PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Bahan alam
tersebut dapat dimanfaatkan pada berbagai bidang, khususnya dalam pengobatan. Salah satu
tanaman yang dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat adalah srikaya (Annona squamosa L.).
Beberapa penelitian melaporkan bahwa daun srikaya memiliki aktivitas sebagai antioksidan
(Shirwaikar, Rajendran, dan Kumar, 2004), antimikroba (Shokeen, Ray, dan Bala, 2005) dan
sitotoksik terhadap sel HeLa (Djajanegara dan Prio, 2009). Kandungan senyawa yang terdapat di
dalam daun srikaya meliputi alkaloid, tanin, sterol, saponin, triterpenoid, glikosida dan juga
flavonoid (Djajanegara dan Wahyudi, 2009).
Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh dalam bentuk terikat pada gula
sebagai glikosida dan aglikon (Harbone, 1987). Aktivitas dari flavonoid tertentu merupakan
komponen aktif yang digunakan sebagai obat (Robinson, 1995). Struktur senyawa flavonoid
dapat
dianalisis
dengan
menggunakan
spektrofotometer
UV-Vis
untuk
membantu
mengidentifikasi jenis dari golongan flavonoid dan juga menentukan pola oksigenasi (Markham,
1988).
Belum banyak penelitian yang dilakukan terhadap senyawa yang terkandung di dalam
daun srikaya. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan isolasi dan identifikasi
kandungan senyawa flavonoid yang terdapat di dalam daun srikaya dengan mengekstraksinya
menggunakan etanol 96% dilanjutkan fraksinasi bertingkat dengan n-heksan, kloroform, etil
asetat, n-butanol, dan air.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dimulai dengan melakukan pemeriksaan fitokimia terhadap simplisia yang
sebelumnya telah dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Hal ini untuk memastikan adanya
kandungan senyawa flavonoid yang terdapat di dalam daun srikaya. Langkah selanjutnya
dilakukan ekstraksi terhadap 300 g serbuk simplisia dengan menggunakan etanol 96% secara
maserasi selama 24 jam dengan pengadukan berkala dan diulang kembali sebanyak dua kali.
Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan vakum rotari evaporator pada suhu 500C.
Ekstrak etanol pekat ditambahkan air panas kemudian difraksinasi dengan n-heksan,
sehingga didapatkan fraksi n-heksan dan fraksi air. Fraksi air yang didapatkan kemudian
difraksinasi kembali dengan berturut-turut dengan kloroform, etil asetat dan n-butanol. Fraksi nheksan (ASF1), klroroform (ASF2), etil asetat (ASF3), n-butanol (ASF4), dan air (ASF5)
dikumpulkan dan dipekatkan dengan penangas air pada suhu 500C.
Tiap-tiap fraksi yang diperoleh diidentifikasi dengan kromatografi kertas menggunakan
kertas Whatman 1 dan dielusi menggunakan cairan pengembang fase atas n-butanol : asam
asetat : air (4:1:5). Identifikasi dilakukan dengan mengamati warna bercak sebelum dan sesudah
pemberian uap amonia di bawah sinar UV 366 nm.
Fraksi yang mengandung flavonoid kemudian diisolasi dengan cara kromatografi kertas
preparatif dengan elusi pertama menggunakan cairan pengembang fase atas n-butanol : asam
asetat : air dan elusi kedua dengan asam asetat 15%.
Isolat senyawa flavonoid yang didapat melalui kromatografi kertas preparatif
diindentifikasi menggunakan spektrofotometer dengan pelarut metanol dan diukur serapan
panjang gelombangnya. Dilakukan analisa terhadap perubahan serapan panjang gelombang yang
terjadi dengan penambahan pereaksi geser natrium hidroksida, aluminium klorida, asam klorida,
natrium asetat, dan asam borat. Analisa dilakukan dengan melihat literatur cara mengidentifikasi
flavonoid (Markaham, 1988).
terjadi pergeseran kecil batokromik pada panjang gelombang pita I sebesar 4 nm. Hal ini
menunjukkan kemungkinan adanya orto dihidroksi cincin A pada posisi atom C nomor 6,7
atau 7,8. Berdasarkan data di atas, isolat ASF431 merupakan suatu senyawa flavonol 3-OH
tersubtitusi dengan gugus OH pada atom C nomor 5, 7, 4 dan kemungkinan terdapat orto
dihidroksi pada cincin A atau B (Markham, 1988). Diperoleh data berdasarkan referensi
spektrum isolat ASF431 mempunyai kemiripan dengan spektrum senyawa quercitrin,
sehingga kemungkinan isolat ASF431 mempunyai kemiripan struktur dengan senyawa
quercitrin (Mabry, Markham, dan Thomas, 1970).
KESIMPULAN
Diperoleh isolat golongan flavonoid yaitu, isolat ASF431 berupa suatu senyawa flavonol
3-OH tersubstitusi dengan kemungkinan mempunyai kemiripan struktur dengan quercitrin dan
isolat ASF322 berupa suatu senyawa flavonol 3-OH tersubtitusi dengan gugus OH pada atom C
nomor 5, 7, 4 dan kemungkinan terdapat suatu orto dihidroksi pada cincin B.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dalimartha, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Trubus Agriwidya. Jakarta.
Hal 145-147
2. Departeman Kesehatan RI. 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal
5-7, 10-11
3. Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Hal 1002-1003
4. Ditjen POM. 1995. Materi Medika Indonesia Jilid VI. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Hal 333-336
5. Djajanegara, I. dan P. Wahyudi. 2009. Pemakaian Sel HeLa dalam Uji Sitotoksisitas
Fraksi Kloroform dan Etanol Ekstrak Daun Annona Squamosa.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/7109711.pdf. 30 Oktober 2011
6. Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan Terbitan kedua. Terjemahan: Kosasih Padmawinata dan Iwang
Soediro. Penerbit ITB. Bandung. Hal 71, 191-203
7. Mabry, T.J, K.R Markham, dan M.B. Thomas. 1970. The Systematic Identification of
Flavonoids. Springer Verlag. New York. Hal 41-55
10. Shirwaikar, A., K. Rajendran, dan C.D. Kumar. 2004. In Vitro Antioxidant Studies of
Annona squamosa Linn. Leaves. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15573531. 30
Oktober 2011
11. Shokeen, P., Ray K., dan Bala M. 2005. Preliminary studies on activity of Ocimum
sanctum, Drynaria quercifolia, and Annona squamosa against Neisseria
gonorrhoeae. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15668617. 30 Oktober 2011
12. Soewandi, S.H.W. 2003. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid pada Daun Katu. Vol 7. No.2.
Makara Sains. Jakarta
13. Stahl, E. 1985. Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopik. Terjemahan
Kosasih Padmawinata dan Iwang Sudiro. Penerbit ITB. Bandung. Hal 16-17