Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dogol atau pukat dogol adalah pukat kantong yang dioperasikan di dasar perairan, terutama
untuk menangkap ikan-ikan demersal dan hewan-hewan dasar lainnya. Dogol pada dasarnya
mirip, dan biasanya disamakan, dengan Danish seine[7] yang dipakai di dunia barat. Pukat
dogol berbeda dengan pukat harimau (trawl), karena dogol tidak ditarik kecuali sepanjang tali
utamanya saja.
Dogol adalah alat penangkapan ikan yang terbuat dari bahan jaring yang dibentuk berkantong
untuk menampung hasil tangkapan dengan konstruksi tali selambar dan sayap yang panjang,
bentuknya hampir menyerupai payang namun ukurannya lebih kecil. Alat ini termasuk dalam
kelompok alat penangkapan ikan jenis pukat kantong (George et al,1953 dalam Subani dan
Barus 1989).
Secara umum dogol terdiri dari bagian-bagian yaitu kantong, kaki, tali-temali, pelampung
dan pemberat. Konstruksi dari bagian-bagian tersebut yaitu sebagai berikut
a) Kantong (Cod End)
Kantong merupakan bagian dari jaring yang berfungsi sebagai tempat terkumpulnya hasil
tangkapan. Pada ujung kantong diikat dengan tali untuk menjaga hasil tangkapan agar tidak
mudah lolos (terlepas). Bahan terbuat dari polyethylene. Ukuran mata jaring pada bagian
kantong 1 inchi.
b) Badan (Body)
Merupakan bagian terbesar dari jaring, terletak antara sayap dan kantong. Bagian ini
berfungsi untuk menghubungkan bagian sayap dan kantong serta menampung jenis ikan-ikan
dasar dan udang sebelum masuk ke dalam kantong. Badan terdiri atas bagian-bagian kecil
yang ukuran mata jaringnya berbeda-beda. Terbuat dari polyethylene dan ukuran mata jaring
minimum 1,5 inchi.
c) Sayap (Wing).
Sayap atau kaki adalah bagian jaring yang merupakan sambungan atau perpanjangan badan
sampai tali salambar. Fungsi sayap adalah untuk menghadang dan mengarahkan ikan supaya
masuk ke dalam kantong. Sayap terbuat dari polyethylene dengan ukuran mata jaring sebesar
5 inchi.
d) Mulut (Mouth)
Alat dogol memiliki bibir atas dan bibir bawah yang berkedudukan sama. Pada mulut jaring
terdapat pelampung (float) yang tujuan umum penggunan pelampung adalah untuk
memberikan daya apung pada alat tangkap dogol yang dipasang pada bagian tali ris atas
(bibir atas jaring) sehingga mulut jaring dapat terbuka. Pemberat (sinker) dipasang pada tali
ris bagian bawah dengan tujuan agar bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat
tenggelam dan tetap berada pada posisinya (dasar perairan) walaupun mendapat pengaruh
dari arus. Tali Ris Atas (head rope) berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap
jaring, badan jaring (bagian bibir atas) dan pelampung. Tali Ris Bawah (ground rope) :
berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, bagian badan jaring (bagian bibir
bawah) jaring dan pemberat.
e) Tali penarik (warp) yang berfungsi untuk menarik jaring selama di operasikan.
Parameter utama dari alat ini adalah ketepatan penggunaan bahan pembuat alat, ukuran
mata jaring dan ukuran alat tersebut (Subani dan Barus, 1989).
Gardanisasi alat tangkap dogol telah membuka peluang baru bagi perkembangan
penangkapan ikan, yaitu dengan pemakaian mesin kapal dan ukuran jaring yang lebih besar
untuk di operasikan di perairan yang lebih luas dan lebih dalam.
3.4 Umpan
Pengoperasian alat tangkap ini menurut kelompok kami tidak menggunakan umpan
karena prinsip kerja alat ini sama seperti payang.
Dengan dinaikkannya hasil tangkapan maka proses hauling selesai dilakukan dan jaring
kembali ditata seperti keadaan semula, sehingga pada saat melakukan setting selanjutnya
tidak mengalami kesulitan. Untuk lama pengoperasian alat tangkap ini dari tahap persiapan
sampai mengambil hasil tangkapan membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit hingga 1 jam.
5. Daerah Pengoperasian
Langkah awal dalam pengoperasian alat tangkap ini adalah mencari daerah penangkapan
(Fishing Ground). Menurut Damanhuri (1980), suatau perairan dikatakan sebagai daerah
penangkapan ikan yang baik apabila memenuhi persyaratan antara laini daerah tersebut
terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun, alat tangkap dapat dioperasikan dengan mudah
dan sempurna, lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga mudah dijangkau oleh perahu, dan
keadaan daerahnya aman, tidak biasa dilalui angin kencang dan bukan daerah badai yang
membahayakan.
Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap dogol hampir sama dengan Bottom
Trawl. Menurut Ayodhyoa (1975), syarat-syarat Fishing Ground bagi bottom trawl antara lain
adalah sebagai berikut:
Karena jaring ditarik pada dasar laut, maka perlu jika dasar laut tersebut terdiri dari pasir
ataupun lumpur, tidak berbatu karang, tidak terdapat benda-benda yang mungkin akan
menyangkut ketika jaring ditarik, misalnya kapal yang tengelam, bekas-bekas tiang dan
sebagainya. Dasar perairan mendatar, tidak terdapat perbedaan depth yang sangat menyolok.
Perairan mempunyai daya produktivitas yang besar serta resources yang melimpah. Alat
tangkap dogol dapat dioperasikan pada kedalaman di antara 5-30 meter (Ayodyoa, 1975).
Untuk penggunaan dan penyebaran alat tangkap ini sendiri dapat ditemukan di daerah pantai
utara Jawa (Jawa Barat : Labuan, Indramayu, Cirebon dan lain-lain). Jawa Tengah Tegal,
Pekalongan, Brebes, Jepara, dan Rembang. Di daerah Jawa Timur dan banyak pula yang
dioperasikan di Lampung (Damanhuri, 1980).
6. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan utama dan yang menjadi sasaran utama tangkapan dari alat tangkap dogol
ini adalah udang dogol (Metapenaeus ensis) dan ikan pepetek (Leiognathus sp.) . Namun ada
pula hasil sampingan dari penangkapan dengan jaring dogol yaitu jenis ikan dasar (demersal)
antara lain ikan tetet (Otolithes argenteus), cumi-cumi (Loligo sp), tigajawa (Johnius
dssumieri), julung-julung (Hemirhamphus far), sotong (Sephia sp), gurita (Octopus sp),
bawal hitam (Formio niger), teri (Stolephorus spp), bawal putih (Pampus argentus), gulamah
(Argyrosomus amoyensis), sembilang (Plotosus canius), kepiting (Scylla serrata), patik
(Drepane punctata), pari (Trygon sephen), kembung (Rastrelliger sp), gerot (Therapon
therap), dll. (Subani dan Barus, 1989).
Daftar Pustaka
Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia Jurnal
Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : Balai
Penelitian Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian