Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malnutrisi yaitu suatu kondisi dimana penderita mengalami penurunan berat
badan lebih dari 10% dari berat badan sebelumnya dalam 3 bulan terkhir. Kriteria lain
yang digunakan adalah apabila saat pengukuran berat badan kurang dari 90% berat badan
ideal berdasarkan tinggi badan (Rani, 2011). Malnutrisi jenis marasmus adalah suatu
bentuk malgizi protein dan energy karena kelaparan, dan semua unsur diet kurang
(Sodikin, 2011)
Di Indonesia masalah malnutrisi atau gizi buruk masih menjadi salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama. Menurut Riskesdas tahun 2013 tercatat
sekitar 4,6 juta diantara 23 juta anak di Indonesia mengalami gizi buruk dan kurang
(Riskesdas, 2013). Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mencatat jumlah
balita yang mengalami gizi buruk pada tahun 2012 berjumlah 3.514, telah menurun
0,18% dibandingkan tahun 2009 yang berjumlah 5.249 (Dinkes Prov Jateng, 2012).
Masalah utama yang sering terjadi pada anak penderita marasmus adalah
penciutan otot dan hilangnya lemak subkutis, mereka mengalami penurunan berat badan,
perkembangan otak menjadi lambat, dan apabila berkepanjangan dapat menyebabkan
gagal tumbuh (Rudolph, 2014). Komplikasi yang mungkin terjadi pada marasmus yaitu
penurunan sistem imun, depresi, kekuatan otot menurun termasuk kekuatan otot-otot
pernapasan, serta penurunan fungsi jantung ( Rani, 2011 ).

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian

Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan berat badan
sehingga mengalami penciutan atau pengurusan otot generalisata dan tidak adanya lemak
subkutis (Rudolph, 2014).
Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan
merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi.
Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada anak sendiri yang dibawa sejak
lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus (Nurarif, 2013).
B. Etiologi
Penyebab utama marasmus menurut Sodikin (2012), yaitu :
1. Faktor psikologis seperti adanya penolakan ibu dan penolakan yang berhubungan
dengan anoreksia.
2. Asupan kalori dan protein yang tidak memadai akibat diet yang tidak cukup.
3. Kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan antara orang tua dan anak yang
terganggu atau tidak harmonis.
4. Adanya kelainan metabolik, atau malformasi kongenital.
C. Tanda dan Gejala
1. Pertumbuhan terganggu
2. Berat badan dan tinggi badan minus dibandingkan dengan anak sehat.
3. Perubahan mental, biasanya penderita cengeng dan pada stadium lanjut menjadi
apatis.
4. Edema ringan maupun berat.
5. Gejala gastrointestinal seperti; anoreksia, diare, hal ini mungkin karena gangguan
fungsi hati, pancreas dan usus. Intoleransi laktosa kadang-kadang ditemukan.
6. Perubahan rambut; mudah dicabut, warna berubah, kusam, kering, jarang.
7. Kulit kering (crazi pavement dermatosis)
8. Pembesaran hati
9. Anemia ringan
10. Kelainan kimia darah; kadar albumin serum rendah, globulin tinggi
D. Klasifikasi
Klasifikasi yang sering dipakai :
A. Berat badan terhadap umur
1. Klasifikasi menurut Gomez
-

> 90% : normal

90 75% : malnutrisi ringan ( Grade 1 )

75 61% : malnutrisi sedang ( Grade 2)

</= 60% : malnutrisi berat ( Grade 3 )

2. Klasifikasi menurut Jelliffe

110 90% : normal

90 81% : malnutrisi ringan ( Grade 1 )

80 61% : malnutrisi sedang ( Grade 2 dan 3 )

</= 60% : malnutrisi berat ( Grade 4 )

3. Klasifikasi menurut WHO


-

Persentil ke 50 - 3 : normal

Persentil </= 3 : malnutrisi

4. Klasifikasi di Indonesia
Menggunakan modifikasi Gomez pada KMS, kemudian kenaikan berat badan
dicatat pada KMS. Bila terdapat kenaikan tiap bulan adalah normal, bila tidak
terdapat kenaikan : risiko tinggi terjadinya gangguan pertumbuhan.
E.

Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92).
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu

berusaha

untuk

mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan


tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang
sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai
oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal.
Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies.
Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan
sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
(Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengukur TB dan BB
Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB
(dalam meter).
b. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatantrisep)
ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur,
biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper).Lemak dibawah kulit

banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm
pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
c. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan
jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak
berlemak).
G. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht,transferin.
H. Penatalaksanaan
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas
biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian
antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat
badan, kaji tanda-tanda vital.
a. Penatalaksanan Diet
Tujuan Diet :
Memberikan Makanan TETP secara bertahap sesuai dengan keadaan
pasien untuk mencapai keadaan gizi optimal.
Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan
awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang
mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan
gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.

Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.


Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septic
Pengobatan infeksi
Pemberian makanan
Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin,

anemia berat dan payah jantung.( Menurut Arisman, 2004:105)


b. Pemberian Cairan/Makanan
Tahapan pemberian cairan/makanan :
1. Tahapan Stabilisasi (Initial)
a. Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu
tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan
dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena.
b. Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat
Dextrose 5%.
c. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-mula diberikan 60
ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan
dalam 16-20 jam berikutnya.

2. Tahapan Transisi (Penyesuaian)


Tujuan : memberi bentuk, jenis, dan cara pemberian makanan yg sesuai dg
kemampuan digesti dan absorbsi penderita.
a. Porsi kecil tapi sering ( 6-12x pemberian sehari)
b. Umur < 1 tahun / BB < 7 kg : Cair- semi solid spt mkn bayi, ASI
diteruskan bila masih ada dan diperlukan pada saat setelah makan atau
mau tidur.
c. Umur > 1 tahun / BB > 7 kg :Semi solid-solid berupa makanan anak 1 th
bentuk cair kemudian lunak dan makanan padat, cairan 150-200 ml/kg
BB/hari.
d. Kalori yang diberikan 50- 100 kalori/kgBB/hr dengan protein 2 g/ kgBB/
hari
e. Susu formula / rendah laktosa Bila tak minum susu formula diberi
makanan yang yang tak mengandung protein susu sapi dan bebas laktosa (
preda = formula bubur- tempe).
3. Tahap Rehabilitasi
a. Intake kalori 100- 175 kalori/kgBB/hari. Bentuk jenis dan cara pemberian
disesuaikan dengan makin meningkatnya kemampuan digesti dan
absorbsi.
b. Jenis makanan diupayakan disesuaikan dengan apa yang mungkin dapat
diberikan di rumah.
4. Tahapan Pembinaan
Bimbingan pada orang tua untuk memberikan makanan sesuai dengan
kebutuhan dapat dimulai setiap tahap, dalam bentuk dan jenis makanan yang
dapat disediakan oleh mereka dirumah
Tujuan :
a. ibu dapat merawat anak KEP dan menghindari berulangnya KEP
b. Intake 100-120 kalori / kgBB/hari, protein 2-3 g/kgBB/hari
c. Anak dengan Gizi Buruk boleh dipulangkan bila terjadi kenaikan sampai
kira-kira 90% BB normal menurut umurnya, bila nafsu makannya telah
kembali dan penyakit infeksi telah teratasi.
d. Penderita yang telah kembali nafsu makannya dibiasakan untuk mendapat
makanan biasa seperti yang dimakan sehari-hari.
I.

Komplikasi
1. Infeksi tuberculosisi
2. Parasitosis, disentri
3. Malnutrisi kronik
4. Gagguan tumbuh kembang.
5. Hipoglikemia
6. Hipotermia
7. Dehidrasi
8. Gangguan fungsi vital

9. Gangguan keseimbangan elektrolit

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas pasien, umur, jenis kelamin, alamat, No.Reg, Diagnosa Medis, identitas
penanggung jawab, Tanggal masuk rumah sakit dll.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare
dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk Rs karena alergi, Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal
dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola
kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk),
psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji
dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat
kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan
angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit pasien dan lain-lain.
e. Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan
angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit pasien dan lain-lain.Pengkajian
secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum
dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen,
ekstremitas dan genito-urinaria.

Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah pengukuran


antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan
kulit).
Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
1) Penurunan ukuran antropometri.
2) Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah
dicabut).
3) Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra.
4) Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot
intercostal).
5) Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila
terjadi diare.
6) Edema tungkai.
7) Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis
terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut,
ruas jari kaki, paha dan lipat paha)
B. Diagnosa
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
2.
3.
4.
5.
6.

tidak adekuat (nafsu makan berkurang).


Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya
kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi

yang tidak adekuat.


7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder
akibat malnutrisi.
8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein
(malnutrisi).
C. Intervensi
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
Tujuan : Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : meningkatkan masukan oral.
Intervensi :
a. Dapatkan riwayat diet.
b. Dorong orang tua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat
makan.

c. Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi
menyenangkan.
d. Gunakan alat makan yang dikenalnya.
e. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan
dan memuji anak untuk makan mereka.
f. Sajikan makansedikit tapi sering.
g. Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
Tujuan : Tidak terjadi dehidrasi
Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi
b. Monitor jumlah dan tipe masukan cairan
c. Ukur haluaran urine dengan akurat
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil : kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal
Intervesi :
a. Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi
b. mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi
c. Massage kulit Kriteria hasil ususnya diatas penonjolan tulang
d. Alih baring
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil : Suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas normal
Intervensi :
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril
c. Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur control
infeksi
d. Beri antibiotik sesuai program
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.
Tujuan : pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
Kriteria hasil : Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup,mengidentifikasi
hubungan tanda dan gejala.
Intervensi :
a. Tentukan tingkat pengetahuan orangtua pasien
b. Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi
c. Dorong konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan adekuat
d. Berikan informasi tertulis untuk orangtua pasien
6. Perubahan
pertumbuhan
dan
perkembangan
berhubungan

dengan

melemahnyakemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori


atau nutrisi yang tidak adekuat.
Tujuan : Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya
Kriteria hasil : Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif
atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya.

Intervensi :
a. Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia.
b. Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II.
c. Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan.
d. Berikan mainan sesuai usia anak.
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder
akibat malnutrisi.
Tujuan : Anak mampu beraktifitas sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil : Menunjukkan kembali kemampuan melakukan aktifitas.
Intervensi :
a. Berikan permainan dan aktifitas sesuai dengan usia
b. Bantu semua kebutuhan anak dengan melibatkan keluarga pasien
8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein
(malnutrisi).
Tujuan : Kelebihan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil : Menyebutkan faktor-faktor penyebab dan metode-metode pencegahan
edema, memperlihatkan penurunan edema perifer dan sacral.
Intervensi :
a. Pantau kulit terhadap tanda luka tekan
b. Ubah posisi sedikitnya 2 jam
c. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan.

1. Anatomi
Jnis pmrksaan pnnjng dn hsil
Pntlksnaan medis dan secra kprwatan
Kmplksi dg prses terjdnya
Pncghn
Cra pnlran
Askep
Ksmpln
Dapus
MARASMUS

1. Definisi
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk atau kekurangan kalori protein yang
terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis yang sering ditemui pada balita2,5,6.
2. Etiologi

Marasmus disebabkan oleh karena asupan makanan yang kurang terutama pemasukan kalori,
atau protein atau keduanya yang tidak mencukupi akibat kekurangan dalam susunan makanan,
dan kebiasaan makan makanan yang tidak tepat 3,5.
Marasmus dapat terjadi pada semua umur, akan tetapi sering dijumpai pada bayi yang tidak
mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.
Marasmus dapat terjadi akibat berbagai penyakit seperti infeksi, kelainan bawaan saluran
pencernaan (misalnya penyakit Hirschprung,deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia,
stenosispilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas), kelainan jantung bawaan,
prematuritas, malabsorpsi, gangguan metabolik (misalnya renal asidosis, idiopathic
hypercalcemia, galactosemia, intoleransi laktosa), penyakit ginjal menahun dan gangguan saraf
pusat 3,5.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya marasmus 5:

Faktor diet.
Menurut konsep klasik, diet kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya seimbang akan
menyebabkan anak menjadi penderita marasmus.

