Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Mata adalah indera yang sangat penting bagi manusia. Karena itu, menjaga
kesehatan mata wajib dilakukan agar aktivitas hidup tidak terganggu.1
Kelainan refraksi (pembiasan cahaya) merupakan penyebab utama
gangguan tajam penglihatan yang sekitar 90%-nya merupakan miopia (rabun
jauh).2 Pada tahun 2006 prevalensi kelainan refraksi di dunia diperkirakan sekitar
800 juta sampai 2,3 miliar. Insidennya bervariasi dari usia, kota, jenis kelamin,
ras, etnik, pekerjaan, lingkungan, dan faktor-faktor lainnya. 3
Rabun jauh atau miopia, terjadi saat sinar sejajar yang masuk ke mata
difokuskan di depan retina. Hal ini disebabkan karena kornea yang terlalu
melengkung atau sumbu mata yang lebih panjang dari pada mata normal. Orangorang dengan rabun dekat dapat melihat jarak dekat lebih jelas, tetapi mengalami
kesulitan bila melihat jauh.4
Ciri khas dari perkembangan miopia adalah derajat kelainan yang
meningkat terus sampai usia remaja kemudian menurun pada usia dewasa muda.
Walaupun jarang, miopia dapat pula disebabkan oleh perubahan kelengkungan
kornea atau oleh kelainan bentuk lensa mata. Karena itu untuk memperoleh
gambaran penyebab yang lebih jelas pada seseorang, riwayat adanya miopia di
dalam keluarga perlu dikemukakan.5
Di beberapa negara seperti Jepang, Singapura dan Taiwan miopia
mencapai 44% dari populasi orang dewasa. Di Australia, kisaran prevalensi
miopia (yang lebih buruk dari -0,50 dioptri) diperkirakan mencapai 17%. Pada
penelitian terbaru ditemukan satu dari sepuluh (8,4%) anak-anak Australia yang
berusia antara 4-12 tahun menderita miopia yang lebih besar dari -0,50 dioptri.
Penelitian lain menemukan bahwa 16,4% dari orang Australia yang berusia lebih
dari 40 tahun menderita miopia setidaknya -1,00 dioptri dan 2,5% menderita -5,00
dioptri.3

Di Brasil, penelitian tahun 2005 memperkirakan bahwa sekitar 6,4% orang


Brasil yang berusia antara 12-59 tahun menderita -1,00 dioptri atau lebih,
dibandingkan dengan 2,7% dari orang Indigenous di Brasil sebelah barat daya. Di
Yunani, besarnya prevalensi miopia antara usia 15-18 tahun sekitar 36,8%. Di
India, prevalensi miopia pada populasi keseluruhan telah dilaporkan sebesar 6,9%.
Di Amerika, prevalensi miopia diperkirakan sekitar 20%. Sekitar satu dari sepuluh
(9,2%) anak-anak Amerika yang berusia sekitar 5-17 tahun menderita miopia.
Penelitian terakhir menemukan bahwa 25,4% dari orang Amerika yang berusia 40
tahun atau lebih menderita miopia minimal -1,00 dioptri dan 4,5% menderita
-5,00 dioptri.
Prevalensi miopia dilaporkan paling tinggi terjadi di Asia yaitu sekitar 7090% dari penduduk, di Eropa dan Amerika sekitar 30-40%, dan di Afrika 10-20
%.
Miopia paling jarang terjadi pada orang kulit hitam, Nubia, dan Sudan. Di
Amerika antara usia 12-54 tahun, miopia ditemukan lebih banyak dialami oleh
orang kulit putih daripada orang kulit hitam.
Miopia derajat rendah ditemukan lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan wanita. Namun demikian, wanita lebih mudah mengalami
perubahan degeneratif. Di Amerika, pada usia antara 12-14 tahun, miopia lebih
banyak mengenai wanita dari pada pria.3
Miopia merupakan salah satu contoh masalah kesehatan mata yang paling
sering terjadi. Miopia sendiri merupakan masalah penglihatan yang dialami oleh
lebih dari sepertiga penduduk dunia.6
I.2. Proses Penglihatan
Penglihatan bermula dari masuknya seberkas cahaya (yang sebenarnya
terdiri dari berbagai intensitas dan membawa suatau bentuk obyek tertentu), ke
dalam mata dan dibiaskan (difokuskan) pada retina (selaput jala yang melapisi
dinding dalam bola mata). Kemampuan seseorang untuk melihat dengan tajam
(terfokus), sangat tergantung pada kemampuan media refraktif didalam bola mata

untuk mengarahkan perjalanan berkas cahaya tersebut agar terarah tepat ke


retina.5
Yang dimaksud media refraktif di sini terutama adalah kornea (selaput
bening) dan lensa mata. karakteristik umum dari media refraktif adalah bersifat
jernih (bening, transparan, tembus pandang). Karakteristik spesifik alamiah dari
kornea adalah mempunyai bentuk multi lengkung yang tersusun sistematik
(asferik) dan terdiri dari jaringan (kolagen) yang mempunyai indeks bias tinggi.
Sedangkan karakteristik spesifik dari lensa mata adalah bentuk kecembungannya
yang dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan pembiasan, karena bersifat
kenyal (sampai usia tertentu). Efek makin cembungnya lensa mata adalah
akomodasi, yaitu dimana cahaya akan lebih terfokus didepan retina.
Hasil kerja keseluruhan dari media refraktif ini sangat ditentukan pula oleh
panjangnya sumbu bola mata. Fase terakhir dari seluruh rangkaian proses
penglihatan adalah interpretasi. Layaknya suatu film seluloid didalam kamera,
maka retina berfungsi merekam gambar yang diterimanya (sudah dalam keadaan
terfokus), lalu mengubah gambar tersebut menjadi implus-implus listrik (melalui
proses sintesa foto elektrik) dan akhirnya mengalirkannya ke otak (susunan saraf
pusat) untuk diinterpretasikan (diartikan) sebagai gambar atau obyek yang terlihat
oleh mata tersebut.5
I.3. Kelainan Refraksi
Kelainan panjang sumbu bola mata atau kelainan media refraktif
merupakan penyebab dari miopia (rabun jauh), dan hipermetropia (rabun dekat).
Presbiopia atau rabun tua terjadi bila lensa mata hilang kemampuannya untuk
memfokuskan cahaya pada penglihatan dekat.5 Pada astigmat berkas sinar tidak
difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada dua garis titik
api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelengkungan permukaan kornea.
Keadaan-keadaan ini disebut kelainan refraksi, karena kelainan ini mempengaruhi
kerja mata dalam membiaskan cahaya dan memfokuskannya ke retina.7

I.4. Pemeriksaan Kelainan Refraksi

Uji lubang kecil (pinhole) : Uji ini untuk mengetahui apakah tajam
penglihatan yang kurang terjadi akibat kelainan refraksi atau kelainan organik
media penglihatan.

Uji pengkabutan (fogging test) : Uji pemeriksaan astigmat dengan memakai


prinsip mengistirahatkan akomodasi dengan memakai lensa sferis positif.

Uji celah stenoptik : Celah selebar 1 mm lurus yang terdapat pada lempeng
dan dipergunakan untuk :
o Mengetahui adanya astigmat.
o Melihat sumbu koreksi astigmat.
o Untuk mengetahui besarnya astigmat.
o Menentukan rencana pembedahan iridektomi optik.

Uji silinder silang :


o Melihat koreksi silinder yang telah dilakukan pada kelainan astigmat
pasien sudah cukup atau telah penuh.
o Untuk melihat apakah sumbu lensa silinder pada koreksi yang telah
diberikan sudah sesuai.

Uji duokrom (uji keseimbangan merah hijau) : Pada mata emetropia sinar
merah dibiaskan di belakang retina sedangkan sinar hijau di depan, demikian
pula pada mata yang telah dikoreksi dengan tepat.

Uji dominan mata : Untuk mengetahui mata dominan pada anak.

Uji crowding phenomena : Untuk mengetahui adanya ambliopia.7

BAB II
ISI
II.1. Definisi
Miopia adalah istilah kedokteran untuk rabun jauh, yaitu suatu keadaan
dimana mata mampu melihat obyek yang dekat, tetapi kabur bila melihat objekobjek yang jauh letaknya. Kata miopia berasal dari bahasa Yunani yang berarti
memincangkan mata, karena penderita kelainan ini selalu memincangkan mata
dalam usahanya untuk melihat lebih jelas objek-objek yang jauh letaknya. 5
Pada penglihatan normal (emetropia), bayangan objek yang letaknya jauh,
difokuskan tepat pada retina dalam keadaan relaksasi akomodasi. Dalam keadaan
ini, kekuatan akomodasi penuh digunakan hanya untuk memfokuskan objek yang
letaknya dekat. Untuk mencapai keadaan emetropia, maka ketajaman penglihatan
harus dapat mencapai jarak penglihatan yang jauh atau luas, sehingga panjang
sumbu bola mata harus tepat sama dengan panjang fokus dari kornea dan lensa.5
Pada miopia, sumbu bola matanya terlalu panjang dan bayangan objek
yang dilihat pada jarak jauh jatuh di depan retina. Maka, akomodasi mata tidak
lagi digunakan hanya untuk melihat objek yang dekat.8

II.2. Klasifikasi

Tingkat progresifitas :
o

Stationary myopia : secara umum merupakan miopia derajat rendah (1,50- -2,00 dioptri) dan meningkat pada masa perkembangan. Besarnya
derajat miopia yang dialami menetap selama masa dewasa dan dengan
sendirinya akan berkurang saat mendekati usia tua.

Temporally progressive myopia : meningkat pada awal usia remaja dan


terus berkembang sampai usia 20 tahun-an. Setelah usia ini, rata-rata
progresifitas miopia mendekati nol.

Permanently progressive myopia : meningkat dengan cepat pada usia 2535 tahun setelah itu perkembangannya lebih melambat.9

Anatomis :
Boris (1970) mengklasifikasikan miopia menjadi :
o Miopia axial ditujukan pada pertambahan panjang axial bola mata.
o Miopia refkratif ditujukan pada kondisi dari unsur-unsur refraktif mata.
Borish lebih lanjut lagi mengklasifikasikan miopia refraktif menjadi :

Miopia kurvatura diartikan sebagai peningkatan berlebihan pada


kurvatura dari satu atau lebih media refraksi mata (terutama kornea).
Sehingga terjadi peningkatan kekuatan pembiasan. Pada mereka
dengan cohen syndrome, miopia muncul sebagai hasil dari peningkatan
kekuatan kornea dan lensa.

Miopia index diartikan sebagai miopia karena variasi dari index


refraksi pada satu atau lebih media refraksi mata.

Miopia bilik mata depan merupakan miopia yang disebabkan karena


terjadinya

penurunan

kedalaman

bilik

mata

depan

sehingga

menyeabkan peningkatan kekuatan refraksi mata.9

Miopia patologis dan fisiologis :

Miopia fisiologis : mata pada miopia jenis ini semua komponen


refraksinya dalam batas normal, namun terdapat sedikit kesenjangan antara
kekuatan refraksi kornea, lensa dan panjang axial bola mata sehingga titik
terjauh yang seharusnya dapat dilihat mata jaraknya menjadi lebih dekat
dari batas seharusnya. Walaupun terjadi penurunan terhadap penglihatan
jarak jauh, kedua mata tetap masih berada dalam batas normal dan tidak
ditemukan adanya abnormalitas fundus pada pemeriksaan. Derajat miopia
yang dialami biasanya rendah tapi tidak ada angka tetap mengenai hal
ini. Miopia jenis ini umumnya terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja,
dengan puncak peningkatan yang ke dua terjadi pada akhir usia 20 tahun
atau permulaan usia 30 tahun. Biasanya berkembang selama beberapa
tahun, kemudian menjadi stabil atau tetap berkembang namun sangat
lambat. Beberapa pasien miopia mengalami pergeseran ke miopia jenis
lain pada masa dewasa muda.10

Miopia patologis : Duke-Elder dan Abrams (1970) mendefinisikan miopia


patologis sebagai keadaan anomali refraktif yang ditentukan oleh adanya
elemen sistem optik mata yang berbeda dengan variasi biologi normal.
Menurut mereka, miopia patologis juga digambarkan sebagai miopia
malignan atau degeneratif. Mereka juga menulis bahwa miopia degeneratif
merupakan miopia yang disertai dengan perubahan-perubahan degeneratif,
khususnya yang terjadi pada bagian posterior bola mata. Ini biasanya
ditemukan pada miopia derajat tinggi (> -6 dioptri), namun Duke-Elder
dan Abrams beranggapan bahwa miopia degeneratif tidaklah tepat bila
diklasifikasi ke dalam miopia derajat tinggi karena perubahan degeneratif
juga dapat timbul pada kasus-kasus miopia derajat rendah.9

Faktor pencetus :
o

Miopia karena faktor herediter.

Miopia karena faktor lingkungan.


Debat mengenai pengaruh faktor herediter dan lingkungan dalam

menimbulkan miopia telah berlangsung selama lebih dari 400 tahun dan masih

belum terselesaikan. Kepler (1604) merupakan orang pertama yang


menyatakan bahwa ada hubungan antara perkembangan miopia dengan
bekerja dalam jarak penglihatan dekat secara terus-menerus. Namun,
Rosenfield (1994) baru-baru ini menulis bahwa hubungan mengenai hal
tersebut tetap tidak terbukti. Seringkali, merupakan hal yang mustahil untuk
mencirikan secara khusus pengaruh faktor lingkungan dan herediter karenanya
telah diadopsi jenis lain dari klasifikasi miopia (misalnya berdasarkan onset
usia atau derajat miopia) sebagai usaha untuk menyediakan informasi
tambahan mengenai etiologi kelainan refraksi.9

Gambaran klinis :
o

Miopia simpleks, adalah miopia yang paling umum terjadi dari pada tipe
miopia yang lain dan ditandai dengan axis bola mata yang terlalu panjang
sehingga mempengaruhi kekuatan pembiasannya (yang ditentukan oleh
kornea dan lensa) atau kekuatan pembiasannya terlalu kuat jika
dibandingkan dengan panjang axialnya.3

Miopia degeneratif, juga dikenal sebagai miopia malignan atau miopia


patologis yang disebabkan oleh pertumbuhan sumbu axial mata yang
berlebihan sementara komponen mata yang lainnya menunjukan
pertumbuhan yang normal.11 Miopia patologis terlihat dengan adanya
penurunan visus, eksoforia, strabismus (jenis eksotropia), glaucoma sudut
terbuka, katarak prematur, dan peningkatan sumbu axial mata.
Pemeriksaan fundus dengan pupil yang berdilatasi dapat memperjelas
tanda-tanda berikut : retina tampak flat, discus papil tampak menyisip
secara oblik, stafiloma posterior, atrofi peripapiler, di posterior tampak
koroid mengalami atrofi sebagian-sebagian, syneresis vitreus, kerusakan
membran Bruchs disertai dengan atrofi koroid yang dikenal dengan
laquer cracks, neovaskularisasi membran subretinal disertai dengan
hiperplasia pigmen epitel retina (Fuchs spot), neovaskularisasi subretinal
tanpa disertai dengan Fuchs spot (jaringan parut, perdarahan dan eksudat
subretinal) dan pelepasan atau ablasio retina. Insidens miopia degeneratif

mencapai 2% di Amerika Serikat, dan merupakan penyebab terbesar ke


tujuh dari kebutaan. Mengenai wanita dua kali lebih sering dari pada lakilaki.12
o

Miopia nokturnal, juga dikenal sebagai miopia malam hari atau miopia
senja, merupakan suatu kondisi dimana mata mempunyai kesulitan yang
besar untuk melihat area yang kurang penerangan, walaupun demikian
visus pada siang harinya normal. Khususnya, pungtum remotum individu
tersebut bervariasi bergantung pada tingkat keterangan cahaya. Miopia
nokturnal diyakini disebabkan oleh pupil yang berdilatasi agar lebih
banyak cahaya yang masuk ke mata, yang akan menambah kekuatan
pembiasan cahaya yang akan menyebabkan mata menjadi bertambah
miopi. Miopia nokturnal lebih sering terjadi pada usia muda dibandingkan
dengan usia tua.

Pseudomiopia, adalah rabunnya penglihatan jauh yang disebabkan oleh


spasme muskulus siliaris.

Miopia terinduksi, atau dikenal dengan miopia yang didapat, terjadi


karena terlalu banyak mengkonsumsi berbagai jenis obat-obatan sehingga
meningkatkan kadar glukosa, terjadi sklerosis nukleus lensa, atau kondisi
anomali lainnya. Sabuk yang melingkari retina yang dipakai dalam
pengobatan ablasio retina dapat menginduksi miopia melalui peningkatan
sumbu aksial bola mata.

Miopia indeks, ditujukan pada variasi indeks refraksi dari satu atau lebih
media okular. Katarak dapat menyebabkan miopia indeks.3

Derajat miopia :
Miopia diperiksa dengan mengunakan diopter yaitu pemeriksaan yang
dilakukan melalui kekuatan pembiasan lensa koreksi yang memfokuskan
pandangan jarak jauh tepat di retina, juga telah diklasifikasikan beberapa
derajat miopia :

Miopia ringan, biasanya menggambarkan miopia -3,00 dioptri.

