Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK 1

KONSENTRASI KRITIS MISEL

Nama

: Wenny Farida Ulfa

NIM

: 141810301046

Kelompok

:6

Asisten

: Badrut Tamam Ibnu Ali

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016

BAB1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus polar yang suka air
(hidrofilik) dan gugus non polar yang suka minyak (lipofilik) sehingga dapat
mempersatukan campuran yang terdiri dari minyak dan air. Surfaktan adalah
bahan aktif permukaan, yang bekerja menurunkan tegangan permukaan cairan.
Sifat aktif dari surfaktan ini diperoleh dari sifat ganda molekulnya. Surfaktan
bagian polarnya mempunyai gugus hidroksil sementara bagian non polar biasanya
merupakan rantai alkil yang panjang. Surfaktan pada umumnya disintesis dari
turunan minyak bumi dan limbahnya dapat mencemarkan lingkungan. Surfaktan
memiliki sifat yang sukar terdegradasi, selain itu minyak bumi merupakan sumber
bahan baku yang tidak dapat diperbarui (Hart, 2003).
Surfaktan memiliki konsentrasi yang tinggi apabila didalam larutan. Hal
tersebut mengakibatkan menurunnya tegangan permukaan cairan, turbiditas, dan
daya hantar listrik. Konsentrasi surfaktan yang tinggi akan meningkatkan adsorpsi
pada antar mukanya juga bertambah sehingga pada kondisi ini akan tercapai
kondisi jenuh dengan suatu monomer dan mulai terbentuk misel. Misel
merupakan penggabungan (agregasi) dari ion-ion surfaktan yang
merupakan zat pengaktif permukaan. Fenomena permukaan ini
sering kita jumpai setiap hari, seperti pembersihan kotoran pada
pakaian dan peralatan rumah tangga, menulis menggunakan
tinta, dan menjaga air agar tidak penetrasi ke dalam daun oleh
senyawa hidrofobik yang menyerupai lilin di atas permukaan
daun. Fenomena ini dimanfaatkan pada proses industri, misalnya
industri tekstil, kosmetik, farmasi, dan lain-lain. Pemanfaatannya
yaitu berupa surfaktan yang digunakan sebagai emulsifier,
dispersant, dan wetting agent. Pentingnya pemahaman tentang
surfaktan dan begitu banyak manfaatnya dalam kehidupan
sehari -hari maka dilakukanlah praktikum konsentrasi kritis misel.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada praktikum konsentrasi kritis misel adalah


sebagai berikut :
1. Bagaimana menentukan konsentrasi kritis misel surfaktan pada pelarut air ?
2. Bagaimana menentukan harga entalpi miselisasi surfaktan pada pelarut air ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum konsentrasi kritis misel adalah sebagai
berikut :
1. Menentukan konsentrasi kritis misel surfaktan pada pelarut air
2 Menentukan harga entalpi miselisasi surfaktan pada pelarut air

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1Material Safety Data Sheet (MSDS)
2.1.1 Gelatin
Gelatin memiliki nama lain gelfoam, dan puragel. Gelatin memiliki sifat
fisik dan sifat kimia diantaranya adalah berwujud padat (bubuk padat), tidak
berbau, dan berwarna putih sampai kuning sawo. Gelatin memiliki titik didih
diatas 1000C. Gelatin sangat mudah larut dalam air panas dan tidak larut dalam air
dingin. Gelatin cukup berbahaya apabila kontak dengan mata dan kulit, pernafsan,
dan pencernaan. Penanganan jika terjadi kontak dengan mata yaitu membasuh
mata dengan air mengalir dan mata terbuka terus - menerus dalam waktu 15
menit. Jika terjadi kontak dengan kulit yaitu dapat segera dicuci dengan air dingin
dan sabun sekurang - kurangnya 15 menit. Korban pada kasus inhalasi harus
segera dievakuasi ke tempat yang aman dan berventilasi baik, longgarkan pakaian
yang ketat dan segera cari bantuan medis terdekat. Penanganan jika tertelan
adalah jangan dimuntahkan dan segera hubungi medis (Anonim,2016).
2.1.2 Akuades
Akuades merupakan air hasil sulingan dari proses destilasi. Akuades juga
berperan sebagai pelarut universal dan sering digunakan dalam pengenceran
beberapa larutan. Akuades memiliki berat molekul sebesar 18,02 g/mol. Sifat fisik
akuades lainnya diantaranya adalah berwujud cair, tidak berbau, tidak berwarna,
serta tidak berasa. Harga pH dari akuades adalah 7 (netral). Akuades memiliki
titik didih dan tekanan uap berturut turut

100

dan 2,3 kPa. Akuades tidak

berbahaya bila terjadi kontak dengan mata, serta tidak memerlukan penanganan
atau perlakuan khusus dalam penaggulangannya (Anonim, 2016).
2.1.3 Kalium Klorida 0,1 M
Kalium klorida memiliki rumus molekul KCl. KCl merupakan garam yang
dihasilkan dari asam dan basa kuat sehingga memiliki pH yang netral. KCl 0,1 M
berwujud cairan tidak berwarna dan tidak berbau. Kerapatan dan titik didih
larutan KCl 0,1 M lebih rendah daripada air, sedangkan tekanan uapnya lebih

tinggi dibandingkan dengan air. Larutan kalium klorida 0,1 M mudah larut dalam
air dingin, air panas, nama sangat sedikit larut dalam methanol dan n-oktanol
Kalium klorida cukup berbahaya apabila kontak dengan mata dan kulit, terhirup,
dan tertelan. Pertolongan pertama dilakukan seperti pertolongan pertama pada zat
lain yakni membasuh dengan air bila kontak dengan kulit dan mata. Kontak
pernafasan dilakukan dengan membawa pada tempat yang kaya oksigen atau
udara segar sedangkan untuk kasus kontak pencernaan perlu dilakukan
pertolongan medis (Anonim,2016).
2.2 Landasan Teori
Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus polar yang suka air
(hidrofilik) dan gugus non polar yang suka minyak (lipofilik) sehingga dapat
mempersatukan campuran yang terdiri dari minyak dan air. Karena memiliki
gugus polar dan non polar tersebut surfaktan disebut memiliki karakter ganda.
Surfaktan merupakan bahan aktif permukaan, yang bekerja menurunkan tegangan
permukaan cairan. Sifat aktif dari surfaktan ini diperoleh dari sifat ganda
molekulnya. Bagian polar surfaktan mempunyai gugus hidroksil sementara bagian
non polar biasanya merupakan rantai alkil yang panjang. Surfaktan pada
umumnya disintesis dari turunan minyak bumi (Hart, 2003).
Kekhasan sifat surfaktan adalah pembentukan misel, yaitu fenomena
penting yang mempengaruhi sifat permukaan seperti detergensi, solubilisasi dan
tegangan permukaan. Misel adalah struktur bulat dengan diameter sekitar 5 nm
yang terbentuk dari monomer-monomer surfaktan. Misel tersusun dari rantai
hidrokarbon surfaktan sedangkan bagian luar misel tersusun dari kepala ioniknya
(Atkins, 1997).
Fenomena terbentuknya misel dapat diterngkan sebagai berikut, yaiyu
dibawah konsentrasi kritis misel, konsentrasi surfaktan yang mengalami adsorpsi
pada antar muka bertambah jika konsentrasi surfaktan total dinaikkan. Suatu titik
dimana baik antar muka maupun dalam cairan menjadi jenuh dengan monomer
akhirnya tercapai. Keadaan tersebut dinamakan dengan kkm. Surfaktan yang terus
bertambah hingga jumlahnya berlebihan mengakibatkan beragregasi secara terus
menerus yang akhirnya membentuk misel. Peristiwa tersebut ditandai dengan
berkurangnya tenaga bebas sistem (Tim Kimia Fisik, 2016).

Surfaktan dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan sifat dasar


gugus hidrofiliknya. Ketga kelompok surfaktan tersebut adalah anionik, kationik,
atau netral. Sabun dengan gugus karboksilatnya, adalah surfaktan anionik,
benzalkonium klorida (N-benzil ammonium kuartener klorida) yang bersifat
anti-bakteri

adalah

contoh-contoh

surfaktan

kationik.

Surfaktan

netral

mengandung suatu gugus non-ion seperti suatu karbohidrat yang dapat berikatan
hidrogen dengan air. Surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan air serta
memutus ikatan-ikatan hidrogen pada permukaan (Fessenden, 1986).
Surfaktan kationik memiliki kepala yang bermuatan positif di dalam air.
Surfaktan nonionik tidak memiliki muatan, sehingga menjadi penghambat bagi
dekativasi kesadahan air. Kebanyakan surfaktan non ionik berasal dari ester
alkohol lemak. Surfaktan netral mengandung suatu gugus non-ion seperti suatu
karbohidrat yang dapat berikatan hidrogen dengan air. (Fessenden, 1986).
OH
H3C

OH

Pola
r

Gambar 2.1 Surfaktan

(Fessenden, 1986).

