Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Semakin banyaknya masalah menyebabkan banyak kegiatan harus

dilakukan berdasarkan perencanaan yang cermat. Anggaran salah satu bentuk dari
berbagai rencana yang mungkin disusun, meskipun tidak setiap rencana dapat
disebut sebagai anggaran. Anggaran perusahaan mencakup berbagai kegiatan
operasional yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Perusahaan sebagai salah satu unit ekonomi perlu memiliki program yang tepat.
Perusahaan sebagai lembaga ekonomi umumnya mengejar keuntungan, dan
karenannya menggunakan kriteria efisiensi sebagai alat pengukurnya. Karena
itulah perusahaan membutuhkan alat perencana dan pengendali keuntungan.
Dalam hal ini anggaran perusahaan berfungsi sebagaimana RAPBN bagi
pemerintah dalam merencanakan dan mengendalikan program pembangunan
ekonomi.
Dalam suatu perusahaan, bahan mentah merupakan salah satu elemen yang
penting karena bahan mentah menjadi dasar berlangsungnya suatu produksi.
Perusahaan harus selalu mempertimbangkan secara masak tentang berapa
besarnya jumlah bahan mentah yang harus ada sebelum memulai suatu kegiatan
produksi. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan pengendalian terhadap
bahan mentah maupun biaya yang ditimbulkan. Untuk menjaga kelancaran
produksi harus dipertimbangkan secara matang mengenai tersediannya bahan
mentah agar dapat memenuhi keperluan produksi jangka pendek maupun jangka
panjang.
Dalam pengendalian bahan mentah, salah satu cara yang dapat dilakukan
oleh perusahaan adalah dengan membuat anggaran pembelian bahan mentah.
Bahan mentah dapat dianggarkan dalam satuan (unit) uang. Anggaran pembelian
bahan mentah berisi rencana kuantitas bahan mentah yang harus dibeli oleh
perusahaan dalam periode waktu mendatang. Ini harus dilakukan secara hati-hati
terutama dalam hal jumlah dan waktu pembelian.
1

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari anggaran bahan mentah ?
2. Apa tujuan penyusunan anggaran bahan mentah ?
3. Apa saja jenis - jenis anggaran bahan mentah ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui anggaran bahan mentah.
2. Untuk mengetahui tujuan penyusunan anggaran bahan mentah.
3.

Untuk mengetahui jenis - jenis anggaran bahan mentah.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Anggaran Bahan Mentah
Bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi dikelompokkan
menjadi Bahan Mentah Langsung (Direct Material) dan Bahan Mentah
Tak Langsung (Indirect Material). Bahan mentah langsung adalah semua
bahan mentah yang merupakan bagian barang yang jadi yang dihasilkan.
Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan mentah langsung ini
mempunyai hubungan yang erat dan sebanding dengan jumlah barang jadi
yang dihasilkan. Sehingga biaya bahan mentah langsung merupakan biaya
variable bagi perusahaan. Bahan mentah tak langsung adalah bahan
mentah yang ikut berperan dalam proses produksi, tetapi tidak secara
langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan. Seandainya barang
jadi yang dihasilkan adalah meja dan kursi kayu merupakan bahan mentah
mentah langsung, sedangkan paku dan cat merupakan bahan mentah tak
langsung.
Anggaran bahan mentah hanya merencanakan kebutuhan dan
penggunaan bahan mentah langsung. Bahan mentah tak langsung akan
direncanakan dalam anggaran biaya overhead pabrik.
2.2 Tujuan Penyusunan Anggaran Bahan Mentah
Tujuan dari penyusunan bahan mentah ini secara ringkas adalah
sebagai berikut:
1. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan mentah.
2. Memperkirakan

jumlah

pembelian

bahan

mentah

yang

diperlukan.
3. Sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang
diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan mentah.
4. Sebagai dasar penyusunan product costing, yakni memperkirakan
komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan mentah
dalam proses produksi.
3

5. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan mentah.


