transgenik IPB 1 dan
Isogenik PS 851
Tebu Transgenik PS IPB 1
Klon
N (%)
3
1.099
52
1.056
59
1.048
36
1.047
56
1.027
53
1.018
34
0.990
21
0.984
62
0.975
4
0.956
6
0.943
Isogenik
0.925
46
0.897
17
0.866
71
0.861
37
0.849
40
0.816
51
0.816
7
0.815
12
0.784
1
0.763
2
0.738
55
0.673
5
0.670
Tebu ini dianalisis pada umur 6 bulan dengan perlakuan pemberian pupuk
ZA, nilai kandungan N total pada tebu ini berkisar 0.670 1.099% (Tabel 1).
Nilai ini tergolong lebih rendah, dibandingkan dengan penelitian sebelumnya,
Miza (2009). Kandungan N pada klon-klon tebu transgenik pada umur 6 bulan
pada lahan I (25% P) berkisar 0.735 1.050% dimana nilai ini lebih rendah
dibandingkan dengan lahan 2 (50% P) yang kandungan N-nya berkisar 0.945
1.610% (Lampiran 7). Menurut pendapat Dwisejoputro (1980), terdapat pengaruh
timbal balik antara ketersediaan P dengan serapan N, dimana jika fosfat yang
tersedia di tanah tidak cukup banyak, maka serapan N akan berkurang. Lebih
rendahnya kandungan N pada tebu transgenik ini bisa disebabkan karena
pemberian pupuk ZA yang tidak disertai perlakuan pupuk P sebelum masa tanam.
Kandungan N yang diserap oleh tanaman tergantung seberapa baik tanaman
disuplai oleh hara yang lain (Mengel dan Kirkby, 1982). Selain itu juga tinggi
rendahnya suatu kandungan serta komposisi hara dalam suatu tanaman
19
dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam tanaman itu sendiri seperti faktor genetik
dan faktor lingkungan serta faktor pengelolaan seperti pemupukan dan pemberian
amelioran (Leiwakabessy, 2004).
20
IPB 1-12 dan IPB 1-4. Hasil analisis kandungan P pada tebu transgenik IPB 1 dan
isogenik PS 851 dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Hasil Analisis Kandungan Fosfor Daun Tebu Transgenik IPB 1
dan Isogenik PS 851
Kandungan P tebu transgenik pada penelitian ini lebih rendah
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Menurut Miza (2009), kandungan P
tebu transgenik IPB 1 umur 6 bulan pada lahan I (25% P) berkisar 85 631 ppm
dan lahan II (50% P) kandungan P berkisar 93 636 ppm (Lampiran 8).
Sedangkan kandungan P tebu transgenik pada penelitian ini berkisar 7.81 28.83
ppm (Tabel 2). Rendahnya kandungan P baik pada tebu transgenik maupun
isogenik pada penelitian ini, diduga karena tidak adanya perlakuan pupuk P
sebelum masa tanam, sehingga tumbuhan tidak mempunyai asupan P yang cukup
untuk metabolisme dan pertumbuhannya. Menurut Sudiatso (1982) pemupukan P
pada tebu juga merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi
pertumbuhan dan produktivitas tebu.
21
Tabel 2. Hasil Analisis Kandungan Fosfor Daun Tebu Transgenik IPB 1 dan
Isogenik PS 851
Tebu Transgenik PS IPB 1
Klon
P (ppm)
12
28.829
4
22.947
Isogenik
22.754
3
21.115
7
19.958
59
19.862
2
19.476
62
17.644
13
17.548
46
17.548
71
16.391
17
15.427
21
15.427
56
15.041
52
14.559
36
13.016
5
12.727
53
12.534
55
12.534
1
11.859
34
11.859
51
11.859
6
10.124
40
7.810
Nilai tebu isogenik pada penelitian ini tergolong lebih tinggi dibandingkan
dengan transgeniknya. Menurut Nurhasanah (2007) adanya klon tebu transgenik
yang memiliki kandungan P lebih rendah atau lebih tinggi dari isogeniknya,
dikarenakan pada kemampuan masing-masing tanaman dalam menyerap P.
22
23
Tabel 3. Hasil Analisis Kandungan Klorofil a dan b serta Total Klorofil Daun
Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851
Nilai Klorofil Tebu Transgenik (g/ml)
Klon
IPB 1 1
IPB 1 2
IPB 1 3
IPB 1 4
IPB 1 5
IPB 1 6
IPB 1 7
IPB 1 12
IPB 1 17
IPB 1 21
IPB 1 34
IPB 1 36
IPB 1 37
IPB 1 40
IPB 1 46
IPB 1 51
IPB 1 52
IPB 1 53
IPB 1 55
IPB 1 56
IPB 1 59
IPB 1 62
IPB 1 71
Kontrol PS 851
Rata-rata
Total Klorofil
Nilai
Klorofil a
Klorofil b
6.903
7.882
5.854
4.242
10.435
9.199
13.372
5.916
6.460
7.749
4.786
8.522
7.313
3.471
4.687
5.553
6.216
5.462
2.091
9.504
6.813
5.500
5.947
6.805
16.447
11.632
13.887
22.127
22.241
18.044
17.741
17.695
19.292
10.507
18.887
9.627
19.610
28.862
17.880
21.739
16.354
13.494
19.184
11.839
12.496
12.569
18.040
10.489
23.350
19.514
19.741
26.370
32.676
27.243
31.113
23.611
25.752
18.256
23.673
18.148
26.923
32.333
22.567
27.293
22.569
18.956
21.275
21.343
19.309
18.069
23.987
17.293
23.655
Secara keseluruhan nilai total dari kandungan klorofil dari hasil analisis
yang telah dilakukan lebih tinggi dibandingkan dengan isogenik PS 851. Nilai
rata-rata kandungan total klorofil tebu transgenik pada penelitian sebelumnya
yang berumur 6 bulan berkisar antara 1.326 1.583 g/ml dengan pemupukan
25% P 50% P (Lestari, 2009), kandungan total klorofil tersebut tergolong
rendah dibandingkan dengan klon tebu ini yang mempunyai nilai rata-rata
kandungan total klorofil 23.655 g/ml. Total kandungan klorofil ini adalah hasil
penjumlahan dari klorofil a dan klorofil b (Tabel 3).
Dalam pembentukan klorofil, nitrogen mempunyai peran. Menurut Lingga
(1986), peran nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan
secara keseluruhan khususnya batang, cabang, dan daun, serta mendorong
terbentuknya klorofil sehingga daunnya menjadi hijau, yang berguna bagi proses
24
fotosintesis. Total klorofil pada daun tebu transgenik ini tinggi, namun nilai
kandungan N-nya cukup rendah. Hal ini diduga karena unsur N telah digunakan
dalam masa pertumbuhan vegetatif, terutama untuk fase pertunasan dan
pemanjangan batang. Hara N berperan dalam pembelahan sel, sehingga
mendukung pertunasan secara horizontal (terbentuknya anakan) dan pertumbuhan
vertikal (pemanjangan batang). Unsur N banyak diserap pada umur 3 sampai 4
bulan (Sudiatso, 1982).
Hampir semua klon tebu transgenik memiliki keragaan yang lebih baik
dibandingkan isogeniknya yang dicerminkan oleh lingkar batang yang besar,
pertumbuhan batang yang tinggi, banyaknya ruas batang dan banyaknya rumpun.
Hal ini berkolerasi dengan tingginya kandungan total klorofil. Semakin tinggi
kandungan klorofil suatu tanaman, maka semakin baik fotosintesis dan
metabolisme tanaman tersebut.
4.5. Seleksi Klon Tebu Transgenik IPB 1 Berdasarkan Keragaan
Tahap awal penyeleksian klon tebu transgenik ini dilakukan dengan
menggunakan metode skoring sebaran frekuensi data pada kriteria yang sudah
ditentukan
sebelumnya.
Kriteria
tersebut
mencakup
faktor-faktor
yang
25
26
27
DAFTAR PUSTAKA
Apoen, SD. 1975. Peranan Jumlah Batang dan Tinggi Tanaman terhadap Hasil
Panen pada Budidaya Tebu. Pertemuan Teknis Tengah Tahunaan II.
BP3G. Pasuruan.
Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.Gramedia. Jakarta.
Fauconnier, R. 1993. Sugarcane. The Macmilian Press LTD. London and Basing
stoke.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 286 hal.
Indranada, HK. 1989. Pengelolaan Kesuburan Tanah. PT Bina Aksara. Jakarta.
Kusmita, L dan L Limantara. 2009. Pengarauh Asam Kuat dan Asam Lemah
terhadap Agregasi dan Feofitinisasi Klorofil a dan b. Indo. J. Chem., Vol 9
No. 1, hal: 70-76
Leiwakabessy, FM. 2004. Kesuburan Tanah (Diktat Kuliah). Departemen Ilmu
Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Leiwakabessy, FM dan A Sutandi. 1998. Pupuk dan Pemupukan (Diktat Kuliah).
Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Lestari, P. 2009. Analisis Kandungan Klorofil dan Laju Fotosintesis Tebu
Transgenik PS-IPB 1 yang Ditanam di Kebun Percobaan PG Djatiroto,
Jawa Timur [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Lingga, P. 1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mengel, K and EA Kirkby. 1982. Principles of Plant Nutrition. Switzerland:
Intenational Potash Institut.
Miza. 2009. Analisis Kandungan N dan P Tebu Transgenik PS-IPB 1 yang
Mengekspresikan Gen Fitase [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Nurhasanah, A. 2007. Penyisipan Gen Fitase pada Tebu (Saccharum officinarum
L.) Varietas PS 851 dan PA 198 dengan Perantara Agrobacterium
tumefaciens. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Rosadi, HY, ER Nurzal, M Zubair, Priyambodo, P Efendi, L Walujati, D
Vidyatmoko. 2004. Manajemen Industri Gula Nasional. Jakarta: Pusat
Pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi BPPT.
Sanchez, P. 1976. Properties and Management of Soil in the Tropic. New York:
John Willey an Sons Inc.
28
Santosa, DA. 2004. Konstruksi Tebu Transgenik Budidaya Hasil Tinggi dan
Efisien Dalam Memanfaatan Hara P Melalui Transfer Gen Fitase Asal
Bakteri. Laporan I 2004. Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri
(RAPID). IPB.
Santosa, DA, K Murtilaksono, A Purwito dan Susiyanti. 2009. Uji Keragaan Tebu
Transgenik Fitase PS IPB1 MT 2008/2009. Laporan Tahap I 2009.
Departemen Inlmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB PTPN XI. Bogor.
Santosa, DA. 2010. Laporan Akhir Tebu Transgenik IPB 1 yang Mengekspresikan
Gen Fitase untuk Menghemat Pemakaian Pupuk P. Laporan Akhir dana
DIKTI 2010.
Satuan
2005.
Standar Karakteristik
Schuylenborg, J Van dan Saryadi. 1958. Pemupukan Pada Tanaman Tebu. Teknik
Pertanian VII (10) : 477-394
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian. Bogor.
Sudiatso, S. 1982. Bertanam Tebu. Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.
Sudradjat, H. 2010. Model Pengembangan Industri Gula Berkelanjutan Berbasis
Produksi Bersih dan Partisipasi Masyarakat. [Disertasi]. Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sundara, B. 1998. Sugarcane Cultivation. First Edition. Vikas Publishing House
Pvt Ltd. New Delhi.
Suriatna, S. 1988. Pupuk dan Pemupukan. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Susiyanti, RH Zul, AN Nurhasanah, GA Wattimena, M Surahman, A Purwito, S
Anwar, dan DA Santosa. 2006. Transformasi Beberapa Klon Tebu Melalui
Agrobacterium tumefaciens GV 2260 dengan Plasmid PBINI-ECS dan
PMA yang Membawa Gen Fitase. Di Dalam: Sujiprihatini S, Sudarsono,
Sobir, A Purwito, Yudiwanti, D Wirnas (Penyunting). Sinergi
Bioteknologi dan Pemuliaan Dalam Perbaikan Tanaman. Prosiding
Seminar Nasional Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman; Bogor, 1-2
Agustus 2006. Bogor: Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hal 213-217
Susiyanti. 2008. Penyisipan Gen Fitase dan Genome Beberapa Kultivar Tebu,
Regenerasi, Ekspresi dan Aklimatisasi. [Disertasi]. Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
29
30
LAMPIRAN
31
IPB1 - 1
IPB1 - 2
IPB1 - 3
IPB1 - 4
IPB1 - 5
IPB1 - 6
IPB1 - 7
IPB1 - 12
IPB1 - 17
IPB1 - 34
PS 851
IPB1 - 21
Lampiran 1. Gambar Klon Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851
32
IPB1 - 36
IPB1 - 46
IPB1 - 53
IPB1 - 59
Lampiran 1. (Lanjutan)
IPB1 - 37
IPB1 - 40
IPB1 - 51
IPB1 - 52
IPB1 - 55
IPB1 - 56
IPB1 - 62
IPB1 - 71
33
Mekanisme Pemupukan:
Pemupukan II, pada saat tanaman umur 1,5 bulan dosis ZA 2,5 Kui/Ha
+ Bumbun I
34
Latering 2
Latering 3
Latering 4
BL
IPB1 18
IPB1 19
IPB1 36
BL
IPB1 17
IPB1 20
IPB1 37
BL
IPB1 14
PS 851
IPB1 40
BL
IPB1 13
IPB1 21
IPB1 46
BL
IPB1 12
IPB1 22
IPB1 51
POJ
IPB1 11
IPB1 23
IPB1 52
POJ
IPB1 10
IPB1 24
IPB1 53
BL
IPB1 8
IPB1 25
IPB1 55
POJ
IPB1 7
IPB1 27
IPB1 56
IPB1 1
IPB1 6
IPB1 29
IPB1 62
IPB1 2
IPB1 5
IPB1 31
IPB1 71
IPB1 3
IPB1 4
IPB1 34
IPB1 59
UTARA
Ket:
BL, POJ
35
36
1
30
30
20
20
20
20
10
10
2
60
60
40
40
40
40
20
20
7
210
210
140
140
140
140
70
70
8
240
240
160
160
160
160
80
80
Untuk membuat sebaran frekeunsi data dan menentukan klon pilihan, terdapat
beberapa langkah, yaitu:
1. Menentukan banyaknya selang kelas dari setiap kriteria
Banyaknya selang kelas = 3.3 log (n) +1
2. Menentukan lebar selang kelas
Lebar selang kelas = (Xmax-Xmin) / banyaknya selang kelas
3. Masukkan data-data yang ada ke dalam masing-masing kelas
4. Berikan skor pada masing-masing data
5. Jumlahkan skor yang diperoleh untuk setiap klon, berdasarkan kriteria yang
ada
6. Urutkan skor yang diperoleh masing-masing klon, untuk mendapatkan klon
terbaik (skor semakin tinggi)
37
Lampiran 5. (Lanjutan)
Selang Kelas Untuk Masing-Masing Kriteria yang Digunakan Untuk Seleksi Klon
Tebu Transgenik PS-IPB 1 Berdasarkan Keragaan
Diameter Batang
(cm)
2,14 2,30
Tinggi Batang
(cm)
149 160
N total
(%)
0,67 0,73
P total
(ppm)
7,81 11,3
2,31 2,47
161 172
0,74 0,80
11,31 14,8
2,48 2,63
173 184
0,81 0,87
14,81 18,3
2,64 2,80
185 196
0,88 0,94
18,31 21,8
2,81 2,96
197 208
0,95 1,01
21,81 25,3
2,97 3,15
209 221
1,02 1,10
25,31 28,8
Jumlah Ruas
(satuan)
8,00 8,82
Lebar Daun
Atas
(cm)
3,8 3,9
Panjang Daun
Atas
(cm)
142 149
Lebar Daun
Bawah
(cm)
3,5 3,7
8,83 9,65
4,0 4,1
150 157
3,8 4,0
9,66 10,48
4,2 4,3
158 165
4,1 4,3
10,49 11,31
4,4 4,5
166 173
4,4 4,6
11,32 12,14
4,6 4,7
174 181
4,7 4,9
12,15 13,00
4,8 5,0
182 - 190
5,0 5,2
Panjang Daun
Bawah
(cm)
138 146
147 155
156 164
165 173
174 182
183 - 191
38
39
Lahan 2 (50% P)
6 Bulan
Klon
N (%)
71
1.610
53
1.470
12
1.400
55
1.330
46
1.295
36
1.260
52
1.260
56
1.225
59
1.225
5
1.190
1
1.115
3
1.120
7
1.120
34
1.120
2
1.085
Isogenik
0.945
40
Lampiran 8. Tabel Hasil Analisis Kandungan Fosfor Daun Tebu Transgenik IPB 1
dan Isogenik PS 851 (Miza, 2009)
Lahan 1 (25% P)
6 Bulan
Klon
P (ppm)
46
631
52
453
12
449
71
445
7
254
55
203
36
191
56
186
53
182
Isogenik
153
5
148
3
136
59
123
1
119
2
110
34
85
Lahan 2 (50% P)
6 Bulan
Klon
P (ppm)
55
636
36
547
53
530
52
359
59
326
41
315
46
302
34
292
3
284
Isogenik
278
1
258
71
242
56
225
12
203
2
191
7
93
41
Lampiran 9. Tabel Keragaan Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851 yang
pada Umur 6 Bulan
Klon
IPB 1 - 1
IPB 1 - 2
IPB 1 - 3
IPB 1 - 4
IPB 1 - 5
IPB 1 - 6
IPB 1 - 7
IPB 1 - 12
IPB 1 - 17
IPB 1 - 21
IPB 1 - 34
IPB 1 - 36
IPB 1 - 37
IPB 1 - 40
IPB 1 - 46
IPB 1 - 51
IPB 1 - 52
IPB 1 - 53
IPB 1 - 55
IPB 1 - 56
IPB 1 - 59
IPB 1 - 62
IPB 1 - 71
Isogenik
PS 851
X maks
X min
Tinggi
Batang
(cm)
191
167
165
149
154
172
152
168
188
175
193
196
184
221
198
206
194
185
207
192
156
185
189
Diameter
Batang
(cm)
2.34
2.38
3.15
2.52
2.46
2.38
2.52
2.42
2.32
2.36
2.7
2.72
2.38
2.48
2.6
2.68
2.56
2.32
2.14
2.34
2.68
2.38
2.52
Ruas
Batang
155
221
149
2.58
3.15
2.14
10
13
8
13
11
9
8
9
10
9
12
13
11
11
12
10
12
12
11
11
10
11
10
9
11
11
Daun Atas
(cm)
Panjang Lebar
180
4
180
4
173
5
170
3.8
154
4
166
4.8
170
4.7
160
4.1
190
4
177
4
180
5
180
5
190
4.5
185
4
170
4.1
190
4.7
150
4.2
190
4.3
190
4.2
176
4
170
4
142
3.8
180
4.3
164
190
142
4
5
3.8
Daun Bawah
(cm)
Panjang
Lebar
150
4
160
4
157
4
150
4
138
3.5
190
4.8
160
4.5
170
3.8
170
3.8
153
4
170
4.7
172
5.2
174
4.2
170
4.1
170
3.8
167
4.2
178
4.2
143
4
186
3.8
166
4.5
166
4.2
172
4.2
174
4.1
150
190
138
4.1
5.2
3.5
42
Lampiran 10. Tabel Hasil Skoring Keragaan Tebu Transgenik IPB 1 dan Isogenik PS 851
Tinggi
Batang
(cm)
Diameter
Batang
(cm)
Ruas Batang
Klon
Jumlah
Batang
per Petak
IPB 1 - 1
IPB 1 - 2
IPB 1 - 3
IPB 1 - 4
IPB 1 - 5
IPB 1 - 6
IPB 1 - 7
IPB 1 - 12
IPB 1 - 17
IPB 1 - 21
IPB 1 - 34
IPB 1 - 36
IPB 1 - 37
IPB 1 - 40
IPB 1 - 46
IPB 1 - 51
IPB 1 - 52
IPB 1 - 53
IPB 1 - 55
IPB 1 - 56
IPB 1 - 59
IPB 1 - 62
IPB 1 - 71
Isogenik PS 851
22920
10020
9900
4470
4620
10320
4560
10080
22560
15750
23160
23520
16560
39780
29700
30900
23280
22200
31050
23040
4680
22200
22680
4650
140.4
142.8
567
226.8
147.6
142.8
226.8
145.2
139.2
141.6
324
326.4
142.8
223.2
234
321.6
230.4
139.2
64.2
140.2
321.6
142.8
226.8
232.2
1560
880
360
160
360
600
360
1200
1560
880
880
1200
600
1200
1200
880
880
600
880
600
360
880
880
600
224
257
146
123
187
175
131
133
148
185
293
135
125
154
182
162
175
164
218
197
128
193
193
115
9000
9000
6920
6800
3080
6640
6800
4800
11400
8850
9000
9000
11400
11100
6800
11400
3000
11400
11400
8800
6800
1420
9000
4920
80
80
300
38
80
288
235
82
80
80
300
300
180
80
82
235
126
129
126
80
80
38
129
80
3000
4800
4710
3000
1380
11400
4800
6800
6800
3060
6800
6880
8700
6800
6800
6680
8900
1430
11160
6640
6640
6880
8700
3000
80
80
80
80
35
240
180
76
76
80
235
312
126
123
76
126
126
80
76
180
126
126
123
123
Jumlah
37004.4
25259.8
22983
14897.8
9889.6
29805.8
17292.8
23316.2
42763.2
29026.6
40992
41673.4
37833.8
59460.2
45074
50704.6
36717.4
36142.2
54794.2
39677.2
19135.6
31879.8
41931.8
13720.2
42