Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Pendahuluan
Sudah bertahun-tahun para ahli meneliti dan menciptakan berbagai macam pendekatan mengajar.
Salah satunya dikembangkan oleh para ahli di bidang pembelajaran, menelaah bagaimana pengaruh tingkah
laku mengajar tertentu terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Joyce dan
Weil (1996) dan Joyce, Weil, dan Shower (1992), setiap pendekatan yang ditelitinya dinamakan model
pembelajaran, meskipun salah satu dari beberapa istilah lain digunakan seperti strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Mereka memberikan istilah model pembelajaran dengan dua alasan.
Pertama, istilah model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode,
atau prosedur. Model pembelajaran mencakup suatu pendekatan pembelajaran yang luas dan menyeluruh.
Misalnya, problem-based model of instruction (model pembelajaran berdasarkan masalah) meliputi
kelompok-kelompok kecil siswa bekerjasama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati bersama.
Dalam model ini, siswa seringkali menggunakan berbagai macam keterampilan dan prosedur pemecahan
masalah dan berpikir kritis. Jadi satu model pembelajaran dapat menggunakan sejumlah keterampilan
metodologis dan prosedural.
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur
tertentu. Keempat ciri tersebut ialah (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya, (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang
akan dicapai), (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Kedua, model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang dibicarakan
adalah tentang mengajar di kelas, atau praktek mengawasi siswa. Model pembelajaran diklasifikasikan
berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaksnya (pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya.
Penggunaan model pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai pembelajaran tertentu dan
bukan tujuan pembelajaran yang lain.
Suatu pola urutan (sintaks) dari suatu model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur
langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Suatu sintaks pembelajaran
menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru dan siswa, urutan
kegiatan-kegioatan tersebut, dan tugas-tugas khusus yang perlu dilakukan oleh siswa. Sintaks dari berbagai
macam model pembelajaran mempunyai komponen yang sama. Misalnya, semua pembelajaran diawali
dengan menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model
pembelajaran selalu mempunyai
tahap “menutup pelajaran” yang berisi merangkum
pokok-pokok pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Di samping ada
persamaannya, setiap model pembelajaran antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga mempunyai
perbedaan. Perbedaan-perbedaan inilah terutama yang berlangsung di antara pembukaan dan penutupan
pembelajaran, yang harus dipahami oleh para guru agar supaya model-model pembelajaran dapat dilakukan
dengan berhasil.
Setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit
berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem
sosial kelas. Arends (1997), dan para pakar pembelajaran lainnya berpendapat bahwa tidak ada model
pembelajaran yang lebih baik daripada model pembelajaran yang lain. Guru perlu menguasai dan dapat
menerapkan berbagai model pembelajaran, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beranekaragam dan
lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini. Menguasai sepenuhnya model-model
pembelajaran yang banyak diterapkan merupakan proses belajar sepanjang hayat.
Pandangan Pembelajaran Menurut Konstruktivisme
Page 1
Page 2
No
Model Pembelajaran
Misi/Tujuan/ Manfaat
Berpikir Induktif
(Inductive Thinking)
Pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akadenik
diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya.
Page 3
meskipun
Latihan Inkuiri
(Inquiry Training)
Dirancang untuk melibatkan siswa berpikir sebab-akibat dan melatih mengajukan pertanyaan secara lancar
dan tepat.
Perolehan Konsep
(Concept Attainment)
Dirancang baik untuk mengajarkan/pembentukan konsep dan membantu siswa menjadi lebih efektif dalam
belajar konsep (kemampuan berpikir induktif)
Strategi Mengingat/Menerima
Informasi
(Mnemonic)
Membantu guru dalam menyajikan bahan pelajaran dan cara-cara membantu siswa secara individu
kooperatif dalam mempelajari informasi atau konsep.
dan
Perkembangan Kognitif
(Cognitive Development)
Dirancang untuk
pembentukan kemampuan berikir intelektual, khususnya berpikir logis. Meskipun
demikian kemampuan ini dapat diterapkan pada kehidupan sosial dan pengembangan moral.
Page 4
Advance Organizer
Dirancang untuk meningkatkan kemampuan mengolah informasi dalam kapasitas untuk membentuk dan
menghubungkan dengan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang telah ada.
Synectics
Dirancang untuk
membantu siswa “break set” dalam kegiatan pemecahan masalah dan
menulis untuk memperoleh pandangan baru terhadap suatu topik berdasarkan banyak hal dari lapangan.
2.
No
Page 5
Model Pembelajaran
Misi/Tujuan/ Manfaat
Pembelajaran Non-Directif
(Nondirective Teaching)
Model ini menekankan pada kemitraan antara siswa dan guru. Guru berusaha membantu siswa memahami
perannya dalam pendidikan mereka sendiri. Model ini juga menekankan pada pembentukan kemampuan
belajar sendiri untuk mencapai pemahaman dan penemuan diri sendiri
Sehingga terbentuk konsep diri.
Latihan Kesadaran
Meningkatkan
sendiri.
Sistem Konseptual
Page 6
diri
Pertemuan Kelas
Pengembangan pemahaman diri dan tanggungjawab pada diri sendiri dan kelompok sosialnya.
3.
Apabila kita bekerja sama dengan tim, biasanya kita menginginkan hasil yang
lebih baik darpada kita bekerja sendiri. Untuk itu setiap anggota tim harus bekerja secara
“sinergi”. Model pembelajaran sosial ini dirancang untuk mengambil keuntungan dari
fenomena ini, yaitu dengan cara membangun masyarakat belajar.
