Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

HUKUM ISLAM DAN KONSTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA

Disusun oleh :
Nama

: Fahrul Ahmad Siregar

NIM

: 710013113

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL


YOGYAKARTA
2013

BAB VII
HUKUM ISLAM DAN KONSTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA
A. PENGERTIAN HUKUM ISLAM
Hukum islam menunjukkan dua bagian penting, yakni syariah dan fiqih. Syariah
berdasarkan katanya berarti jalan menuju mata air. Istilah syariah Islam bermakna aturan
atau undang-undang yang di turunkan Allah SWT untuk mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan, manusia dan manusia, serta manusia dengan alam semesta (Depag RI, 1999 ;
124).
Firman Allah tentang syariah Islam : dan kami telah menurunkan kepadamu Al-Quran
dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain, maka putuskan lah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiaptiap umat diantara kamu kami kami jadikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki niscaya kamu dijadikanNya satu ummat (saja), tetapi Allah hendak menguji
kamu terhadap pemberianNya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.
Hanya kepada Allah kembali kamu semua, lalu diberikan-Nya kepadamu apa yang kamu
perselisihkan itu (Q.S. Al-Maidah : 48).
Fiqih berdasarkan katanya berarti paham atau pengertian terhadap syariah. Fiqih
merupakan pemahaman para ulama tentang rumusan teknis dari pelaksanaan syariah yang
terkandung dalam Al-Quran dan Sunah dan dikondifikasi secara sistematis agar mudah di
pelajari.
B. CIRI-CIRI HUKUM ISLAM
Hukum islam mempunyai cirri-ciri :
1. Bagian dan bersumber dari Agama Islam
2. Punya hubungan erat dari aqidah dan akhlak islam
3. Mempunyai dua istilah kunci ;
a. Syariah terdiri dari wahyu Allah dan sunnah Nabi Muhammad SAW
b. Fiqih adalah pemahaman dan hasil pemahaman dari syariah
4. Terdiri dari dua bidang utama :
a. Ibadah : tata cara atau ritual sacral yang di lakukan seorang Muslim dalam
berhubungan dengan Allah
b. Muamalah : bersifat terbuka untuk dikembangkan oleh manusia, yang memenuhi
syarat dari masa ke masa
5. Strukturnya berlapis terdiri dari :
a. Al-Quran
b. Al-Sunah dan Sirah Nabawiah
c. Hasil ijtihad manusia yang memenuhi syarat tentang wahyu dan sunnah
d. Pelaksanaan nya berupa putusan hukum dan amalan dalam masyarakat
6. Mendahulukan kewajiban dari hak, amal dari pahala

C. RUANG LINGKUP HUKUM ISLAM


1. Hukum perdata:
a. Munakahat : berhubungan dengan perkawinan, perceraian serta akibatnya
b. Mawarits/wiratsah : berhubungan dengan pewarisan, ahli waris, harta peninggalan
dan pembagian warisan
c. Muamalah : mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, jual-beli, sewa
menyewa dan lainnya
2. Hukum pidana :
a. Jinayat : - jarimah hudud : perbuatan pidana yang telah ditentukan hukumannya
dalam Al-Quran dan Al-Sunnah, - jarimah tazir : perbuatan pidana yang
hukumannaya ditentukan oleh penguasa
b. Al-Ahkam as-Sulthaniyah : membicarakan soal kepala Negara, Negara, pemerintah
(pusat dan daerah), tentara, pajak.
c. Siyar : urusan perang dan damai, hubungan pemeluk agama dan Negara lain
d. Mukhsamat : mengatur soal peradilan, kehakiman, dan hukum acara

D. TUJUAN HUKUM ISLAM


Tujuan hukum Islam adalah kebahagiaan hidup manusia di dunia dan diakhirat, dengan
mengambil yang bermanfaat dan mencegah muhdarat yaitu yang tidak berguna bagi
kehidupan.
Secara khusus menurut abu Ishaq Al-Shatibi (w, 1388), hukum Islam memiliki 5 tujuan
(maqashid al-khamsah) yaitu :
1. Memelihara agama
2. Memelihara jiwa
3. Akal
4. Keturunan
5. Harta

E. SUMBER HUKUM ISLAM


Sumber hukum islam adalah Al-Quran dan Al-Sunnah (Al-Hadist) dan Al-Ijtihad. AlQuran dan Al-Sunnah merupakan sumber utama, akal pikitan manusia merupakan syarat
berijtihad yang merupakan sumber tambahan.
1. Al-Quran
Dituruunkan kepada Muhammad SAW dengan perantara Malaikat Jibril dengan
kata-kata arab dan makna yang benar agar menjadi hujjah bagi Muhammad SAWdan
pengakuan sebagai Rasulullah, juga sebagai undang-undang yang dijadiakn pedoman
dan membacanya termasuk ibadah.

Ketentuan dalam Al-Quran lengkap dan sempurna, sesuai firman Allah tidaklah
dialpakan sesuatupun didalam Al-Kitab (Q.S.Al Anam : 8)
a. Asas hukum dalam Al-Quran
1. Meniadakan yang berat (sukar) : dan tidak lah Allah membuat atasmu
dalam agama itu suatu kesukaran (Q.S. Al-Hajj : 78)
2. Menyedikitkan beban : Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya (Q.S. Al-Baqarah : 286)
3. Berangsur-angsur mendatangkan hukuman dari Allah SWT
4. Hukum yang terkandung dalam Al-Quran ada tiga macam, yaitu : 1). yang
bersangkut paut dengan keimanan, 2). Bersangkut paut dengan hal-hal
yang ingin di jadikan perhiasan, 3). Bersangkut paut dengan ucapan,
perbuatan, transaksi (aqad) dan pengelolaan harta
b. Hukum-hukum Amaliah dalam Al-Quran :
1. Hukum-hukum ibadah : shalat, puasa, zakat, haji, nadzar, sumpah dan
ibadah lainnya.
2. Hukum-hukum muamalah : aqad, pembelanjaan, hukuman, jinayat.
Hukum Muamalah bercabang sebagai berikut :
a. Hukum pribadi (70 ayat : Al-Ahwal Syakhsiyyah)
b. Hukum perdata (70 ayat : Al-Ahkam Al-Madaniyyah)
c. Hukum pidana (30 ayat : Al-Ahkam Al-Jinayah)
d. Hukum acara (13 ayat : Al-Ahkam Al-Murafaat)
e. Hukum perundang-undangan
3. Ijtihad
Ijtihad yaitu usaha sungguh-sungguh yang dilakukan seseorang atau beberapa orang
yang mempunyai ilmu pengetahuan, dan pengalaman tertentu yang memenuhi syarat untuk
mencari, menemukan, dan menetapkan nilai dan norma yang tidak jelas atau tidak terdapat
patokan didalam Al-Quran. Allah berfirman Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada
Allah dan Rasul (Nya) dan ulul amri kamu, kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikan lah ia kepada Allah dan Rasul, jika kamu beriman kepada Allah dan
hari akhirat. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih baik akhiratnya (Q.S. AnNissa : 59). Orang yang melakukan Ijtihad dinamakan Mujtahid. Yang termasuk dalil-dalil
Ijtihad (metodologi) yaitu : ijma, qiyas, maslahat mursalah, urf, syarun man qablana,
saddudz-dzaraI, dan madzhab sahabat.
a. Ijma
Ialah kesepakatan mujtahid umat Islam tentang hukum syara dari peristiwa yang terjadi
detelah Rasulullah meninggal dunia. Objeknya ialah semua peristiwa yang tidak ada
dasar nya dalam Al-Quran dan Al-Hadist.
b. Qiyas

c.

d.

e.
f.

g.

h.