Peranan faktor sosial.


Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah turun-temurun dapat
mempengaruhi terjadinya penyakit KEP.

Peranan kepadatan penduduk.


Mc Laren (1982) memperkirakan bahwa marasmus terdapat dalam jumlah yang banyak
akibat suatu daerah terlalu padat penduduknya dengan higiene yang buruk.

Faktor infeksi.
Terdapat interaksi sinergistis antara infeksi dan malnutrisi. Infeksi berat dapat memperjelek
keadaan gizi melalui gangguan masukan dan meningginya kehilangan zat-zat gizi esensial
tubuh. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus,terutama infeksi enteral
misalnya infantil gastroenteritis,bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.

Faktorkemiskinan.

Dengan penghasilan yang rendah, ketidakmampuan membeli bahan makanan ditambah


timbulnya banyak penyakit infeksi karena kepadatan tempat tinggal dapat mempercepat
timbulnya KEP.
3. Patofisiologi
Pada keadaan marasmus terjadi pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot
dan menghilangnya lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan proses
fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejumlah energi yang dalam keadaan
normal dapat dipenuhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenuhi pada intake
yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein sebagai sumber
energi.Karbohidrat(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagaibahan bakar,
sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpankarbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25

jam sudah dapatterjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam
dengan menghasilkan asam amino yangsegera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal5,6.
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi energi tetapi
juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti berbagai asam
amino. Karena itu pada marasmus kadang-kadang masih ditemukan kadar asam amino yang
normal, sehingga hati masih dapat membentuk albumin5,6.
4. Gejala Klinis3,5,6,7
Pertumbuhan berkurang atau terhenti. Pada mulanya, ada kegagalan menaikkan berat badan

sampai berakibat kurus.


Mula-mula bayi mungkin cengeng dan rewel, walaupun

telah

mendapat minum atau disusui, sering bangun pada waktu

malam, kemudian menjadi lesu, dan nafsu makan hilang.


Keadaanyang terlihat mencolok adalah hilangnya lemak
subkutan,terutama pada wajah, akibatnya ialah wajah si

anak

lonjong,berkeriput dan tampak lebih tua (old man face).


Vena superficialis tampak lebih jelas, ubun-ubun besar
cekung, tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol, mata

tampak besar dan dalam.


Otot-ototlemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya

lemak

subkutanmaka anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang, dan kulit kehilangan

turgornya sehingga menjadi kerut dan longgar atau keriput.


Tulangrusuk tampak lebih jelas.
Dinding abdomen dapat kembung/membuncit, cekung atau datar, dengan gambaran usus

yang jelas.
Diare atau konstipasi.
Kadang-kadang tampak rambut yang kering, tipis, dan mudah rontok.
Baggy pant

5. Pencegahan
Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahunmerupakan sumber energi yang

paling

baik untuk bayi.


Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yangbergizi mulai umur 6 bulan keatas.
Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkankebersihan lingkungan dan kebersihan

perorangan.
Pemberian imunisasi.
Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegahkehamilan terlalu kerap.
Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makananyang adekuat merupakan usaha

pencegahan jangka panjang.


Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita didaerah yang endemis kurang gizi,
dengan cara penimbanganberat badan tiap bulan.