Model-model pembelajaran sosial menggabungkan antara belajar dan masyarakat. Kedudukan
belajar/pembelajaran di sini adalah bahwa perilaku kooperatif tidak hanya merupakan pemberi semangat
sosial, tetapi juga intelektual. Sebaliknya tugas-tugas yang sering dilakukan dalam kehidupan sosial dapat
dirancang untuk meningkatkan belajar.
Jenis-jenis model pembelajaran rumpun sosial adalah seperti tercantum dalam tabel 3.
Tabel 3. Model-Model Pembelajaran Sosial
No
Model Pembelajaran
Misi/Tujuan/ Manfaat
Model ini
dirancang untuk merancang untuk memberikan bimbingan kepada siswa untuk
mendefinisikan/menemukan masalah, menggali berbagai pandangan terhadap masalah, dan belajar bersama
Page 7
Jurisprudential
Dirancang untuk melatih kemampuan mengolah informasi dan menyelesaikan isu kemasyarakatan dengan
kerangka acuan atau cara berpikir jurisprudensial (ilmu tentang hukum-hukum manusia)
Bermain Peran
(Role Playing)
Dirancang untuk mengajak siswa dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan sosial melalui tingkah laku
mereka sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber dari penyelidikan itu. Bermain peran juga membantu
siswa mengumpulkan dan menata informasi mengenai isu-isu sosial, mengembangkan rasa empati kepada
teman, dan mengembangkan keterampilan-keterampilan
sosial siswa.
4.
Semua model pembelajaran rumpun ini didasarkan pada suatu pengetahuan yang
mengacu pada teori perilaku, seperti teori belajar perilaku, teori belajar sosial, modifikasi perilaku, atau
perilaku terapi. Model-model pembelajaran rumpun ini mementingkan penciptaan lingkungan belajar yang
memungkinkan manipulasi penguatan perilaku secara efektif sehingga terbentuk pola perilaku yang
dikehendaki.
Adapun jenis-jenis model pembelajaran perilaku seperti tercantum pada tabel 4.
Tabel 4. Model-Model Pembelajaran Perilaku
Page 8
No
Model Pembelajaran
Misi/Tujuan/ Manfaat/Tokoh
Model ini
memiliki karakteristik yang hampir sama dengan model pembelajaran Skinner.
Pertama,
bahan-bahan yang akan dipelajari siswa dipecahkan ke dalam unit-unit yang sederhana hingga kompleks.
Bahan yang dipelajari siswa umumnya dipelajari secara individual melalui berbagai media.
Self Control
Model pembelajaran ini mengandalkan pada bagaimna siswa harus berperilaku dan siswa belajar dari
dampak perilaku tersebut, serta mengandalikan lingkungannya sehingga perilaku tersebut dapat produktif.
Model ini menggunakan prinsip-prinsip Cybernetic (cabang psikologi). Menurut prinsip ini, semua perilaku
manusia melibatkan suatu pola gerak yang tampak. Perilaku tersebut meliputi perilaku yang tidak terlihat,
seperti berpikir dan perilaku yang tampak. Dalam situasi tertentu, individu akan memodifikasi perilakunya
sesuai dengan masukan yang mereka terima dari lingkungan. Mereka akan menata perilakunya dan pola-pola
Page 9
Model ini mengasumsikan kegiatan siswa akan tampak dari proses belajar. Model ini
hasil belajar apa yang diharapkan dari tugas/fungsi pembelajaran oleh guru.
menekankan pada
Berikut ini disajikan model pembelajaran yang umum dan sering dilakukan oleh guru dalam praktik
pembelajaran di kelas dan beberapa model pembelajaran yang relatif baru yang lagi “naik daun”
di Indonesia dalam praktik pembelajaran di kelas yang sengaja diperkenalkan pada kesempatan ini.
Model-model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Tugas guru adalah membantu siswa memperoleh pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu), pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu), dan mengembangkan
keterampilan belajar. Pembelajaran langsung yang terfokus pada prinsip-prinsip psikologi perilaku dan teori
belajar sosial. Model pembelajaran langsung dirancang secara khsus untuk mengembangkan belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari
selangkah demi selangkah.
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran
dengan menjelaskan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa menerima
penjelasan guru.
Fase persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi
tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga pemberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan
pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.
Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru. Agar
efektif, pembelajaran langsung mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan secara seksama dan
demonstrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara seksama.
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini terutama berpusat
pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan
siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak
berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan
berorientasi pada tugas dan memberikan harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.
Page 10
Page 11
Page 12
Page 13
DAFTAR PUSTAKA
Arend, Richard, I. 1997. Classroom instruction and management. New York: Mc. GrawHill.
Ibrahim, Muslimin., Fida Rachmadiarti., Muhamad Nur., Ismono. 2000. Pembelajaran
kooperatif. Pusat Sains dan Matematika Sekolah PPS UNESA. Surabaya: University Press.
Ibrahim, Muslimin., Muhamd Nur. 2000. Pembelajaran berdasarkan masalah. Pusat
Sains dan Matematika Sekolah PPS UNESA. Surabaya: University Press.
Joyce., B., & Weil, M. 1996. Models of teaching. Englewood Cliff, N.J: Prentice-Hall.
Page 14
Page 15