Anda di halaman 1dari 8

1.

Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal
tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.
Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan konstrukstif pada waktu terjadi akan
melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan
mengganggu hubungan interpersonal. Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku
untuk melukai atau mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan secara verbal atau fisik
(stuart & Laria 2005).
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang,
diri sendiri baik secar fisik, emosional, dan atau sexua litas ( Nanda 2015)perilaku kekerasan
atau tindak kekerasan merupakan ungkapan perasaan marah dan bermusuhan yang
mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau
melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
2. Etiologi
1. Faktor Predisposisi

Menurut

Riyadi

dan

Purwanto

2009

faktor-faktor

yang

mendukung

terjadinya perilaku kekerasan adalah :


a. Faktor biologis
1) Intinctual drive theory (teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan
kebutuhan dasar yang kuat.
2) Psycomatic theory (teori psikomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap stimulus
eksternal,internal maupun lingkungan. Dalam hal ini system limbik berperan sebagai
pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.
b. Faktor psikologis
1.) Frustasion aggresion theory ( teori argesif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi frustasi yang terjadi
apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan

tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan
berkurang melalui perilaku kekerasan.
2)Behavioral theory (teori perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas atau
situasi yang mendukung reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah. Semua aspek ini
menstimulai individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3)Existential theory (teori eksistensi)
Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan yaitu kebutuhan dasar manusia apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif maka individu akan
memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.
c. Faktor sosio kultural
1) Social enviroment theory ( teori lingkungan )
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah.
Budaya tertutup dan membalas secara diam(pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak
pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan
diterima.
2) Social learning theory ( teori belajar sosial )
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialisasi.
2. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat buruk.
Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar maupun dalam. Contoh stressor yang berasal
dari luar antara lain serangan fisik, kehilangan, kematian, krisis dan lain-lain. Sedangkan
dari dalam adalah putus hubungan dengan seseorang yang berarti, kehilangan rasa cinta,
ketakutan terhadap penyakit fisik, hilang kontrol, menurunnya percaya diri dan lainlain.Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.

3. Patofisiologi

Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh
setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak
menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan. Berikut ini
digambarkan proses kemarahan
1. respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu : Mengungkapkan secara

verbal, menekan, dan menantang. Dari ketiga cara ini cara yang pertama adalah konstruktif
sedang dua cara yang lain adalah destruktif.
2. Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara

ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri dan
lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif dan ngamuk.
Pathway

4. Manifestasi Klinik

a. Emosi :Jengkel, marah (dendam), rasa terganggu, merasa takut, tidak aman, cemas.
b. Fisik :Muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat, sakit fisik, penyalahgunaan
zat, tekanan darah meningkat.
c. Intelektual : Mendominasi, bawel, berdebat, meremehkan.
d. Spiritual :Keraguan, kebijakan / keberanian diri, tidak bermoral, kreativitas terhambat.
e. Sosial :Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
5. Penatalaksanaan
1. Medis

obat-obatan yang biasa diberikan pada pasien dengan marah atau perilaku kekerasan
adalah:
a. Antianxiety dan sedative hipnotics. Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang
akut. Benzodiazepine seperti Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan dalam
kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini tidak
direkomendasikan untuk penggunaan dalam waktu lama karena dapat menyebabkan
kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk symptom depresi.
b. Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku kekerasan yang
berkaitan dengan kecemasan dan depresi
c. Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif danperilaku agresif

klien yang berkaitan dengan perubahan mood. Amitriptyline dan Trazodone,


menghilangkan agresifitas yang berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan
mental organik.
d. Lithium efektif untuk agresif karena manik.
e. Antipsychotic dipergunakan untuk perawatan perilaku kekerasan.

6. Asuhan Keperawatan
A. Diagnose keperawatan

1. Resiko mecederai diri, orang lain dan lingkungan berkaitan dengan perilaku
kekerasan

2. Perilaku kekerasan b. d harga diri rendah


3. Gangguan Konsep diri b. d harga diri rendah
B. Intervensi keperawatan

1. Resiko perilaku mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan.
Tujuan Klien : tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
Kriteria hasil:

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan.


Intervensi
Bina hubungan saling percaya : salam

Rasional
Hubungan saling percaya

terapeutik, empati, sebut nama perawat

memungkinkan terbuka pada perawat

dan jelaskan tujuan interaksi.

dan sebagai dasar untuk intervensi


selanjutnya.

Beri kesempatan mengungkapkan

Informasi dari klien penting bagi

perasaan.

perawat untuk membantu kien dalam


menyelesaikan masalah yang
konstruktif.

Bantu klien mengungkapkan perasaan

Pengungkapan perasaan dalam suatu

jengkel / kesal.

lingkungan yang tidak mengancam


akan menolong pasien untuk sampai
kepada akhir penyelesaian persoalan.

Observasi tanda perilaku kekerasan.

Mengetaui perilaku yang dilakukan


oleh klien sehingga memudahkan untuk
intervensi.

2. Perilaku kekerasan b. d harga diri rendah


Tujuan Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Kriteria hasil:

Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya

Intervensi
Bina hubungan saling percaya,

Rasional
Hubungan saling percaya
memungkinkan klien terbuka pada
perawat dan sebagai dasar untuk
intervensi selanjutnya.

Diskusikan kemampuan dan aspek

Mengidentifikasi hal-hal positif yang

positif yang dimiliki klien.

masih dimiliki klien.

Setiap bertemu klien hindarkan dari

Pemberian penilaian negatif dapat

memberi penilaian negatif

menurunkan semangat klien dalam


hidupnya.

Utamakan memberi pujian yang

Utamakan memberi pujian yang

realistis.

realistis.

Minta klien untuk memilih satu

Agar klien dapat melakukan kegiatan

kegiatan yang mau dilakukan di rumah

yang realistis sesuai kemampuan yang

sakit.

dimiliki.

Beri kesempatan klien untuk mencoba

Tujuan utama dalam penghayatan

kegiatan yang telah direncanakan

pasien adalah membuatnya


menggunakan respon koping mal
adaptif dengan yang lebih adaptif.

Beri pendidikan kesehatan pada

Meningkatkan pengetahuan keluarga

keluarga tentang cara merawat klien

dalam merawat klien secara bersama.

dengan harga diri rendah.

3. Gangguan Konsep diri b. d harga diri rendah


Tujuan Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang
lain
Kriteria hasil:

1) Ekspresi

Wajah bersahabat , menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau

berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi tcrapeutik.
Sapa pasien dengan ramah laik verbal maupun non verbal

Perkenalkan diri dengan sopan

Tanyakan nama iengkap pasien dan nama panggilan disukai pasien

Jelaskan tujuan pertemuan

Jujur dan menepati janji

Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya

Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien

DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ernawati, S.KP.2010. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Trans
Info Media
Damaiyanti & Iskandar. 2012. Asuhan keperawatan jiwa. Bandung : Refika Aditama.
Nanda. 2015-2017. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi. Edisi 10.
Putri, Dewi Eka. 2010 Jurnal Pengaruh Rational Emtive behavior Theraphy Terhadap
Pasien Perilaku Kekerasan Di Riang Rawat Inap RSM Bogor. http://lintas.ui.ac.id/.
Diakses pada tanggal 7 Oktober 2016
Riyadi S dan Purwanto T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha. Ilmu.
RisKesDas. 2013. Hasil Pravalensi Gangguan Jiwa Berat Di Indonesia. http://depkes.go.id/. Diakses
pada tanggal 7 Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai