NIM
: P07134014018
PEMERIKSAAN TUBEX
Hari/tanggal
Tempat
I.
Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Untuk dapat memahami dan mengetahui cara pemeriksaan demam tifoid dengan
menggunakan Tubex Test
b. Tujuan Instruksional Khusus
Untuk mendeteksi demam tifoid primer (Antibodi IgM) terhadap antigen
Salmonella typhi O9 Lipopolisakarida
II.
Metode
Metode yang digunakan pada pemeriksaan Tubex adalah Inhibition Magnetic Binding
Imunoassay
III.
Prinsip
Tubex TF akan mendeteksi antibodi anti-O9 pada sampel serum sesuai dengan
kemampuannya dalam menghambat reaksi antara antigen yang dilapisi reagen cokelat
dengan antibodi yang dilapisi reagen biru. Penghambatan yang terjadi sebanding dengan
konsentrasi antibodi anti-O9 dalam sampel. Pemisahan diaktifkan oleh gaya magnetik.
Hasil dibaca secara visual terhadap skala warna.
IV.
Dasar Teori
Tifoid dan paratifoid (secara kolektif disebut sebagai demam enterik) merupakan
suatu penyakit yang disebabkan oleh Salmonella enterica serovar Typhi (S. Typhi) dan
serovar Paratyphi A, B, C. Demam enterik menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang
tinggi di seluruh dunia. Mayoritas kasus demam enterik yang disebabkan oleh S. Typhi,
dengan sekitar 22 juta kasus demam tifoid terjadi setiap tahun, yang menghasilkan lebih
dari 100.000 kematian di seluruh dunia setiap tahun. Di daerah endemis, beban tertinggi
pada anak-anak. Insiden demam tifoid di warga kumuh di Dhaka, Bangladesh adalah
sekitar 2,0 episode / 1000 orang per tahun dengan insiden yang lebih tinggi ditemukan
pada anak usia <5 tahun (10,5 / 1.000 orang per tahun) dari pada orang yang lebih tua
(0,9 / 1000 orang per tahun) [5]. diagnosis klinis demam sering enterik sulit karena
sifatnya non-spesifik (non-lokalisasi penyakit demam). (Kamrul Islam dkk,2016)
Sebenarnya ada lebih dari 2.000 anggota atau serotipe Salmonella, diidentifikasi oleh
permukaan "O" dan antigen "H" ditemukan dalam lipopolisakarida (LPS) dan flagela
organisme, masing-masing. Serotipe dengan imunodominan antigen umum "O"
membentuk serogrup a. Dengan demikian, O9 (dan antigen O12 strukturaldisandingkan) ditemukan di serogrup D, yang terdiri Salmonella enterica serovar Typhi
(S. Typhi), penyebab demam tifoid, dan beberapa anggota lain yang tidak menyebabkan
tifus tetapi sebaliknya, penyakit usus terkait disebut gastroenteritis (umumnya dikenal
sebagai keracunan makanan). Dari serotipe yang menyebabkan demam paratifoid, O2
dan O12 ditemukan di S. Paratyphi A, O4 dan O12 di S. Paratyphi B, sementara O6 dan
O7 ditanggung oleh S. Paratyphi C. Dengan demikian, O12 adalah umum untuk S.
Typhi, S. Paratyphi A dan S. Paratyphi B. (Jusak Nugraha dkk,2012)
Diagnosis dari demam tifoid bergantung pada pemeriksaan laboratorium yang baik.
Salah satu atau kedua pendekatan investigasi berikut biasanya diadopsi: (a) Isolasi dan
identifikasi agen infeksi dalam media kultur, dan (b) Deteksi antigen dari agen infeksi,
atau antibodi yang diinduksi oleh antigen ini, di serum atau cairan tubuh lain dari pasien
yang terinfeksi. (Jusak Nugraha dkk,2012)
TUBEX TF adalah immunoassay kompetitif yang mendeteksi adanya antibodi
Typhi anti-09 Salmonella enterica serovar dalam serum pasien dengan menilai
kemampuan mereka untuk menghambat reaksi antara antigen dan antibodi dalam reagen.
Tingkat inhibisi sebanding dengan konsentrasi antibodi anti-09 Salmonella dalam
sampel. Metode khusus mendeteksi antibodi IgM terhadap antigen lipopolisakarida
Salmonella enterica serovar Typhi 09. Perbaikan di tempat Tifoid IgG / IgM Combo
Rapid Test adalah aliran lateral kromatografi immunoassay dan uji kaset terdiri dari
merah anggur berwarna konjugasi pad mengandung rekombinan Salmonella enterica
serovar Typhi H antigen dan O antigen terkonjugasi dengan emas koloid (konjugat
Typhoid) dan kelinci IgG-gold konjugat. Ada juga strip membran nitroselulosa yang
mengandung dua band uji (M dan G band) dan band control (C band). Band M pradilapisi dengan monoklonal IgM anti-manusia untuk mendeteksi IgM anti- Salmonella
enterica serovar Typhi. (Andrew Tarupiwa dkk,2015)
V.
VI.
Alat bahan
a. Alat
1. Mikropipet
2. Yelow tip
3. Skala warna
4. Tape sealing
b. Bahan
1. Sampel serum atau plasma heparin
2. Tubex TF kit, terdiri dari:
- Reagen biru
- Reagen cokelat
- Kontrol positif (+)
- Kontrol Negatif (-)
Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dikeluarkan reagen dan sampel pada suhu ruang
3. Dihomogenkan reagen yang akan digunakan
4. Dipipet 45 l reagen cokelat kedalam 3 buah sumur
5. Ditambahkan masing-masing 45 l pada sumur 1 (sampel), sumur 2 (kontrol
positif (+)), dan sumur 3 (kontrol negatif (-))
6. Homogenkan campuran diatas secara perlahan menggunakan pipet baru untuk
setiap sumur, penghomogenan dilakukan 5-10x. jangan sampai berbusa
7. Inkubasi selama 2 menit
8. Ditambahkan pada sumur 1-3 masing-masing 90 l tubex TF reagen biru
9. Ditutup sumur dengan sealing tape, tekan hingga tertempel sempurna
10. Di kocok campuran diatas selama 2 menit
11. Dibaca hasil secara visual dengan membandingkan dengan standar warna. Selang
waktu 5 menit bersihkan supernatannya.
VII.
Interpretasi Hasil
NILAI
0-2
INTERPRETASI
Negatif. Tidak terindikasi infeksi demam tifoid
4-10
Indeterminate
VIII.
Hasil Pengamatan
- Identitas Sampel
Kode
Asal
Jenis Sampel
-
: Sampel C
: RSUP Sanglah
: Serum
Hasil Uji
Positif (+), Score 6
Terbentuk warna keunguan
Gambar Hasil Pengamatan:
IX.
Pembahasan
Demam tifoid adalah penyakit akut yang disebabkan oleh infeksi Salmonella enterica
serovar Typhi. Hal ini biasanya berhubungan dengan gangguan demam berkepanjangan,
sakit kepala, malaise dan gastroenteritis pada orang dewasa dan anak-anak. Dalam
beberapa kasus, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi fatal seperti perforasi usus,
perdarahan gastrointestinal, ensefalitis dan neuritis kranial. Metode diagnostik yang
tersedia untuk diagnosis bakteri kultur mikroorganisme dari sampel pasien, tes serologi
dan metode berbasis asam nukleat. (Andrew Tarupiwa dkk,2015). Pada praktikum kali
ini digunakan test serologis menggunakan TUBEX TF dengan merk BIOTECH,
Sweden.
Tubex TF didasarkan pada reaksi penghambatan antara antibodi pasien (IgM) dan
antibodi monoklonal termasuk dalam tes yang mengikat ke Salmonella Typhi O9
tertentu lipopolisakarida., yang secara makroskopik terlihat berupa pewarnaan dari
serum pasien dalam larutan uji reagen melalui pemisahan partikel magnetik
menunjukkan hasil yang positif. (Kamala Thriemer dkk,2013) Metode yang digunakan
pada praktikum ini merupakan metode IMBI atau Inhibition Magnetik Binding
Imunoassay. IMBI merupakan proses pemisahan partikel yang didasarkan atas reaksi
magnetik.
Tubex TF termasuk pemeriksaan semi-kuantitatif yang dapat memberikan hasil
pemeriksaan dalam waktu 10 menit. Hasil positif pada pemeriksaan ini harus disertai
dengan gejala klinis dari demam tifoid, sehingga dapat menajdi indikasi kuat
terinfeksinya tifoid. Uji ini memiliki spesifisitas yang tinggi dalam mendeteksi antibodi
IgM terhadap antigen Salmonella typhi O9 lipopolisakarida.
Spesimen yang dapat digunakan pada uji ini berupa sampel serum atau plasma
heparin. Tidak diperkenankan untuk menggunakan plasma EDTA dan citrate. Plasma
heparin tetap bisa digunakan karena didalam tubuh manusia juga terdapat plasma
heparin, sehingga penggunaan tabung Hijau (antikoagulan heparin) tidak akan
mempengaruhi hasil dari pemeriksaan ini. Sampel tidak dapat digunakan apabila
terdapat hemoglobin (warna merah) atau bilirubin (warna hijau) pada sampel yang dapat
mempengaruhi warna supernatan dan hasil pemeriksaan yang menyebabkan hasil dari
pemeriksaan tidak meyakinkan atau indeterminate. Sampel yang sudah digunakan dapat
disimpan pada suhu 2-8C atau dibekukan pada suhu 18C. Pada praktikum ini
digunakan sampel berupa serum yang diambil dari RSUP Sanglah.
Tubex TF kit terdiri dari 4 jenis reagen yang masing-masingnya memiliki komponen
dan fungsi yang berbeda-beda. Reagen cokelat mengandung antigen yang dilapisi
partikel pada protein buffer pH 8,2 , reagen ini berfungsi sebagai antigen pada proses
reaksi antigen-antibodi. Reagen biru mengandung antibodi yang dilapisi partikel pada
protein buffer pH 8,2 , sama seperti reagen cokelat reagen ini berfungsi sebagai antibodi
pada proses reaksi antigen-antibodi. Kontrol negatif mengandung protein buffer pH 8,2
dengan warna kuning yang berfungsi sebagai standar warna penentu hasil negatif pada
proses pemeriksaan. Kontrol positif mengandung kontrol antibodi pada protein buffer
pH 8,2 yang berfungsi sebagai standar penentu hasil positif pada pemeriksaan. Selain
reagen-reagen ini juga terdapat sumur tempat mereaksikan sampel dengan spesimen atau
yang disebut dengan reaction well strip, perekat sebagai penutup sumur saat proses
penghomogenan atau sealing tape, dan skala warna yang berisi warna dengan skor dari
0-10. Skala warna inilah yang digunakan sebagai penentu hasil dari pemeriksaan yang
ditentukan secara visual. Uji ini memiliki sensitifitas analitik dalam menedeteksi
antibodi O9 spesifik IgM 15-20 g/ml.
Beberapa hal harus diperhatikan baik sebelum maupun sesudah menggunakan reagen
dari Tubex TF ini, antara lain:
- Perhatikan tanggal kadaluarsa dari reagen yang akan digunakan. Jangan
menggunakan reagen yang sudah kadaluarsa karena dapat memberikan hasil
-
pengerjaan sampel
Semua spesimen pasien harus dianggap dapat menular dan ditangani serta
medis
Reagen yang sudah selesai digunakan dapat disimpan pada suhu 2-8C, jangan
membekukan reagen
Homogenkan reagen sebelum digunakan.
Identifikasi
antibodi
anti-O9
pada
serum
pasien
dilakukan
dengan
cara
mencampurkan reagen cokelat yang dilapisi antigen dengan sampel serum yang dilapisi
antibodi anti-O9. Campuran ini dihomogenkan menggunakan mikropipet, dilakukan
secara perlahan untuk menghindari munculnya busa. Penghomogenan dengan
mikropipet ini dilakukan sebanyak 5-10 kali, yang mana setiap sampel harus
menggunakan yellow tip yang berbeda-beda. Selanjutnya campuran ini diinkubasi
selama 2 menit dan dicampurkan dengan reagen biru yang dilapisi dengan antibodi,
ditutup sumur yang berisi campuran menggunakan sealing tape, pastikan sealing tape
menempel erat dengan sumur, untuk mencegah campuran tumpah atau keluar dari
sumur. Dikocok campuran tersebut selama 2 menit dengan sudut 90 kedepan dan
kebelakang, Letakkan sumur diatas skala warna dan didiamkan selama 5 menit agar
terjadi reaksi pemisahan yang mana diaktifkan oleh gaya magnetik. Skala warna dibaca
secara visual.
