PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malnutrisi yaitu suatu kondisi dimana penderita mengalami penurunan berat
badan lebih dari 10% dari berat badan sebelumnya dalam 3 bulan terkhir. Kriteria lain
yang digunakan adalah apabila saat pengukuran berat badan kurang dari 90% berat badan
ideal berdasarkan tinggi badan (Rani, 2011). Malnutrisi jenis marasmus adalah suatu
bentuk malgizi protein dan energy karena kelaparan, dan semua unsur diet kurang
(Sodikin, 2011)
Di Indonesia masalah malnutrisi atau gizi buruk masih menjadi salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama. Menurut Riskesdas tahun 2013 tercatat
sekitar 4,6 juta diantara 23 juta anak di Indonesia mengalami gizi buruk dan kurang
(Riskesdas, 2013). Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mencatat jumlah
balita yang mengalami gizi buruk pada tahun 2012 berjumlah 3.514, telah menurun
0,18% dibandingkan tahun 2009 yang berjumlah 5.249 (Dinkes Prov Jateng, 2012).
Masalah utama yang sering terjadi pada anak penderita marasmus adalah
penciutan otot dan hilangnya lemak subkutis, mereka mengalami penurunan berat badan,
perkembangan otak menjadi lambat, dan apabila berkepanjangan dapat menyebabkan
gagal tumbuh (Rudolph, 2014). Komplikasi yang mungkin terjadi pada marasmus yaitu
penurunan sistem imun, depresi, kekuatan otot menurun termasuk kekuatan otot-otot
pernapasan, serta penurunan fungsi jantung ( Rani, 2011 ).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan berat badan
sehingga mengalami penciutan atau pengurusan otot generalisata dan tidak adanya lemak
subkutis (Rudolph, 2014).
Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan
merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi.
Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada anak sendiri yang dibawa sejak
lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus (Nurarif, 2013).
B. Etiologi
Penyebab utama marasmus menurut Sodikin (2012), yaitu :
1. Faktor psikologis seperti adanya penolakan ibu dan penolakan yang berhubungan
dengan anoreksia.
2. Asupan kalori dan protein yang tidak memadai akibat diet yang tidak cukup.
3. Kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan antara orang tua dan anak yang
terganggu atau tidak harmonis.
4. Adanya kelainan metabolik, atau malformasi kongenital.
C. Tanda dan Gejala
1. Pertumbuhan terganggu
2. Berat badan dan tinggi badan minus dibandingkan dengan anak sehat.
3. Perubahan mental, biasanya penderita cengeng dan pada stadium lanjut menjadi
apatis.
4. Edema ringan maupun berat.
5. Gejala gastrointestinal seperti; anoreksia, diare, hal ini mungkin karena gangguan
fungsi hati, pancreas dan usus. Intoleransi laktosa kadang-kadang ditemukan.
6. Perubahan rambut; mudah dicabut, warna berubah, kusam, kering, jarang.
7. Kulit kering (crazi pavement dermatosis)
8. Pembesaran hati
9. Anemia ringan
10. Kelainan kimia darah; kadar albumin serum rendah, globulin tinggi
D. Klasifikasi
Klasifikasi yang sering dipakai :
A. Berat badan terhadap umur
1. Klasifikasi menurut Gomez
-
Persentil ke 50 - 3 : normal
4. Klasifikasi di Indonesia
Menggunakan modifikasi Gomez pada KMS, kemudian kenaikan berat badan
dicatat pada KMS. Bila terdapat kenaikan tiap bulan adalah normal, bila tidak
terdapat kenaikan : risiko tinggi terjadinya gangguan pertumbuhan.
E.
Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92).
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu
berusaha
untuk
banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm
pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
c. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan
jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak
berlemak).
G. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht,transferin.
H. Penatalaksanaan
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas
biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian
antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat
badan, kaji tanda-tanda vital.
a. Penatalaksanan Diet
Tujuan Diet :
Memberikan Makanan TETP secara bertahap sesuai dengan keadaan
pasien untuk mencapai keadaan gizi optimal.
Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan
awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang
mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan
gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
Komplikasi
1. Infeksi tuberculosisi
2. Parasitosis, disentri
3. Malnutrisi kronik
4. Gagguan tumbuh kembang.
5. Hipoglikemia
6. Hipotermia
7. Dehidrasi
8. Gangguan fungsi vital
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas pasien, umur, jenis kelamin, alamat, No.Reg, Diagnosa Medis, identitas
penanggung jawab, Tanggal masuk rumah sakit dll.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare
dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk Rs karena alergi, Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal
dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola
kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk),
psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji
dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat
kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan
angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit pasien dan lain-lain.
e. Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan
angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit pasien dan lain-lain.Pengkajian
secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum
dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen,
ekstremitas dan genito-urinaria.
c. Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi
menyenangkan.
d. Gunakan alat makan yang dikenalnya.
e. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan
dan memuji anak untuk makan mereka.
f. Sajikan makansedikit tapi sering.
g. Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
Tujuan : Tidak terjadi dehidrasi
Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi
b. Monitor jumlah dan tipe masukan cairan
c. Ukur haluaran urine dengan akurat
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil : kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal
Intervesi :
a. Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi
b. mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi
c. Massage kulit Kriteria hasil ususnya diatas penonjolan tulang
d. Alih baring
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil : Suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas normal
Intervensi :
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril
c. Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur control
infeksi
d. Beri antibiotik sesuai program
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.
