Anda di halaman 1dari 2

Permasalahan Pokok Kemiskinan dan Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Indonesia

Dewasa ini, dapat dikatakan masalah pokok negara-negara berkembang di dunia adalah
kesenjangan ekonomi atau ketimpangan distribusi pendapatan, serta tingkat kemiskinan yang
tinggi atau banyaknya jumlah orang yang hidup dibawah garis kemiskinan. Tidak terkecuali
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia. Menjelang akhir dekade 1970-an,
pemerintah sudah menyadari buruknya kualitas pembangunan yang dihasilkan dengan strategi
perekonomian yang diterapkan. Maka dari itu pada Pelita III, strategi pembangunan diubah, tak
lagi hanya terfokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga peningkatan kesejahteraan
masyarakat ynag menjadi tujuan utama pembangunan. Usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat yaitu dengan program-program pemerintah yang bertujuan
untuk mengurangi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan mulai banyak digalakkan. Namun,
krisis ekonomi yang terjadi pada 1997-1998 yang diawali dengan krisis nilai tukar rupiah
berakibat pada jumlah orang miskin dan perbedaan (gap) dalam distribusi pendapatan di tanah
air yang semakin besar, bahkan jauh lebih buruk dibanding sebelum krisis.
Pada awal Orde Baru tahun 1966, rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia hanya sekitar 50
dolar AS per tahun dan lebih dari 80% dari populasi masyarakatnya hidup di pedesaan atau
bergantung pada sektor pertanian, yang kebanyakan adalah petani kecil atau kaum marjinal. Pada
tahun 1969 pemerintah Orde Baru mulai melaksanakan pembangunan dengan mencanangkan
Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama (Repelita I) dan sejak saat itu dengan diterapkannya
kebijakan ekonomi terbuka, investasi dan bantuan keuangan dari luar negeri mulai membanjiri
Indonesia.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut, pendapatan rata-rata perkapita di Indonesia
mengalami suatu peningkatan yang pesat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan
tersebut juga memberi suatu kontribusi yang besar terhadap pengurangan kemiskinan yang
terjadi tiap tahun selama periode Orde Baru.
Namun pesatnya perekonomian ini sangat bergantung pada kebijakan dan perencanaan
pembangunan Orde Baru di mana pembangunan dipusatkan di Jawa (khususnya di Jakarta)
dengan harapan akan terjadi Trickle Down Effect dengan orientasi pada pertumbuhan yang
tinggi. Trickle down effect sendiri adalah hasil yang diharapkan oleh Pemerintah Orde Baru di
mana pembangunan akan menetes ke sektor-sektor lain dan wialayah Indonesia lainnya. Fokus
pembangunan ekonomi pemerintah melalui strategi ini adalah untuk mencapai laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dalam waktu yang singkat melalui pembangunan pada:
a. Wilayah yang memiliki fasilitas yang relatif lengkap (pelabuhan, telekomunikasi, kereta
api, kompleks industri, dan lainnya) yakni di Pulau Jawa khsususnya Jawa Barat.
b. Sektor-sektor tertentu yang memberikan nilai tambah yang tinggi. Contoh: pertambangan
minyak dan perkebunan kelapa sawit.

Pada akhirnya, hasil strategi pembangunan ini dirasa kurang efektif. Sepanjang tahun 1980
hingga 1990, laju pertumbuhan ekonomi (PDB) sangat tinggi, namun kesenjangan sosial
semakin besar di mana jumlah orang miskin semakin banyak. Ketika krisis ekonomi Asia
menerpa, permasalahan ini semakin kompleks. Dalam periode 1990-an kemiskinan meningkat
drastis dan peningkatan tersebut lebih besar di perkotaan daripada di pedesaan. Hal ini
dikarenakan struktur ekonomi perkotaan yang didominasi oleh sektor-sektor nonpertanian yang
sangat tergantung pada impor, modal asing, dan hutang luar neegri lebih terpukul oleh krisis
yang terjadi.
Selain angka kemiskinan, ada sejumlah indikator lainnya yang dapat digunakan sebagai proxy
dari kondisi kemiskinan di suatu negara. Salah satunya adalah tingkat kelaparan atau jumlah
anak yang kurang gizi. Studi-studi mengenai distribusi pendapatan di Indonesia pada umumnya
menggunakan data BPS mengenai pengeluaran konsumsi rumah tangga dari survey Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS). Data pengeluaran konsumsi dipakai sebagai suatu pendekatan
(proxy) untuk mengukur distribusi pendapatan masyarakat.

Meningkat dan merata

Kesejahteraan:
Pendapatan perkapita
Distribusi pendapatan

Pemerintah berhasil

Menurun
Meningkat dan tidak merata
Pemerintah Gagal
Tidak berubah dan tidak merata

Anda mungkin juga menyukai