PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Mata adalah indera yang sangat penting bagi manusia. Karena itu, menjaga
kesehatan mata wajib dilakukan agar aktivitas hidup tidak terganggu.1
Kelainan refraksi (pembiasan cahaya) merupakan penyebab utama
gangguan tajam penglihatan yang sekitar 90%-nya merupakan miopia (rabun
jauh).2 Pada tahun 2006 prevalensi kelainan refraksi di dunia diperkirakan sekitar
800 juta sampai 2,3 miliar. Insidennya bervariasi dari usia, kota, jenis kelamin,
ras, etnik, pekerjaan, lingkungan, dan faktor-faktor lainnya. 3
Rabun jauh atau miopia, terjadi saat sinar sejajar yang masuk ke mata
difokuskan di depan retina. Hal ini disebabkan karena kornea yang terlalu
melengkung atau sumbu mata yang lebih panjang dari pada mata normal. Orangorang dengan rabun dekat dapat melihat jarak dekat lebih jelas, tetapi mengalami
kesulitan bila melihat jauh.4
Ciri khas dari perkembangan miopia adalah derajat kelainan yang
meningkat terus sampai usia remaja kemudian menurun pada usia dewasa muda.
Walaupun jarang, miopia dapat pula disebabkan oleh perubahan kelengkungan
kornea atau oleh kelainan bentuk lensa mata. Karena itu untuk memperoleh
gambaran penyebab yang lebih jelas pada seseorang, riwayat adanya miopia di
dalam keluarga perlu dikemukakan.5
Di beberapa negara seperti Jepang, Singapura dan Taiwan miopia
mencapai 44% dari populasi orang dewasa. Di Australia, kisaran prevalensi
miopia (yang lebih buruk dari -0,50 dioptri) diperkirakan mencapai 17%. Pada
penelitian terbaru ditemukan satu dari sepuluh (8,4%) anak-anak Australia yang
berusia antara 4-12 tahun menderita miopia yang lebih besar dari -0,50 dioptri.
Penelitian lain menemukan bahwa 16,4% dari orang Australia yang berusia lebih
dari 40 tahun menderita miopia setidaknya -1,00 dioptri dan 2,5% menderita -5,00
dioptri.3
Uji lubang kecil (pinhole) : Uji ini untuk mengetahui apakah tajam
penglihatan yang kurang terjadi akibat kelainan refraksi atau kelainan organik
media penglihatan.
Uji celah stenoptik : Celah selebar 1 mm lurus yang terdapat pada lempeng
dan dipergunakan untuk :
o Mengetahui adanya astigmat.
o Melihat sumbu koreksi astigmat.
o Untuk mengetahui besarnya astigmat.
o Menentukan rencana pembedahan iridektomi optik.
Uji duokrom (uji keseimbangan merah hijau) : Pada mata emetropia sinar
merah dibiaskan di belakang retina sedangkan sinar hijau di depan, demikian
pula pada mata yang telah dikoreksi dengan tepat.
BAB II
ISI
II.1. Definisi
Miopia adalah istilah kedokteran untuk rabun jauh, yaitu suatu keadaan
dimana mata mampu melihat obyek yang dekat, tetapi kabur bila melihat objekobjek yang jauh letaknya. Kata miopia berasal dari bahasa Yunani yang berarti
memincangkan mata, karena penderita kelainan ini selalu memincangkan mata
dalam usahanya untuk melihat lebih jelas objek-objek yang jauh letaknya. 5
Pada penglihatan normal (emetropia), bayangan objek yang letaknya jauh,
difokuskan tepat pada retina dalam keadaan relaksasi akomodasi. Dalam keadaan
ini, kekuatan akomodasi penuh digunakan hanya untuk memfokuskan objek yang
letaknya dekat. Untuk mencapai keadaan emetropia, maka ketajaman penglihatan
harus dapat mencapai jarak penglihatan yang jauh atau luas, sehingga panjang
sumbu bola mata harus tepat sama dengan panjang fokus dari kornea dan lensa.5
Pada miopia, sumbu bola matanya terlalu panjang dan bayangan objek
yang dilihat pada jarak jauh jatuh di depan retina. Maka, akomodasi mata tidak
lagi digunakan hanya untuk melihat objek yang dekat.8
II.2. Klasifikasi
Tingkat progresifitas :
o
Stationary myopia : secara umum merupakan miopia derajat rendah (1,50- -2,00 dioptri) dan meningkat pada masa perkembangan. Besarnya
derajat miopia yang dialami menetap selama masa dewasa dan dengan
sendirinya akan berkurang saat mendekati usia tua.
Permanently progressive myopia : meningkat dengan cepat pada usia 2535 tahun setelah itu perkembangannya lebih melambat.9
Anatomis :
Boris (1970) mengklasifikasikan miopia menjadi :
o Miopia axial ditujukan pada pertambahan panjang axial bola mata.
o Miopia refkratif ditujukan pada kondisi dari unsur-unsur refraktif mata.
Borish lebih lanjut lagi mengklasifikasikan miopia refraktif menjadi :
penurunan
kedalaman
bilik
mata
depan
sehingga
Faktor pencetus :
o
menimbulkan miopia telah berlangsung selama lebih dari 400 tahun dan masih
Gambaran klinis :
o
Miopia simpleks, adalah miopia yang paling umum terjadi dari pada tipe
miopia yang lain dan ditandai dengan axis bola mata yang terlalu panjang
sehingga mempengaruhi kekuatan pembiasannya (yang ditentukan oleh
kornea dan lensa) atau kekuatan pembiasannya terlalu kuat jika
dibandingkan dengan panjang axialnya.3
Miopia nokturnal, juga dikenal sebagai miopia malam hari atau miopia
senja, merupakan suatu kondisi dimana mata mempunyai kesulitan yang
besar untuk melihat area yang kurang penerangan, walaupun demikian
visus pada siang harinya normal. Khususnya, pungtum remotum individu
tersebut bervariasi bergantung pada tingkat keterangan cahaya. Miopia
nokturnal diyakini disebabkan oleh pupil yang berdilatasi agar lebih
banyak cahaya yang masuk ke mata, yang akan menambah kekuatan
pembiasan cahaya yang akan menyebabkan mata menjadi bertambah
miopi. Miopia nokturnal lebih sering terjadi pada usia muda dibandingkan
dengan usia tua.
Miopia indeks, ditujukan pada variasi indeks refraksi dari satu atau lebih
media okular. Katarak dapat menyebabkan miopia indeks.3
Derajat miopia :
Miopia diperiksa dengan mengunakan diopter yaitu pemeriksaan yang
dilakukan melalui kekuatan pembiasan lensa koreksi yang memfokuskan
pandangan jarak jauh tepat di retina, juga telah diklasifikasikan beberapa
derajat miopia :
robek
(karena
menipis),
yang
membutuhkan
tindakan
pembedahan
sudah
mampu
mengurangi
prosentase
10
Usia onset :
o Miopia kongenital, juga dikenal sebagai miopia infantil, muncul sejak
lahir dan menetap sampai masa infantil.
o Miopia usia muda, terjadi terutama pada usia 20 tahun.
o Miopia usia sekolah muncul sejak masa kanak-kanak, terutama pada usia
sekolah. Miopia bentuk ini ditujukan pada penggunaan mata yang terlalu
sering untuk pengelihatan dekat selama masa-masa sekolah.
o Miopia usia dewasa, dibagi menjadi :
II.3. Etiologi
Lazimnya miopia terjadi karena memanjangnya sumbu bola mata. Mata
yang penampangnya seharusnya bulat, akibat proses pemanjangan ini kemudian
berbentuk bulat telur. Selanjutnya, pemanjangan sumbu ini menyebabkan media
refraktif sulit memfokuskan berkas cahaya sehingga berkas cahaya terfokus di
depan retina.5
Penyebab yang paling banyak ditemukan adalah miopia simpleks di mana
bola mata terlalu panjang dan penyebab lainnya adalah elongasi axial. Tidak ada
satupun teori yang dapat memberikan penjelasan yang memuaskan untuk elongasi
ini.3
Pada awal tahun 1900, William Bates menyatakan bahwa miopia dan
kelainan refraktif lainnya merupakan akibat dari ketegangan mata yang
merupakan dampak dari ketegangan mental. William Bates menyatakan bahwa
bentuk dari bola mata dipengaruhi dari kerja muskulus ekstra okuler dan miopia
disebabkan oleh kontraksi dari M.Oblik inferior dan M. Oblik superior yang
memperpanjang bola mata. Menurut Bates miopia berhubungan dengan
ketegangan ketika melihat jauh lebih besar daripada melihat dekat.
11
Deprivasi bentuk (yang dikenal juga dengan deprivasi pola) terjadi ketika
kualitas gambar di retina berkurang.
Defokus optik terjadi ketika sinar difokuskan di depan atau di belakang retina.
Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa miopia dapat dibangkitkan
karena
penurunan
daya
akomodasi
akibat
defokus
optik
12
Faktor genetik :
Ada banyak bukti yang menunjukan bahwa orang tua dengan miopia
sering kali mempunyai anak-anak yang menderita miopia juga. Faktor
herediter nyata yang timbul bervariasi antara penelitian yang satu dengan yang
lainnya (hal ini dapat dimengerti, karena adanya perbedaan latar belakang
genetik dari sampel-sampel yang diteliti dan usia anak yang berbeda-beda
pada saat pemeriksaan refraksi). Pada penelitian di Orinda (Amerika), 40%
dari anak-anak yang diteliti menderita miopia manakala kedua orang tua
mereka juga menderita miopia, 20-25% diantaranya terjadi karena salah satu
dari orang tua mereka menderita miopia dan 10% lainnya terjadi pada anak
yang kedua orang tuanya tidak menderita miopia.8
Namun ada juga penelitian yang tidak menemukan hubungan antara
miopia pada orang tua dengan faktor genetik atau keturunan (penelitian yang
dilakukan terhadap anak-anak Cina di Hongkong). Hal ini mungkin
disebabkan karena genotip pada orang tua tidak muncul. Berdasarkan uji yang
dilakukan dengan menggunakan data penelitian Orinda, Mutti (Pers
Community) menolak hipotesis tersebut dan menyatakan bahwa faktor
13
Faktor lingkungan :
14
15
dalam waktu yang lama, dan latihan mata dapat membantu merelaksasi otot
siliaris sehingga dapat meperbaiki penglihatan jarak jauh.3
Pemanjangan sumbu bola mata pada miopia dapat disebabkan karena
kualitas gambar, dengan proses biokimia sebagai pemicu. Bekerja dalam jarak
dekat secara berlebihan dan adanya respon akomodasi dapat merupakan faktor
penting bagi permulaan dari progresifitas miopia.3
Walaupun miopia sering kali dihubungkan dengan membaca, tetapi
proses melihat yang bagaimana yang menginduksi terjadinya miopia saat
membaca masih belum jelas. Beberapa penulis menyatakan bahwa penelitian
mereka mengenai hal tersebut tidak menunjukan hasil yang jelas apakah
bekerja dalam jarak dekat merupakan faktor risiko berkembangnya miopia
atau merupakan perwakilan dari faktor lingkungan atau genetik lainnya. 8
Penelitian di Australia menegaskan bahwa panjang sumbu penglihatan
mata sedikit meningkat saat membaca, tetapi pemanjangan ini timbul karena
kontraksi otot siliar ketika mata berakomodasi (keadaan dimana terjadi
peningkatan kekuatan optik untuk mendapatkan fokus gambar yang lebih
jernih), bukan karena penekanan pada otot eksraokular.3
Akomodasi mata yang berlebihan akan menyebabkan bayangan jatuh
tidak tepat di retina sehingga menimbulkan tekanan mekanis pada dinding
bola mata dan sumbu penglihatan mata menjadi lebih panjang, hal inilah yang
diduga menjadi penyebab miopia. Sebagai tambahan, penarikan bagian-bagian
retina diduga dapat terjadi selama membaca. Hal ini diketahui setelah
dilakukan uji pada binatang percobaan dimana degradasi retina mendorong
timbulnya miopia.8
Bekerja dalam jarak dekat dengan cahaya yang kurang sejak masa
kanak-kanak diperkirakan dapat menjadi faktor risiko lingkungan dalam
menimbulkan miopia. Meskipun pada awal penelitian menunjukan adanya
hubungan yang kuat antara miopia dengan kurangnya pajanan cahaya, pada
penelitian terbaru belum ditemukan adanya bukti.3
Faktor diet :
16
Faktor stress :
Stres telah didalilkan sebagai faktor yang dapat berperan dalam
perkembangan miopia.3
Penglihatan yang buram atau memicingkan mata ketika ingin melihat jauh
(pada anak-anak terkadang tidak dapat melihat papan tulis tetapi dapat dengan
mudah melihat buku).
Pegal atau lelah pada mata ketika melihat jauh dalam waktu lama.
II.6. Diagnosis
Diagnosis miopia biasanya ditentukan setelah dilakukan pemeriksaan mata
oleh dokter spesialis mata atau ahli kacamata. Awalnya digunakan autorefraktor
atau retinoskopi untuk melakukan penilaian obyektif dari status refraksi kedua
17
II.7 Komplikasi
1. Liquefaction atau syneresis vitreus.
Syneresis vitreus mengenai mata miopia pada usia yang lebih muda
dibandingkan dengan mata emetropia. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan
kandungan protein, asam hialuronat dan konsentrasi kolagen pada vitreus.
Selain itu pelepasan dinding posterior vitreus dapat timbul 20 tahun lebih awal
pada miopia dibandingkan dengan mata emetropia karena onset pencairan
vitreus berhubungan dengan usia pasien dan derajat miopia, hal ini dapat
timbul pada masa kanak-kanak jika besarnya miopia sangat tinggi.10
Pemeriksaan vitreus dengan menggunakan slit lamp, lensa berkekuatan
90 dioptri, atau oftalmoskopi langsung menunjukan adanya filament-filamen
yang linear disertai dengan nodul-nodul dan penebalan-penebalan di vitreus.
Pada tahap awal pencairan vitreus, terbentuk kantung-kantung yang berisi
cairan di dalam jel vitreus ; pada tahap yang lebih lanjut, kantung-kantung
cairan tersebut bergerak ke posterior dan mendorong filament-filamen ke
anterior. Jika terjadi pelepasan dinding posterior vitreus akan terbentuk cincin
putih (Vogts) sebagai respon dari pemadatan sekeliling vitreus sehingga
diskus papil nervus optikus tampak seperti mengambang di dalam cairan.
Pasien merasa filament-filamen vitreus merupakan floaters ; akibatnya
partikel padat yang mengambang tersebut dapat mengaburkan penglihatan.10
2. Fundus tigroid.
Terjadi karena penipisan lapisan RPE (retinal pigment epithelium)
disertai dengan elongasi axial. Ini sering tampak pada bagian posterior bola
mata dan terlihat seperti mosaik.10
18
3. Ablasio retina.
Merupakan komplikasi yang paling ditakuti dan salah satu komplikasi
tersering dari miopia. Terjadi pada semua derajat kelainan refraksi dengan
frekuensi yang cukup tinggi, tapi menunjukan progresifitas yang cenderung
lebih tinggi seiring dengan tingginya derajat miopia. Sir Stewart Duke
menyatakan bahwa 5% dari miopia dapat terjadi ablasio retina. Ablasio retina
terjadi ketika bagian sensorik dan lapisan pigmen retina terpisah.15
Karena dapat menjadi kerusakan yang berat jika tidak ditangani,
ablasio retina digolongkan menjadi kedaruratan mata yang memerlukan
tindakan medis dan operasi segera.
Orang-orang dengan miopia lebih mudah terkena ablasio retina karena
mata mereka lebih panjang dari depan ke belakang sehingga mengakibatkan
retina menjadi lebih tipis dan rapuh.15
4. Stafiloma.
Merupakan suatu area ectasia dengan penipisan retina, koroid dan
sklera. Timbul pada miopia patologis. Bila miopia bertambah progresif, maka
area tersebut menjadi semakin tipis dan pada akhirnya mengaung. Bila
ditemukan adanya stafiloma pada mata maka prognosis kelainan penglihatan
sudah buruk. Hampir 50% mata dengan stafiloma akan mengalami kebutaan
setelah dekade kelima.10
Stafiloma yang paling mengganggu penglihatan secara signifikan
adalah stafiloma yang mengenai makula. Laquer cracks dapat berkembang
pada makula atau di dekat makula, hal ini merupakan petanda adanya
kerusakan pada membran Bruch. Laquer cracks sendiri biasanya tidak
mengganggu penglihatan, namun merupakan tanda prognosis buruk bagi
fungsi penglihatan dan berhubungan dengan buta warna biru-kuning yang
didapat (aquired blue-yellow color deficit). Degenerasi fokal retina,
hemoragik, dan neovaskularisasi subretinal pada laquer cracks barangkali
merupakan penyebab terjadinya prognosis yang buruk.10
19
5. Perdarahan Retina.
Khususnya pada makula, merupakan kasus yang sering terjadi pada
miopia patologis dan mempunyai dua tipe utama. Yang pertama, timbulnya
perdarahan akut, tidak berhubungan dengan jaringan subretina, menyebabkan
penurunan fungsi penglihatan yang berat namun akan pulih setelah beberapa
minggu dengan fungsi penglihatan kembali pada tingkatnya yang semula.
Perdarahan spontan ini dapat rekuren dan bersifat idiopatik, atau berhubungan
dengan maneuver Valsava, mengangkat barang berat, atau aktivitas lainnya.10
Jenis perdarahan yang ke dua mempunyai prognosis yang lebih buruk.
Merupakan perdarahan yang berhubungan dengan neovaskularisasi membran
subretina yang dapat menyebabkan terbentuknya jaringan parut (scar) dan
penggumpalan khorioretinal yang disebut Fuchs spots hal ini dapat diikuti
dengan atrofi. Pada kasus ini gangguan penglihatan yang terjadi sangat berat
dan dapat irreversibel.10
6. Atrofi khorioretina.
Terdapat daerah khorioretina yang mengalami atrofi baik luas maupun
sedikit. Daerah-daerah atrofi ini akan bersatu seiring dengan bertambah tuanya
usia pasien, membentuk daerah atrofi yang luas dengan tepi yang berlekuklekuk. Bahkan, walaupun tanpa disertai adanya perdarahan makula, makula
tetap tampak hiperpigmentasi dan terdapat bintik-bintik pigmen yang sudah
timbul sejak masa kanak-kanak.10
7. Glukoma simpleks.
Merupakan komplkasi lebih lanjut dari penderita rabun jauh yang berat
(miopia tinggi), biasanya terjadi paling sering pada usia lebih dari 35 tahun.16
8. Esotropia atau eksoforia.
Pasien miopia mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga
mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan
keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka
20
penderita akan terlihat juling ke dalam atau esotropia. Pada orang miopia
mudah terjadi eksoforia karena mereka jarang berakomodasi akibatnya otototot untuk berkonvergensi menjadi lebih lemah dibanding seharusnya.7
II.8 Penatalaksanaan
1. Kacamata
Merupakan penatalaksanaan yang terbanyak untuk pengobatan miopia.
Banyak orang yang memilih untuk mengenakan kacamata untuk memperbaiki
penglihatan mereka. Lensa di dalam kacamata secara khusus digunakan untuk
mengoreksi miopia, hipermetropia, astigmatisme, atau penglihatan yang tidak
normal lainnya. Kacamata melakukan penyesuaian pada gambar atau benda
yang dilihat sehingga kornea mata dan lensa dapat memfokuskan gambar atau
benda yang secara jernih tepat di retina.17
21
b.
c.
d.
Material lensa
Ada tiga material yang digunakan untuk membuat lensa kacamata
yaitu : kaca, plastik yang teratur,dan plastik polycarbonate. Tidak ada satupun
dari material ini yang ideal untuk digunakan pada berbagai situasi.
Lensa kaca adalah yang tersulit dari ketiga material tersebut. Lensa
tersebut tidak mudah tergores dan memberikan hasil penglihatan yang terbaik.
Sayangnya, lensa tersebut berat, beratnya 2-3 kali dari lensa jenis lain. Lensa
kaca adalah yang paling mudah rusak. Lensa tersebut tidak dianjurkan untuk
anak-anak, di mana mempunyai kecenderungan untuk merusak kacamata
mereka.
22
23
1.
Lensa Kontak
24
Nyaman : lensa kontak tidak seberat kacamata, Juga dapat dipakai ketika
sedang berolahraga.
Ukuran : lensa kontak mudah untuk hilang karena ukurannya yang kecil
dan transparan.
Infeksi : terdapat risiko dari infeksi pada mata karena lensa yang kotor
atau jarang dibersihkan ketika dipakai atau dilepaskan.
Terdapat 2 jenis lensa kontak yaitu hard lenses dan soft lenses.
Lebih murah.
Kurang nyaman.
25
Mudah tergores.
Soft Lenses
Lebih nyaman.
Soft lenses terbuat dari spons plastik yang memudahkan oksigen masuk ke
kornea. Lensa jenis ini fleksibel dan menyerap air.17
3. Radial Keratotomy
Radial keratotomy merupakan teknik bedah refraktif yang terlama
untuk mengoreksi miopia. Operasi ini pertama kali tahun 1970 dan sejak itu
telah dilakukan oleh para dokter mata di seluruh dunia. Radial keratotomy
dapat digunakan untuk mengoreksi miopia rendah sampai miopia sedang,
dengan atau tanpa astigmat.
26
27
satu
kornea
yang
cembung.
Alat
untuk
terlihat
dengan
Sinar
ini
disebut
28
29
1.
Anda harus mengerti tentang maksud, tujuan, baik dan buruknya tindakan
LASIK ini.
2.
3.
Refraksi mata anda harus telah stabil dalam kurun waktu satu tahun
terakhir.
4.
Anda sudah tidak memakai soft lens minimal selama 14 hari berturut-turut,
atau sudah tidak memakai hard lens selama 30 hari berturut-turut.
5.
6.
Risiko LASIK
Meski kelihatannya mudah dan menyenangkan, sebagaimana tindakan
medis tetap saja ada risiko dan efek samping dari tindakan bedah LASIK. Dan
hal itu oleh masing-masing rumah sakit ataupun klinik diberitahukan kepada
calon pasien mereka. Menurut dr. Sjakon Tahija, keluhan yang paling sering
disampaikan setelah operasi adalah penglihatan sedikit kabur. Namun akan
berangsur-angsur membaik setelah dua hari sampai satu minggu pasca operasi.
Keluhan lainnya, mata mungkin saja terasa berpasir dan sensitif terhadap
cahaya. Gejala-gejala itu akan terasa satu hingga enam jam pasca operasi dan
akan mereda dalam 8-12 jam.18
Jika hal itu terjadi, pasien disarankan untuk menggunakan tetes mata
dan pelumas serta menutup mata untuk satu jam pertama. Dan dua minggu
setelah operasi, pasien biasanya tidak diizinkan untuk berenang atau
melakukan aktivitas ekstrim yang bisa membuat mata teriritasi.
Jakarta Eye Centre juga menyebutkan, risiko lain adalah kelebihan
atau kekurangan koreksi. Namun, itu jarang terjadi dan umumnya hanya
menimpa penderita miopia tinggi.
30
II.9 Pencegahan
Tidak ada metoda yang diterima secara global untuk mencegah miopia.
Beberapa dokter dan peneliti menyarankan penggunaan lensa sferis positif di
dalam lensa tunggal untuk membaca atau disebut juga lensa bifokal. Baru-baru
ini penelitian di Malaysia menyatakan bahwa miopia yang tidak dikoreksi
menyebabkan progresifitas miopia bertambah cepat.3
Kursus sight-saving, latihan mata, undercorection, terapi sikloplegik, lensa
kontak, kacamata pinhole, dan banyak metode terapi yang lainnya telah dilakukan
dengan tujuan untuk mencegah atau memperlambat progresifitas miopia. Teknik
pembedahan juga telah mendukung penurunan progresifitas stafiloma pada miopia
patologis.10
II.10 Prognosis
Diagnosis sedini mungkin dari miopia sangat penting karena seorang anak
kecil dapat mengalami kesulitan dalam belajar atau secara sosial karena tidak
dapat melihat dengan baik pada jarak jauh.14
31
32
beberapa
penelitian
tidak
menunjukkan
adanya
efek
yang
33
Latihan mata
Latihan pada mata, pijat refleksi pada mata, latihan penglihatan, hal
tersebut hanya membantu membuat mata relaks, tetapi tidak memperpendek
bola mata atau menyembuhkan miopia aksial, akan tetapi cara-cara tersebut
berguna untuk menanamkan kebiasaan yang baik dalam melihat.21
BAB III
KESIMPULAN
Kelainan refraksi (pembiasan cahaya) merupakan penyebab utama
gangguan tajam penglihatan, yang sekitar 90%-nya merupakan miopia (rabun
jauh). Prevalensi dari kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai 2,3
miliar. Insiden miopi bervariasi dari umur, kota, jenis kelamin, ras, etnik,
pekerjaan, lingkungan, dan faktor-faktor lainnya. Miopia merupakan masalah
penglihatan yang dialami oleh lebih dari sepertiga penduduk dunia.
Penglihatan bermula dari masuknya seberkas cahaya (yang sebenarnya
terdiri dari berbagai intensitas dan membawa suatu bentuk obyek tertentu), ke
dalam mata dan dibiaskan (difokuskan) pada retina (selaput jala yang melapisi
dinding dalam bola mata).
Pemeriksaan kelainan refraksi meliputi antara lain :
1. Uji lubang kecil (pinhole).
2. Uji pengkabutan (fogging test).
34
Deprivasi bentuk (yang dikenal juga dengan deprivasi pola) terjadi ketika
kualitas gambar di retina berkurang.
Defokus optik terjadi ketika sinar difokuskan di depan atau di belakang retina.
Kepekaan genetik dan faktor lingkungan telah didalilkan sebagai satu
35
populasi. Dengan kata lain, terkadang bukan miopia itu sendiri yang menjadi
herediter, tetapi akibat dari reaksi terhadap kondisi lingkungan yang spesifik dan
reaksi ini dapat mencetus dan memperburuk keadaan miopia. Disamping itu juga
terdapat faktor lain yang menjadi faktor predisposisi miopia, yaitu faktor diet dan
stress.
Gejala klinis yang dapat ditemukan pada penderita miopia adalah
buramnya penglihatan atau memicingkan mata ketika melihat jauh, mata terasa
pegal dan keluhan yang jarang adalah nyeri kepala.
Diagnosis miopia ditegakkan setelah dilakukan pemeriksaan mata oleh
dokter spesialis mata atau ahli kacamata. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
pemeriksaan obyektif dengan autorefraktor dan retinoskopi, dan pemeriksaan
subyektif dengan menggunakan phoropter.
Komplikasi yang dapat dialami oleh penderita miopia adalah liquefaction
atau syneresis vitreus, fundus tigroid, abalsio retina, stafiloma, perdarahan retina,
atrofi khorioretina, glaukoma simpleks, serta esotropia dan eksoforia.
Penatalaksanaan bagi pasien miopia dapat diberikan terapi kacamata, lensa
kontak, radial keratotomy, photo refraktif keratectomy (PRK) dan LASIK.
Kursus sight-saving, latihan mata, undercorection, terapi sikloplegik, lensa
kontak, kacamata pinhole dan teknik pembedahan merupakan metode terapi yang
telah dilakukan dengan tujuan untuk mencegah atau memperlambat progresifitas
miopia.
Diagnosis sedini mungkin dari miopia sangat penting karena seorang anak
kecil dapat mengalami kesulitan dalam belajar atau secara sosial karena tidak
dapat melihat dengan baik pada jarak jauh.
Hal-hal yang seringkali menjadi mitos mengenai miopia yaitu keyakinan
bahwa memakan wortel yang kaya dengan vitamin A dapat memperbaiki atau
mencegah miopia, membaca dalam posisi berbaring dapat menyebabkan miopia,
komputer dan televisi dapat menyebabkan miopia dan miopia yang terjadi pada
anak-anak harus dioperasi. Padahal hal-hal tersebut tidaklah benar. Selain itu,
mengurangi kacamata koreksi yang dipakai, melakukan latihan mata, penggunaan
36
kacamata bifokus pada miopia juga tidak terbukti dapat menyembuhkan atau
menghambat progresifitas miopia.
37