Tujuan : pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
Kriteria hasil : Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup,mengidentifikasi
hubungan tanda dan gejala.
Intervensi :
a. Tentukan tingkat pengetahuan orangtua pasien
b. Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi
c. Dorong konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan adekuat
d. Berikan informasi tertulis untuk orangtua pasien
6. Perubahan
pertumbuhan
dan
perkembangan
berhubungan
dengan
Intervensi :
a. Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia.
b. Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II.
c. Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan.
d. Berikan mainan sesuai usia anak.
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder
akibat malnutrisi.
Tujuan : Anak mampu beraktifitas sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil : Menunjukkan kembali kemampuan melakukan aktifitas.
Intervensi :
a. Berikan permainan dan aktifitas sesuai dengan usia
b. Bantu semua kebutuhan anak dengan melibatkan keluarga pasien
8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein
(malnutrisi).
Tujuan : Kelebihan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil : Menyebutkan faktor-faktor penyebab dan metode-metode pencegahan
edema, memperlihatkan penurunan edema perifer dan sacral.
Intervensi :
a. Pantau kulit terhadap tanda luka tekan
b. Ubah posisi sedikitnya 2 jam
c. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan.
1. Anatomi
Jnis pmrksaan pnnjng dn hsil
Pntlksnaan medis dan secra kprwatan
Kmplksi dg prses terjdnya
Pncghn
Cra pnlran
Askep
Ksmpln
Dapus
MARASMUS
1. Definisi
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk atau kekurangan kalori protein yang
terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis yang sering ditemui pada balita2,5,6.
2. Etiologi
Marasmus disebabkan oleh karena asupan makanan yang kurang terutama pemasukan kalori,
atau protein atau keduanya yang tidak mencukupi akibat kekurangan dalam susunan makanan,
dan kebiasaan makan makanan yang tidak tepat 3,5.
Marasmus dapat terjadi pada semua umur, akan tetapi sering dijumpai pada bayi yang tidak
mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.
Marasmus dapat terjadi akibat berbagai penyakit seperti infeksi, kelainan bawaan saluran
pencernaan (misalnya penyakit Hirschprung,deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia,
stenosispilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas), kelainan jantung bawaan,
prematuritas, malabsorpsi, gangguan metabolik (misalnya renal asidosis, idiopathic
hypercalcemia, galactosemia, intoleransi laktosa), penyakit ginjal menahun dan gangguan saraf
pusat 3,5.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya marasmus 5:
Faktor diet.
Menurut konsep klasik, diet kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya seimbang akan
menyebabkan anak menjadi penderita marasmus.
Faktor infeksi.
Terdapat interaksi sinergistis antara infeksi dan malnutrisi. Infeksi berat dapat memperjelek
keadaan gizi melalui gangguan masukan dan meningginya kehilangan zat-zat gizi esensial
tubuh. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus,terutama infeksi enteral
misalnya infantil gastroenteritis,bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.
Faktorkemiskinan.
jam sudah dapatterjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam
dengan menghasilkan asam amino yangsegera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal5,6.
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi energi tetapi
juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti berbagai asam
amino. Karena itu pada marasmus kadang-kadang masih ditemukan kadar asam amino yang
normal, sehingga hati masih dapat membentuk albumin5,6.
4. Gejala Klinis3,5,6,7
Pertumbuhan berkurang atau terhenti. Pada mulanya, ada kegagalan menaikkan berat badan
telah
anak
lemak
subkutanmaka anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang, dan kulit kehilangan
yang jelas.
Diare atau konstipasi.
Kadang-kadang tampak rambut yang kering, tipis, dan mudah rontok.
Baggy pant
5. Pencegahan
Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahunmerupakan sumber energi yang
paling
perorangan.
Pemberian imunisasi.
Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegahkehamilan terlalu kerap.
Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makananyang adekuat merupakan usaha
Nelson, behrman, & kliegman. 2000. Nelson teks book of pediatric. vol. 1. Ed 15. alih bahasa A
Samik Wahab. Jakarta. EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I.