Miopia sedang, biasanya menggambarkan miopia antara -3,00 sampai


-6,00 dioptri. Pasien dengan miopia sedang biasanya mengalami
dispersion syndrome atau pigmentary glaucoma.3

Miopia tinggi, biasanya menggambarkan miopia -6,00 dioptri.


Terkadang dikenal sebagai miopia patologis atau miopia degeneratif.
Bersifat kronik dan degeneratif sehingga dapat menimbulkan masalah
dikarenakan terjadinya perubahan degeneratif pada bola mata bagian
belakang.13 Orang dengan miopia tinggi sering mengalami ablasio retina
dan glaukoma sudut terbuka primer. Mereka juga sering kali mengalami
adanya floaters dan pandangan seperti berbayang. Secara kasar 30% dari
pasien miopia menderita miopia tinggi.12 Miopia patologis lebih
merupakan komplikasi lanjut dari proses bertambah panjangnya bola mata.
Jenis miopia ini diberi predikat membahayakan, karena mengandung
potensi untuk membutakan penyandangnya, atau paling tidak membatasi
kemampuan melihatnya, dan karena tidak bisa diatasi lagi dengan
pemberian kacamata. Pada beberapa individu, miopia jenis ini dibarengi
dengan kerapuhan retina akibat penipisan selaput jala yang berjalan terus
menerus dari waktu ke waktu. Keadaan ini biasanya diturunkan orang tua
pada anak-anaknya. Proses penipisan ini mencapai puncaknya ketika
retinanya

robek

(karena

menipis),

yang

membutuhkan

tindakan

pembedahan sesegera mungkin untuk pemulihannya. Tingkat keberhasilan


pemulihan (prognosis) penglihatan pada kasus-kasus ini sangat tergantung
dari kecepatan penanggulangannya. Sebagai gambaran betapa gawatnya
keadaan ini, dapatlah dikatakan bahwa setiap satu hari tertundanya
pelaksanaan

pembedahan

sudah

mampu

mengurangi

prosentase

keberhasilan dalam derajat yang cukup banyak.5

10

Usia onset :
o Miopia kongenital, juga dikenal sebagai miopia infantil, muncul sejak
lahir dan menetap sampai masa infantil.
o Miopia usia muda, terjadi terutama pada usia 20 tahun.
o Miopia usia sekolah muncul sejak masa kanak-kanak, terutama pada usia
sekolah. Miopia bentuk ini ditujukan pada penggunaan mata yang terlalu
sering untuk pengelihatan dekat selama masa-masa sekolah.
o Miopia usia dewasa, dibagi menjadi :

Early : terjadi antara usia 20 40 tahun.

Late : terjadi setelah usia 40 tahun.3

II.3. Etiologi
Lazimnya miopia terjadi karena memanjangnya sumbu bola mata. Mata
yang penampangnya seharusnya bulat, akibat proses pemanjangan ini kemudian
berbentuk bulat telur. Selanjutnya, pemanjangan sumbu ini menyebabkan media
refraktif sulit memfokuskan berkas cahaya sehingga berkas cahaya terfokus di
depan retina.5
Penyebab yang paling banyak ditemukan adalah miopia simpleks di mana
bola mata terlalu panjang dan penyebab lainnya adalah elongasi axial. Tidak ada
satupun teori yang dapat memberikan penjelasan yang memuaskan untuk elongasi
ini.3
Pada awal tahun 1900, William Bates menyatakan bahwa miopia dan
kelainan refraktif lainnya merupakan akibat dari ketegangan mata yang
merupakan dampak dari ketegangan mental. William Bates menyatakan bahwa
bentuk dari bola mata dipengaruhi dari kerja muskulus ekstra okuler dan miopia
disebabkan oleh kontraksi dari M.Oblik inferior dan M. Oblik superior yang
memperpanjang bola mata. Menurut Bates miopia berhubungan dengan
ketegangan ketika melihat jauh lebih besar daripada melihat dekat.

11

Pada pertengahan tahun 1900, pemikir ophtalmologi dan optometri


percaya bahwa miopia diturunkan secara primer. Pengaruh bekerja dengan
penglihatan dekat pada perkembangannya dapat meningkatkan insidens dan
prevalensi miopia yang besarnya sebanding dengan peningkatan usia individu.
Sekarang ini para peneliti dan dokter spesialis mata menyatakan bahwa
miopia merupakan kombinasi antara genetik dan faktor lingkungan.
Terdapat dua dasar mekanisme yang dipercaya menyebabkan miopia :

Deprivasi bentuk (yang dikenal juga dengan deprivasi pola) terjadi ketika
kualitas gambar di retina berkurang.

Defokus optik terjadi ketika sinar difokuskan di depan atau di belakang retina.
Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa miopia dapat dibangkitkan

dengan menginduksi kondisi-kondisi ini. Pada binatang percobaan dengan


mengunakan lensa spectakle negatif, miopia axial terjadi karena elongasi atau
pemanjangan bola mata untuk mengkompensasi defokus optikal. Mekanisme pasti
dari pemanjangan bola mata untuk mengontrol fokus ini belum diketahui.
Diperkirakan

karena

penurunan

daya

akomodasi

akibat

defokus

optik

menyebabkan pemanjangan bola mata dan miopia.3


II.4. Patofisiologi

Kombinasi genetik dan faktor lingkungan :


Di China, miopia lebih sering terjadi pada mereka yang mempunyai
latar belakang pendidikan yang tinggi dan beberapa penelitian memperkirakan
bahwa banyak bekerja dengan penglihatan dekat dapat mengeksaserebrasi
predisposisi genetik untuk berkembang menjadi miopia genetik. Namun
penelitian lain telah menunjukan bahwa bekerja dengan menggunakan
penglihatan dekat (membaca, bermain komputer) tidak berhubungan dengan
progresifitas miopia, Saw S, Tong L, Chua W, Chia K, Koh D, Tan D, Katz J
(2005). Insidens dan progresifitas miopia pada anak-anak sekolah di
Singapura.3
Kepekaan genetik dan faktor lingkungan telah didalilkan sebagai satu
penjelasan yang menyebabkan variasi derajat miopia diantara individu atau

12

populasi, tetapi terdapat beberapa pendapat yang berbeda yang meragukan


apakah hal tersebut nyata. Hereditas yang tinggi secara sederhana diartikan
bahwa sebagian besar variasi miopia pada populasi tertentu pada waktu
tertentu terjadi karena adanya perbedaan genetik. Bila terjadi perubahan
lingkungan (misalnya karena terpajan televisi atau komputer) insidens miopia
dapat berubah, walaupun faktor herediter tetap tinggi. Melalui sedikit
perbedaan cara pandang (dipengaruhi oleh faktor genetik) dapat disimpulkan
bahwa beberapa orang berada pada resiko yang tinggi untuk menjadi miopia
ketika terpajan oleh kondisi lingkungan yang modern yang banyak bekerja
pada jarak penglihatan dekat seperti membaca. Dengan kata lain, terkadang
bukan miopia itu sendiri yang menjadi herediter, tetapi akibat dari reaksi
terhadap kondisi lingkungan yang spesifik dan reaksi ini dapat mencetus dan
memperburuk keadaan miopia.3

Faktor genetik :
Ada banyak bukti yang menunjukan bahwa orang tua dengan miopia
sering kali mempunyai anak-anak yang menderita miopia juga. Faktor
herediter nyata yang timbul bervariasi antara penelitian yang satu dengan yang
lainnya (hal ini dapat dimengerti, karena adanya perbedaan latar belakang
genetik dari sampel-sampel yang diteliti dan usia anak yang berbeda-beda
pada saat pemeriksaan refraksi). Pada penelitian di Orinda (Amerika), 40%
dari anak-anak yang diteliti menderita miopia manakala kedua orang tua
mereka juga menderita miopia, 20-25% diantaranya terjadi karena salah satu
dari orang tua mereka menderita miopia dan 10% lainnya terjadi pada anak
yang kedua orang tuanya tidak menderita miopia.8
Namun ada juga penelitian yang tidak menemukan hubungan antara
miopia pada orang tua dengan faktor genetik atau keturunan (penelitian yang
dilakukan terhadap anak-anak Cina di Hongkong). Hal ini mungkin
disebabkan karena genotip pada orang tua tidak muncul. Berdasarkan uji yang
dilakukan dengan menggunakan data penelitian Orinda, Mutti (Pers
Community) menolak hipotesis tersebut dan menyatakan bahwa faktor

13

genetik-lah yang merupakan faktor penentu yang bertanggung jawab terhadap


timbulnya variasi miopia yang dialami oleh subyek penelitian di Orinda. Ia
meyakini bahwa hanya 10-12% dari miopia yang disebabkan oleh faktor
lingkungan dan pengaruh faktor genetik lebih dominan. Dalam penelitian ini
juga dilakukan pemeriksaan apakah kebiasaan membaca yang diturunkan oleh
orang tua kepada anaknya justru lebih besar pengaruhnya terhadap kejadian
miopia dari pada faktor genetik dari miopia itu sendiri.8
Variasi prevalensi miopia pada grup etnis yang berbeda-beda telah
dilaporkan sebagai bukti tambahan yang mendukung peran genetik dalam
perkembangan miopia. Pengaruh herediter miopia dilaporkan sebesar 89%,
dan penelitian terbaru telah mengidentifikasi gen yang dapat menjadi
penyebabnya yaitu terbentuknya defek pada gen PAX6 yang sepertinya
berhubungan dengan miopia. Atas dasar teori ini, maka pada mata dari depan
ke belakang terjadi sedikit pemanjangan sebagai akibat terjadinya kesalahan
selama masa perkembangan, menyebabkan bayangan difokuskan di depan
retina lebih baik dari pada difokuskan tepat pada retina. Hal ini biasanya
ditemukan selama awal masa remaja antara 8-12 tahun. Sering kali memburuk
secara bertahap seiring dengan pertumbuhan mata selama masa remaja dan
kemudian berlanjut sampai orang tersebut memasuki masa dewasa.3
Faktor genetik dapat bekerja malalui berbagai macam mekanisme
biokimia untuk menimbulkan miopia, kelamahan atau degenerasi jaringan
penunjang sangat berperan penting. Faktor genetik termasuk keturunan,
meningkatkan kerentanan terhadap pengaruh faktor lingkungan seperti bekerja
dengan pengelihatan jarak dekat secara berlebihan, dan adanya fakta bahwa
beberapa orang tidak mengalami miopia walaupun terpajan dengan kondisi
yang kurang baik sehingga secara jelas merupakan indikasi bahwa faktor
herediter terlibat di dalamnya.3

Faktor lingkungan :

14

Besarnya pengaruh faktor genetik pada miopia (dalam berbagai


kondisi) tidaklah berarti bahwa faktor lingkungan dan gaya hidup tidak
mempunyai efek untuk perkembangan miopia.3
Selain adanya bukti yang jelas mengenai hubungan antara risiko
menderita miopia dengan orang tua miopia, juga ada bukti-bukti nyata yang
menunjukan peranan faktor lingkungan terhadap terjadinya miopia. Sebagai
contoh, Wu dan Edwards telah membandingkan prevalensi miopia pada tiga
generasi keturunan Cina (total subyek yang diteliti : 21.137) dan telah
menemukan bahwa miopia terjadi pada 5,8% dari generasi kakek-nenek,
20,8% dari generasi orang tua dan 26,2% terjadi pada generasi anak-anak.
Dimana, anak-anak yang menderita miopia berusia antara 7-17 tahun,
peningkatan lebih lanjut diduga terjadi pada generasi muda.8
Peningkatan insidens miopia tidak dapat ditujukan hanya pada latar
belakang faktor genetik saja tetapi juga merupakan hasil dari pengaruh faktor
lingkungan. Beberapa contoh yang berasal dari penelitian yang dilakukan
baru-baru ini antara lain : (1) Zylberman dkk., menemukan bahwa miopia
diderita oleh 27,4% murid pria keturunan Ibrani yang bersekolah di sekolah
umum dan 81,3% lainnya bersekolah di sekolah ortodoks yang terutama
menuntut banyak membaca dalam jarak dekat. (2) Parssinnen dan Lyyra
menemukan bahwa progresifitas miopia pada anak-anak sekolah di Finlandia
berhubungan dengan jumlah waktu yang digunakan untuk bekerja dalam jarak
dekat dan jarak mata saat membaca. (3) Hepsen et al. menemukan bahwa
progresifitas miopia tinggi pada murid-murid yang senang bekerja di
laboratorium, dll.8
Sangatlah menarik untuk memperhatikan pengaruh faktor lingkungan
dalam menginduksi miopia walaupun hal ini sulit untuk dijelaskan, disamping
banyaknya penelitian yang telah dilakukan terhadap binatang percobaan.8
Beberapa ahli menyarankan untuk melakukan latihan mata yang
bervariasi untuk menguatkan otot siliaris. Beberapa teori menyatakan bahwa
ketegangan mata terjadi karena mata bekerja terus-menerus dengan jarak dekat

15

dalam waktu yang lama, dan latihan mata dapat membantu merelaksasi otot
siliaris sehingga dapat meperbaiki penglihatan jarak jauh.3
Pemanjangan sumbu bola mata pada miopia dapat disebabkan karena
kualitas gambar, dengan proses biokimia sebagai pemicu. Bekerja dalam jarak
dekat secara berlebihan dan adanya respon akomodasi dapat merupakan faktor
penting bagi permulaan dari progresifitas miopia.3
Walaupun miopia sering kali dihubungkan dengan membaca, tetapi
proses melihat yang bagaimana yang menginduksi terjadinya miopia saat
membaca masih belum jelas. Beberapa penulis menyatakan bahwa penelitian
mereka mengenai hal tersebut tidak menunjukan hasil yang jelas apakah
bekerja dalam jarak dekat merupakan faktor risiko berkembangnya miopia
atau merupakan perwakilan dari faktor lingkungan atau genetik lainnya. 8
Penelitian di Australia menegaskan bahwa panjang sumbu penglihatan
mata sedikit meningkat saat membaca, tetapi pemanjangan ini timbul karena
kontraksi otot siliar ketika mata berakomodasi (keadaan dimana terjadi
peningkatan kekuatan optik untuk mendapatkan fokus gambar yang lebih
jernih), bukan karena penekanan pada otot eksraokular.3
Akomodasi mata yang berlebihan akan menyebabkan bayangan jatuh
tidak tepat di retina sehingga menimbulkan tekanan mekanis pada dinding
bola mata dan sumbu penglihatan mata menjadi lebih panjang, hal inilah yang
diduga menjadi penyebab miopia. Sebagai tambahan, penarikan bagian-bagian
retina diduga dapat terjadi selama membaca. Hal ini diketahui setelah
dilakukan uji pada binatang percobaan dimana degradasi retina mendorong
timbulnya miopia.8
Bekerja dalam jarak dekat dengan cahaya yang kurang sejak masa
kanak-kanak diperkirakan dapat menjadi faktor risiko lingkungan dalam
menimbulkan miopia. Meskipun pada awal penelitian menunjukan adanya
hubungan yang kuat antara miopia dengan kurangnya pajanan cahaya, pada
penelitian terbaru belum ditemukan adanya bukti.3

Faktor diet :

16

Artikel The One tahun 2002 mengungkapkan bahwa miopia dapat


disebabkan oleh konsumsi roti yang berlebihan pada masa kanak-kanak, atau
dalam arti gizi secara umum adalah konsumsi karbohidrat secara berlebihan,
yang dapat menyebabkan hiperinsulinemia kronis. Berbagai macam
komponen diet lainya, bagaimanapun, dapat juga berpengaruh terhadap
timbulnya miopia.3

Faktor stress :
Stres telah didalilkan sebagai faktor yang dapat berperan dalam
perkembangan miopia.3

II.5. Gejala Klinis

Penglihatan yang buram atau memicingkan mata ketika ingin melihat jauh
(pada anak-anak terkadang tidak dapat melihat papan tulis tetapi dapat dengan
mudah melihat buku).

Pegal atau lelah pada mata ketika melihat jauh dalam waktu lama.

Sakit kepala (jarang).14

II.6. Diagnosis
Diagnosis miopia biasanya ditentukan setelah dilakukan pemeriksaan mata
oleh dokter spesialis mata atau ahli kacamata. Awalnya digunakan autorefraktor
atau retinoskopi untuk melakukan penilaian obyektif dari status refraksi kedua

17

mata, kemudian phoropter digunakan untuk menilai secara subyektif besarnya


kacamata yang harus diresepkan untuk pasien.3

II.7 Komplikasi
1. Liquefaction atau syneresis vitreus.
Syneresis vitreus mengenai mata miopia pada usia yang lebih muda
dibandingkan dengan mata emetropia. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan
kandungan protein, asam hialuronat dan konsentrasi kolagen pada vitreus.
Selain itu pelepasan dinding posterior vitreus dapat timbul 20 tahun lebih awal
pada miopia dibandingkan dengan mata emetropia karena onset pencairan
vitreus berhubungan dengan usia pasien dan derajat miopia, hal ini dapat
timbul pada masa kanak-kanak jika besarnya miopia sangat tinggi.10
Pemeriksaan vitreus dengan menggunakan slit lamp, lensa berkekuatan
90 dioptri, atau oftalmoskopi langsung menunjukan adanya filament-filamen
yang linear disertai dengan nodul-nodul dan penebalan-penebalan di vitreus.
Pada tahap awal pencairan vitreus, terbentuk kantung-kantung yang berisi
cairan di dalam jel vitreus ; pada tahap yang lebih lanjut, kantung-kantung
cairan tersebut bergerak ke posterior dan mendorong filament-filamen ke
anterior. Jika terjadi pelepasan dinding posterior vitreus akan terbentuk cincin
putih (Vogts) sebagai respon dari pemadatan sekeliling vitreus sehingga
diskus papil nervus optikus tampak seperti mengambang di dalam cairan.
Pasien merasa filament-filamen vitreus merupakan floaters ; akibatnya
partikel padat yang mengambang tersebut dapat mengaburkan penglihatan.10
2. Fundus tigroid.
Terjadi karena penipisan lapisan RPE (retinal pigment epithelium)
disertai dengan elongasi axial. Ini sering tampak pada bagian posterior bola
mata dan terlihat seperti mosaik.10

18

3. Ablasio retina.
Merupakan komplikasi yang paling ditakuti dan salah satu komplikasi
tersering dari miopia. Terjadi pada semua derajat kelainan refraksi dengan
frekuensi yang cukup tinggi, tapi menunjukan progresifitas yang cenderung
lebih tinggi seiring dengan tingginya derajat miopia. Sir Stewart Duke
menyatakan bahwa 5% dari miopia dapat terjadi ablasio retina. Ablasio retina
terjadi ketika bagian sensorik dan lapisan pigmen retina terpisah.15
Karena dapat menjadi kerusakan yang berat jika tidak ditangani,
ablasio retina digolongkan menjadi kedaruratan mata yang memerlukan
tindakan medis dan operasi segera.
Orang-orang dengan miopia lebih mudah terkena ablasio retina karena
mata mereka lebih panjang dari depan ke belakang sehingga mengakibatkan
retina menjadi lebih tipis dan rapuh.15
4. Stafiloma.
Merupakan suatu area ectasia dengan penipisan retina, koroid dan
sklera. Timbul pada miopia patologis. Bila miopia bertambah progresif, maka
area tersebut menjadi semakin tipis dan pada akhirnya mengaung. Bila
ditemukan adanya stafiloma pada mata maka prognosis kelainan penglihatan
sudah buruk. Hampir 50% mata dengan stafiloma akan mengalami kebutaan
setelah dekade kelima.10
Stafiloma yang paling mengganggu penglihatan secara signifikan
adalah stafiloma yang mengenai makula. Laquer cracks dapat berkembang
pada makula atau di dekat makula, hal ini merupakan petanda adanya
kerusakan pada membran Bruch. Laquer cracks sendiri biasanya tidak
mengganggu penglihatan, namun merupakan tanda prognosis buruk bagi
fungsi penglihatan dan berhubungan dengan buta warna biru-kuning yang
didapat (aquired blue-yellow color deficit). Degenerasi fokal retina,
hemoragik, dan neovaskularisasi subretinal pada laquer cracks barangkali
merupakan penyebab terjadinya prognosis yang buruk.10

19

5. Perdarahan Retina.
Khususnya pada makula, merupakan kasus yang sering terjadi pada
miopia patologis dan mempunyai dua tipe utama. Yang pertama, timbulnya
perdarahan akut, tidak berhubungan dengan jaringan subretina, menyebabkan
penurunan fungsi penglihatan yang berat namun akan pulih setelah beberapa
minggu dengan fungsi penglihatan kembali pada tingkatnya yang semula.
Perdarahan spontan ini dapat rekuren dan bersifat idiopatik, atau berhubungan
dengan maneuver Valsava, mengangkat barang berat, atau aktivitas lainnya.10
Jenis perdarahan yang ke dua mempunyai prognosis yang lebih buruk.
Merupakan perdarahan yang berhubungan dengan neovaskularisasi membran
subretina yang dapat menyebabkan terbentuknya jaringan parut (scar) dan
penggumpalan khorioretinal yang disebut Fuchs spots hal ini dapat diikuti
dengan atrofi. Pada kasus ini gangguan penglihatan yang terjadi sangat berat
dan dapat irreversibel.10
6. Atrofi khorioretina.
Terdapat daerah khorioretina yang mengalami atrofi baik luas maupun
sedikit. Daerah-daerah atrofi ini akan bersatu seiring dengan bertambah tuanya
usia pasien, membentuk daerah atrofi yang luas dengan tepi yang berlekuklekuk. Bahkan, walaupun tanpa disertai adanya perdarahan makula, makula
tetap tampak hiperpigmentasi dan terdapat bintik-bintik pigmen yang sudah
timbul sejak masa kanak-kanak.10
7. Glukoma simpleks.
Merupakan komplkasi lebih lanjut dari penderita rabun jauh yang berat
(miopia tinggi), biasanya terjadi paling sering pada usia lebih dari 35 tahun.16
8. Esotropia atau eksoforia.
Pasien miopia mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga
mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan
keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka

20

penderita akan terlihat juling ke dalam atau esotropia. Pada orang miopia
mudah terjadi eksoforia karena mereka jarang berakomodasi akibatnya otototot untuk berkonvergensi menjadi lebih lemah dibanding seharusnya.7

II.8 Penatalaksanaan
1. Kacamata
Merupakan penatalaksanaan yang terbanyak untuk pengobatan miopia.
Banyak orang yang memilih untuk mengenakan kacamata untuk memperbaiki
penglihatan mereka. Lensa di dalam kacamata secara khusus digunakan untuk
mengoreksi miopia, hipermetropia, astigmatisme, atau penglihatan yang tidak
normal lainnya. Kacamata melakukan penyesuaian pada gambar atau benda
yang dilihat sehingga kornea mata dan lensa dapat memfokuskan gambar atau
benda yang secara jernih tepat di retina.17

21

Keuntungan dari kacamata adalah :


a. Biaya rendah.
Tergantung pada resep dari kacamata, kacamata merupakan pilihan
yang efektif dengan biaya rendah untuk mengoreksi miopia.
b. Perawatan mudah.
Kacamata hampir tidak membutuhkan perawatan khusus, hanya
rutin membersihkannya ketika kotor dan mungkin hanya perawatan yang
sesekali saja.
Kerugian dari kacamata adalah :
a.

Kosmetik : Kacamata dapat mempengaruhi penampilan kita.

b.

Ketidaknyamanan : Kacamata dapat berat, terutama pada lensa yang tebal


yaitu pada miopia tinggi.

c.

Ketidaknyamanan : Mengenakan kacamata dapat membatasi olahraga dan


aktivitas kita. Karena pada kegiatan tersebut dapat merusak kacamata.

d.

Penglihatan : Mengenakan kacamata juga membuat lapang penglihatan


kita berkurang dan objek yang kita lihat terkadang menjadi lebih besar
atau lebih kecil dari ukuran yang sebenarnya.

Material lensa
Ada tiga material yang digunakan untuk membuat lensa kacamata
yaitu : kaca, plastik yang teratur,dan plastik polycarbonate. Tidak ada satupun
dari material ini yang ideal untuk digunakan pada berbagai situasi.
Lensa kaca adalah yang tersulit dari ketiga material tersebut. Lensa
tersebut tidak mudah tergores dan memberikan hasil penglihatan yang terbaik.
Sayangnya, lensa tersebut berat, beratnya 2-3 kali dari lensa jenis lain. Lensa
kaca adalah yang paling mudah rusak. Lensa tersebut tidak dianjurkan untuk
anak-anak, di mana mempunyai kecenderungan untuk merusak kacamata
mereka.

22

Lensa plastik reguler adalah yang paling umum. Beratnya seperempat


dari kaca, tidak mahal, dan dapat diwarnai. Lebih tahan terhadap benturan
dibandingkan dengan lensa kaca, sehingga lebih aman dan lebih tahan lama.
Kerugian utama dari lensa plastik reguler ini adalah mereka mudah tergores.
Namun terdapat beberapa pelapis yang dapat mengurangi kerugian tersebut.
Lensa plastik polycarbonate adalah yang paling tahan terhadap
benturan sehingga merupakan pilihan yang terbaik untuk keamanan mata,
olahraga, dan kacamata anak-anak. Lensa ini juga yang paling ringan,
sehingga nyaman ketika dipakai. Plastik polycarbonate adalah material yang
paling lembut, sehingga sangat mudah tergores.17
Desain Lensa
Terdapat beberapa variasi disain dari lensa setelah kita memilih bahan
lensa tersebut :
a. Lensa penglihatan tunggal : merupakan lensa yang paling umum digunakan.
Seluruh lensa dibuat dari resep tunggal.
b. Bifokal : di desain untuk mengoreksi penglihatan pada dua jarak. Lensa ini
merupakan kombinasi penglihatan jauh dan penglihatan dekat untuk
membaca pada bagian yang sama dari kacamata.
c. Trifokal : hampir sama dengan bifokal, ditambah di bagian tengah untuk
melakukan pekerjaan sepanjang lengannya.
d. Lebih populer dari standar trifokal adalah lensa multifokal progresif.
Multifokal menawarkan cakupan yang kontinu dari pengoreksian antara
penglihatan jarak jauh dengan penglihatan untuk membaca. Objek di semua
jarak difokuskan melalui bagian yang cocok pada lensa multifokal.17

23

1.

Lensa Kontak

Menawarkan keuntungan yang lebih daripada kacamata. Banyak orang


yang memilih untuk memakai lensa kontak untuk mengoreksi penglihatan
mereka. Lensa kontak mengisi lapisan air mata yang tipis untuk melindungi
kornea yang transparan. Lensa kontak membantu kornea dan lensa mata untuk
memfokuskan bayangan yang jernih ke retina yang terletak di belakang mata.
Ketika mata dipejamkan, lapisan cair di belakang lensa kontak yang
melindungi kelenturan kornea, dan membiarkan kornea agar mendapatkan
udara.17
Kebanyakan orang yang memakai kacamata juga bisa menggunakan
lensa kontak. Lensa kontak dapat digunakan untuk mengoreksi miopia (rabun
jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmatisme (kornea yang irreguler).
Lebih jauh lagi, lensa kontak dapat digunakan untuk orang-orang yang telah
melakukan operasi katarak dan tidak mendapatkan implantasi lensa.

24

Keuntungan dari lensa kontak :

Nyaman : lensa kontak tidak seberat kacamata, Juga dapat dipakai ketika
sedang berolahraga.

Penglihatan : lensa kontak dapat mengkoreksi penglihatan dengan sedikit


penyimpangan dan lapangan pandang yang lebih baik dibandingkan
dengan kacamata.

Kosmetik : lensa kontak dapat mengkoreksi penglihatan kita tanpa


mengubah penampilan kita.

Kerugian dari lensa kontak:

Perawatan : lensa kontak harus tetap dijaga kebersihannya sesering


mungkin sesuai ketika lensa kontak itu dipakai dan dilepaskan.

Ukuran : lensa kontak mudah untuk hilang karena ukurannya yang kecil
dan transparan.

Iritasi : orang-orang yang mempunyai riwayat alergi, mata kering, sering


infeksi mata, atau sering terpapar oleh debu dan asap rokok tidak dapat
menggunakan lensa kontak.

Infeksi : terdapat risiko dari infeksi pada mata karena lensa yang kotor
atau jarang dibersihkan ketika dipakai atau dilepaskan.
Terdapat 2 jenis lensa kontak yaitu hard lenses dan soft lenses.

Perbedaan antara keduanya adalah :


Hard Lenses :

Lebih tahan lama.

Lebih mudah dibersihkan

Penglihatan lebih tajam.

Lebih murah.

Dapat digunakan pada berbagai macam pengobatan mata.

Kurang nyaman.

25

Mudah tergores.

Lebih mudah terselip atau keluar dari mata.

Kebanyakan dari lensa kontak diresepkan sebagai rigid gas permeable


(RGP). RGP ini akan memudahkan Oksigen melewati lensa kontak ke
kornea. Hal ini membuat lensa RGP lebih nyaman untuk dipakai
dibandingkan dengan hard lensa tipe lama. Hard lenses tidak
mengabsorbsi air.17

Soft Lenses

Lebih mudah dipakai.

Lebih sulit dibersihkan.

Penglihatan tidak begitu tajam.

Tersedia dalam bentuk lensa sekali pakai.

Lebih nyaman.

Lebih mudah tersobek.

Tidak mudah terselip atau keluar.

Tidak dapat mengoreksi beberapa bentuk dari astigmatisme.

Soft lenses terbuat dari spons plastik yang memudahkan oksigen masuk ke
kornea. Lensa jenis ini fleksibel dan menyerap air.17

3. Radial Keratotomy
Radial keratotomy merupakan teknik bedah refraktif yang terlama
untuk mengoreksi miopia. Operasi ini pertama kali tahun 1970 dan sejak itu
telah dilakukan oleh para dokter mata di seluruh dunia. Radial keratotomy
dapat digunakan untuk mengoreksi miopia rendah sampai miopia sedang,
dengan atau tanpa astigmat.

26

Sebelum operasi, mata dianestesi terlebih dahulu dan diukur berapa


ketebalan kornea yang akan dikoreksi atau diambil. Kemudian dilakukan insisi
pada kornea dengan pisau khusus (special diamond tipped knife). Pada
beberapa kasus dibuat 4-6 insisi, tergantung dari jumlah koreksi yang
diinginkan.
Setelah diinsisi kornea akan menjadi lebih datar. Setelah operasi mata
akan melihat baik atau terlihat hasilnya setelah satu atau dua hari.17
4. PRK ( Photo Refraktive Keratectomy )
PRK menggunakan laser excimer untuk mengubah bentuk permukaan
luar kornea. Prosedur ini bisa juga digunakan untuk mengkoreksi miopia yang
ringan hingga berat, hipermetropia ringan hingga sedang, dan astigmat ringan
hingga sedang.
PRK telah dilakukan di luar Amerika sejak akhir tahun 1980. Dua
puluh menit sebelum operasi, diberikan beberapa tetes mata untuk
menganestesi mata, konstriksi pupil, mencegah infeksi , dan mengurangi sakit.
Kemudian pasien akan dibaringkan di meja operasi dengan posisi mata yang
tepat untuk dilaser. Untuk memulai operasi, sel permukaan dari kornea harus
dibersihkan, dengan laser atau alkohol.
Pasien diinstruksikan untuk menatap sinar merah terang yang akan
memandu sinar laser. Laser excimer akan menguapkan sebagian jaringan yang
akan mengubah bentuk kornea. Untuk mengoreksi mata miopia, diberikan
laser yang lebih kuat dari yang pertama. Laser ini akan mengurangi
kelengkungan kornea, dan mengoreksi miopia. Beberapa astigmatisme di
kornea juga bisa dikoreksi dengan laser tersebut. Jenis laser yang berbeda
digunakan untuk mengoreksi mata hipermetropia. Kebanyakan pasien
membutuhkan kurang dari 30 detik untuk terapi ini.
Selsel pelindung terluar dari kornea akan tumbuh kembali setelah 2-3
hari setelah operasi. Pada awalnya penglihatan setelah di terapi akan
berfluktuasi kemudian akan stabil setelah 2-4 minggu.17

27

5. LASIK (Laser Assisted In-situ Keratomileusis)


Prosedur Tindakan LASIK
Salah

satu

penyebab miopia adalah


lengkung
terlalu

kornea

yang

cembung.

Alat

excimer laser memakai


campuran gas argon dan
fluorine

untuk

menghasilkan sinar yang


tidak

terlihat

dengan

panjang gelombang 193


nm.

Sinar

ini

disebut

sinar dingin karena tidak menghasilkan panas, tidak membakar, tidak


merusak jaringan di sekitarnya dan mampu mengubah bentuk kornea pada
penderita miopia yang korneanya terlalu cembung. Sinar excimer laser
mengurangi kecembungan lengkung kornea bagian depan dengan cara
mengangkat selapis tipis jaringan kornea (kurang lebih 10% tebal kornea).
Banyaknya jaringan yang diangkat setara dengan derajat miopia penderita.
Perbedaan mendasar antara tindakan PRK dengan LASIK yaitu adanya satu
lapisan tipis jaringan kornea (130-160 mikron tebalnya) yang dibuat dengan
mikrokeratom yang disebut corneal cap (flap) sebelum tindakan laser
dilakukan. Setelah sinar excimer laser menipiskan jaringan kornea (corneal
bottom) sesuai kebutuhan, maka corneal cap dilekatkan kembali tanpa jahitan.
Yang tak kalah pentingnya, corneal cap menyebabkan pemendekan waktu
penyembuhan.16
Tetapi adakalanya proses membuat corneal cap tidak terbentuk
sempurna karena berbagai hal. Apabila hal tersebut terjadi, maka tindakan
LASIK harus di tunda kurang lebih 3 (tiga) bulan . Untuk menjalani LASIK,
anda tidak perlu tinggal di rumah sakit, tidak dibius total, hanya dibius lokal
dengan tetes mata. Artinya anda akan sadar penuh sewaktu prosedur LASIK di

28

laksanakan. Dokter akan memasukan data-data mengenai mata anda kedalam


komputer, dan selanjutnya komputer secara otomatis akan menghitung dan
memproses banyaknya sinar laser yang anda perlukan, karena selain dokter,
pengendalian komputer sangat berperan dalam prosedur ini. Anda akan
dibaringkan pada meja khusus dan dokter akan menjelaskan langkah-langkah
yang akan dilakukan dalam tindakan lasik ini, yaitu mengenai suara alat laser,
rasanya dilaser dan bau-bauan yang akan anda rasakan. Dokter akan meminta
anda memusatkan perhatian pada sinar merah yang tersedia.
Prosedur LASIK sama sekali tidak menimbulkan rasa sakit.
Persiapannya kurang lebih 10-15 menit antara lain adalah membuat cap atau
flap kornea, sedangkan prosedur laser LASIK itu sendiri hanya berlangsung
kurang lebih 30 detik. Selesai tindakan LASIK, mata anda akan diberi tetes
mata dan ditutup dengan dop plastik. Dokter akan memberi obat penghilang
rasa sakit, karena rasa sakit adakalanya dapat terjadi jika pengaruh obat bius
tetes telah hilang. Penglihatan anda tidak akan langsung jelas, dan
memerlukan 1-2 hari untuk proses penyembuhan. Anda akan diminta datang
untuk periksa ulang keesokan harinya. Anda akan mendapat obat tetes mata
yang harus dipakai sampai beberapa hari tergantung dokter anda.
Demikian penjelasan singkat mengenai tindakan LASIK dengan
excimer laser untuk memperbaiki kelainan refraksi. Sesuai dengan
pengalaman selama ini, laporan kepustakaan dan laporan beberapa pusat
kesehatan mata, LASIK dianggap sebagai suatu tindakan yang teliti, cepat,
aman dan tidak sakit.16
Calon pasien
Seperti sidik jari, mata anda juga berbeda dan unik. Mata begitu
spesifik, termasuk dalam pengobatannya. Karena itu, menjalani LASIK tidak
bisa sembarangan.18
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar dapat dipertimbangkan
untuk menjalani tindakan LASIK pada penderita kelainan refraksi. Yang
penting diantaranya adalah :

29

1.

Anda harus mengerti tentang maksud, tujuan, baik dan buruknya tindakan
LASIK ini.

2.

Anda harus berusia diatas 18 tahun.

3.

Refraksi mata anda harus telah stabil dalam kurun waktu satu tahun
terakhir.

4.

Anda sudah tidak memakai soft lens minimal selama 14 hari berturut-turut,
atau sudah tidak memakai hard lens selama 30 hari berturut-turut.

5.

Bagian mata yang lain harus sehat.

6.

Anda harus bersedia diperiksa ulang (kontrol) beberapa hari setelah


tindakan LASIK tergantung pada dokter anda.16

Risiko LASIK
Meski kelihatannya mudah dan menyenangkan, sebagaimana tindakan
medis tetap saja ada risiko dan efek samping dari tindakan bedah LASIK. Dan
hal itu oleh masing-masing rumah sakit ataupun klinik diberitahukan kepada
calon pasien mereka. Menurut dr. Sjakon Tahija, keluhan yang paling sering
disampaikan setelah operasi adalah penglihatan sedikit kabur. Namun akan
berangsur-angsur membaik setelah dua hari sampai satu minggu pasca operasi.
Keluhan lainnya, mata mungkin saja terasa berpasir dan sensitif terhadap
cahaya. Gejala-gejala itu akan terasa satu hingga enam jam pasca operasi dan
akan mereda dalam 8-12 jam.18
Jika hal itu terjadi, pasien disarankan untuk menggunakan tetes mata
dan pelumas serta menutup mata untuk satu jam pertama. Dan dua minggu
setelah operasi, pasien biasanya tidak diizinkan untuk berenang atau
melakukan aktivitas ekstrim yang bisa membuat mata teriritasi.
Jakarta Eye Centre juga menyebutkan, risiko lain adalah kelebihan
atau kekurangan koreksi. Namun, itu jarang terjadi dan umumnya hanya
menimpa penderita miopia tinggi.

30

Selain itu, kadang timbul sakit selama proses penyembuhan dan


umumnya berlangsung hanya sehari pasca bedah dan rasa sakit itu bisa
dihilangkan dengan obat penghilang rasa sakit (analgesik). Efek samping yang
jarang terjadi itu adalah kelebihan koreksi, kekurangan koreksi, dan regresi.
Regresi adalah kelainan refraksi yang timbul kembali meskipun ringan, dan
umumnya terjadi pada penderita miopia tinggi atau miopia progresif. Tetapi,
itu dapat dikoreksi dengan tindakan LASIK beberapa bulan kemudian.
Sementara itu menurut Prof. Ian Constable dari Lions Eye Institute
Australia yang menggelar seminar tentang mata, bedah laser untuk mata
seperti ini memiliki tingkat keberhasilan hingga 90%. Sangat sedikit orang
yang mengeluh kembali setelah mengalami operasi ini.18

II.9 Pencegahan
Tidak ada metoda yang diterima secara global untuk mencegah miopia.
Beberapa dokter dan peneliti menyarankan penggunaan lensa sferis positif di
dalam lensa tunggal untuk membaca atau disebut juga lensa bifokal. Baru-baru
ini penelitian di Malaysia menyatakan bahwa miopia yang tidak dikoreksi
menyebabkan progresifitas miopia bertambah cepat.3
Kursus sight-saving, latihan mata, undercorection, terapi sikloplegik, lensa
kontak, kacamata pinhole, dan banyak metode terapi yang lainnya telah dilakukan
dengan tujuan untuk mencegah atau memperlambat progresifitas miopia. Teknik
pembedahan juga telah mendukung penurunan progresifitas stafiloma pada miopia
patologis.10
II.10 Prognosis
Diagnosis sedini mungkin dari miopia sangat penting karena seorang anak
kecil dapat mengalami kesulitan dalam belajar atau secara sosial karena tidak
dapat melihat dengan baik pada jarak jauh.14

31

II.11 Mitos Seputar Miopia

Wortel tidak bisa sembuhkan mata rabun


Wortel terlanjur dimitoskan sebagai penyembuh segala macam
penyakit mata, karena kandungan vitamin A yang kaya. Namun para ahli telah
membuktikan ternyata tidak benar. Menurut penelitian, wortel memang
mengandung banyak vitamin A, namun hal itu tidak menyelesaikan masalah
apabila sistim optik pada mata kita memang tidak normal.19
Bisa dianalogikan kepada kamera, sehebat apapun film yang
digunakan, jika kualitas lensa kamera jelek, maka gambar yang kita peroleh
tidak akan bagus. Sebenarnya vitamin A lebih banyak berperan dan
metabolisme sel-sel saraf yang ada di retina. Jadi, banyak makan wortelpun
tidak dapat mencegah mata miopia.19

Membaca sambil berbaring dapat menyebabkan miopia


Benarkah kebiasaan membaca sambil tiduran ada hubungannya dengan
gangguan mata minus? Menurut dr. Saman, bukan posisi membacanya yang
sebenarnya menyebabkan mata rusak, tetapi lampu yang menerangi tulisan.
Jadi, tidak ada hubungan antara posisi tidur sambil membaca dan timbulnya
kelainan mata.20
Pada posisi membaca sambil duduk, lampu yang menerangi biasanya
datang dari atas, sehingga posisi membaca demikian ini dinilai paling baik.
Namun, tidak ada salahnya mengingatkan anak-anak, atau siapa pun, untuk
tidak membaca sambil tiduran, apalagi kalau penerangan lampu tidak cukup.
Untuk keperluan membaca, atau juga melakukan pekerjaan tangan
yang rumit seperti menisik, menjahit, melukis, dsb., disarankan menggunakan
penerangan dengan bola lampu susu 40 watt. Sebaiknya sinarnya di pusatkan
ke objek bacaan atau pekerjaan yang dilakukan.
Menurut dr. Saman, bola lampu susu tidak silau karena ada filternya.
Sedangkan lampu neon tidak disarankan karena sinarnya berupa getaran.
Lampu duduk dengan bohlam 60 watt dinilai terlalu terang, sebaliknya di