Dari pemeriksaan didapatkan hasil positif terindikasi demam tifoid atau terdapatnya
antibodi anti-O9 pada sampel serum kode C. Hasil positif diketahui dari skala warna
yang menunjukkan score 6 dengan warna keunguan. Diketahui bahwa hasil positif
termasuk dalam rentang score 4-10. Hasil positif ini diperkuat pula dengan hasil kontrol
positif (+) dan kontrol negatif (-) yang sesuai dengan warna yang terdapat pada skala
warna, hasil yang sesuai pada kontrol menandakan bahwa reagen yang digunakan masih
dalam keadaan yang baik dan dapat untuk digunakan.
Uji ini memiliki kelemahan dan kelebihan yang diakibatkan oleh beberapa faktor.
Kelemahan dari uji Tubex diakibatkan oleh hasil pemeriksaan masih subjektif karena
hasil dibaca secara visual, bila sampel berwarna yang diakibatkan oleh hemoglobin
(warna merah) dan bilirubin (warna hijau) akan mempengaruhi hasil dari pemeriksaan,
uji ini kurang sensitif dalam mengidentifikasikan demam tifoid dikarenakan uji ini dapat
mendeteksi semua jenis infeksi Salmonella typhi D. Sedangkan kelebihan dari uji ini
yaitu uji yang lebih praktis dan cepat. Karena uji ini dapat diselesaikan dalam waktu 10
menit dan semua reagen sudah tersedia dalam kit sehingga pemeriksaan menjadi lebih
praktis.
X.
Simpulan
Tubex TF didasarkan pada reaksi penghambatan antara antibodi pasien (IgM) dan
antibodi monoklonal termasuk dalam tes yang mengikat ke Salmonella Typhi O9
lipopolisakarida., yang secara makroskopik terlihat berupa pewarnaan dari serum pasien
dalam larutan uji reagen melalui pemisahan partikel magnetik menunjukkan hasil yang
positif. Berdasarkan praktikum Tubex pada serum pasien dengan kode C diperoleh hasil
positif dengan score 6 yang mengindikasikan pada serum pasien terdapay antibodi antiO9.
XI.
Daftar Pustaka
Islam, Kamrul dkk.2016. Comparison of the Performance of the TPTest, Tubex,
Typhidot and Widal Immunodiagnostic Assays and Blood Cultures in Detecting
Patients with Typhoid Fever in Bangladesh, Including Using a Bayesian Latent
ClassModelingApproach.
[online].tersedia:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4825986/.
[diakses:25 September 2016;18:07]
Khanna, Ashish dkk.2015. Comparative Evaluation of Tubex TF (Inhibition Magnetic
Binding Immunoassay) for Typhoid Fever in Endemic Area.[online].tersedia:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4668408/.[diakses: 25 September
2016;18:05]
Ley, Benedikt dkk.2011. Assessment and comparative analysis of a rapid diagnostic
test (Tubex) for the diagnosis of typhoid fever among hospitalized children in
ruralTanzania.
[online].tersedia:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3123569/.
[diakses: 25 september 2016;18:10]
Nugraha,Jusak dkk.2012. Microbiological Culture Simplified Using Anti-O12
Monoclonal Antibody in TUBEX Test to Detect Salmonella Bacteria from Blood
Culture
Broths
of
EntericFeverPatients.
[online].tersedia:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3500315/.
[diakses: 25 September 2016; 18:05]
Thriemer,Kamala dkk.2013.A Systematic Review and Meta-Analysis of the
Performance of Two Point of Care Typhoid Fever Tests, Tubex TF and Typhidot,
inEndemicCountries.
[online].tersedia:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3864786/.
[diakses:25 September 2016;18:01]
Tarupiwa,Andrew dkk.2015. Evaluation of TUBEX-TF and OnSite Typhoid IgG/IgM
Combo rapid tests to detect Salmonella enterica serovar Typhi infection during a
typhoid
outbreak
in
Harare,
Zimbabwe.[online].tersedia:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4344803/.[diakses:25 september
2016;18:03]
Yan, Meiying dkk.2011. Combined Rapid (TUBEX) Test for Typhoid-Paratyphoid A
Fever Based on Strong Anti-O12 Response: Design and Critical Assessment of
Sensitivity.
[online].tersedia:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3174194/.
[diakses: 25 September 2016; 18:00]