Pendahuluan
Derajat kesadaran yang rendah dapat menurun sampai derajat kesadaran
yang terendah melalui tahap tahap yang dikenal sebagai letargia dan stupor. Bilamana
kesadaran lebih menurun lagi, sehingga reaksi motorik tidak dapat dibangkitkan lagi,
meskipun rangsang protopatik kasar / keras digunakan, maka derajat kesadaran semacam
itu dinamakan koma1.
Penyebab koma bersifat multifaktorial, baik intra maupun ekstrakranial, dan
proses patologik yang diakibatkannya juga bervariasi. Masing masing penyebab koma
dapat menimbulkan proses patologik yang bersifat tunggal, ganda, atau kompleks.
Dengan demikian terjadinya komplikasi pada penderita koma juga bervariasi.2
Untuk mengikuti perkembangan tingkat kesadaran dapat digunakan Glasgow
Coma Scale yang memperhatikan respons penderita terhadap rangsang dan memberikan
nilai pada respons tersebut. Tanggapan / respons penderita yang perlu diperhatikan :
Membuka mata
A. Membuka mata ( E )
Nilai
Spontan
Nilai
5
Kacau ( confused )
Tidak tepat
Mengerang
Menurut perintah
1
Nilai
6
Reaksi menghindar
3
2
Bila kita gunakan skala Glasgow sebagai patokan untuk koma, maka disebut koma jika
tidak didapatkan respons membuka mata, bicara dan gerakan dengan jumlah nilai = 3.3
Definisi
Koma adalah suatu keadaan dimana kesadaran lebih menurun lagi dari tahap
letargia dan stupor, sehingga reaksi motorik tidak dapat dibangkitkan lagi, meskipun
rangsang protopatik kasar / keras digunakan.4
Anatomi dan Fisiologi koma
Kesadaran
dapat
didefinisikan
sebagai
keadaan
yang
mencerminkan
pengintegrasian semua impuls aferen dan impuls eferen. Cara pengolahan impuls aferen
yang menghasilkan pola pola impuls eferen menentukan kualitas kesadaran.1,4
Impuls susunan saraf dapat dibedakan :1
Karena ada 2 lintasan aferen maka terdapat penghantaran aferen yang pokoknya
berbeda:14
1. lintasan spesifik
jaras spinotalamikus, lemnikus medialis, jaras genikulo-kalkarina. Lintasan ini
menghantarkan impuls dari satu titik pada alat reseptor ke satu titik pada korteks
perseptif primer
2. lintasan aferen non spesifik
menghantarkan setiap impuls dari titik manapun pada tubuh ke titik titik pada
seluruh korteks cerebri kedua sisi
Etologi
Setelah menentukan letaknya proses di batang otak, maka masih harus ditentukan etiologi
proses ini. Karena penyebab koma beraneka ragam, maka dianjurkan memakai bagan
ini:2
1. Sirkulasi
Baik suatu pendarahan, maupun suatu trombosis atau emboli dapat menyebabkan
koma. Karena gangguan pembuluh darah otak sering dijumpai, maka pada setiap
penderita dengan koma pertama tama di pikirkan ke arah gangguan sirkulasi
dalam darah otak.
2. Ensefalomeningitis
3. Metabolisme
4. Elektrolit
5. Trauma kapitis
Baik komosio serebri maupun kontusio cerebri dan juga pendarahan epidural
maupun subdural dapat menyebabkan gangguan kesadaran
6. Neoplasma
7. Epilepsi
8. Obat / drug
Koma oleh karena intoksikasi obat atau oleh karena penderita dengan sengaja
melakukan suatu percobaan bunuh diri.
Patofisiologi
Koma supratentorial4
Koma infratentorial4
Proses didalam batang otak sendiri yang merusak bagian formasio retikularis atau
merusak pembuluh pembuluh darah yang mengurusnya dengan akibat iskemia,
perdarahan dan nekrosis
Koma bihemisferik4
Hipoglikemi menimbulkan depresi selektif yang mulai pada formatio retikularis
kemudian menjalar ke bagian bagian lain didalam susunan saraf otak.
Perubahan kesadaran merupakan gejala dini pada hipoglikemia dan jika
berlangsung terus menerus dapat menimbulkan koma.
Pembagian Koma 4
neuron neuron di korteks serebri yang digalakkan oleh impuls aferen non
spesifik itu dapat dikatakan neuron pengemban kewaspadaan, oleh karena tergantung
pada jumlah neuron neuron tersebut yang aktif, derajat kesadaran bisa tinggi bisa juga
rendah.
6
Tahap diencefalik :
a. Perubahan kewaspadaan dan perilaku : sukar berkonsentrasi, tidak ingat
urutan kejadian sehari hari, bias gelisah atau bias juga menjadi apatik
sampai letargik
b. pernapasan sering diseling oleh tarikan napas yang dalam sekali atau
pernapasan terputus oleh kuapan atau berhenti sekali sekali. Dalam
keadaan tidur kebanyakan penderita memperlihatkan pernapasan jenis
cheyne stokes
c. Pupil isokor sempit (berdiameter 1-3 mm) yang masih bereaksi terhadap
cahaya dengan cepat, namun penyempitannya sedikit sekali.
d. Kedudukan kedua bola mata divergensi, dimana kedua bola mata pelanpelan berkelana kian kemari secara konyugat..
e. Pemtaran kepala menimbulkan gerakan okular konyugat yang mengarah
ke jurusan yang berlawanan dengan arah pemutaran kepala. Tanda ini
dikenal sebagai dolls eye movement.
f. Pada lesi supra-tentorial yang menimbulkan sindroma sentral
pemburukan rostro-kaudal, biasanya sudah ada hemiparesis sebelum
kemunduran kewaspadaan mulai timbul. Pada tahap diensefalik dini,
hemiparesis yang sudah ada memburuk dan anggota gerak ipsilateral
menjadi kaku, tetapi masih dapat bereaksi pada perangsangan. Reflek
patologik Babinski dapat ditimbulkan pada kedua sisi.
Tahap mesenfalon-pons
a. Suhu badan mulai naik turun sehingga episode hiperpireksia dapat di
seling dengan hipotermia secara bergelombang.
b. Diabetes insipidus dapat disaksikan.
c. Pernafasan cheyne-stokes secara berangsur-angsur hilang dan diganti
oleh hiperventilasi yang terus menerus.
d. Pupil yang tadinya menyempit mulai melebar sehingga berdiameter 23 mm yang tidak bereaksi terhadap cahaya.
Tahap oblongata.
a. Tahap medulla oblongata adalah tahap terminal. Pernafasan menjadi
lambat, tak-teratur dan dangkal, sering di selingi dengan nafas dalam,
lalu nafas keluar yang panjang se-olah-olah hendak menghembuskan
nafas yang terakhir, namun disusul dengan nafas dalam yang terputusputus.
b. Nadi tidak teratur dan lambat atau cepat.
c. Tekanan darah menurun secara tiba-tiba.
d. Akhirnya pernafasan berhenti dan tidak lama kemudian pupil melebar.
Dengan pernafasan buatan dan obat presor, tekanan darah dapat
dinaikkan untuk beberapa jam, tetapi kematian sudah tidak dapat
dihindarkan.
10
herniasi
keatas,
dimana
serebelum
mendesak
mediorostral,
sehingga
mesencephalon tertekan
muntah muntah
deviation conjugee ke bawah mulai berkembang yang berarti kedua bola mata
tidak dapat digerakkan ke atas
hiperventilasi
paralysis nervus III atau opthalmoplegia internuklearis, yang terdiri dari gejala
gejala :
1. paralysis salah satu atau kedua otot rektus internus
2. gerakan konvergensi masih dapat dilakukan oleh kedua otot rektus
internus ( jika orang sakit masih dapat melaksanakan perintah )
11
12
Penyakit :
Jakob Creutzfeldt
hipoksia
Pick
iskhemia
hipoglikemia
defisiensi kofaktor
Huntington
Penimbunan lipid
Schilder
Marchiafava-Bignami
Leukodistrofia
eclampsia
13