32

bawah 40 watt terlalu redup. Kurangnya penerangan yang cukup


menyebabkan kerja otot terlalu berat sehingga mata mudah lelah dan pedih,
dan ini mempercepat timbulnya kelainan miopia (rabun jauh) terutama pada
seseorang yang punya bakat.20

Komputer dan televisi dapat menyebabkan miopia


Pengaruh gelombang elektromagnetik pada komputer atau televisi
tidak berakibat buruk pada mata, selama tidak terjadi kebocoran magnet pada
kedua perangkat tersebut yang bisa membahayakan retina mata. Namun jarak
menonton televisi perlu dijaga, setidaknya tujuh kali lebar televisi.20
Kalau Anda bekerja di depan komputer dan setelah beberapa saat mata
terasa pedih atau capek, sebaiknya beristirahat sebentar barang 10 menit.
Sementara beristirahat, pandangan mata sebentar diarahkan ke pemandangan
yang jauh atau banyak pepohonan hijau agar terasa sejuk kembali.20

Miopia pada anak harus dioperasi


Operasi pada miopia telah dilakukan di
Singapura sejak tahun 1992. Hasil yang didapatkan
sangat baik sekali. Walaupun demikian, Singapore
National Eye Centre tidak mempercayai bahwa aman
bagi anak kecil untuk menjalani operasi ini. Ada dua
pertimbangan, yang pertama bahwa miopia pada anak
kecil belum stabil sehingga operasi harus dilakukan berulang kali. Kedua mata
anak kecil cenderung untuk mengalami peradangan dibandingkan dengan
mata orang dewasa jika dilakukan operasi. Walaupun demikian jika penelitian
yang dilakukan telah selesai, Singapore National Eye Centre berkata mungkin
akan mempertimbangkan pilihan ini jika ternyata hasilnya aman.21

Mengurangi kekuatan kacamata yang dipakai


Tujuan nya adalah untuk mencegah miopia bertambah berat, namun
pada

beberapa

penelitian

tidak

menunjukkan

adanya

efek

yang

menguntungkan dari cara ini.21

33

Latihan mata
Latihan pada mata, pijat refleksi pada mata, latihan penglihatan, hal
tersebut hanya membantu membuat mata relaks, tetapi tidak memperpendek
bola mata atau menyembuhkan miopia aksial, akan tetapi cara-cara tersebut
berguna untuk menanamkan kebiasaan yang baik dalam melihat.21

Penggunaan kacamata bifokus


Pada beberapa penelitian sebelumnya tidak menunjukkan efek
konsisten yang menguntungkan pada semua pasien. Kacamata bifokus hanya
memegang peranan penting untuk pasien anak-anak tertentu yang mengalami
masalah juling.21

BAB III
KESIMPULAN
Kelainan refraksi (pembiasan cahaya) merupakan penyebab utama
gangguan tajam penglihatan, yang sekitar 90%-nya merupakan miopia (rabun
jauh). Prevalensi dari kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai 2,3
miliar. Insiden miopi bervariasi dari umur, kota, jenis kelamin, ras, etnik,
pekerjaan, lingkungan, dan faktor-faktor lainnya. Miopia merupakan masalah
penglihatan yang dialami oleh lebih dari sepertiga penduduk dunia.
Penglihatan bermula dari masuknya seberkas cahaya (yang sebenarnya
terdiri dari berbagai intensitas dan membawa suatu bentuk obyek tertentu), ke
dalam mata dan dibiaskan (difokuskan) pada retina (selaput jala yang melapisi
dinding dalam bola mata).
Pemeriksaan kelainan refraksi meliputi antara lain :
1. Uji lubang kecil (pinhole).
2. Uji pengkabutan (fogging test).

34

3. Uji celah stenopik.


4. Uji silinder silang.
5. Uji duokrom atau uji keseimbangan merah biru (red green balance test).
6. Uji dominan mata.
7. Uji crowding phenomena.
Miopia adalah suatu keadaan dimana mata mampu melihat obyek yang
dekat, tetapi kabur bila melihat objek-objek yang jauh letaknya.
Miopia telah diklasifikasikan dalam berbagai macam bentuk oleh beberapa
ahli. Berdasarkan tingkat progresifitasnya miopia dibagi menjadi stationary
myopia, temporally progressive myopia dan permanently progressive myopia.
Secara anatomis miopia dibagi menjadi miopia axial dan miopia refraktif,
sedangkan miopia refraktif sendiri dibagi lagi menjadi miopia kurvatura, miopia
index dan miopia bilik mata depan. Selain itu juga terdapat pembagian miopia
fisiologis dan patologis. Menurut faktor pencetusnya miopia dibedakan menjadi
miopia yang terjadi karena faktor herediter dan faktor lingkungan, namun
klasifikasi miopia jenis ini masih diperdebatkan dan belum terselesaikan.
Berdasarkan gambaran klinisnya miopia dibedakan menjadi enam jenis
yaitu miopia simpleks, miopia degeneratif, miopia nokturnal, pseudomiopia,
miopia terinduksi dan miopia indeks. Menurut derajatnya miopia dibagi menjadi
miopia ringan, sedang dan tinggi. Sedangkan berdasarkan usia onset terjadinya
miopia, diklasifikasikan menjadi miopia kongenital, usia muda, usia sekolah dan
usia dewasa. Miopia usia dewasa juga dibedakan lagi menjadi early myopia dan
late myopia.
Penyebab miopia yang paling banyak ditemukan adalah miopia simpleks
di mana bola mata terlalu panjang dan penyebab lainnya adalah elongasi axial.
Terdapat dua dasar mekanisme yang dipercaya menyebabkan miopia :

Deprivasi bentuk (yang dikenal juga dengan deprivasi pola) terjadi ketika
kualitas gambar di retina berkurang.

Defokus optik terjadi ketika sinar difokuskan di depan atau di belakang retina.
Kepekaan genetik dan faktor lingkungan telah didalilkan sebagai satu

penjelasan yang menyebabkan variasi derajat miopia diantara individu atau

35

populasi. Dengan kata lain, terkadang bukan miopia itu sendiri yang menjadi
herediter, tetapi akibat dari reaksi terhadap kondisi lingkungan yang spesifik dan
reaksi ini dapat mencetus dan memperburuk keadaan miopia. Disamping itu juga
terdapat faktor lain yang menjadi faktor predisposisi miopia, yaitu faktor diet dan
stress.
Gejala klinis yang dapat ditemukan pada penderita miopia adalah
buramnya penglihatan atau memicingkan mata ketika melihat jauh, mata terasa
pegal dan keluhan yang jarang adalah nyeri kepala.
Diagnosis miopia ditegakkan setelah dilakukan pemeriksaan mata oleh
dokter spesialis mata atau ahli kacamata. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
pemeriksaan obyektif dengan autorefraktor dan retinoskopi, dan pemeriksaan
subyektif dengan menggunakan phoropter.
Komplikasi yang dapat dialami oleh penderita miopia adalah liquefaction
atau syneresis vitreus, fundus tigroid, abalsio retina, stafiloma, perdarahan retina,
atrofi khorioretina, glaukoma simpleks, serta esotropia dan eksoforia.
Penatalaksanaan bagi pasien miopia dapat diberikan terapi kacamata, lensa
kontak, radial keratotomy, photo refraktif keratectomy (PRK) dan LASIK.
Kursus sight-saving, latihan mata, undercorection, terapi sikloplegik, lensa
kontak, kacamata pinhole dan teknik pembedahan merupakan metode terapi yang
telah dilakukan dengan tujuan untuk mencegah atau memperlambat progresifitas
miopia.
Diagnosis sedini mungkin dari miopia sangat penting karena seorang anak
kecil dapat mengalami kesulitan dalam belajar atau secara sosial karena tidak
dapat melihat dengan baik pada jarak jauh.
Hal-hal yang seringkali menjadi mitos mengenai miopia yaitu keyakinan
bahwa memakan wortel yang kaya dengan vitamin A dapat memperbaiki atau
mencegah miopia, membaca dalam posisi berbaring dapat menyebabkan miopia,
komputer dan televisi dapat menyebabkan miopia dan miopia yang terjadi pada
anak-anak harus dioperasi. Padahal hal-hal tersebut tidaklah benar. Selain itu,
mengurangi kacamata koreksi yang dipakai, melakukan latihan mata, penggunaan

36

kacamata bifokus pada miopia juga tidak terbukti dapat menyembuhkan atau
menghambat progresifitas miopia.

37

Anda mungkin juga menyukai