Surfaktan dapat bekerja dengan baik di bawah konsentrasi kritis misel


karena misel dalam molekulnya belum terbentuk, sehingga dapat menjadi
perantara untuk mencampur dua buah larutan yang sulit bercampur. Menurut
Rosen (1989), konsentrasi misel kritis ditentukan dengan mengukur sifat-sifat
fisika sebagai fungsi konsentrasi sedang menurut Hiemenz dan Rajagopalan
(1997),

konsentrasi

misel

kritis

dapat

ditentukan

melalui

pengukuran

konduktivitas, konduktivitas ekivalen, tekanan osmosis, dan turbiditas (Endang et


al., 2004).
Konsentrasi saat misel mulai terbentuk disebut konsentrasi misel kritis.
Surfaktan dapat bekerja dengan baik dibawah konsentrasi misel kritis, karena
misel dalam molekulnya belum terbentuk, sehingga dapat menjadi perantara untuk
mencampur dua buah larutan yang sulit bercampur. Hal ini sangat penting untuk
menentukan konsentrasi suatu zat dapat digunakan sebagai surfaktan atau

pengelmulsi yang baik. Skema ilustrasi perubahan sifat larutan saat konsentrasi
misel kritis tercapai ditunjukkan pada gambar (Hiemenz, 1997).
Molekul molekul atau ion ion misel yang tidak berasosiasi pada saat
kesetimbangan berlaku hukum aksi masa untuk keseimbangan miselisasi. Jika C
adalah konsentrasi stoikiometri larutan, x adalah fraksi dari satuan monomer yang
diendapkan dan m adalah jumlah satuan monomer per satuan misel.

mX
C (1 - X)
K

(X)m .......................................................................................(1)
C.x

C.x / m
C m (1 x) m

............................................................................................(2)

atau

C.x m
........................................................(3)
{C (1 - x)} m

dimana :
C = konsentrasi stoikiometri larutan
x = fraksi kelompok satuan monomer
m = jumlah satuan monomer per misel
Pernyataan m >>menunjukkan bahwa x menjadi << pada nilai C tertentu dan naik
dengan cepat (Tim Kimia Fisik, 2016).
Entalpi sangat erat kaitannya dengan kkm sehingga tabel entalpi
diperlukan untuk mengetahui harga kkm. Jika konstanta kesetimbangan k, dan
perubahan energi standart = G0, maka untuk miselisasi 1 mol zat pemantap
sesuai dengan persamaan berikut:
G 0

RT ln K
m

.(4)

Pada kkm x = 0 dan G0 = RT ln (kkm), sehingga:


S 0

d (G 0 ) RTd ln( kkm)

.......................................................................(5)
dT
dT

H0=G0+TS0,G0= 0

[ RT 2 d ln( kkm)]
dT

..(6)

Pengintegralan persamaan diatas diperoleh persamaan:

ln( kkm)

H 0
konst.........................................................................................(7)
RT

Membuat grafik ln (kkm) lawan 1/T dapat diperoleh harga Ho/Rsebagai slopenya
(Tim Kimia Fisik, 2016).
Alat yang digunakan untuk menentukan daya hantar sutu larutan dan
mengukur derajat ionisasi suatu larutan elektrolit dalam air dengan cara
menetapkan hambatan suatu kolom cairan disebut dengan konduktometer.
Konduktometer berguna untuk mengukur daya hantar listrik yang diakibatkan
oleh gerakan partikel dalam suatu larutan. Prinsip kerja konduktometer adalah
bagian konduktometer yangtercelup dalam larutan akan menerima rangsang dari
ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor dan hasilnya diproses serta
dilanjutkan pada output berupa angka. Semakin banyak konsentrasi misel dalam
larutan maka semakin bear nilai daya hantar karena semakin banyak ion-ion dari
larutan yang menyentuh konduktor dan semakin tinggi suhu maka semakin besar
nilai daya hantarnya. Substitusi ionion dengan suatu konduktivitas oleh ionion
dengan konduktivitas yang lain (Hendayana, 1994).

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Labu ukur 100 mL
- Gelas beaker 50 mL
- Gelas beaker 100 mL
- Gelas beaker 3 mL
- Gelas beaker 2 mL
- Pipet tetes
- Pipet mohr
- Pipet volume
- Ball pipet
- Corong
- Konduktometer
- Termometer
- Spatula
- Waterbath
3.1.2 Bahan
- Gelatin
- Akuades
- KCl 0,1 M

3.2 Cara Kerja


Gelatin
- dilarutkan 2 gram dalam 500 mL akuades
- diambil masing-masing 40,0; 42,0; 44,0; 46,0; 48,0 mL
kemudian diencerkan dalam labu ukur 100 mL dengan akuades
-

sampai tanda batas


diambil masing masing sebanyak 20 mL

diukur daya hantar masing-masing pada temperatur kamar

(dicek suhu larutan saat pengukuran)


diulangi pengukuran daya hantar semua larutan pada temperatur
lain yaitu 35C, 40C, 45C dan 50C(digunakan sisa laruan)

Hasil

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
T (0C)

1/T

28

0.00332

35
40
45

kkm
4
7.6 x 10

ln kkm
-7.18

0.00325

7.08 x 10

-4.95

0.00319
0.00314

6.9 x 10
5.8 x 10

-4.97
-7.45

H0(kJ)
25,092

50

0.00309

7.9 x 104

-7.14

4.2

Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai konsentrasi kritis misel dengan
tujuan menentukan konsentrasi kritis misel surfaktan pada pelarut air dan
menentukan besarnya nila entalpi. Bertambahnya nilai konsentrasi surfaktan yang
yang mengalami adsorbsi pada antar muka terjadi seiring dengan kenaikan
konsentrasi surfaktan total. Hal ini mengakibatkan tercapainya suatu titik dimana
baik antar muka maupun dalam cairan menjadi jenuh dengan monomer. Misel
akan terbentuk ketika terjadi penggabungan dari ion-ion surfaktan atau dari
monomer surfaktan, dengan rantai hidrokarbon yang lipofil (bagian yang tidak
menyukai air / non polar) akan menuju ke bagian dalam misel dan meninggalkan
gugus hidrofil (bagian yang suka air / polar) yang berinteraksi dengan air yang
sesama polar. Konsentraasi kritis misel merupakan suatu keadaan dimana misel
tepat akan terbentuk.Surfaktan adalah molekul amfifilik yang mempunyai sifat
hidrofobik dan hidrofilik.Molekul surfaktan secara umum mempunyai ekor yang
berupa rantai hidrokarbon panjang yang larut dalam hidrokarbon dan pelarut non
polar yang lain, dan kepala hidrofilik yang larut dalam pelarut polar (misalnya
air).Surfaktan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah gelatin.
Struktur kimia dari molekul gelatin adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1 Struktur Kimia Gelatin (Grobben et al, 2004)

Gelatin merupakan protein (larut dalam air panas) yang mempunyai berat molekul
tinggi. Berat molekul gelatin secara umum berkisar antara 20.000-250.000.
Percobaan konsentrasi kritis misel ini menggunakan alat yang disebut
konduktometer. Konduktometer adalah alat yang digunakan untuk menentukan
daya hantar sutu larutan dan mengukur derajat ionisasi suatu larutan elektrolit
dalam air dengan cara menetapkan hambatan suatu kolom cairan. Prinsip kerja
konduktometer adalah bagian konduktor atau yang di celupkan dalam larutan
akan menerima rangsang dari

suatu ion-ion yang menyentuh permukaan

konduktor, lalu hasilnya akan diproses dan dilanjutkan pada outputnya yakni
berupa angka. Semakin banyak konsentrasi suatu misel dalam larutan maka
semakin besar nilai daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari larutan
yang menyentuh konduktor dan semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin
besar nilai daya hantarnya, hal tersebut dikarenakan saat suatu partikel berada
pada lingkungan yang suhunya semakin bertambah maka pertikel tersebut secara
tidak langsung akan mendapat tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi
kinetik yang dimiliki suatu partikel semakin tinggi (gerakan molekil semakin
cepat) sehingga semakin sering suatu konduktor menerima sentuhan dari ion-ion
larutan. Ion-ion yang terdapat pada larutan merupakan hasil bagian polar dari
surfaktan yang berinteraksi dengan air sehingga nantinya akan terbentuk ion-ion
yang dapat bergerak didalam larutan.
Daya hantar suatu larutan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah suhu dan konsentrasi. Hubungan antara variabel suhu , konsentrasi dengan
ialah sebanding yaitu ketika suhu ditingkatkan maka daya hantarnya juga akan
meningkat begitu pula sebaliknya jika suhu diturunkan maka daya hantarnya juga
akan menurun. Hal yang sama juga berlaku pada konsentrasi, jika semakin tinggi
maka daya hantarnya akan semakin tinggi begitupula sebaliknya jika konsentrasi
rendah maka daya hantar juga rendah. Data yang diperoleh pada percobaan ini
sesuai berdasarkan pada teori yang terdapat pada literatur. Semakin tinggi suhu
maupun konsentrasinya maka daya hantarnya juga tinggi

Percobaan konsentrasi kritis misel dilakukan dengan melarutkan surfaktan


berupa gelatin sebanyak 200 gram dalam 500 mL akuades kemudian diambil
masing masing 40,0; 42,0; 44,0; 46,0; 48,0 mL kemudian dilakukan
pengenceran dalam labu ukur 100 mL untuk membuat variasi konsentrasi. Variasi
suhu yang digunakan yaitu 28oC, 35oC, 40oC, 45oC, dan 50oC. Variasi suhu pada
zat cair dapat dibuat dengan menggunakan waterbath, dilakukan variasi
konsentrasi dan suhu bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan suhu
terhadap daya hantar. Hal ini akan mempengaruhi perhitungan kkm sehingga
diketahui hubungan antara konsentrasi dan suhu dengan kkm.percobaan pertama
dilakukan pengkalibrasian terlebih dahulu dengan larutan KCl 0,1 M hingga nilai
daya hantar listriknya mencapai 0,100. Larutan KCl 0,1 M digunakan sebagai
pengkalibrasi karena larutan KCl merupakan garam yang memiliki pH yang netral
sehinggga dapat menetralkan muatan-muatan yang ada pada alat konduktometer
dengan tujuan agar memperoleh nilai daya hantar listrik yang akurat.
Hasil perhitungan dari kkm suatu surfaktan gelatin ditunjukkan pada tabel
4.1.Berdasarkan hasil tersebut, nilai kkm meningkat seiring dengan meningkatnya
suhu dan konsentrasi namun pada suhu 45oC dan 50oC mengalami penurunan.
Nilai kkm tersebut dapat diperoleh dengan membuat grafik hubungan antara
konduktivitas dan konsentrasi masing masing temperatur. Nilai daya hantar
listrik atau konduktivitas diperoleh dari hasil pengukuran berupa arus listrik
dimana dari arus listrik ini akan diperoleh nilai hambatan.
Kurva hubungan konduktivitas dengan konsentrasi pada suhu 28C adalah
sebagai berikut:

kurva konduktivitas vs konsentrasi pada suhu 28oC


160

150

y
f(x) = 89494.16x
85.39 + 101.08
f(x) = +
68918.92x
Linear (y)
R = 0.96 R = 0.84
1

Konduktivitas 145

Linear (1)

155

140

Linear (2)

135
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Konsentrasi

Kurva1. Hubungan konduktivitas dengan konsentrasi pada suhu 28 C

Kurva tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara konsentrasi dan daya


hantar listrik pada suhu 28oC adalah berbanding lurus, yaitu ditandai dengan
peningkatan line pada kurva. Kurva tersebut menunjukkan bahwa percobaan
konsentrasi kritis misel yang dilakukan telah sesuai dengan literatur, yaitu
semakin banyak konsentrasi misel dalam larutan maka semakin besar nilai daya
hantar. Kurva tersebut menghasilkan dua persamaan yakni y1 dan y2 yang mana
dengan persamaan y1=y2 akan diperoleh nilai kkm dari nilai x. Nilai x atau nili
kkm yang diperoleh adalah

7.6 x 10

sedangkan nilai ln x atau ln kkm yang

diperoleh sebesar -7.18.


Kurva hubungan konduktivitas dengan konsentrasi pada suhu 35 C adalah
sebagai berikut:

kurva konduktivitas vs konsentrasi pada suhu 35oC


170
160
Konduktivitas

150
140
130

f(x) = 194594.59x + 15.41


1
R = 0.9
Linear (1)
f(x) = 100000x + 82.33
2
R = 0.96
Linear (2)
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Konsentrasi

Kurva 2. Hubungan konduktivitas dengan konsentrasi pada suhu 35 C

Kurva tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara konsentrasi dan daya


hantar listrik pada suhu 35oC adalah berbanding lurus, yaitu ditandai dengan
peningkatan line pada kurva. Kurva tersebut menunjukkan bahwa percobaan
konsentrasi kritis misel yang dilakukan telah sesuai dengan literatur, yaitu
semakin banyak konsentrasi misel dalam larutan maka semakin besar nilai daya
hantar. Kurva tersebut menghasilkan dua persamaan yakni y1 dan y2 yang mana
dengan persamaan y1=y2 akan diperoleh nilai kkm dari nilai x. Nilai x atau nili
kkm yang diperoleh adalah

7.08 x 10

sedangkan nilai ln x atau ln kkm yang

diperoleh sebesar 4.95 .


Kurva hubungan konduktivitas dengan konsentrasi pada suhu 40C adalah
sebagai berikut:

kurva konduktivitas vs konsentrasi pada suhu 40oC


175
170
165

f(x) = 107198.44x + 90.4


R = 0.83
f(x) = 183333.33x + 38.17
R = 0.88

Konduktivitas 160

y
Linear (y)
1
Linear (1)
2

155

Linear (2)

150
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Konsentrasi

Kurva 3. Hubungan konduktivitas dengan konsentrasi pada suhu 40C

Kurva tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara konsentrasi dan daya


hantar listrik pada suhu 40oC adalah berbanding lurus, yaitu ditandai dengan
peningkatan line pada kurva. Kurva tersebut menunjukkan bahwa percobaan
konsentrasi kritis misel yang dilakukan telah sesuai dengan literatur, yaitu
semakin banyak konsentrasi misel dalam larutan maka semakin besar nilai daya
hantar. Kurva tersebut menghasilkan dua persamaan yakni y1 dan y2 yang mana
dengan persamaan y1=y2 akan diperoleh nilai kkm dari nilai x. Nilai x atau nili
kkm yang diperoleh adalah

6.9 x 10

sedangkan nilai ln x atau ln kkm yang

diperoleh sebesar -4.97.


Kurva hubungan konduktivitas dengan konsentrasi pada suhu 45C adalah
sebagai berikut:

kurva konduktivitas vs konsentrasi pada suhu 45oC


190
f(x) = 68918.92x + 134.08
R = 0.84
1

185
Konduktivitas

180

f(x) = 66666.67x + 135.33


R = 0.92

Linear (1)
2
Linear (2)

175
170
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Konsentrasi

Kurva 4. Hubungan konduktivitas dengan konsentrasi pada suhu 45C

Kurva tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara konsentrasi dan daya


hantar listrik pada suhu 45oC adalah berbanding lurus, yaitu ditandai dengan
peningkatan line pada kurva. Kurva tersebut menunjukkan bahwa percobaan
konsentrasi kritis misel yang dilakukan telah sesuai dengan literatur, yaitu
semakin banyak konsentrasi misel dalam larutan maka semakin besar nilai daya
hantar. Kurva tersebut menghasilkan dua persamaan yakni y1 dan y2 yang mana
dengan persamaan y1=y2 akan diperoleh nilai kkm dari nilai x. Nilai x atau nili
kkm yang diperoleh adalah

5.8 x 10

sedangkan nilai ln x atau ln kkm yang

diperoleh sebesar 7.45 .


Kurva Hubungan konduktivitas dengan konsentrasi pada suhu 50C
menunjukkan bahwa hubungan antara konsentrasi dan daya hantar listrik pada
suhu 50oC adalah berbanding lurus, yaitu ditandai dengan peningkatan line pada
kurva. Kurva tersebut menunjukkan bahwa percobaan konsentrasi kritis misel
yang dilakukan telah sesuai dengan literatur, yaitu semakin banyak konsentrasi
misel dalam larutan maka semakin besar nilai daya hantar. Kurva tersebut
menghasilkan dua persamaan yakni y1 dan y2 yang mana dengan persamaan
y1=y2 akan diperoleh nilai kkm dari nilai x. Nilai x atau nili kkm yang diperoleh

7.9 x 10

adalah

sedangkan nilai ln x atau ln kkm yang diperoleh sebesar

7.14 .

Kurva hubungan konduktivitas dengan konsentrasi pada suhu 50C adalah


sebagai berikut:

kurva konduktivitas vs konsentrasi pada suhu 50oC


205
1
f(x) = 58108.11x + 154.89
Linear (1)
R = 0.96
2
f(x) = 50000x + 161.17
R = 0.96
Linear (2)

200
Konduktivitas

195
190

0 0 0 0 0 0 0 0 0
Konsentrasi

Kur
va 5. Hubungan konduktivitas dengan konsentrasi pada suhu 50C

KURVA ENTALPI
0
-2

ln kkm

ln kkm -4
-6
-8

0
Linear (ln kkm)

f(x) = 3018.28x - 15.98


R = 0.05
1/T

Nilai besarnya entalpi dapat diketahui dengan membuat kurva ln (kkm) lawan 1/T,

sehingga dapat diperoleh harga

H
RT

sebagai slopenya. Kurva hubungan antara

ln (kkm) lawan 1/T adalah sebagai berikut :

Kurva 6. Hubungan antara ln (kkm) lawan 1/T

Berdasarkan grafik tersebut diperoleh persamaan y = 3018x 15.98. Slope


atau gradien dari grafik tersebut adalah sebesar 3018. Melalui gradien tersebut

dapat dihitung besar perubahan entalpi melalui persamaan

H
R . Berdasarkan

persamaan tersebut dapat diperoleh nilai perubahan entalpinya sebesar 25,092 kJ.

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam praktikum penentuan konsentrasi kritis misel
adalah sebagai berikut:
1. Konsentrasi kritis misel dipengaruhi konsentrasi dan temperatur. Semakin
tinggi konsentrasi dan suhu makan semakin tinggi nilai daya hantarnya. Nilai
kkm diperoleh dari hubungan antara konduktivitas dan konsentrasi pada
berbagai suhu. Besarnya konsentrasi kritis misel suatu surfaktan gelatin pada
suhu

28C,

35C,

40C,

45C

dan

50C

berturut-turut

ialah

7.6 x 104 ; 7.08 x 103 ; 6.9 x 103 ; 5.8 x 104 ; dan 7.9 x 104 .
2. Nilai entalpi surfaktan gelatin yang diperoleh sebesar 25,092 kJ diperoleh
dengan membuat grafik ln kkm lawan 1/T.
5.2 Saran

Adapun saran pada praktikum kali ini yaitu sebaiknnya ketika membilas
elektroda pada alat kondukmeter hanya diusap pelan-pelan dengan tisu agar tidak
merusak sensitivitas dari alat. Ketika melakukan pengukuran dengan elektroda
yang dicelupkan kedalam larutan diperhatikan benar agar data yang diperoleh
valid. Alat yang digunakan harus dipastikan benar benar bersih agar tidak terjadi
kesalahan hasil pengamatan yang mungin dapat disebabkan oleh adanya pengotor
atau senyawa lain yang akan menyebabkan kesalahan baca hasil pengamatan atau
kesalahan hasil percobaan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2016.
Material
Safety
Data
Sheet
Aquades.
[Serial
Online].http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924923.[09 April
2016].
Anonim.
2016.
Material
Safety
Data
Sheet
Gelatin.
[Serial
Online].http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924956. [09 April
2016].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet KCl 0,1 M. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9926684.[09 April 2016].
Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisik Jilid 1 Edisi IV. Jakarta : Erlangga.
Endang, W., et al. 2004.Penentuan Konsentrasi Misel Kritis Lesitin Secara
Turbidimetri. Jurnal Kimia. No.2. Tahun III.
Fessenden, R.J. dkk. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi ke VI.
Jakarta:Erlangga.
Hendayana, S. 1994. Kimia Analitik Instrumen Edisi pertama.Semarang:IKIP
Semarang Press.
Hiemenz, P.C. dkk. 1997. Principles of Cotloid and Surface Chemistry 3 rd. New
York: Marcel Dekker Inc.
Tim Kimia Fisik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1. Jember :FMIPA

Lampiran

Perhitungan:
1. Konsentrasi Larutan Induk (2 gram gelatin (C102H151N31O39) dalam 500 mL
akuades)
2.
3.
4.
5.

M=

n gram 1
=
x
V
Mr V

2 gram 1000
x
2433 500 mL

= 0,00822mol x 2 mL
= 0,00164 M = 1,64 x 10-3 M

6. Konsentrasi pengenceran larutan induk dalam 100 mL akuades


a. Larutan induk 40,0 mL
M1 x V1
= M2 x V2
7.
8. 1,64 x 10-3 M . 40 x 10-3 L= M2 x 10-1 L
3
65,6 x 10 M . L
1
9. M2
=
10 L
10. M2

= 65,6 x 10-5 M

a. Larutan induk 42,0 mL


11. M1. V1 =M2 . V2
12.
1,64 x 10-3 M . 42 x 10-3 L = M2 .10-1 L
68,9 x 106 M . L
1
13.
= M2
10 L
68,9x 10-5
= M2
a. Larutan induk 44,0 mL
15. M1. V1 =M2 . V2
16.
1,64 x 10-3 M . 44 x 10-3 L = M2 .10-1 L
72,2 x 106 M . L
17.
= M2
101 L
14.

72,2x 10-5
= M2
a. Larutan induk 46,0 mL
19. M1. V1=M2 . V2
20.
1,64 x 10-3 M . 46 x 10-3 L = M2 .10-1 L
75,4 x 106 M . L
1
21.
= M2
10 L
18.

75,4x 10-5
= M2
a. Larutaninduk 48,0 mL
23. M1. V1=M2 . V2
24.
1,64 x 10-3 M . 48 x 10-3 L = M2 .10-1 L
6
78,7 x 10 M . L
25.
= M2
101 L
22.

26.

78,7x 10-5

= M2

27. Konsentrasi Kritis Misel (kkm) dengan variasi suhu


a. Pada suhu 28oC
28. Konsentr

29. Daya Hantar Listrik (DHL)

asi (M)
30. 0.00066
32. 0.00069
34. 0.00072
36. 0.00075
38. 0.00079

31. 144
33. 147
35. 150
37. 154
39. 155

kurva konduktivitas vs konsentrasi pada suhu 28oC


160

150

y
f(x) = 89494.16x
85.39 + 101.08
f(x) = +
68918.92x
Linear (y)
R = 0.96 R = 0.84
1

Konduktivitas 145

Linear (1)

155

140

Linear (2)

135
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Konsentrasi

40.
41. y1= y2
42.
43.

68919x + 101.0= 89494x + 85.38


-20575x=-15.62
15.622
4
=7.6 x 10
X= 20575

44.

45. X = kkm
4

46. ln kkm = ln 7.59 x 10


47. T = 301K,
48.
49.
a. Pada suhu 35oC

= -7.18

1
1
=
=3.32 x 103
T 301

50. Konsentrasi (M)

51. Daya Hantar Listrik (DHL)

52. 0.00066

53. 148

54. 0.00069
56. 0.00072
58. 0.00075

55. 152
57. 154
59. 164

60. 0.00079

61. 168

kurva konduktivitas vs konsentrasi pada suhu 35oC


170
f(x) = 194594.59x + 15.41
R = 0.9
1

165
160
155
Konduktivitas 150
145

f(x) = 100000x + 82.33


R = 0.96

Linear (1)
2
Linear (2)

140
135
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Konsentrasi

62.
63. y1= y2
64.
65.
66.

10000x + 82.33= 19459x + 15.40


-9459x=-66.93
66.93
3
=7.08 x 10
X= 9459
67. X = kkm
3

68. ln kkm = ln 7.08 x 10


69.

T = 308K,

= -4.95

1
1
=
=3.25 x 103
T 308

a. Pada suhu 40oC


70. Konsentr
asi (M)
72. 0.00066
74. 0.00069
76. 0.00072
78. 0.00075

71. Daya Hantar Listrik (DHL)


73. 158
75. 167
77. 169
79. 172

80. 0.00079

81. 173

82.

kurva konduktivitas vs konsentrasi pada suhu 40oC


175
170
165

f(x) = 107198.44x + 90.4


R = 0.83
f(x) = 183333.33x + 38.17
R = 0.88

Konduktivitas 160

y
Linear (y)
1
Linear (1)
2

155

Linear (2)

150
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Konsentrasi

83. y1= y2
84.
85.
86.

18333x + 38.16= 10719x + 90.40


7614x=52.24
52.24
=6.9 x 103
X= 7614
87. X = kkm
3
88. ln kkm = ln 6.9 x 10 = -4.97

89.

T 313 K,

1
1
=
=3.19 x 103
T 313

90.
a. Pada suhu 45oC
91. Konsentrasi
(M)
93. 0.00066

92. Daya Hantar Listrik (DHL)


94. 179

95. 0.00069
97. 0.00072
99. 0.00075
101.
0.00

96. 182
98. 183
100.
187
102.

079

188

103.

kurva konduktivitas vs konsentrasi pada suhu 45oC


190
f(x) = 68918.92x + 134.08
R = 0.84
1

185
Konduktivitas

f(x) = 66666.67x + 135.33


R = 0.92

180

170
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Konsentrasi

105.
106.
107.

y1= y2

68919x + 134.0 = 66667x + 135.3


-2252x=-1.3
1.3
4
=5.8 x 10
X= 2252

108.

X = kkm

109.

4
ln kkm = ln 5.8 x 10
= -7.45

110.

T = 318K

111.

1
1
=
=0,00314
T 318

a. Pada suhu 50oC

2
Linear (2)

175

104.

Linear (1)

112.

Kon

113.

sentrasi (M)
114.
0,00
116.

066
0,00

118.

069
0,00

120.

072
0,00

122.

075
0,00
079

Daya Hantar Listrik (DHL)


115.

194

117.

196

119.

197

121.

198

123.

201

124.
125.
126.

kurva konduktivitas vs konsentrasi pada suhu 50oC


202
200
198
Konduktivitas

196
194
192

f(x) = 58108.11x + 154.89


1
R = 0.96
Linear (1)
f(x) = 50000x + 161.17
2
R = 0.96
Linear (2)

190
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Konsentrasi

y1=
y2
127.
128.

58108x + 154.8 = 50000x + 161.11


8108=6.31

129.

6.31
=7.9 x 104
X= 8108

130.

X = kkm

131.

4
ln kkm = ln 7.9 x 10 =-7.14

132.

T = 323K

133.
1
1
=
=0,00309
Harga Entalpi Pelarutan
T 323

134.

1
T

135.
137.
139.
141.
143.
145.
147.
148.
149.
150.

136.
0,00332
0,00324
0,00319
0,00314
0,00309

ln kkm

138.
140.
142.
144.
146.

-7.18
-4.95
-4.97
-7.45
-7.14

151.

KURVA ENTALPI
0
-1 0

-2
-3

ln kkm

ln kkm -4

Linear (ln kkm)

-5
-6
-7
-8

f(x) = 3018.28x - 15.98


R = 0.05
1/T

152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.

Ln kkm =
H 1
+C
R T

164.

= mx + C

165.

= 3018.x -

15.98
m

= 3018x

166.

H
R

167.

H
R

= 3018

=m

168.

Ho

= 3018 x R

169.

Ho

= 3018 x

8,314 J/mol K
170.
171.
172.

Ho

= 25091,652 J
= 25,092 kJ

32

173.
174.
175.
176.

Anda mungkin juga menyukai