Oleh :
Ayu andikasari putri
1301050323
Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke rumah sakit sampai
sekarang masih dilakukan dengan bermacam-macam kendaraan, hanya sebagian kecil
saja dilakukan dengan ambulan. Dan ambulannya bukan ambulan yang memenuhi syarat
tetapi ambulan biasa. Bila ada bencana dengan sendirinya para korban akan diangkut
dengan segala macam kendaraan tanpa koordinasi yang baik. Di Jakarta telah didirikan
ambulan khusus kecelakaan dan penderita gawat yang disebut Ambulan 118. Organisasi
ini didirikan atas prakarsa Kongres IKABI (Ikatan Ahli Bedah Indonesia) di Bandung,
1969. Dalam keadaan bencana ambulan-ambulan 118 dapat segera tiba di tempat dan
berfungsi sebagai RS lapangan.
A. SYARAT TRANSPORTASI PENDERITA
Seorang penderita gawat darurat dapat ditransportasikan bila penderita tersebut siap
(memenuhi syarat) untuk ditransportasikan, yaitu:
Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi resusitasi : bila
diperlukan
Perdarahan dihentikan
Luka ditutup
Patah tulang di fiksasi
Dan selama transportasi (perjalanan) harus di monitor :
Kesadaran
Pernafasan
Tekanan darah dan denyut nadi
Daerah perlukaan
Prinsip Transportasi Pra RS
Untuk mengangkat penderita gawat darurat dengan cepat & aman ke RS / sarana
kesehatan yang memadai, tercepat & terdekat.
Panduan Mengangkat Penderita
- Kenali kemampuan diri dan kemampuan team work
- Nilai beban yang diangkat,jika tidak mampu jangan dipaksa
- Selalu komunikasi, depan komando
- Ke-dua kaki berjarak sebahu, satu kaki sedikit kedepan
- Berjongkok, jangan membungkuk saat mengangkat
- Tangan yang memegang menghadap ke depan (jarak +30 cm)
- Tubuh sedekat mungkin ke beban (+ 50 cm)
- Jangan memutar tubuh saat mengangkat
- Panduan tersebut juga berlaku saat menarik/mendorong
Pemindahan Emergency :
- tarikan baju
- tarikan selimut
- tarikan lengan
- ekstrikasi cepat
(perhatikan kemungkinan terdapat fraktur servical)
Panduan memindahkan penderita (Secara Emergency, Non Emergency)
Contoh pemindahan Emergency adalah :
F Ada api, bahaya api atau ledakan
F Ketidakmampuan menjaga penderita terhadap bahaya lain
F Usaha mencapai penderita lain yang lebih urgen
F RJP penderita tidak mungkin dilakukan di TKP tersebut
Catatan : Apapun cara pemindahan penderita selalu ingat kemnungkinan
patah tulang leher (servical) jika penderita trauma
Pemindahan Non Emergency :
- pengangkatan dan pemindahan secara langsung
- pengangkatan dan pemindahan memakai sperei
(Tidak boleh dilakukan jika terdapat dugaan fraktur servical)
Mengangkat Dan Mengangkut Korban Dengan Satu atau Dua Penolong :
- Penderita Sadar dengan cara :
Human Crutch satu / dua penolong, Yaitu dengan cara dipapah dengan dirangkul
dari samping
- Penderita sadar tidak mampu berjalan
a. Untuk satu penolong dengan cara :
Piggy Back Yaitu di gendong, dan
botol infus sehingga kalau ada 10 ambulan 118, 200 penderita dapat segera dipasang
infus. Dan 2 x 10 20 tenaga perawat CCN
3. Personal
Personal dalam ambulan 118 cukup 2 orang perawat yang dapat mengemudi dan telah
mendapat pendidikan tambahan dalam critical care nursing (CCN). Dan sebaiknya
mereka di asramakan sehingga kalau ada bencana maka mudah untuk mobilisasinya. Bagi
kota-kota besar ambulan-ambulan ini sebaiknya di sebar sedemikian rupa sehingga tiap
ambulan dapat mencapai dalam 5 menit, sehingga dapat melakukan resusitasi dengan
sukses.
C. CARA TRANSPORTASI
Sebagian besar penderita gawat darurat di bawa ke rumah sakit dengan menggunakan
kendaraan darat yaitu ambulan. Tujuan dari transportasi ini adalah memindahkan penderita
dengan cepat tetapi aman, sehingga tidak menimbulkan perlukaan tambahan ataupun syock
pada penderita. Jadi semua kendaraan yang membawa penderita gawat darurat harus berjalan
perlahan-lahan dan mentaati semua peraturan lalu lintas.
Bagi petugas ambulan 118 berlaku :
- waktu berangkat mengambil penderita, ambulan jalan paling cepat 60 km/jam. Lampu
merah (rorator) dinyalakan, sirine kalau perlu di bunyikan
- waktu kembali kecepatan maksimum 40 km/jam, lampu merah (rorator) dinyalakan dan
sirine tidak boleh dibunyikan
- semua peraturan lalu lintas tidak boleh dilanggar
D. SISTEM KOMUNIKASI
Sistem komunikasi merupakan bagian yang penting baik dalam proses penanganan
bencana maupun pertolongan pada klien dengan gawat darurat. Yang penting dalam
komunikasi disini adalah bagaimana :
1. masyarakat dengan mudah dapat minta tolong
2. cara mengatur dan membimbing pertolongan ambulan
3. cara mengatur / memonitor rujukan dari puskesmas ke RS atau dari RS ke RS.
- PMI
- Bagian gawat darurat rumah-rumah sakit, dokter-dokter
- Ambulan-ambula tipe 118
- Radio taksi
- RAPI-ORARI
- Sentral komunikasi kota lain / nasional
- Sentral komunikasi negara lain
v Sentral komunikasi mempunyai tugas :
1. menerima / menganalisa permintaan tolong dari masyarakat
2. mengirim ambulan tipe (118) terdekat dan membimbingnya
3. mengatur / memonitor rujukan penderita gawat darurat
4. memonitor jumlah tempat tidur yang kosong pada tiap-tiap RS
5. menjadi pusat komando dalam penanggulangan korban bencana
6. dapat diambil alih oleh ABRI bila negara dalam keadaan darurat