2.3 Jenis Anggaran Bahan Mentah
Jenis atau macam dari anggaran bahan mentah ini terdiri dari 4 jenis,
antara lain:
2.3.1

Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah


Telah dijelaskan sebelumnya bahwa bahan mentah yang dipakai
dalam proses produksi dikelompokkan menjadi bahan mentah
langsung dan bahan mentah tak langsung. Anggaran Kebutuhan
Bahan Mentah disusun untuk merencanakan jumlah fisik bahan
mentah langsung yang diperlukan, bukan nilainya dalam rupiah.
Secara terperinci anggaran ini harus dicantumkan :
a. Jenis barang jadi yang dihasilkan.
b. Jenis bahan mentah yang digunakan.
c. Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi.
d. Standar penggunaan bahan mentah.
e. Waktu penggunaan bahan mentah.
Standar penggunaan bahan (SP) adalah bilangan yang
menunjukkan berapa satuan bahan mentah yang diperlukan
untuk menghasilkan 1 (satu) satuan barang jadi.
Contoh :
Standar Penggunaan = 2, untuk barang jadi A dan bahan mentah X.
Artinya untuk menghasilkan unit barang A diperlukan 2 unit bahan
mentah X.
Menentukan Kebutuhan Bahan Mentah
Jumlah bahan mentah yang dibutuhkan untuk proses produksi
dalam satu periode waktu tertentu dapat ditentukan dengan
berbagai cara, yakni :
a) Perkiraan langsung
Cara ini mengandung banyak resiko, antara lain berupa
terlalu besar atau terlalu kecilnya perkiraan. Karena itu
cara lebih baik diserahkan pada pihak-pihak yang telah
4

berpengalaman dalam memprodusir barang yang sama


pada waktu-waktu sebelunya. Bagi mereka cara ini lebih
menguntungkan karena lebih mudah, lebih cepat dan
lebih ringan biaya.
b) Berdasarkan perhitungan standar penggunaan bahan
Standar penggunaan dihitung dengan berbagai cara,
seperti : dengan melakukan percobaan-percobaan di
laboratorium dengan melakukan percobaan percobaan
khusus di dalam pabrik, dengan mendasarkan diri dari
pemakaian nyata waktu yang lalu yang tercatat pada bill
material, dan dengan melihat angka penggunaan rata-rata
yang ditentukan secara statis. Misalnya : PT. Gunung
kidul memproduksi 2 macam barang yaitu barang A dan
B dengan menggunakan bahan mentah X, Y.
2.3.2

Anggaran Pembelian Bahan Mentah


Anggaran Pembelian Bahan Mentah berisi rencana kuantitas
bahan mentah yang harus dibeli oleh perusahaan dalam periode
waktu mendatang. Ini harus dilakukan secara hati-hati terutama
dalam hal jumlah dan waktu pembelian.
Apabila jumlah bahan mentah yang dibeli terlalu besar akan
mengakibatkan berbagai resiko, misalnya bertumpuknya bahan
mentah di gudang yang mungkin itu dapat mengakibatkan
penurunan kualitas, terlalu lamanya bahan mentah yang bergiliran
untuk diproes, atau biaya penyimpanan yang menjadi lebih besar.
Apabila jumlah bahan mentah yang dibeli terlalu kecil, juga
akan mendatangkan resiko berupa terhambatnya kelancaran proses
produksi akibat kehabisan bahan mentah, serta timbulnya biaya
tambahan untuk mencari bahan mentah pengganti secepatnya
Jumlah Pembelian yang paling Ekonomis (economical
order quantity)
Hal yang perlu dipikirkan oleh perusahaan selain besarnya
kebutuhan juga besarnya jumlah bahan mentah setiap kali
5

dilakukan pembelian, yang menimbulkan biaya paling rendah tetapi


tidak mengakibatkan kekurangan bahan mentah. Jumlah pembelian
dapat dihitung dengan EOQ (Economical Order Quantity). Dalam
EOQ ini dipertimbangkan 2 jenis biaya yang bersifat varibel,
yaitu :
a. Biaya Pemesanan
Yaitu biaya biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
kegiatan pemesanan bahan mentah. Biaya ini berubah ubah
sesuai

dengan

frekuensi

pemesanan,

semakin

tinggi

pemesanannya semakin tinggi pula biaya pemesannanya.


Sebaliknya biaya ini berbanding terbalik dengan jumlah
(kuantitas) bahan mentah setiap kali pemesanan. Hal ini
disebabkan karena semakin besarnya jumlah setiap kali
pemesan dilakukan, berarti frekuensi pemesanan menjadi
semakin rendah.
Contoh : biaya

biaya

persiapan pemesanan, biaya

administrasi, biaya pengiriman pesanan, dll.


b. Biaya Penyimpanan
Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
kegiatan penyimpanan bahan mentah yang telah dibeli. Biaya
ini juga berubah sesuai dengan jumlah bahan mentah yang
disimpan. Semakin besar jumlah bahan mentah setiap kali
pemesanan maka biaya penyimpanan akan semakin besar pula.
Jelaslah bahwa biaya penyimpanan mempunyai sifat yang
berlawanan dengan biaya pemesanan.
Contoh : biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya perbaikan
kerusakan, dll.
Dengan memperhatikan kedua jenis biaya di atas, maka jumlah
pembelian yang palin ekonomis dapat dihitung dengan rumus :

atau
6

di mana :
R

: jumlah bahan mentah yang akan dibeli dalam jangka

waktu tertentu
S

: biaya pemesanan

: harga per unit bahan mentah

:biaya penyimpanan yang dinyatakan dalam presentase dari


persediaan rata-rata.

C/Unit : biaya penyimpanan setiap unit bahan mentah.


Contoh :
PT. Indiana memperkirakan kebutuhan bahan mentah selam tahun
2010 sebanyak 1.000kg. Setiap kali dipesan, akan dikeluarkan
biaya sebesar Rp. 50,00 sebagai biaya perangko. Harga per kg
bahan mentah adalah Rp. 20,00. Biaya penyimpanan sebesar 50%
dari persediaan rata-rata. Maka jumlah pembelian yang paling
ekonomis adalah :

= 100 kg.
Waktu Pembelian Bahan Mentah
Untuk menjaga kelancaran proses produksi tidak cukup
ditentukan jumlah bahan mentah yang dibeli. Harus ditentukan pula
kapan pemesanan bahan mentah harus dilakukan agar bahan
mentah itu dapat datang tepat pada waktu dibutuhkan. Bahan
mentah yang datang terlambat akan mengakibatkan terganggunya
kelancaran proses produksi. Kadang-kadang perlu dicari bahan
mentah pengganti agar proses produksi tidak berhenti. Biaya-biaya

yang terpaksa dikeluarkan karena keterlambatan datangnya bahan


mentah disebut Stock Out Cost.
Sebaliknya, bahan mentah yang datangnya terlalu awal akan
menimbulkan masalah pula. Harus disediakan tempat penyimpanan
dan harus ditanggung pula biaya pemeliharaan ekstra. Biaya-biaya
yang dikelarkan karena bahan mentah datang terlalu awal diebut
Extra Carrying Cost.
Karena itu dalam menentukan waktu pemesanan bahan mentah
perlu diperhatikan factor Lead Time. Lead Time adalah jangka
waktu sejak dilakukannya pemesanan sampai datangnya bahan
baku yang dipesan dan siap untuk digunakan dalam proses
produksi. Setelah diperhitungkan factor lead time, maka akan dapat
ditentukan Reorder Point. Reorder Point adalah saat di mana harus
dilakukan pemesanan kembali bahan mentah yang diperlukan.
Jadi untuk merencanakan saat pemesanan bahan mentah pasa
periode mendatang, perlu diperhatikan factor Lead Time, Extra
Carrying Cost dan Stock Out Cost. Dalam melakukan pengamatan
dengan data historis, harus dilakukan terhadap beberapa data untuk
kemudian dihitung probabilitasnya dari total pengamatan.
Dalam melakukan pengamatan data historis, harus dilakukan
terhadap

beberapa

data,

untuk

dihitung

probabilitas

dari

pengamatan Umpamanya : Diamati 60 data historis tentang lead


time. Ke 60 data menunjukan :
Lead time 5 hari = 30 buah
Lead time 4 hari = 20 buah
Lead time 6 hari = 10 buah
Sehingga probabilitasnya :
- Lead time 5 hari = 20/60 x 100% = 33,3%
- Lead time 4 hari = 30/60 x 100% = 50%
- Lead time 6 hari = 10/60 x 100% = 16,7%

Contoh perhitungan Reorder Point


PT. MERANA memperkirakan kebutuhan barang mentah tahun
2008 sebesar 10.000 Kg. untuk merencanakan kapan saat
pemesanan yang tepat harus dilakukan, diamati 20 buah data
pemesanan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Dari
pengamatan tersebut diperoleh kenyataan :
- Lead time 3 hari = 5 buah
- Lead time 4 hari = 10 buah
- Lead time 5 hari = 5 buah
Biaya penyimpanan bahan mentah per kg/tahun adalah Rp. 2,00.
Biaya pemesanan (setiap kali pemesan) adalah 100,00. Apabila
kehabisan biaya pemesanan maka dapat dicari bahan mentah
pengganti dengan biaya Rp. 0,50 bagi setiap unit bahan mentah
pengganti. Apabila 1 tahun dianggap 300 hari, kapan pemesanan
kembali harus dilakukan.
Jawab :
Diket :

Kebutuhan bahan mentah

= R = 10.000 Kg

Biaya penyimpanan

= c/unit = Rp. 2,00/Kg/thn

Biaya pemesanan

= S = Rp. 100

SOC

= Rp. 0,50/Kg

Lead time

Frekuensi

3 hari

5/20 x 100% = 25% =

0,25

4 hari

10

10/20 x 100% = 50% =

0,50

5 hari

5/20 x 100% = 25% =

20

Probabilitas

100%

0,25 +
1

= 2 x 10.000 x 100 = 100 kg


2
Frekuensi pemesanan = 10.000 = 10 kali
100
Biaya penyimpanan perhari perorder
9

1.000 x 2 = Rp. 6,67


300
Bila lead time = 3 hari
ECC = 0 (karena 3 hari adalah waktu yang paling tepat atau
tidak mungkin lebih cepat lagi)
Bila lead time = 4 hari
ECC = 1 (0,25)(Rp. 6,67) = Rp. 1,6675
keterangan: ada kemungkinan bahan mentah datang dalam 3 hari (1
hari lebih cepat) dengan probabilitas 0,25
Bila lead time = 5 hari
ECC = 2 (90,25)(Rp. 6,67) = Rp. 3,335
= 1 (0,50)(Rp. 6,67) = Rp. 3,335
Rp. 6,670
*Keterangan: ada kemungkinan bahan mentah datang dalam 3
hari (2 hari lebih cepat) dengan probabilitas 0,25 atau dalam 4 hari
(1 hari lebih cepat) dengan probabilitas 0,50
Stock Out Cost (SOC)
Kebutuhan bahan mentah/hari = 10.000 = 33,3 Kg
300
SOC/Kg = Rp. 0,50
Bila lead time = 5 hari
SOC = 0 (karena 5 hari merupakan waktu paling lama atau
tidak mungkin lebih lambat lagi)
Bila lead time = 4 hari
SOC = 1(0,25)(33,3)(Rp. 0,50) = RP. 4,1625
ada kemungkinan bahan mentah datang dalam 5 hari (1 hari
lebih lama)
Bila lead time = 3 hari
SOC = 2(0,25)(33,3)(Rp. 0,50) = Rp. 8,325
SOC = 1(0,50)(33,3)(Rp. 0,50) = Rp. 8,325
Rp. 16,650
10

dari perhitungan ECC dan SOC diatas dapat dibuat sebagai


berikut :mbat) dengan probabilitas 0,25

Setelah lead time diketahui, tinggal dihubungkan dengan


kebijakan mengenai besarnya persediaan. Pemesanan kembali
dilakukan pada saat persediaan ditambah penggunaan selama lead
time.
Misalnya :
Persediaan ditetapkan untuk kebutuhan

333,0 Kg

Kebutuhan selama lead time


(4x33,3 Kg)
Saat pemesanan kembali

133,2 Kg
466,2 Kg

Bentuk Dasar Anggaran Pembelian Bahan Mentah


Telah diuraikan sebelumnya bahwa anggaran pembelian bahan
mentah dapat disusun apabila total kebutuhan bahan mentah untuk
suatu periode telah ditentukan, dengan perhitungan sebagai berikut
Persediaan Akhir

xx

Kebutuhan bahan mentah untuk produksi

xx
11

+
Jumlah kebutuhan

xx

Persediaan Awal

xx

Pembelian Bahan Mentah

xx

Dalam anggaran pembelian bahan mentah dicantumkan :


1. Jenis bahan yang digunakan dalam proses produksi.
2. Jumlah yang harus dibeli.
3. Harga per satuan bahan mentah.
Dengan mencantumkan harga per satuan bahan mentah, maka akan
dapat dihitung jumlah uang yang akan dikeluarkan oleh perusahaan
untuk pembelian bahan mentah.
2.3.3

Anggaran Persediaan Bahan Mentah

Dalam penyusunan Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah dan Anggaran


Pembelian Bahan Mentah di muka, tampak bahwa masalah nilai persediaan
awal dan persediaan akhir bahan mentah selalu diperhitungkan.
Setiap perusahaan mempunyai kebijkasanaan dalam menilai persediaan
yang berbeda. Tetapi pada dasarnya kebijaksanaan tentang penilaian
persediaan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Kebijaksanaan FIFO (First In First Out)
Dalam kebijaksanaan FIFO, bahan mentah yang lebih dahulu digunakan
untuk produksi adalah bahan mentah yang lebih dahulu masuk di gudang,
sehingga sering diterjemahkan Masuk Pertama Keluar Pertama. Dengan
kata lain, penilaian bahan mentah di gudang nilainya diurutkan menurut
urutan waktu pembeliannya.
2. Kebijaksanaan LIFO (Last In First Out)
Sebaliknya, dalam metode kebijaksanaan LIFO, harga bahan mentah
yang masuk di gudang lebih akhir justru dipakai untuk menentukan nilai
bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi, meskipun pemakaian
fisik tetap diurutkan menurut urutan pemasukannya.
Perlu diperhatikan dahulu oleh perusahaan, kebijaksanaan mana yang
akan dipilih. Hal penting dalam rangka penyusunan Anggaran Persediaan
12

Bahan Mentah dan Anggaran Biaya Bahan Mentah yang habis digunakan,
karena adanya perbedaan factor perbedaan harga dari waktu ke waktu.
Harga bahan mentah mungkin berbeda dari waktu ke waktu, dan ini perlu
diperhatikan karena nilai bahan mentah yang ada di dalam gudang dan
dipakai untuk produksi juga berbeda dari waktu ke waktu. Karena itu harus
diperhitungkan, apakah bahan mentah digunakan secara LIFO atau FIFO.
Salah satu tujuan penyusunan Anggaran Perusahaan Bahan Mentah
adalah untuk pengawasan, tingkat persediaan bahan mentah di gudang yang
tidak terkontrol akan sangat membahayakan perusahaan sendiri. Dengan
mendasarkan diri pada Anggaran Persediaan Bahan Mentah, maka dapat
dilihat apakah penggunaan bahan mentah dan bahan mentah yang tersisa
sebagai persediaan sesuai dengan rencana semula ataukah terjadi
penyimpangan.
Besarnya bahan mentah yang harus tersedia untuk kelancaran proses
produksi tergantung pada beberapa factor, seperti :
1. Volume produksi selama satu periode waktu tertentu (dapat dilihat pada
Anggaran Produksi).
2. Volume Bahan Mentah Minimal, yang disebut safety stock (persediaan besi).
3. Besarnya pembelian yang ekonomis.
4. Estimasi tentang naik turunnya harga bahan mentah pada waktu-waktu
mendatang.
5. Biaya-biaya penyimpanan dan pemeliharaan bahan mentah.
6. Tingkat kecepatan bahan mentah rusak.
Persediaan Besi
Persediaan besi adalah persediaan minimal bahan mentah yang harus
dipertahankan untuk menjamin kelangsungan proses produksi. Di muka
telah disinggung sedikit bahwa persediaan bahan besi merupakan salah satu
factor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan saat dilakukannya
pemesanan bahan mentah (Re Order Period).
Besarnya persediaan besi ditentukan oleh beberapa factor, antara lain :

13

1. Kebiasaan leveransir menyerahkan bahan mentah yang dipesan,


apakah selalu tepat pada waktunya atau tidak. Apabila leveransir
selalu tepat waktu dalam menyerahkan pesanan kita maka resiko
kehabisan bahan mentah relative kecil, sehingga persediaan besi tidak
terlalu besar. Sebaliknya, bila leveransir biasanya terlambat datang
maka resiko kehabisan bahan mentah terlalu besar, sehingga perlu ada
persediaan besi yang besar pula.
2. Jumlah bahan mentah yang dibeli setiap kali pemesanan. Apabila
jumlah bahan mentah yang dibeli besar, maka persediaan rata-rata di
atas persediaaan besi besar pula, sehingga resiko kehabisan bahan
mentah relative kecil, begitu pula sebaliknya.
3. Dapat diperkirakan atau tidaknya kebutuhan bahan mentah secara
tepat. Bagi perusahaan yang dapat memperkirakan jumlah kebutuhan
bahan mentah secara tepat, maka resiko kehabisan bahan mentah kecil
(karena

bahan

mentah

yang

dibutuhkan

sudah

disediakan

sepenuhnya), begitu pula sebaliknya.


4. Perbandingan antara biaya penyimpanan bahan mentah dan biaya
ekstra karena kehabisan bahan mentah. Apabila biaya penyimpanan
tampak lebih besar daripada biaya ekstra akibat kehabisan bahan
mentah maka tidak perlu adanya persediaan besi yang terlalu besar,
begitu pula sebaliknya.

Bentuk Dasar Anggaran Persediaan Bahan Mentah


Dalam Anggaran Persediaan Bahan Mentah perlu diperinci hal-hal
sebagai berikut :
1. Jenis bahan mentah yang digunakan
2. Jumlah masing-masing jenis bahan mentah yang tersisa sebagai
persediaan
3. Harga per unit masing-masing jenis bahan mentah
4. Nilai bahan mentah yang disimpan sebagai persediaan.

14

2.3.4

Anggaran Biaya Bahan Mentah yang Habis Digunakan dalam


Produksi.
Tentu tidak semua bahan mentah yang tersedia akan habis
digunakan untuk produksi. Hal ini disebabkan karena 2 hal, yakni :
1. Perlu adanya

persediaan akhir, yang

akan menjadi

persediaan awal periode berikutnya.


2. Perlu adanya persediaan besi agar kelangsungan produksi
tidak terganggu akibat kehabisan bahan mentah.
Bahan mentah yang telah digunakan dalam proses produksi harus
dihtung nilainya. Rencana besarnya nilai bahan mentah yang habis
digunakan dalam proses produksi dituangkan dalam suatu anggaran
tersendiri

disebut

Anggaran

Bahan

Mentah

yang

Habis

Digunakan.
Manfaat disusunnya Anggaran Bahan Mentah yang Habis
Digunakan antara lain adalah ;
1. Untuk keperluan Produk Costing, yaitu perhitungan harga
pokok barang yang dihasilkan perusahaan.
2. Untuk keperluan pengawasan penggunaan bahan mentah.
Bentuk Dasar Anggaran Biaya Bahan Mentah yang
Habis Digunakan
Dalam anggaran ini standar penggunaan bahan mentah masih
diperhatikan, tetapi tidak dicantumkan pada Anggaran Kebutuhan
Bahan Mentah. Anggaran biaya bahan mentah yang habis
digunakan perlu memperinci hal-hal :
1. Jenis bahan mentah yang digunakan.
2. Jumlah masing-masing jenis bahan mentah yang habis
digunakan untuk produksi.
3. Harga per unit masing-masing jenis bahan mentah.
4. Nilai masing-masing bahan mentah yang habis digunakan
dalam proses produksi.
5. Jenis barang yang (dihasilkan dan) menggunakan bahan
mentah.
15

6. Waktu penggunaan bahan mentah.


Fungsi Perencanaan, Koordinasi, dan Pengawasan pada
Anggaran anggaran Bahan Mentah
Seperti halnya anggaran produksi, anggaran kebutuhan bahan
mentah, persediaan bahan mentah dan pembelian bahan mentah
merupakan alat perencanaan bagi perusahaan. Dalam anggaran
anggaran tersebut secara terperinci dibuat rencana tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan bahan mentah pada
waktu mendatang.
Di lain pihak Anggaran Bahan Mentah berfungsi sebagai alata
pengkoordinasian kebutuhan bahan mentah dengan tingkat
persediaan dan kebutuhan bahan mentah. Koordinasi antara ketiga
factor ini sangat perlu diperhatikan agar tidak menghambat
kelancaran produksi. Selain kedua fungsi di atas, tentu saja
anggaran bahan mentah berfungsi pula sebagai alat pengawasan.
Sebagai pelengkap fungsi pengawasan maka disusun Laporan
Pelakasana, yang menunjukkan perbandingan antara rencana
dengan realisasi daripada pembelian bahan mentah dan penggunaan
bahan mentah.
1. Laporan Pelaksanaan Tentang Pembelian Bahan Mentah
Laporan ini berguna sebagai alat untuk mengetahui
perbandingan dan penyimpangan yang terjadi.
Contoh :
Dari anggaran pembelian bahan mentah diperoleh data
tentang pembelian bulan Januari 2010 sebagai berikut :
Unit yang dibeli

12.000 unit

Harga per unit

Rp. 1,20

Sedangkan realisasinya adalah sebagai berikut :


Unit yag dibeli

11.500

Harga per unit

Rp. 1,26

Laporan Pelaksanaan
16

Januari 2010
Penyimpangan
Jumlah
Presentase
500
4,2

Rencana

Realisasi

Unit yang dibeli

12.000

11.500

Harga Per Unit


Nilai

Rp. 1,20
Rp. 1,26
Rp. 0,06
Rp.14.400 Rp.14.490 Rp. 90

5
0,625

2. Laporan Pelaksanaan Temtang Pemakaian Bahan Mentah


Di sini dilihat perbandingan antara rencana dan realisasi
penggunaan bahan mentah.
Contoh :
Dari anggaran kebutuhan bahan mentah diperoleh data
Bulan Januari 2010 sebagai berikut :
Unit barang yang akan diprodusir

2200

Standar penggunaan Bahan Mentah 2


Harga per unit bahan mentah

Rp. 1,20

Sedangkan realisasinya adalah sebagai berikut :


Unit barang yang diprodusir

2000

Bahan mentah yang digunakan


Harga per unit bahan mentah

4300
Rp. 1,26

Laporan Pelaksanaan
Januari 2010

Rencana

Realisasi

Unit produksi

2200

Unit bahan mentah

4400

Harga
mentah
Nilai

Penyimpangan

2000

Jumlah
200

Presentase
9

4300

100

2,2

bahan Rp. 1,20

Rp. 1,26

Rp. 0.06

Rp.5,280

Rp.5,418

138

2,6

17

BAB III
KESIMPULAN

Anggaran Bahan Mentah adalah semua anggaran yang berhubungan


dan merencanakan secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan mentah
untuk proses produksi selama periode yang akan datang.
Secara ringkas tujuan penyusunan angaran bahan mentah, antara lain,
memperkirakan jumlah kebutuhan bahan mentah, memperkirakan jumlah
pembelian bahan mentah yang diperlukan, sebagai
memperkirakan

kebutuhan

dana

dasar

untuk

yang diperlukan untuk melaksanakan

pembelian bahan mentah, sebagai dasar penyusunan biaya

produksi,

yakni

memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan mentah


dalam proses produksi, sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan
mentah.
Jenis jenis anggaran bahan mentah ada empat yaitu anggaran kebutuhan
bahan mentah, anggaran pembelian bahan mentah, anggaran persediaan bahan
mentah dan anggaran biaya bahan mentah yang habis digunakan dalam produksi.

18

Anda mungkin juga menyukai