FKUI. Jakarta.; 360-66
WHO. 2006.Child Growth Standards: Methods and development. Geneva: World Health
Organization.
Rusmil, K. 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Departemen
Kesehatan RI
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut (Markum : 1999 : 168) defisiensi Vitamin
A, infestasi cacing, dermatis tuberkulosis, bronkopneumonia, noma, anemia, gagal
tumbuh serta keterlambatan perkembangan mental dan psikomotor.
a. Defisiensi Vitamin A
Umumnya terjadi karena masukan yang kurang atau absorbsi yang terganggu.
Malabsorbsi ini dijumpai pada anak yang menderita malnurtrisi, sering terjangkit
infeksi enteritis, salmonelosis, infeksi saluran nafas) atau pada penyakit hati. Karena
Vitamin A larut dalam lemak, masukan lemak yang kurang dapat menimbulkan
gangguan absorbsi.
b. Infestasi Cacing
Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadi infeksi
khususnya gastroenteritis. Pada anak dengan gizi buruk/kurang gizi investasi parasit
seperti cacing yang jumlahnya meningkat pada anak dengan gizi kurang.
c. Tuberkulosis
Ketika terinfeksi pertama kali oleh bakteri tuberkolosis, anak akan membentuk
tuberkolosis primer. Gambaran yang utama adalah pembesaran kelenjar limfe pada
pangkal paru (kelenjar hilus), yang terletak dekat bronkus utama dan pembuluh darah.
Jika
pembesaran
menghebat,
penekanan
pada
bronkus
mungkin
dapat
menyebabkanya tersumbat, sehingga tidak ada udara yang dapat memasuki bagian
paru, yang selanjutnya yang terinfeksi. Pada sebagian besar kasus, biasanya
menyembuh dan meninggalkan sedikit kekebalan terhadap penyakit ini. Pada anak
dengan keadaan umum dan gizi yang jelek, kelenjar dapat memecahkan ke dalam
bronkus, menyebarkan infeksi dan mengakibatkan penyakit paru yang luas.
d. Bronkopneumonia
Pada anak yang menderita kekurangan kalori-protein dengan kelemahan otot
yang menyeluruh atau menderita poliomeilisis dan kelemahan otot pernapasan. Anak
mungkin tidak dapat batuk dengan baik untuk menghilangkan sumbatan pus.
Kenyataan ini lebih sering menimbulkan pneumonia, yang mungkin mengenai
banyak bagian kecil tersebar di paru (bronkopneumonia).
e. Noma
Penyakit mulut ini merupakan salah satu komplikasi kekurangan kalori-protein
berat yang perlu segera ditangani, kerena sifatnya sangat destruktif dan akut.
Kerusakan dapat terjadi pada jaringan lunak maupun jaringan tulang sekitar rongga
mulut. Gejala yang khas adalah bau busuk yang sangat keras. Luka bermula dengan
bintik hitam berbau diselaput mulut. Pada tahap berikutnya bintik ini akan
mendestruksi jaringan lunak sekitarnya dan lebih mendalam. Sehingga dari luar akan
terlihat lubang kecil dan berbau busuk.
Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap marasmus menurut (Lubis, U.N.http:
//www.cermin dunia kedokteran. diperoleh tanggal 4 Juni 2008) dapat dilaksanakan
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status, agama, alamat.
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan
semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang
pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,
kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji
dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan
kalori dalam waktu relatif lama).
c.
3. Pemeriksaan Fisik
TB: 103cm
BB: 15kg
L. Kepala: 24cm
L. Lengan: 15cm
No dx
1.
kep
I
Tujuan : Pasien
Intervensi
1. Dapatkan riwayat
diet
2. Dorong orangtua atau
anggota keluarga lain
meningkatkan
masukan oral
Rasional
1.Untuk
mengetahui
asupan kalori
2.untuk
meningkatkan
selera makan
3.meningkatkan
asupan nutrisi
4.proses
penyembuhan
pada anak
3.
III
Monitor kemerahan,
pucat,ekskoriasi
Dorong mandi
kulit
Kriteria hasil :
2xsehari dan gunakan
kulit tidak kering, tidak
lotion setelah mandi
bersisik, elastisitas
3. Massage kulit
normal
1.mengetahui
keadaan umum
2.untuk
meningkatkan
personal hygiene
diatas penonjolan
tulang
4.
IV
3.mempelancar
peredaran darah
1.meningkatkan
menunjukkan tanda-
kebersihan
tanda infeksi
Kriteria hasil : suhu
tubuh normal 36,6 C-
personal
pasien bersih/steril
3. Instruksikan pekerja
2.mencegah
terjadinya infeksi
perawatan kesehatan
dan keluarga dalam
prosedur control
infeksi
Be4. antibiotik sesuai
3.meningkatkan
pengetahuan pada
keluarga
program
4.sesuai dengan
program
5.
