Anda di halaman 1dari 3

CICI PETRISIA PANJAITAN

04011281520128
BETA PDU 2015 MKDU KELAS D

AKTIVASI OTAK TENGAH, BENARKAH ADA?


Rasanya sedikit asing mendengar istilah otak tengah. Bahkan buku-buku pendidikan
ilmiah pun sepertinya sangat jarang menyebutkan otak tengah. Kebanyakan buku
menafsirkan otak tengah sebagai bagian awal yang nantinya akan berkembang menjadi
bagian otak yang lain. Mungkin kebanyakan orang stuck pada pendapat dimana seseorang
lebih dominan menggunakan otaknya, kanankah atau kirikah? Bila kanan berarti lebih kepada
seni, psikologis, mood, kecerdasan musik, gambar, warna, dll. Bila kiri berarti orang tersebut
cenderung menggunakan logika dalam berpikir, sistematis, kritis, dll.
Banyak sekali pendapat mengenai perkembangan otak baik dari sisi ilmiah maupun
psikologis yang berkembang saat ini. Bahkan, sampai saat ini kita pasti pernah mendengar
guyonan mengenai otak orang Indonesia jika dikeluarkan dan diperiksa pasti akan terlihat
mulus. Kenapa? Karena orang Indonesia jarang sekali memakai otaknya dalam berpikir dan
dalam bertindak jika dibandingkan dengan penduduk di negara maju lainnya. Lalu apakah
kita akan diam saja mengenai guyonan ini? Mungkin memang hanya sekadar guyonan, tapi di
satu sisi baiklah pernyataan itu memotivasi kita tentang bagaimana memaksimalkan kerja
otak kita. Bukan hanya tubuh jasmani saja yang perlu dilatih secara maksimal dengan
olahraga, tapi lebih dari itu kontrol semua aktivitas fisik yang kita lakukan berada di otak.
Jadi, tidak ada salahnya kita memahami bagaimana cara memaksimalkan kerja otak terlebih
yang sedang trend saat ini mengenai otak tengah. Ada beberapa alasan mengapa hal ini perlu
dilakukan.
Pertama, ketika bicara mengenai maksimalisasi kerja otak, maka yang menjadi
sasaran utama saat ini adalah anak-anak. Mengapa? Kita semua tahu bahwa potensi anakanak untuk menjadi generasi berkualitas itu sangat diharapkan oleh semua pihak tanpa
terkecuali. Oleh karena itu, banyak institusi ataupun lembaga yang bergelut di dunia
pendidikan akademis sangat menaruh perhatian terhadap tumbuh kembang usia anak-anak.
Banyak yang bilang aktivasi otak tengah pada anak-anak akan menjadikan mereka sosok
yang jenius.

Aktivasi otak tengah sendiri adalah suatu penemuan fenomenal dalam pendidikan
anak. Teori penggunaan otak tengah ini sebenarnya telah banyak dilakukan pada banyak
negara-negara di Asia terutama Jepang. Jepang, sebagai negara maju di bidang pendidikan
seperti yang kita ketahui, sangat menjunjung tinggi tingkat pendidikan di negara mereka.
Terbukti di Jepang bahwa seorang anak yang sudah dikenai aktivasi otak tengah akan
memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan anak yang otak tengahnya belum
diaktivasi.
Kedua, bentuk kegiatan aktivasi otak tengah sangat menarik untuk dipelajari.
Mengapa? Sederhananya, salah satu bentuk kegiatan aktivasi otak tengah ini dikenal
menggunakan mata tertutup. Anak yang dikenai aktivasi otak tengah dapat melakukan
kegiatan dengan baik dengan mata yang tertutup. Hal ini tentu saja membuat kegiatan sulap
dan sejenisnya menjadi kurang menarik perhatian khalayak karena secara ilmiah telah dapat
dijelaskan. Salah satunya adalah melihat kartu dengan mata tertutup (blind fold). Mereka
bisa menggunakan indra raba untuk melihat pola dan warna lengkap dengan angka hanya
dengna penglihatan kulit (skin vision).
Kemampuan lainnya dari aktivasi otak tengah ini adalah berjalan dengan mata
tertutup tanpa menabrak. Mereka terkesan tahu jika ada orang atau sesuatu yang menghalangi
jalan mereka di depan sehingga mereka dapat dengan tangkas menghindar. Pada tingkatan
yang lebih lanjut, seorang anak diharapkan dapat melihat benda dibalik tembok atau di
dalam kotak, menghitung uang dalam dompet orang lain tanpa orang itu mengeluarkan
dompetnya, bahkan membaca dokumen yang terletak dalam posisi tertutup. Ada pula
kemampuan prediksi (memperkirakan apa yang akan terjadi beberapa saat kemudian) yang
lebih tinggi lagi dapat dimiliki anak-anak dengan aktivasi otak tengah. Seperti ketika orang
bermain tebak-tebakan kartu, anak dengan aktivasi otak tengah dapat memprediksi dengan
tepat kartu apa yang akan keluar berikutnya.
Ketiga, kita perlu paham bahwa aktivasi otak tengah bukanlah suatu hal yang magis
atau berbau supranatural. Aktivasi otak tengah ini dilakukan secara ilmiah dan banyak
mempergunakan gelombang otak Alpha. Gelombang otak Alpha secara ilmiah dibuktikan
sebagai gelombang otak yang muncul dominan pada saat kita dalam keadaan realx dan paling
kreatif. Misalnya saat kita bangun tidur, relax di toilet, atau bahkan saat berendam air panas
di bathtub. Maka dari itu, tidak heran jika Archimedes menemukan hukum Archimedes saat

ia sedang mandi. Otak tengah yang teraktivasi ini memancarkan gelombang seperi radar yang
membuat pemiliknya mampu melihat benda dalam keadaan tertutup.
Di Indonesia sendiri, training aktivasi otak tengah ini biasa dilakukan selama 2 hari.
Dalam training tersebut diharapkan ada komunikasi 2 arah pula kepada orang tua si anak.
Anak dengan aktivasi otak tengah ini diharapkan mampu mengembangkan otak kanan dan
otak kiri secara lebih maksimal sehingga mereka dapat masuk kategori jenius. Bukan hanya
dalam otak kiri (IQ, intelektual), otak kanan (emosional, EQ) tetapi juga dalam Loving
Inteligence. Masalah saat ini adalah otak tengah kebanyakan orang saat ini tengah dalam
keadaan tertidur (tidak aktif). Mungkin tidak seluruh insan manusia merasa perlu
mengaktifkan otak tengah ini.
Otak tengah yang dikenal sebagai penghubung otak depan dan otak belakang ini
terkesan mempunyai potensi yang luar biasa jika diaktifkan. Tapi, tidak 100% bermanfaat
baik bagi anak-anak yang dikenai aktivasi otak tengah. Ada juga tentunya orang tua yang
merasa tabu dengan aktivasi otak tengah. Melihat dengan mata tertutup? Berjalan dengan
mata tertutup? Siapa juga yang akan langsung yakin dengan hal tersebut? Malahan
kebanyakan orang tentunya pasti akan waspada terhadap penipuan atau malah berujung pada
pencucian otak.
Aktivasi otak tengah bukan sesuatu hal yang tabu dan bukan pula sesuatu hal yang
diterima seratus persen. Orang akan tertarik menjadi jenius, tapi tidak menjamin kehidupan
sosial dan budaya mereka akan baik-baik saja. Intinya, mencintai ilmu pengetahuan itu baik
tapi tidak lebih baik jika kita mengabaikan kehidupan sosial kita. Anak dengan aktivasi otak
tengah kabarnya dapat mencintai diri sendiri dan lingkungan sekitar seperti halnya Tuhan
mencintai kehidupan kita. Menarik bukan? Ambil saja sisi positif dari aktivasi otak tengah ini
agar bisa menjadi pedoman kita menjalani kehidupan. Menyeimbangkan otak kiri dan kanan
sama halnya seperti kita harus bertahan hidup. Cobaan dan tantangan akan selalu ada, tapi
pimpinan dan penyertaan sang Pencipta juga terjamin akan selalu ada untuk kita menghadapi
cobaan kehidupan. Otak kanan penting, otak kiri penting, tapi hati nurani juga perlu untuk
menyeimbangkannya sehingga tercapailah aktivasi otak tengah yang murni dan bemoral.

Anda mungkin juga menyukai