Ialah menetapkan hukum suatu kejadian atau peristiwa yang tidak ada dasar nashnya
dengan cara membandingkan kepada suatu peristiwa lainnya yang telah ditetapkan
nashnya karena ada peristiwa illat atau kedua peristiwa itu
Istihsan
Ialah meninggalkan hukum yang telah ditetapkan ats suatu peristiwa dengan berdsarkan
dalil syara menuju (menetapkan) hukum lain dari peristiwa itu juga, karena ada suatu
dalil syara yang mengharuskan untuk meninggalkannya.
Maslahat mursalah
Ialah suatu kemaslahatan yang tidak di singgung oleh syara dan tidak pula terdapat dalil
yang menyuruh untuk mengerjakan atau meninggalkannya, sedangka jika dikerjakan
akan mendapatkan kebaikan yang besar.
Urf
Ialah sustu yang telah di kenal masyarakat sebagai adat dan kebiasaan
Syarun man qablana
Ialah syariah yang dibawa para Rasul terlebih dahulu, sebelum Nabi Mumammad.
Seperti Nabi Ibrahim As, Nabi Musa As, Nabi Daun As, Nabi Isa As, dan sebagainya
Istishab
Ialah tetap berpegang teguh terhadap hukum yang telah ada dari suatu peristiwa atau
kejadian sampai ada dalil yang merubah hukum tersebut
Saddudz dzaraiah
Ialah menghambat semua jalan yang menuju kepada kerusakan atau maksiat.

i. Madzhab sahabat
Ialah pemacahan masalah para sahabat Nabi yang di lakukan Nabi Muhammad agar
dapat beramal sesuai dengan fatwa-fatwa sahabat itu,
F. FUNGSI DAN TUJUAN HUKUM ISLAM DALAM MASYARAKAT
Hukum Islam terbangun berdasarkan konsep dasariah kerangka ajaran Islam yang tidak
memisahkan urusan duniawiyah dan ukhrawiyah. Fungsi Hukum Islam adalah untuk mengatur
hubungan manusia dan Penciptanya, manusia dan manusia, dan manusia dengan ciptaan
lainnya.
Teori lain mengenai tujuan hukum Islam antara lain teori etis, teori utilitaris, dan teori
campuran. Teori etis menekankan pada pencapaian keadilan, utilitaris menekankan pada
kebahagiaan (the greatest number of happiness for the greatest number of people). Teori
campuran menginginkan ketertiban dan keadilan.
Pada tataran syariah, hukum Islam menunjukkan dan mengarahkan manusia gar tidak
sesat dalam mencapai tujuan sebagai hamba Allah dan khalifatullah, juga mengantarkan
manusia pada kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat (Suryana, 1997 : 108-110).
G. KONSTRIBUSI UMAT ISLAM DALAM PERUMUSAN HUKUM DI INDONESIA

Perkembangan hukum Islam di Indonesia sejalan dengan penyebaran Islam. Oleh karena
itu Islam dapat di sambut baik pleh Bangsa Indonesia sebab penyebarannya sesuai dengan watak
bangsa Indonesia dan ajaran Islam yang toleran (Zuhdi, 1995 : 245).
Sistem hukum di Indonesia bersifat majemuk. Beberapa system hukum yang ada yaitu :
hukum adat, system hukum Islam, dan sistem hukum barat. Hukum adat mulai berlaku sejak ada
dan hidupnya kebudayaan rakyat Indonesia. Hukum Islam mulai ada di Indonesia sejak orang
Islam datang dan bermukim di Nusantara.
Sedangkan hukum barat mulai diperkenalkan di Indonesia oleh VOC (Vereenigde Oost
Indische Compagnie). Mula nya hukun barat hanya berlaku bagi orang Belanda dan Erop,
kemudian dinyatakan berlaku pula bagi pribumi.
Ketiga sistem hukum ini masih berlaku di Indonesia sampai sekarang berdasarkan
ketentuan peralihan UUD 1945 dan masing-masing tumbuh dalam masyarakat dengan ilmu
pengetahuan dan praktek peradilan (Zuhdi : 1995:8).
Peranan uamat Islam dalam perumusan hukum di Nusantara dapat diamati dejak zamn
kerajaan Islam. Hal ini dapat dilihat dari penemuaan kitab-kitab dengan tulisan arab misalnya
kutaragama, safinatul hukmi, mirajuttullah yang dijadikan pegangan dalam menyelesaikan
perkara di wilayah kerajaan masing-masing.
Pengaruh Islam memang telah masuk kedalam hukum adat, tetapi baru mendapat
kekuatan hukum dalam hukum adat. Inilah yang kemudian dikenal dengan teori resepsi. Pada
tahun 1957 diundangkan Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 1957 yang mengatur pengadilan
agama di luar Madura jawa dan Kalimantan selatan dengan wewenang yang lebih luas, yakni
mengenai perkawinan, warisan, wakaf, sedekah, dan baitul mal. Namun masih ada aturan bahwa
putusan Pengadilan Agama harus dikuatkan oleh Pengadilan Umum. Tahun 1974 dikeluarkan
undang-undang No.1 tentang perkawinan, juga perumusan perwakafan tanah hak milik
sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah nomor 28 tahun 1977menunjukkan pula
penerapan ajaran Islam secara lebih baik dan bukti bahwa teori resepsi Snouck Hugeronje tidak
cocok.
Keputusan hakim pengadilan agama langsung dapat dieksekusikan tanpa persetujuan
pengadilan negeri, sebeb kedudukan kedua lembaga sejajar berdasarkan UU Nomor 14 tahun
1970. Beberapa perundangan terkait pelaksanaan hukum Islam antara lain UU No.2 tahun 1989
tentang sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Instruksi Presiden no.1 tahun 1991 tentang
kompilasi hukum Islam, UU nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan mengizinkan berdirinya
bank. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendirikan lembaga arbitrase muamalat untuk
menyelesaikan konflik antar bank syariah dengan nasabah nya. Surat Keputusan Bersama (SKB)
anatar Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama dalam pembinaan BAZIS.

Masih banyak dan akan bertaambah masalah-masalah hukum actual yang memerlukan
kajian ke Islam dalam masyarakat seperti kependudukan, KB, sterilisasi (vasektomi dan
tubektomi), aborsi, asuransi, perbankan, penyempurnaan UU terutama hukum acara pidana atau
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Sedikit demi sedikit disempurnakan untuk
kebutuhan uamat Islam sebab sebagaian juga masih merupakan hukum warisan Belanda.

Catatan kaki :





Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa
yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitabkitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu
apa yang telah kamu perselisihkan itu, (QS: Al-Maidah Ayat: 48)


Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya
Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui
batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan ( Al Qur'an
surat Al-Isr ayat 33)

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
(QS: Al-Maidah Ayat: 90)



Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian
seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu
semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan;
jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang

ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal
itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibubapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa
saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah
dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)
manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.(Al Qur'an surat An-Nis ayat 11)





Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan saudarasaudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu
yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara
perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam
pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan
isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan
diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS An nissa : 23)


Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.
Dan suatu jalan yang buruk ( Al Qur'an surat Al-Isr ayat 32)




Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua
sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam AlKitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Al Qur'an surat Al-Anm ayat 38)




Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih
kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.
(Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang
muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas
dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah
Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (Al Qur'an surat
Al-Hajj ayat 78)






Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa
atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap
kaum yang kafir". (Al Qur'an surat Al-Baqarah ayat 286)








Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang
berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan
beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu,
maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (Al Qur'an surat Al-Hashr ayat 7)





Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi
Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu
semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah
olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. (Al Qur'an surat
Al-Hajj ayat 30)






Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Aku, maka
sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku (QS Thaha ayat
14)




Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.( Al Qur'an surat
An-Nis ayat 59)







Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.( Al Qur'an surat Al-Baqarah ayat 283)

Anda mungkin juga menyukai