Nelson, behrman, & kliegman. 2000. Nelson teks book of pediatric. vol. 1. Ed 15. alih bahasa A
Samik Wahab. Jakarta. EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I.
FKUI. Jakarta.; 360-66
WHO. 2006.Child Growth Standards: Methods and development. Geneva: World Health
Organization.
Rusmil, K. 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Departemen
Kesehatan RI

Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut (Markum : 1999 : 168) defisiensi Vitamin
A, infestasi cacing, dermatis tuberkulosis, bronkopneumonia, noma, anemia, gagal
tumbuh serta keterlambatan perkembangan mental dan psikomotor.
a. Defisiensi Vitamin A
Umumnya terjadi karena masukan yang kurang atau absorbsi yang terganggu.
Malabsorbsi ini dijumpai pada anak yang menderita malnurtrisi, sering terjangkit
infeksi enteritis, salmonelosis, infeksi saluran nafas) atau pada penyakit hati. Karena
Vitamin A larut dalam lemak, masukan lemak yang kurang dapat menimbulkan
gangguan absorbsi.
b. Infestasi Cacing
Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadi infeksi
khususnya gastroenteritis. Pada anak dengan gizi buruk/kurang gizi investasi parasit
seperti cacing yang jumlahnya meningkat pada anak dengan gizi kurang.

c. Tuberkulosis
Ketika terinfeksi pertama kali oleh bakteri tuberkolosis, anak akan membentuk
tuberkolosis primer. Gambaran yang utama adalah pembesaran kelenjar limfe pada
pangkal paru (kelenjar hilus), yang terletak dekat bronkus utama dan pembuluh darah.
Jika

pembesaran

menghebat,

penekanan

pada

bronkus

mungkin

dapat

menyebabkanya tersumbat, sehingga tidak ada udara yang dapat memasuki bagian
paru, yang selanjutnya yang terinfeksi. Pada sebagian besar kasus, biasanya
menyembuh dan meninggalkan sedikit kekebalan terhadap penyakit ini. Pada anak
dengan keadaan umum dan gizi yang jelek, kelenjar dapat memecahkan ke dalam
bronkus, menyebarkan infeksi dan mengakibatkan penyakit paru yang luas.
d. Bronkopneumonia
Pada anak yang menderita kekurangan kalori-protein dengan kelemahan otot
yang menyeluruh atau menderita poliomeilisis dan kelemahan otot pernapasan. Anak
mungkin tidak dapat batuk dengan baik untuk menghilangkan sumbatan pus.
Kenyataan ini lebih sering menimbulkan pneumonia, yang mungkin mengenai
banyak bagian kecil tersebar di paru (bronkopneumonia).
e. Noma
Penyakit mulut ini merupakan salah satu komplikasi kekurangan kalori-protein
berat yang perlu segera ditangani, kerena sifatnya sangat destruktif dan akut.
Kerusakan dapat terjadi pada jaringan lunak maupun jaringan tulang sekitar rongga
mulut. Gejala yang khas adalah bau busuk yang sangat keras. Luka bermula dengan
bintik hitam berbau diselaput mulut. Pada tahap berikutnya bintik ini akan

mendestruksi jaringan lunak sekitarnya dan lebih mendalam. Sehingga dari luar akan
terlihat lubang kecil dan berbau busuk.
Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap marasmus menurut (Lubis, U.N.http:
//www.cermin dunia kedokteran. diperoleh tanggal 4 Juni 2008) dapat dilaksanakan

dengan baik bila penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan


sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan
dan penyuluhan gizi, antara lain :
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan
sumber energi yang paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada
umur 6 tahun ke atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan
lingkungan dan kebersihan perorangan.
.4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan
terlalu kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang
adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
7. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah
yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan
tiap bulan.
Patofisiologi
Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan manghilangkan lemak di
bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan prosesn fisiologis. Untuk
kelangsungan hidup jaringan tubuh memerlukan energi, namun tidak didapat sendiri dan

cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut.


Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan
energi, tetapi juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya
seperti asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat
kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat
membentuk cukup albumin. (Ngastiyah, 2005 : 259).
E. Pathway

ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status, agama, alamat.
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan
semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
b. Riwayat Keperawatan Sekarang

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang
pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,
kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji
dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan
kalori dalam waktu relatif lama).
c.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit
pasien dan lain-lain.

3. Pemeriksaan Fisik

TB: 103cm

BB: 15kg

L. Kepala: 24cm

L. Lengan: 15cm

Telinga: simetris kiri dan kanan.

Hidung: simetris kiri dan kanan.

Mulut: mukosa kering.

Leher: tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid.

Dada: iga terlihat jelas.

Paru: simetris kiri dan kanan.

Abdomen: turgor buruk

Genital: normal, tidak ada kelainan.

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,


pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit
pasien dan lain-lain.Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang
meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada,
abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri
(berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).
Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
Penurunan ukuran antropometri
Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal)
Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.
Edema tungkai
Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama pada
bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat
paha)
3. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik
normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum
tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan
gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan
radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak
adekuat (nafsu makan berkurang).
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh


4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.
III. RENCANA PERAWATAN
NO

No dx

Tujuan & kriteria hasil

1.

kep
I

Tujuan : Pasien

Intervensi

1. Dapatkan riwayat

mendapat nutrisi yang


adekuat
Kriteria hasil :

diet
2. Dorong orangtua atau
anggota keluarga lain

meningkatkan

untuk menyuapi anak

masukan oral

atau ada disaat makan


3. Sajikan makan

Rasional
1.Untuk
mengetahui
asupan kalori
2.untuk
meningkatkan
selera makan

sedikit tapi sering


4. Sajikan porsi kecil
makanan dan berikan
setiap porsi secara
terpisah

3.meningkatkan
asupan nutrisi
4.proses
penyembuhan
pada anak

3.

III

Tujuan : Tidak terjadi 1.


gangguan integritas
2.

Monitor kemerahan,
pucat,ekskoriasi
Dorong mandi

kulit
Kriteria hasil :
2xsehari dan gunakan
kulit tidak kering, tidak
lotion setelah mandi
bersisik, elastisitas
3. Massage kulit
normal

Kriteria hasil ususnya

1.mengetahui
keadaan umum
2.untuk
meningkatkan
personal hygiene

diatas penonjolan
tulang
4.

IV

3.mempelancar

Tujuan : Pasien tidak 1. Mencuci tangan

peredaran darah
1.meningkatkan

menunjukkan tanda-

kebersihan

tanda infeksi
Kriteria hasil : suhu
tubuh normal 36,6 C-

sebelum dan sesudah


melakukan tindakan
2. Pastikan semua alat
yang kontak dengan

personal

37,7 C,lekosit dalam


batas normal

pasien bersih/steril
3. Instruksikan pekerja

2.mencegah
terjadinya infeksi

perawatan kesehatan
dan keluarga dalam
prosedur control
infeksi
Be4. antibiotik sesuai

3.meningkatkan
pengetahuan pada
keluarga

program
4.sesuai dengan
program

5.

Tujuan : pengetahuan 1. Tentukan tingkat

1.agar keluarga

pasien dan keluarga

pengetahuan orangtua

pasien

bertambah
Kriteria hasil :

pasien

mengetahui
kesehatan lebih

Menyatakan kesadaran
dan perubahan pola

2. Mengkaji kebutuhan
hidup,mengidentifikasi
diet dan jawab
hubungan tanda dan
pertanyaan sesuai
gejala.
indikasi
3. Dorong konsumsi
makanan tinggi serat
dan masukan cairan

lanjut
2.program
kesehatan

3.proses
pemulihan
penyakit

adekuat
4.meningkatkan
4. .

Berikan

informasi tertulis

pengetahuan
orang tua

untuk orangtua pasien

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Mendapatkan riwayat diet
2.

Mendorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan

3. Meminta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan
4. Mengunakan alat makan yang dikenalnya

5.

Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan memuji

anak untuk makan mereka


6. Menyajikan makansedikit tapi sering
7.

Menyajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Masalah dikatakan teratasi apabila Pasien mendapat nutrisi yang adekuat dan mampu
meningkatkan masukan oral.
Pemeriksaan Penunjang
1.Menurut FKUI (1985:364) pada pemeriksaan laboratorium memperlihatkan :
a. Karena adanya kelainan kimia darah, maka :
1) kadar albumin serum rendah
2) kadar globumin normal atau sedikit tinggi
3) peningkatan fraksi globumin alfa 1 dan globumin gama
4) kadar globumin beta rendah
5) kadar globumin alfa 2 menetap
6) kadar kolesterol serum menurun
7) uji turbiditas timol meninggi
b. Pada biopsi hati ditemukan perlemahan yang kadang-kadang demikian hebatnya
sehingga hampir semua sela hati mengandung vakual lemak besar. Sering juga
ditemukan tanda fibosis, nekrosis dan infiltrasi sel mononukleus.
c. Pada hasil outopsi penderita kwashiorkor yang berat menunjukan hampir semua
organ mengalami perubahan seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang dan
sebagainya.
2. Menurut Markum (1996:167) pada pemeriksaan

a. Laboratorium menunjukan
1) Penurunan badan albumin, kolesterol dan glukosa dalam serum
2) Kadar globumin dapat normal atau meningkat, sehingga perbandingan albumin
dan globumin dapat terbalik kurang dari 1.
3) Kadar asam amino esensial dalam plasma relatif lebih rendah daripada asam
amino non esensial.
4) Umumnya kadar imunoglubin serum normal atau meningkat.
5) Kadar Ig A serum normal, kadar Ig A sekretori rendah.
6) Uji toleransi glukosa menunjukan gambaran tipe diabetik.
7) Pemeriksaan air kemih menunjukan peningkatan sekresi hidroksiprolin dan
adanya aminoasi dunia.
b. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis, nekrosis dan
infiltrasi sel mononuklear. Pada perlemakan berat hampir semua selhati
mengandung vakual lemak yang besar.
c. Pemeriksaan outopsi menunjukan kelainan pada hampir semua organ tubuh, seperti
degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, atrofi virus usus, detrofi sistem limfold
dan atrofi kelenjar timus.
d. Pada pemeriksaan otopometri berat badan dibawah 90%, lingkar lengan di bawah 14
cm.
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Mansjoer (2000 : 514 517) penatalaksanan marasmus adalah :
1. Atasi / cegah hipoglikemia
Periksa gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila <>oC, suhu rektal 35,5 oC).
Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegah kondisi tersebut.

2. Atasi/cegah hipotermia
Bila suhu rektal <>oC
a. Segera beri makanan cair/fomula khusus.
b. Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala.
3. Atasi/cegah dehidrasi
Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati dengan tetesan pelan-pelan untuk
mengurangi beban sirkulasi dan jantung.
4. Koreksi gangguan keseimbang elektrolit
Pada marasmus berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar natrium
plasma rendah.
a) Tambahkan Kalium dan Magnesium dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan
ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan pada 1 liter
formula.
5. Obati / cegah infeksi dengan pemberian antibiotik
6. Koreksi defisiensi nitrien mikro, yaitu dengan :
Berikan setiap hari :
1). Tambahkan multivitamin.
2). Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama).
3). Seng (Zn) 2 mg/KgBB/hari.

4). Bila berat badan mulai naik berikan Fe (zat besi) 3 mg/KgBB/hari.
5). Vitamin A oral pada hari 1, 2, dan 14.
Umur > 1 tahun : 200 ribu SI (satuan Internasional).
Umur 6-12 bulan : 100 ribu SI (satuan Internasional).
Umur 0-5 bulan : 50 ribu SI (satuan Internasional).
6). Mulai pemberian makan
Pemberian nutrisi harus dimulai segera setelah anak dirawat dan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga cukup energi dan protein untuk memenuhi
metabolisme basal.

Anda mungkin juga menyukai