1.agar keluarga
pengetahuan orangtua
pasien
bertambah
Kriteria hasil :
pasien
mengetahui
kesehatan lebih
Menyatakan kesadaran
dan perubahan pola
2. Mengkaji kebutuhan
hidup,mengidentifikasi
diet dan jawab
hubungan tanda dan
pertanyaan sesuai
gejala.
indikasi
3. Dorong konsumsi
makanan tinggi serat
dan masukan cairan
lanjut
2.program
kesehatan
3.proses
pemulihan
penyakit
adekuat
4.meningkatkan
4. .
Berikan
informasi tertulis
pengetahuan
orang tua
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Mendapatkan riwayat diet
2.
Mendorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
3. Meminta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan
4. Mengunakan alat makan yang dikenalnya
5.
Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan memuji
Menyajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Masalah dikatakan teratasi apabila Pasien mendapat nutrisi yang adekuat dan mampu
meningkatkan masukan oral.
Pemeriksaan Penunjang
1.Menurut FKUI (1985:364) pada pemeriksaan laboratorium memperlihatkan :
a. Karena adanya kelainan kimia darah, maka :
1) kadar albumin serum rendah
2) kadar globumin normal atau sedikit tinggi
3) peningkatan fraksi globumin alfa 1 dan globumin gama
4) kadar globumin beta rendah
5) kadar globumin alfa 2 menetap
6) kadar kolesterol serum menurun
7) uji turbiditas timol meninggi
b. Pada biopsi hati ditemukan perlemahan yang kadang-kadang demikian hebatnya
sehingga hampir semua sela hati mengandung vakual lemak besar. Sering juga
ditemukan tanda fibosis, nekrosis dan infiltrasi sel mononukleus.
c. Pada hasil outopsi penderita kwashiorkor yang berat menunjukan hampir semua
organ mengalami perubahan seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang dan
sebagainya.
2. Menurut Markum (1996:167) pada pemeriksaan
a. Laboratorium menunjukan
1) Penurunan badan albumin, kolesterol dan glukosa dalam serum
2) Kadar globumin dapat normal atau meningkat, sehingga perbandingan albumin
dan globumin dapat terbalik kurang dari 1.
3) Kadar asam amino esensial dalam plasma relatif lebih rendah daripada asam
amino non esensial.
4) Umumnya kadar imunoglubin serum normal atau meningkat.
5) Kadar Ig A serum normal, kadar Ig A sekretori rendah.
6) Uji toleransi glukosa menunjukan gambaran tipe diabetik.
7) Pemeriksaan air kemih menunjukan peningkatan sekresi hidroksiprolin dan
adanya aminoasi dunia.
b. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis, nekrosis dan
infiltrasi sel mononuklear. Pada perlemakan berat hampir semua selhati
mengandung vakual lemak yang besar.
c. Pemeriksaan outopsi menunjukan kelainan pada hampir semua organ tubuh, seperti
degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, atrofi virus usus, detrofi sistem limfold
dan atrofi kelenjar timus.
d. Pada pemeriksaan otopometri berat badan dibawah 90%, lingkar lengan di bawah 14
cm.
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Mansjoer (2000 : 514 517) penatalaksanan marasmus adalah :
1. Atasi / cegah hipoglikemia
Periksa gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila <>oC, suhu rektal 35,5 oC).
Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegah kondisi tersebut.
2. Atasi/cegah hipotermia
Bila suhu rektal <>oC
a. Segera beri makanan cair/fomula khusus.
b. Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala.
3. Atasi/cegah dehidrasi
Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati dengan tetesan pelan-pelan untuk
mengurangi beban sirkulasi dan jantung.
4. Koreksi gangguan keseimbang elektrolit
Pada marasmus berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar natrium
plasma rendah.
a) Tambahkan Kalium dan Magnesium dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan
ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan pada 1 liter
formula.
5. Obati / cegah infeksi dengan pemberian antibiotik
6. Koreksi defisiensi nitrien mikro, yaitu dengan :
Berikan setiap hari :
1). Tambahkan multivitamin.
2). Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama).
3). Seng (Zn) 2 mg/KgBB/hari.
4). Bila berat badan mulai naik berikan Fe (zat besi) 3 mg/KgBB/hari.
5). Vitamin A oral pada hari 1, 2, dan 14.
Umur > 1 tahun : 200 ribu SI (satuan Internasional).
Umur 6-12 bulan : 100 ribu SI (satuan Internasional).
Umur 0-5 bulan : 50 ribu SI (satuan Internasional).
6). Mulai pemberian makan
Pemberian nutrisi harus dimulai segera setelah anak dirawat dan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga cukup energi dan protein untuk memenuhi
metabolisme basal.